KESELAMATAN TIDAK BISA HILANG?
JAMINAN
KESELAMATAN MENURUT YOHANES 10:28
Pengertian
Umum Jaminan Keselamatan
Jaminan keselamatan adalah aspek yang sangat esensial,
yang memberi konfidensi positif terhadap karya Allah dalam Kristus. Jaminan
kekal merupakan karya Allah yang menjamin bahwa karunia keselamatan,
apabila telah diterima adalah untuk selama-lamanya dan tidak bisa hilang.[1]
Konsep tentang jaminan kekal menekankan aktivitas Allah dalam menjamin
pemilikan secara kekal akan karunia hidup hidup kekal.
Pada dasarnya jaminan didasarkan atas kasih karunia
Allah dan fakta bahwa kehidupan kekal adalah satu pemberian Allah yang bersifat
abadi. Hidup atau kehidupan seringkali dihubungkan dengan keberuntungan,
kesejahteraan dan kemakmuran, seperti apa yang dikatakan oleh Musa kepada bangsa
Israel”.....supaya engkau hidup dan bertumbuh banyak dan diberkati oleh Tuhan, Allahmu....” (Ul.
30:16).[2]
Kehidupan juga berhubungan dengan sukacita dan kenikmatan ,dalam artinya
kebahagiaan hidup jasmaniah.[3]
Our assurance of salvation depends upon
eternal security, if salvation is based upon anything other than the completed
work of Jesus Christ on the cross, then
we findourselves on shaky ground, some believer attempt to involve
themselves in the salvation process by good works or right behavior; such
people are prone to doubt about eternity because they fell they they must earn God’s goodwill amd heaven.[4]
Charles, F Stanley
berkata, jaminan keselamatan
kita tergantung pada jaminan kekal, jikalau keselamatan didasarkan pada sesuatu
yang lain dari pekerjaan yang diselesaikan Yesus Kristus di kayu salib, maka
kita menemukan diri kita,
atas dasar yang rapuh, beberapa orang percaya berupaya untuk melibatkan diri
dalam proses keselamatan, karena perbuatan baik atau perilaku yang benar,
orang-orang tersebut cenderung meragukan kekekalan karena mereka terjatuh
mereka mereka harus mendapatkan niat baik Allah dan surga.
Kekuatan iman Kristen bukan
terletak, atas apa yang mereka lihat pada Allah, penyataan-Nya, kasih-Nya, dan
semua pekerjaan-Nya, melainkan iman orang-orang percaya bergantung kepada apa
yang Allah sudah lakukan. Janji Tuhan adalah ya dan amin. The word of God
becomes the most basic and important basis for our assurance of salvation.
man’s word fails; God’s word never fails.[5]
Firman Allah menjadi yang paling
mendasar dan penting untuk
jaminan keselamatan kita. Kata-kata manusia bisa gagal; firman Tuhan tidak pernah gagal. Allah memiliki konsistensi dalam
bertindak, sekali Dia berfirman, maka tidak akan ada yang menghalangi
diwujudkan-Nya hal itu
dalam kehidupan manusia. Sebuah
barang elektronik yang dijual, misalkan Handphone memiliki garansi 3 tahun. Hal
itu mengindikasikan, perusahaan pembuat Handphone tersebut menjamin kualitas
dari barang tersebut.
Bagaimanpun
juga keselamatan seluruhnya merupakan hasil dari anugerah melalui iman di dalam
Yesus Kristus sebagai Tuhan dam Juruselamat. [6] Allah adalah sumber keselamatan orang
Kristen (Yoh. 3:16), tentunya
Allahlah yang menjamin kualitas keselamatan itu, yakni jaminan keselamatan.
Gagasan bahwa umat Allah,
akan tinggal bersama Dia dalam suatu kehidupan yang tidak pernah berakhir, berkembang di kalangan orang Yahudi pada
periode antara kedua Perjanjian.[7]
Orang menjadi berpikir tentang zaman yang akan datang yang berbeda dengan zaman
yang sekarang ini, dan “hidup yang kekal” adalah kehidupan yang berlangsung
pada zaman yang akan datang, kehidupan yang akan dialami sesudah kebangkitan.[8]
Whenever
a Christian doubts or question his salvation, he is in effect rejecting the
word of God, this is why it is important to be sure salvation is based upon
God’s word, when one’s basis of salvation is found in
the Scriptures, human circumtances will not affect that
salvation (Setiap
kali seorang Kristen meragukan atau mempertanyakan
keselamatannya, ia menolak firman Allah, itulah
sebabnya adalah mengapa penting untuk
memastikan keselamatan adalah berdasarkan
firman Allah, ketika dasar seseorang keselamatan
ditemukan dalam kitab
suci, keadaan manusia tidak
akan memengaruhi keselamatannya).[9]
Pentingnya jaminan keselamatan, memainkan
peranan penting dalam iman dan juga pertumbuhan rohani orang tersebut. Berjalan
di dalam kepastian dan jaminan keselamatan, orang percaya memiliki konfidensi
iman yang kokoh Tidak ada satu ayat pun di mana pun di Alkitab
yang menunjukkan keselamatan kita berlangsung hanya untuk suatu waktu.[10] Terminologi keselamatan di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, ialah
sama, yakni bahwa semua manusia dibenarkan hanya melalui iman. Bukti ini merupakan alasan yang
hakiki, di mana setiap orang mewarisi keselamatan dari Allah, ketika mereka
percaya.
Pengenalan manusia akan Allah berarti
tanggapan, ketaatan, persekutuan, hubungan-Nya yang dalam Perjanjian Lama lebih
menonjol absensinya daripada adanya (Hak. 2:10; Yer. 10:5; Yes.45:4,5,20; Hos.
5:4).[11]
Terminologi jaminan keselamatan
Asumsi terhadap frase: pertama, “memberikan hidup kekal”, kedua “pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya”, dan yang ketiga
“seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku”. Berdasarkan asumsi
inilah didapatkan sebuah kalimat, yang dapat mewakili seluruh frasa yang
diasumsikan di atas. Sebuah kalimat tersebut ialah “jaminan keselamatan”.
Pengenalan Terhadap Kitab
Sungguh merupakan karya tulis yang sangat mengagungkan
bahwa Injil Yohanes memberi warna yang menarik dan menonjolkan sangat banyak
keilahian Yesus Kristus. Jika saja di dalam Injil Sinoptik yakni Matius,
Markus, dan Lukas, sangat menyoroti kehidupan alamiah dari kemanusiaannya dan
hubungannya dengan kedua orang tuanya. Sedikit berbeda dengan Injil Yohanes
bahwa keberadaanYesus tidak didasarkan dari urutan kronologi, tetapi menegaskan
bahwa keberadaan Yesus yang sudah
eksis,
sebelum dunia dijadikan. Istilah pada mulanya yaitu en arche en ho logos, merupakan istilah yang mendeskripsikan bahwa tidak ada waktu tertentu, kapan munculnya pribadi dari sang Juruselamat ini.
Artikel di dalam bahasa Yunani menunjukkan kata benda
tertentu (defenite article) di mana
benda yang ditunjuk, sudah dikenal atau sudah diketahui keberadaannya. Misalnya
dalam bahasa inggris kata ‘the’ dengan contoh ‘the
man’ maka laki-laki yang disebutkan sudah tertentu. Maka kata pada mulanya
tidak memberi informasi mengenai waktu yang jelas.
Maka penulis dari Injil ini benar-benar menekankan
keilahianNya. Disaat yang bersamaan juga, penulis dari Injil ini tidak sedang mengabaikan
kemanusiaanNya. Penekanan akan
keilahianNya, tidak ada dalam jangkauan
manusia pada umumnya. Banyak ahli berkata,
bahwa penulis Injil ini menampilkan dan mendemonstrasikan Yesus sebagai Anak
Allah yang berkuasa. Dapatlah dikatakan
Injil Yohanes merupakan bagian dari kelengkapan dari pribadi Yesus dan Injil
Sinoptik Matius, Markus dan Lukas. Semua Injil bermuara kepada satu tujuan
yaitu memperkenalkan bahwa Yesus adalah utusan Allah dan Juruselamat yang dijanjikan
di dalam Perjanjian Lama.
Latar Belakang Penulisan
Juga mulai diakui bahwa Injil Yohanes sebagian besar
memunyai latar belakang Yahudi, dan bukan melulu Yunani.[12] Tradisi kuno menempatkan asal kitab Injil ini
di Efesus, sebab itu wajar bila para ahli berusaha mencari suatu latar belakang
Helenis, terutama mengingat prakata kitab Injil tersebut yang menjelaskan
peristiwa inkarnasi firman atau logos (Yohanes 1:1-18). Hasil kumulatif dari
semua penelitian ini adalah Injil Yohanes diakui kembali sebagai suatu
sumber yang layak dipercaya tentang
kehidupan dan pengajaran Yesus. [13] menurut tradisi gereja yang ditetapkan sejak
permulaan abad kedua, Injil yang keempat ini ditulis oleh rasul Yohanes, anak Zebedeus dan saudara Yakobus.[14]
Penulis
Injil Yohanes sama sekali berbeda dengan ketiga Injil lainnya, injil ini
ditulis paling akhir barangkali sekitar
tahun 90SM.[15] Ia salah seorang dari kedua
belas murid, dan salah seorang yang paling dekat dengan Tuhan Yesus dan juga
dengan Petrus.[16] Sama persis dengan namanya yakni Yohanes sebagai nama dari Injil ini. Unsur-unsur lain lagi, yang secara umum menyifatkan
keadaan pengarang, ialah: kerterangan-keterangan singkat yang memperlihatkan
bahwa ia adalah seorang yang berasal dari tanah Yahudi; ia mengetahui keadaan
ilmu bumi setempat (1:28; 3:23; 5:2; 11:54; 19:13,) adat-istiadat Yahudi (2:6;
10; 7:37; 10:22; 18:28; 19:31), sering juga menggunakan Perjanjian Lama (Yoh.
1:23; 2:17; 6:31, 45; 7:38, 42; 8:17; 10:34; 12:38; 15:25; 19:24, 28, 36,dyb.).[17] Penulis (yang mungkin menggunakan seorang sekretaris,
seperti halnya Paulus) mengacu pada dirinya sendiri sebagai “murid
yangdikasihiYesus (21:20,24)”[18]
Nama John atau Yohanan berarti
"kasih karunia, pemberian atau belas kasihan dari Tuhan" Dia adalah
salah satu yang paling dikenal murid disebut "murid terkasih" atau
murid "yang dikasihi Yesus" (13:23; 19:26; 20:02; 20:02; 21:7,20). [19]
Ada tradisi yang kuat, didukung oleh bukti dari sumber-sumber purba, yang
menyatakan bahwa penulisnya adalah rasul Yohanes.[20]
Tampaknya penulis dari Injil ini mengetahui budaya Yahudi. Penulis Injil
Yohanes menunjukkan pengetahuan yang akurat dan mendetail tentang kehidupan
orang Yahudi sebelum jatuhnya Yerusalem. Ia mengenali detail-detail Yahudi,
seperti di catat di 2:6 (adat pembasuhan); 7:37; 8:12 (ritual pada hari raya
pondok daun), dan 18:28; 19:31-42 (aturan tentang rupa-rupa kenajisan yang
berkenaan dengan hari raya paskah).[21]
Menurut pendapat tradisional semua tulisan itu berasal dari satu pengarang, dan
pengarang itu adalah rasul Yohanes.[22]
Unsur-unsur lain lagi, yang secara umum menyiratkan keadaaan pengarang,
ialah: keterangan-keterangan singkat yang memperlihatkan bahwa dia adalah
seorang yang berasal dari tanah Yahudi; ia mengetahui keadaan ilmu bumi
setempat (1:28; 3:23; 5:2; 11:54; 19:13), adat-istiadat Yahudi (2:6, 10; 7:37;
10:22; 18:28; 19:31), sering juga menggunakan Perjanjian Lama (Yoh. 1:23; 2:17;
6:31,45; 7:38, 42; 8:17; 10:34; 12:38; 15:25; 19:24, 28, 36,dyb.).[23] Injil
keempat telah ditetapkan sejak abad kedua 'menurut Jhon', dan ini telah diambil
untuk menyiratkan dalam tradisi Kristen bahwa otoritas mewujudkan kesaksiannya
dengan kehidupan dan pengajaran Yesus).[24]
Tahun dan Tempat
Penulisan
Menurut tradisi
Kristen, Yohanes menghabiskan tahun-tahun yag kemudian dari hidupnya di Efesus,
di mana dia menyelenggarakan pelayanan pemberitaan Injil dan mengajar, dan juga
menulis.[25] Pertikaian secara terbuka
dengan para pemimpin tempat-tempat ibadah/sinagoge, bagi orang Kristen
merupakan ciri kehidupan Efesus (lihat Kis. 19:23-41; Why. 1:9-11), dan Injil
itu menunjukkan bahwa pengucilan atau ekskomunikasi merupakan respons yang
begitu biasa dari orang Yahudi terhadap orang Kristen, sehingga diproyeksi! Sikap menerima hidup di luar
Yudaisme yang sudah mapan itu dan acuan pada sinagoge sebagai lembaga yang
jelas-jelas tersendiri menunjukkan bahwa Injil ini disusun menjelang akhir abad
pertama.[26]
Orang-orang lain memperkirakan Yohanes menulis
ini pada akhir abad pertama, tahun 85M atau lebih, untuk mendukung Injil-injil
yang lain.[27] Ada bukti yang lain juga,
bahwa beberapa orang Kristen pada abad kedua berkata, sesungguhnya inilah yang terjadi, yaitu penatua
Yohanes menulis di Efesus, kota tepi pantai di sebelah barat Turki.[28]
Penanggalan dari Injil Yohanes
adalah setelah injil Sinoptik tetapi tidak
lebih dari tahun 85 atau 90 SM. [29]
Injil yang ia tulis
ini tampaknya menujukkan pengenalan akan tradisi Sinoptis dan karena itu harus
diletakkan pada akhir rangkaian Injil ini, mungkin sekitar tahun 80 dan 90 M.[30]
Tidak diketahui dengan pasti kapan Yohanes menulis Injil itu, tetapi diduga
antara tahun 80 dan 90. Ada perbedaan tahun
penulisan dari Injil Yohanes namun hal itu tidak membuktikan bahwa penulisnya
adalah orang lain. William Barclay setuju bahwa Injil Yohanes ditulis di kota
Efesus kira-kira pada tahun 100 Masehi, pada waktu itu ada dua pokok yang
muncul di dalam situasi kehidupan Gereja Kristen mula-mula.[31]
Tujuan Penulisan
Dengan jelas Yohanes menyatakan tujuannya
menuliskan buku ini (20:3031) dengan menekankan tiga kata penting: tanda, percaya,
dan hidup.[32] Untuk membuktikan bahwa Yesus adalah
Kristus, Anak Allah, dan bahwa mereka dengan percaya pada-Nya orang bisa
memiliki hidup yang kekal melalui nama-Nya (20:31). [33] Pokok
utama yang ditekankan oleh Yohanes adalah tabiat ilahi (keilahian) Yesus.[34] Maksud injil ini ditulis adalah untuk melawan Gnostikisme dengan mempertahankan suatu keyakinan (apologetik). Yohanes menyatakan
tujuan untuk tulisannya dalam 20:31, yaitu
"supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh
imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya."
Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk
kata Yunani yang diterjemahkan "percaya", yaitu aorist
subjunctive ("sehingga kamu dapat mulai memercayai") dan present subjunctive (“sehingga kamu dapat terus percaya”). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk meyakinkan
orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan
diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman supaya orang
percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian
masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bd. 17:3).
Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi
dari injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan
utama. Injil ini juga ditujukan bagi mereka yang memiliki minat
terhadap filsafat. Kisah-kisah yang terkandung dalam Injil Yohanes juga
sengaja ditulis untuk melengkapi berita tentang kehidupan dan pekerjaan Yesus, yang sudah ada pada masa itu dan yang sudah dinyatakan
secara tertulis di dalam Injil-injil Sinoptis.
Sekelempok pendapat yang
kuat menganggap bahwa Injil Yohanes merupakan penyajian tentang Kekristenan
dalam bentuk yang dapat diterima oleh orang Yunani.[35]
Untuk mengemukakan kemesiasan dan keilahian Yesus oleh
bukti yang tak terbantahkan dari tanda-tanda ajaib-Nya, dalam rangka saling
melahirkan iman dalam hati laki-laki bahwa mereka dapat menerima hidup yang
kekal. [36]
Penerima Surat
Dua kali Yohanes menyinggung
para pembaca secara langsung, yaitu melalui kalimat: “supaya kamu percaya”
(19:35,20:3).[37] Seluruh persoalan Helenisme
dan problem kepenulisan Injil Yohanes bergantung pada sejauh mana konsep
pemikiran utama Injil ini dianggap berasal dari Yesus dan bukannya tafsiran si
penulis.[38] Yang jelas ialah para
pembaca bukanlah orang Yahudi asli.[39]
Keunikan Injil Yohanes
Sekalipun bahasa dan susunannya sederhana, kitab ini
merupakan suatu paparan yang mendalam mengenai diri Kristus di dalam latar
belakang sejarah.[40] Memang setiap orang, akan melihat perbedaan yang cukup signifikan akan
Injil Yohanes dari segi isi. Bila kita bandingkan dengan Injil Sinoptik, bahwa
salah satu keunikan Injil Yohanes yaitu
pada pembukaan surat, yang tidak biasanya.
Jika Injil Sinoptik memulai dengan introduksi seputar
hidup Yesus, yaitu kelahiran atau silsilah keturunan, yang sarat dengan
nama-nama. Injil Yohanes secara khusus pada pasal pertama ayat yang pertama
berbunyi “pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan
Firman itu adalah Allah.” tidak ada unsur penyebutan nama-nama sejumlah nenek
moyang Yesus, namun yang ada kata-kata “pada mulanya. Dan telah kita lihat pula
bahwa perbedaan-perbedaan itu ada bukan karena penulis Yohanes kurang
pengetahuannya dibandingkan dengan para penulis kitab-kitab Injil yang lain.[41]
Struktur Injil Yohanes
I.
Prolog 1:1-18
A.
Pra-eksistensi Logos 1:1,2
B.
Logos Kosmis 1:3-5
C.
Logos yang berinkasnasi 1:6-18
II.
Pelayanan Kristus di dunia 1:19-12:50
A.
Kesaksian Yohanes Pembaptis 1:19-36kun
B.
Pengumpulan Para Murid 1:37-51
C.
Perkawinan di Kana 2:1-11
D.
Kunjungan Pertama ke Yerusalem dan Yudea 2:12-36
1.
Pembersihan Bait Suci 1:12-22
2.
Tanda-tanda 2:23-25
3.
Kisah Nikodemus 3:1-15
4.
Persoalan-persoalan Intern Dalam Berita Injil 3:16-21
5.
Kesaksian Selanjutnya dari Yohanes Pembaptis 3:22-30
6.
Bukti Kebenaran Kristus3:31-36
E.
Misi ke Samaria 4:1-42
F.
Penyembuhan Ana Pegawai Istana 4:43-54
G.
Penyembuhan Orang Lumpuh di Yerusalem 5:1-16
H.
Pembelaan Diri Yesus 5:17-47
I.
Pemberian Makan Lima Ribu Orang dan Khotbah Tentang Roti
Hidup 6:1-71
J.
Yesus pada Perayaan Pondok Daun 7:1-53
K.
Wanita yang Ketahuan Berbuat Zinah 8:1-11
L.
Penyingkapan Diri Yesus 8:12-59
M.
Pemulihan Orang yang Lahir Buta 9:1-41
N.
Kristus, Gembala yang Baik 10:1-42
O.
Pembangkitan Lazarus 11:1-57
P.
Yesus di Betania dan Yerusalem 12:1-50
III.
Pelayanan Kritus kepada
Murid-murid-Nya 13:1-17:26
A.
Pencucian Kaki 13:1-17
B.
Pemberitahuan Tentang Pengkhianatan 13:18-30
C.
Percakapan di Ruang Atas 13:31-16:33
D.
Doa Agung 17:1-26
IV.
Rangkaian Penderitaan dan
Kemuliaan-Nya 18:1-20:31
A.
Pengkhianatan 18:1-14
B.
Yesus di Depan Pengadilan Yahudi 18:15-27
C.
Ujian di Hadapan Pilatus 18:28-19:16
D.
Penyaliban dan Penguburan 19:17-42
E.
Penampakan-penampakan Sesudah Kebangkitan 20:1-19
F.
Maksud Penulisan Injil Ini 20:30-31
V.
Epilog 21:1-25.[42]
Telaah Mendalam
Terhadap Nats Terkait
Diperlukan suatu
telaah atau penyelidikan serta kajian yang mendalam di dalam melakukan studi
teks yang akan diobservasi, di mana melalui metode semacam ini diharapakan
menemukan suatu jawaban yang memuaskan terhadap nats terkait yaitu dalam
Yohanes 10:28 “Aku memberikan hidup yang
kekal kepada mereka, dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya
dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu” bahwa dengan adanya
suatu telaah yang baik terhadap teks terkait,
maka akan menemukan sejumlah informasi yang akurat dan objektif.
Pendekatan
Eksegesis
Kata eksegesis atau exegeomai berasal dari dua kata Yunani
yaitu ex ‘to explain’ (menjelaskan) dan ‘hegeomai’ yaitu to lead (memimpin) atau to guide (membimbing), jadi eksegesis itu sendiri berarti eksposisi atau interpretasi dari setiap produksi
sastra, tetapi lebih khususnya eksposisi atau interpretasi Alkitab, juga
prinsip-prinsip seni interpretasi suci, tafsirnya; hermeneutik.[43]
Pendekatan eksegesis diterapkan agar tercapai suatu
hasil yang memadai terhadap makna di dalam teks terkait. Kunci untuk melakukan
eksegesis yang baik adalah kemampuan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang tepat mengenai teks itu supaya mendapatkan pengertian yang dimaksudkan
penulis teks itu. [44] Gordon D Fee menekankan supaya terungkapnya maksud
penulis dari sebuah teks maka pendekatan dengan metode ini, sebenarnya harus menjadi sorotan utama oleh mereka
yang terjun di dalam dunia Teologi, yaitu yang sarat
dengan persoalan teks dan konteks Alkitab yang sedang dibicarakan.
Idealnya
Alkitab sepatutnya dipelajari, bukan hanya sebatas membaca dan merenungkan,
namun dalam dunia teologi atau akademis hal itu sudah lazim dan selayaknyalah
diterapkan. Dalam eksegesis khususnya adalah penting untuk mengingat fungsi kata dalam suatu konteks. Oleh
karena itu, walaupun ada ragam kata yang memiliki rentang arti yang dangkal atau luas, tujuan pembelajaran dalam
eksegesis adalah mencoba memahami setepat mungkin apa yang penulis sedang coba
sampaikan lewat penggunaan kata tertentu dalam
konteksnya.[45]
Eksegesis dalam bahasa Yunani ialah ilmu dari penafsiran. Kata ini
dibentuk dengan menambahkan ‘athe’
tindakakn akhir (sis) kepada kata
kerja gabungan, kata dasarnya yaitu ex
dan egeomai ‘saya memimpin ke luar’.
Maka eksegesis adalah memimpin keluar
akan pikiran-pikiran yang penulis miliki sebagaimana dia tuliskan dokumen yang
diberikan.[46]
Alasan yang lain ialah,
karena Alkitab tidak terlepas dengan teks-teks
yang sulit, yang perlu untuk
ditelusuri lebih jauh. Maka langkah atau metode dengan pendekatan ekesegesis
ini merupakan representasi dari langkah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan
yang ada di dalam seputar teks Alkitab. Injil Yohanes memang berbeda dengan
dengan Injil yang lain (Injil Sinoptik) dari sudut sastranya, sehingga mau tidak mau
diharuskan untuk menyerap data-data sebanyak mungkin.
Identifikasi/survei Terhadap Teks
Suatu teks Alkitab tidak terlepas dengan konteks yang
ada maka survei atau identifikasi terhadap teks ini bertujuan untuk
menghasilkan identifikasi teks dengan metode induktif. Metode induktif adalah
metode yang paling efektif digunakan untuk menyelidiki sebuah buku (kitab),
sebuah pasal atau alinea pendek dalam Alkitab.[47]
Metode induktif dapat didefinisikan sebagai suatu proses pemikiran dari
fakta-fakta sampai kepada suatu kesimpulan.[48]
Fakta yang dimaksud jika diterapkan terhadap teks,
maka Injil Yohanes seperti yang sudah dijelaskan di bab pertama, maka dalam bab
ini sehubungan dengan teks Yohanes 10:28 ini maka penulis perlu
mengidentifikasi teks di mana teks ini penulis sebut sebagai teks yang dependen, yaitu teks yang dipengaruhi oleh ayat sebelum dan
sesudahnya atau bisa saja disebutkan dengan istilah konteks dekat dan konteks
jauh. Antara konteks sebelum dan sesudahnya pasti ada hubungan timbal balik
(interrelation). Apalagi jumlah ayat dari pasal 10
Injil Yohanes ini berjumlah 42 ayat dengan 3 perikop.[49]
Meskipun metode ini menghasilkan suatu hal baru,
namun perlu diketahui bahwa perlu kerja keras. Meskipun kita mengakui bahwa
pesan sebuah teks tidak disampaikan di dalam dan melalui kata-kata yang
terlepas-lepas, tetapi melaui frasa-frasa
dan kalimat-kalimat yang disusun dalam unit-unit pengertian, namun kita juga
harus menghadapi kata-kata satu persatu dan frasa-frasa.[50]
Penggunaan dalam berbagai terjemahan
Terjemahan-terjemahan yang ada sekarang atau
versi-versi Alkitab sangat bervariasi, namun tidak sedang menunjukkan bahwa
adanya kesalahan yang berujung fatal atau sangat
parah sehingga tidak sah. Keberagaman
versi Alkitab lebih membawa setiap orang kepada kekayaan bahasa, yang akan semakin mengungkapkan kebenaran yang ada.
Maka penulis sengaja menyajikan sejumlah terjemahan untuk melihat terjemahan
yang ada terkait dengan teks yaitu Yohanes 10:28.
King James Version John
10:28 And I give unto them eternal life;
and they shall never perish, neither shall any man pluck them out of my hand.[51] (Aku
memberikan kepada mereka hidup kekal; dan mereka tidak akan pernah binasa,
maupun siapa saja yang mengambil mereka dar tangan-Ku)
New International Version John 10:28 I
give them eternal life, and they shall never perish; no one can snatch them out
of my hand.[52]
(Aku memberikan mereka hidup kekal, dan mereka tidak akan pernah binasa,
maupun setiap orang akan merampas mereka dari tangan-Ku)
New American Standard John 10:28 and
I give eternal life to them, and they shall never perish; and no one shall
snatch them out of My hand.[53] (Aku memberi mereka
hidup yang kekal, mereka tidak akan pernah hilang dan tak seorang pun akan
mencuri mereka dari tanganku )
BGT John
10:28 kavgw. di,dwmi auvtoi/j zwh.n aivw,nion kai. ouv mh.
avpo,lwntai eivj to.n aivw/na kai. ouvc a`rpa,sei tij auvta. evk th/j ceiro,j
mouÅ (dan Aku sedang memberi mereka
hidup kekal dan mereka pasti tidak akan pernah binasa sampai selama-lamanya
juga seorang pun tidak akan mengambil mereka dari tangan-Ku)
Bahasa
Indonesia Sehari-hari John 10:28 Aku memberi mereka
hidup sejati dan kekal, dan untuk selamanya mereka tak akan binasa. Tak seorang
pun dapat merampas mereka dari tangan-Ku.
ASV Jhon 10:28 and i give them
eternal life; and they shall never perish, neither shall any man pluck them out
of my hand. (dan
Aku memberi mereka hidup kekal, dan mereka pasti tidak akan binasa, tidak akan
ada orang yang memetiknya dari tangan-Ku)
Dari berbagai terjemahan yang dicantumkan di atas,
terdapat sejumlah terjemahan dengan pemakaian kata-kata yang berbeda, pada
kata-kata tertentu dalam nats terkait diantaranya
kata yang diterjemahkan “dan mereka tidak
aka binasa” hanya terjemahan New Jerusalem Bible yang memakai kata yang sinonim
dengan kata perish (binasa) dengan
kata ‘lost’ atau hilang. Terjemahan
Baru menyebutkan “tidak seorangpun yang merebut mereka dari tanganKu” ada
berbagai variasi kata untuk kata ‘merebut’ yaitu kata snatch, steal, pluck, merampas, yang kalau diartikan memiliki arti
yaitu “merampas, mencuri, merenggut” semua kata-kata dalam berbagai terjemahan,
yang berkaitan dengan kata arpasei dan
mem
Gaya Bahasa/sastra yang dipakai
Hampir semua kesulitan bergulat di dalam menafsirkan
kitab Injil-injil dari dua fakta yang jelas; pertama Yesus sendiri tidak menulis sebuah Injil; Injil-injil itu
datang dari orang lain, bukanlah dari Dia dan yang kedua ada empat Injil. [54]
Gaya bahasa yang dipakai oleh para penulis Alkitab tidak sama, karena dibedakan oleh berbagai alasan, seperti
identitas si penulis Alkitab, kebudayaan yang ada pada waktu itu, tujuan dan
pendengar atau penerima surat atau masyarakat yang ada pada waktu itu serta
kebudayaan yang berlaku.
Penelitian sastra dalam PB, bukan sekadar mempelajari
sumber-sumber atau lapisan-lapisan teks saja tetapi juga menyangkut susunan,
gaya bahasa, struktur, nada, kosa kata, gagasan, kaitan teologi dan kekhususan
atau ciri-ciri teks dan konteks pendengar atau pembacanya.[55]
Gaya bahasa/sastra yang dipakai di dalam setiap Kitab cukup bervariasi.
Ketidaksamaan sastra yang dipaki menjadikan kitab-kitab itu saling memiliki
keindahan tersendiri, dengan demikina cara pandang dalam melihatnya harus
dengan cara yang berbeda pula.
Struktur Kalimat
Di bawah ini adalah
diagram bahasa Yunani dari Yohanes 10:27-28 untuk meninjau susunan kalimat
kata-demi kata serta fugsi dan
penggunaannya dalam kalimat.

Terjemahan secara literal dari
bahasa Yunani Yohanes 10:28 yaitu
“dan Saya sendiri
sedang memberikan hidup yang kekal kepada mereka, juga mereka sedang sungguh-sungguh tidak
akan binasa sampai
selama-lamanya, siapapun tidak dapat
merampas mereka sendiri dari tangan-Ku sendiri.”
Di sini disajikan
pula struktur kalimat dari teks terjemahan Indonesia Baru sehubungan dengan nats Yohanes 10:28
Dan
Aku memberikan
hidup
yang kekal kepada mereka
dan
mereka pasti tidak akan binasa
sampai selama-lamanya
dan
seorangpun tidak akan merebut mereka
dari tangan-Ku.
Dengan adanya
struktur kalimat yang jelas, maka akan diketahui hubungan sebab akibat dan
sebagainya. Jika kita terapkan terhadap teks Yohanes 10:28 “Aku memberikan hidup yang kekal kepada
mereka, dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun
tidak akan merebut mereka dari tanganKu” struktur kalimat yang ada pada
teks ini sebenarnya mengikuti pola kalimat dalam bahasa Indonesia pada umumnya
yaitu SPOK (subjek, predikat objek dan keterangan) di mana kata “aku” posisinya
sebagai subjek dari kalimat tersebut.
Kata “memberikan”
sebagai kata kerja (predikat), serta kata “hidup” sebagai objek dan kata “yang
kekal” sebagai kata keterangan waktu. Sedangkan kata pada kalimat selanjutnya
merupakan tambahan yaitu bagian dari kata keterangan. Preposisi ‘dan’ menghubungan
ayat 28 dengan ayat 27. Kata ganti orang pertama ‘aku’ merupakan subjek dari
kata kerja “memberikan dan
merebut”. kata kerja memberikan
merupakan sebuah predikat pertama dari subjek. Kata ‘hidup’
di sini merupakan objek langsung dari tindakan dilakukan oleh subjek. Kata ‘yang kekal’ merupakan, kata sifat yang
befungsi sebagai keterangan dari objek langsung.
Kata ’kepada mereka’ merupakan objek tidak
langsung, dari tindakan memberikan. Kata
‘dan’ merupakan preposisi
koordinatif yang menghubungkan kalimat sebelumnya dan kalimat sesudahnya. Kata ‘mereka’ merupakan subjek untuk kalimat utama
kedua. Kata ‘pasti tidak akan binasa’ merupakan predikat
bagi subjek. Kata ‘sampai selama-lamanya’
merupakan paduan dari dua kata kata depan ‘sampai’ dan kata benda ‘selama-lamanya’,
jadi kata sampai selama-lamanya merupakan keterangan bagi predikat. Kata ‘dan’ merupakan preposisi koordinatif yang masih
berhubungan sejajar dengan kalimat utama satu, dan kalimat utama dua serta
kalimat utama ketiga.
Kata ‘seorangpun’
merupakan kata ganti orang, di mana kata ini menjadi subjek dalam kalimat
utama ketiga. Kata ‘merebut’
merupakan kata predikat dari subjek ‘siapapun’.
Kata ‘tidak akan’ merupakan partikel ingkar, untuk menjelaskan kata ‘merebut’. kata ‘mereka’ merupakan objek langsung dari predikat. Kata ‘dari tangan-Ku’ merupakan keterangan
dari predikat.
Kritik Teks
Pembahasan dengan pendekatan
kritik teks perlu dilakukan, karena harus diakui bahwa ada banyak teks-teks
yang dipermasalahkan di dalam salinan-salinan naskah.
Kritik teks yang akan
diterapkan pada bagian ini berhubungan dengan sejumlah perbedaan teks yang ada,
naskah-naskah unsial yang bertanda huruf-huruf berikut, yang dipilih karena
amat bernilai dalam penentuan teks, telah dikutip dari terbitan-terbitan
Perjanjian Baru Yunani sebelumnya. Naskah-nakskah tersebut sudah diperiksa
terutama pada bagian-bagian di mana pada bukti cetaknya terdapat pertentangan
atau tidak lengkap.[56]
Sebuah manuskrip uncial lain yang berharga disebut Kodeks
Sinaitikus sebab Constantinus von Tischendorf (1815-1874) menemukannya di sebuah
biara di kaki gunung Sinai yang tradisional pada tahun 1859.[57] Naskah-naskah salinan
tersebut ditemukan kemudian, setelah ratusan tahun pasca penyalinan.
Di bawah ini akan
ditampilkan teks-teks yang dipermasalahkan dari naskah Perjanjian Baru terkait
dengan Yohanes 10:28.
Yohanes 10:28 kavgw. di,dwmi auvtoi/j zwh.n aivw,nion kai.
ouv mh. avpo,lwntai eivj to.n aivw/na kai. ouvc a`rpa,sei tij auvta. evk th/j
ceiro,j mouÅ
Bunyi/atau ragam baca
|
Simbol/ Pemetaan
Wilayah
|
||||
Symbol
|
nomor
|
Tempat
|
|||
Ayat 28
Kago didomi zoēn aionion
did) aut) zw) aiwnion
|
01
03
019
021
|
London: Sinaiticus
Roma: Vativcanus
Paris: Regius
Paris
Munich
|
|||
zw) aiw) did) aut
|
021
036
037
041
|
London: Alexandrinus
Cambridge
Paris
Leningrad dan Oxford
St. Gall
Oxford
leningrad
|
|||
apolhtai
|
London: Sinaiticus
|
||||
ouc arpasei
|
|
07
|
Basel
Paris ()
|
Di dalam teks Yohanes 10:28
ini ada teks yang mengalami perbedaan ragam, baca yaitu:
a. Ragam baca yang ada did) aut) zw)
aiwnion, teks Yunani yang ada sekarang (kavgw. di,dwmi auvtoi/j zwh.n aivw,nion)
b. Ragam baca yang ada zw) aiw) did) aut, teks Yunani yang ada sekarang (kavgw. di,dwmi auvtoi/j zwh.n aivw,nion)
c. Ragam baca yang ada Apolhtai, teks Yunani yang ada sekarang (avpo,lwntai)
d. Ragam baca yang ada ouc arpasei, teks Yunani yang ada sekarang (kai.
ouvc a`rpa,sei)
demi penyelesaian ragam baca
ini, maka ada pendekatan yang dapat
dilakukan seperti:
1. Kemungkinan
terjadinya perubahan yang
tidak disengaja: terjadinya salah lihat ketika membuat salinan. Naskah yang jadikan acuan kavgw. di,dwmi auvtoi/j zwh.n aivw,nion
namun saat
penyalinan, si penyalin bisa saja kelelahan atau melihat sepintas ada persamaan
kata tersebut dengan did) aut) zw)
aiwnion.
2. Si penyalin di dalam proses menyalin dari naskah sumber mungkin mengetahui teksnya, tetapi di dalam penyalinan,
mungkin adanya unsur penyingkatan kata, dengan maksud memudahkan untuk mengingat
kata, karena dianggap sudah tahu. Dalam hal ini terdapat kesalahan dalam
melihat huruf yang
terlihat dalam naskah yang dijadikan
sumber.
3. Terjadi
salah baca: dalam proses ini terdapat dua orang yang terlibat dalam penyalinan.
Orang pertama mendiktekan naskah sumber, sementara yang lain menuliskannya
dalam naskah yang baru. Ketika pembaca kurang teliti dalam melihat, akhirnya
kesalahan saat membaca otomatis mempengaruhi akurasi penulisannya.
Variasi
frasa “Aku akan memberikan hidup yang kekal kepada mereka”
Variasi kata “aku akan memberikan hidup yang kekal kepada
mereka” di dalam aparatus, di mana terdapat varian teks yang agak berbeda.
Yaitu did) aut) zw) aiwnion di mana teks Yunaninya kavgw. di,dwmi auvtoi/j
zwh.n aivw,nion teks yang ada sekarang memakai kata “kagō” yaitu gabungan dari kata ‘kai’ dan ‘ego’ sedangkan di dalam naskah yang terdahulu, yaitu naskah
Sinaiticus dan regius tidak ada memakai kata tersebut. “didomi” disingkat menjadi “did”
dan ‘autois’ disingkat dengan menjadi ‘aut’
serta kata ‘zoēn’ disingkat menjadi ‘zō’. Serta varian teks yang hampir sama dengan itu yaitu zw) aiw) did) aut
Di mana kata ’zoēn’
disingkat dengan kata ‘zō” dan kata ‘aiōniōn’ disingkat dengan kata ‘aiō’ kata ‘didōmi’ dan kata ‘aut’
juga disingkat. Tetapi dengan posisi yang berbeda, kata zw dan aiw) dan did) serta aut sehingga kata ini jika
diterjemahkan menjadi “hidup kekal Ku berikan sendiri”
Variasi kata “tidak akan binasa”
Variasi kata “tidak akan binasa” di dalam aparatus di
mana terdapat varian teks yang agak berbeda, yaitu apolhtai (apolētai) sedangkan di dalam
teks Yunani yang sekarang memakai kata kai. ouv mh.
avpo,lwntai yang secara literal bisa
diterjemahkan menjadi “bahkan tidak akan
pernah binasa” sedangkan di dalam teks yang dipermasalahkan memakai kata apolhtai yang mengambil bentuk
waktu futur pasif indikatif tunggal dari kata dasar ‘luō’ melepaskan atau membinasakan. Futur pasif indikaitif dibentuk
dengan dasar pangkal “aorist pasif”
jadi kata apolhtai berarti
tidak akan dibinasakan, dalam bentuk tunggal orang kedua.
Variasi kata “merebut”
Variasi kata kata
“merebut” di dalam aparatus yaitu teks ouc arpasei yang dipermasahkan.
Sedangkan di dalam teks Yunani sekarang memakai kai. ouvc a`rpa,sei tidak adanya kata kai di dalam aparatus sehingga artinya hanya mengalami
sedikit saja perubahan yaitu dari kata tidak akan sedang membinasakan (ouvc
a`rpa,sei/ouk harpasei) menjadi kata kai. ouvc a`rpa,sei (kai ouk
harpasei) yang memiliki arti yaitu “juga tidak akan sedang merebut”
Analisa terhadap kata-kata kunci
Upaya analisa terhadap kata-kata kunci memiliki
signifikansi bagi eksplorasi makna yang terkandung di dalamnya. Ada sejumlah
kata-kata yang dianggap penting, di antaranya, kata-kata kerja, kata-kata benda
dan kata keterangan lainnya. Analisa dengan kata bendanya memiliki arti uraian,
pemeriksaan yang teliti atau saksama, sedangkan kata kerjanya berarti
menguraikan atau menganalisa, menguraikan kalimat, meneliti; mempelajari.[59]
Kata-kata kunci yang dianalisa tersebut, juga dilihat dari segi infleksinya. Infleksi adalah perubahan-perubahan yang dialami
bentuk kata-kata untuk menyatakan perbedaan seperti kasus, jenis, jumlah, kala,
diatesis, modus, atau orang.[60]
Memberikan
Kata kerja bukan hanya membuat penekanan mengenai subjek (modus); tetapi
menggambarkan, bagaimana tindakan berhubungan kepada subjek, menceritakan
tindakan macam apa (waktu) tetapi hal itu juga menceritakan pribadi (oknum) dan
jumlah dari subjek). [61]
Kata yang dipakai di dalam teks Yunani yaitu (didomi) di,dwmi. Kata ini merupakan
kata kerja indikatif aktif orang pertama tunggal, dari akar kata, di,dwmi yang memunyai arti “aku sedang memberikan” kala yang dipakai adalah kala kini. Kala kini menjelaskan
tindakan yang tengah berlangsung pada waktu kini.[62]
modus yang dipakai yaitu modus indikatif.
Modus indikatif menyuguhkan tindakan sebagai suatu kepastian.[63]
Diatesis adalah unsur kata kerja yang menjelaskan hubungan antara subjek dengan
tindakan yang dinyatakan.[64]
Diatesis yang dipakai dalam kata kerja ini ialah, diatesis aktif, jadi melihat
diatesis yang digunakan, berarti tindakan “memberikan’ tersebut, merupakan
tindakan yang sungguh-sungguh dilakukan dengan inisiatif sendiri, tanpa
dipengaruhi oleh status objek, latar belakang objek, keadaan objek, ataupun
dipengaruhi oleh pihak ketiga lainnya.
Kata di,dwmi seharusnya diterjemahkan
sebagai “aku sedang memberikan”. Kala yang dipakai bukanlah futur atau waktu
dikemudian hari, melainkan berlangsung pada saat si pembicara sedang
mengatakannya dan masih berlangsung, setelah selesai
berkata-kata. Kata di,dwmi (didōmi) jika digabungkan
dengan kata benda, menunjukkan sebuah tindakan atau sebuah akibat dari dia yang
memberikan, di dalam pengertian yang apa
dia disebutkan.[65]
Hidup
Kekal
Kata hidup kekal yang dipakai di dalam teks Yohanes
10:28 yaitu zwh.n aivw,nion terdiri dari dua kata
yaitu satu kata benda zwh.n yang memiliki akar
kata zwh yang artinya life
(hidup) dan kata kedua yaitu aivw,nion (aiōnion) yang memiliki akar kata aivw,nioj (aiōnios)
ialah sebuah kata yang artinya yaitu eternal, everlasting: without beginning (kekal,
selama-lamanya, dan tanpa awal) dengan demikian dua kata yang dikombinasikan antara zwh.n
(zoēn) dan
aivw,nion (aiōnion) memiliki makna bukan
‘hidup yang kekal’ melainkan “hidup kekal” Zoē digunakan tegas dari kepenuhan mutlak kehidupan keduanya sangat penting dan
pantas dimiliki Allah dan melalui Dia baik untuk kesatuan hipostatis logos dan terhadap Kristus di mana logos
dikenakan kepad natur manusia. [66]
Seluruh
Perjanjian Baru aiōnios dapat diterjemahkan yaitu kekal, di dalam Perjanjian
Baru bisa diartikan sebagai, kekekalan Allah
kerajaan kekal, berkat keselamatan
eskatologis dan kondisi yang kekal
yang di mana tanpa awal dan akhir.[67]
Aión (Greek.) ‘bios’ means ‘course of
life’ or neccesities of life maintenance (Mark 12:44; I Tim. 2:2; 1 Yoh.
3:17).[68] Kata kekal atau aiōn adalah bagian dari hidup atau keperluan akan
pertahanan hidup.
Aion (from ao, aemi, to blow or to breathe) the
life that hastes away ini breathing of our breath, life as transitory;then the
course of life, time of life and age. Aion always includes a reference to the
life, filling time or space of time, hence, the unbounded time past and future
in which the life of the world is accomplished.[69] Aion dari kata ao, aemi, (mengembus atau
menghirup) kata kekal selalu dimaksudkan berkenaan kepada hidup, mengisi waktu
atau ruang waktu, sebab itu waktu lampau yang tidak dibatasi. Aion selalu meliputi
referensi untuk kehidupan, waktu mengisi atau ruang waktu, maka, masa lalu tak
terbatas waktu dan masa depan di mana kehidupan dunia dicapai.
Kata pasti tidak akan binasa yaitu ouv mh. avpo,lwntai (ou mē apōntai) terdiri dari suku tiga kata yaitu ouv, mh. , dan avpo,lwntai. Kata ouv sendiri memiliki arti ‘tidak’ kata ini adalah kata keterangan (adverb) sedangkan kata
artinya not atau lest (tidak) kata
ini sebagai partikel. Sedangkan kata avpo,lwntai memakai modus subjungtif,
dengan kala orang ketiga jamak, yang artinya be lost,
perish, die, be ruined (hilang, binasa, mati, dan hancur). Akar kata dari kata avpo,lwntai yaitu avpo,llumi yang memiliki arti membinasakan;
membunuh; mati; menuju kebinasaan; kehilangan; hilang rusak; terbuang;
tersesat;[70]
“Apolummi”
to destroy, cause to perish. To be utterly and finally ruined
and destroyed, to be lost, brought to nought, put to death. Appolumi memiliki arti “untuk menghancurkan, menyebabkan binasa. [71] Sama sekali dan akhirnya
hancur dan binasa, hilang, terbawa kepada nol, dimatikan. Dan “mereka tidak akan binasa” (kai ou saya apolōntai) dua kali lipat
negatif aoris kedua tengah (intransitif)
subjungtif dari "apolumi"
'untuk menghancurkan’. [72]
Sampai
selama-lamanya
Di dalam teks Yunani Perjanjian Baru yang terbit dalam
Nestle-Aland Novum Testamentum Graece,
edisi ke-27 (NTG) diterjemahkan eivj to.n aivw/na kata ini terdiri dari tiga kata yaitu eivj, to.n dan kata aivw/na. Kata eis adalah sebuah kata depan yang
memiliki kasus akusatif, dan kata ton adalah
sebuah indefinite article (artikel
tertentu) yang menunjukkan kata benda tertentu yang sudah diketahui sebelumnya.
Sedangkan kata aiona adalah sebuah
kata benda akusatif maskulin tunggal, yang artinya sampai selama-lamanya.[73]
Itu disebabkan karena preposisi (kata depan) eis+akusative, memiliki beberapa
arti yaitu kepada, ke dalam; sampai (arti waktu; terhadap, mengenai) jadi
ketiga kata ini eivj to.n aivw/na boleh didefinisikan
berkaitan dengan rentang waktu yaitu menjadi “sampai selama-lamanya”
Seorang pun
Kata “seorang pun” di dalam bahasa Yunani
yaitu tij auvta kata ini terdiri dari
dua kata yakni tij yang artinya someone,
something, a certain one, anything (seseorang, sesuatu, seorang tertentu,
siapa saja).[74] Pronoun (kata
ganti benda) adalah kata ganti benda, sedangkan indefinite
adalah artikel tidak tentu, yaitu lawan dari artikel tentu, di mana fungsi
artikel tentu ialah, untuk mencirikan kata benda yang ada, serta memperjelas
kata bendanya. Sedangkan kata kedua auvta (auta) yaitu merupakan kata ganti benda personal akusatif neuter
jamak dari kata dasar autos.
Jadi indefinite
article (kata
penunjuk tida tentu) ialah artikel yang tidak memunyai fungsi memperjelas
kata benda yang ada, tetapi hanya memberikan nama saja secara umum. Kata
seoarangpun (siapapun) merupakan kata ganti benda orang (orang pertama, orang
kedua atau orang ketiga) maka nuansa kata ‘seorang pun’ memberi indikasi bahwa,
terjadi pembatasan kepada orang lain, siapa pun dia, termasuk diri sendiri.
Tidak akan Merebut
Kata “tidak akan
merebut” ouvc a`rpa,sei(ouk harpasei) kata ini memiliki
arti “steal,
carry off, drag away, take or snatch away”[75] yaitu mencuri, membawa, menarik, mengambil atau merampas dari akar kata (harpaksō) a`rpa,zw, sedangkan kata ouvc (ouk) yaitu dari akar kata ouv (ou) yang memiliki arti yaitu tidak. merampas artinya
“mengambil dengan paksa” menjauhkan diri” (Yoh.6:15; Acts 8:39; Judas 23) [76]
Tense yang dipakai ialah kata
kerja futur, yaitu kata kerja yang menjelaskan suatu tindakan yang terjadi di
masa mendatang. Modus yang dipakai ialah indikatif, yaitu menjelaskan realitas
tindakan dari sudut pandang pembicara orang ketiga tunggal. Jadi ouvc
a`rpa,sei (ouk harpasei) dapat diterjemahkan menjadi “sungguh-sungguh
tidak akan sedang direbut (dirampas).
Dari
TanganKu
Kata “dari
tanganKu” evk th/j ceiro,j
mou (ek tēs kheiros) kata ini akan
dianalisa satu persatu yaitu (ek) evk, kata ini merupakan
kata depan (preposisi) di mana preposisi berfungsi sama seperti halnya kata
keterangan (adverbia), preposisi fungsinya menjelaskan atau mencirikan
tindakan, gerak atau keadaan yang dinyatakan oleh kata kerja.[77]
Kata adalah evk (ek) merupakan kata depan (preposisi). Kata depan bertugas
mempertegas fungsi kasus.
Kata ceiro,j
(kheiros) memakai kasus,
genetif feminin orang pertama, th/j (tēs) merupakan artikel
tentu, yang memberi penjelasam, terhadap kata benda itu sendiri, sebagai kata
yang bendanya sudah diketahui dengan pasti ciri-cirinya, atau paling tidak kata
benda tersebut bukanlah kata benda yang disebutkan secara umum, melainkan sudah
dikenali dengan baik. Sedangkan kata mou merupakan kata ganti benda
genetif tunggal, yang artinya saya, sejajar dengan kata ego. maka kalimat evk th/j ceiro,j mou (ek tēs
kheiros mou) secara penuh dapat diterjemahkan menjadi “dari tangan-Ku sendiri”.
Analisa Hubungan Gramatika/Sintaksis
Selaras dengan makna istilahnya, sintaksis berurusan
dengan masalah pengaturan atau penempatan kata, atau kelompok kata di dalam
kalimat. Sebagai bagian dari gramatika, sintaksis adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antarkata atau antar-kelompok kata (antar frasa) di dalam kalimat
(sebagai satuan dasar sintaksis).[78]
Dalam penyelidikan bahasa, pentingnya sintaksis nyata sekali.
Dan memberi kepada mereka hidup
kekal, bukan “Aku akan” tetapi “aku memberiakan; ini adalah pemberian waktu
sekarang.[79] istilah yang dipakai oleh Yesus ialah
istilah (kini)
present. Yesus tidak sedang berkata, Aku akan
memberikan hidup yang kekal, sebaliknya Dia berkata “Aku memberikan (waktu
kini/sekarang), di mana yang satunya adalah kata benda dan kata sifat menjadi hidup yang
bersifat kekal, sampai selama-lamanya serta tanpa awal. Kata zwh.n ia merupakan kata benda akusatif feminin tunggal, bahwa
posisinya dalam kalimat tersebut sebagai objek dan bukan sebagai subjek.
Sedangkan kata aivw,nion (aiōnion) sendiri posisinya sebagai kata sifat normal akusatif
feminin, yang menjelaskan kata benda
(zōen) zwh.n. Di dalam bahasa Yunani ada dua pemakaian untuk kata
hidup yaitu bios dan zoē. Bios merupakan bentuk kehidupan
yang dimiliki oleh setiap orang, kehidupan biologis, yang dipertahankan dengan
makanan, udara dan air, tetapi pada akhirnya akan berakhir dengan kematian.[80]
Bios pada dasarnya berpusat kepada
diri-sendiri, sedangkan Zoē bersifat
berpusat pada Allah dan pada orang lain.[81]
Kata ‘zoē’ digunakan dengan tegas oleh keabsolutan (kemutlakan)
kepenuhan hidup, baik esensial dan pantas yang dimiliki oleh Allah dan melalui
Dia baik terhadap kesatuan hipostatik
logos dan terhadap Kristus di dalam Dia logos diletakkan (ditaruh) kepada
natur kemanusianNya. Kata zoē ini berhubungan juga dengan kesatuan
hipostatis dari Kristus dan istilah logos mana ditambahkan satu sifat lagi
yaitu kemanusiaan Yesus. Kata “mereka tidak akan binasa sampai selama-lamanya”.
Dan mereka tidak akan binasa,
juga siapapun tidak merebut mereka dari tangan-Ku Ungkapan Yang sangat besar,
ditulis dalam bahasa megah, kerajaan, otoritas tertinggi.[82]
Kata ini merupakan kalimat
penegasan yang penuh kuasa.
Temuan Tesis Sementara
Berdasarkan hasil eksegesis di atas maka, ditemukan
suatu pernyataan yang didukung oleh sejumlah argumen-argumen yang menunjukkan
bahwa, keselamatan itu merupakan anugerah yang murni dari Allah, tanpa perlu
mempertimbangkan penerima anugerah itu sendiri, dan sifat dari anugerah
tersebut adalah kekal atau abadi
selama-lamanya.
Pendekatan Penafsiran
Untuk mengidentifikasi sebuah ayat dalam Alkitab, maka
istilah penafsiran atau hermeneutik, mendapat tugas bahwa aktivitas ini adalah
hal yang normal dan wajar demi, mendapatkan tafsiran yang sedekat mungkin
dengan maksud penulis dari sebuah kitab dalam Alkitab. Melalui pendekatan
penafsiran terhadap teks Alkitab, maka akan menjembatani kesulitan-kesulitan
yang ada dalam sebuah teks. Tidak bisa dipungkiri, seorang penafsir, identik
mencari arti sebuah teks, sedekat mungkin dengan apa yang dimaksudkan oleh
penulis Alkitab. Adannya latar belakang budaya, bahasa, kultural dan
sebagainya, membutuhkan pendekatan-pendekatan penafsiran terhadap teks Alkitab.
Secara
literal
Penafsiran secara
literal ialah bahwa biasanya penulis menuliskan sebuah kata/frase memakai
kata-kata dengan arti yang biasa (normal) arti yang dipakai dalam bahasa
sehari-hari pada waktu itu.[83]
Literal memiliki arti yaitu
normal, penggunaannya sederhana, biasa, fakta harafiah, jelas diungkapkan.[84] Penafsiran secara literal juga memiliki
pengertian bahwa penjelasan literal Alkitab berarti menjelaskan arti asli dari
Alkitab, menurut penggunaan wajar dan kebiasaan bahasanya. [85]
Penafsiran
Literal yaitu bahwa secara sederhana, yaitu menasirkan Alkitab seperti seorang
menafsirkan bentuk sastra yang lain, memberi arti alaminya, normalnya, serta
arti biasa.[86] Maka jika diterapkan bentuk penafsiran
secara literal, dengan sejumlah pengertian di atas maka, penafsiran literal,
tidak mencoba memberikan suatu pengertian sekunder dari sebuah teks. Ayat
Alkitab Yohanes 10:28 yang berkata “ dan Aku
memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa
sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.
Secara literal ayat ini berkata bahwa Yesus benar-benar
bertindak memberi hidup kekal kepada mereka (domba-domba), dan Yesus
mengungkapkan bahwa mereka, tidak akan binasa
untuk selama-lamanya, serata seorangpun tidak akan merebut mereka dari
tangan-Nya. Ungkapan semacam itu adalah ungkapan yang biasa, normal, serta
tidak berusaha berandai-andai. Yesus bukan seoah-olah mau memberikan hidup
kekal dan jaminan hidup kekal yaitu (jaminan keselamatan), tetapi sungguh-sungguh, tindakan itu wajar dan tidak
memiliki arti kedua (sekunder).
Yesus tidak berhenti hanya berkata, bahwa Dia hanya
memberikan hidup kekal, namun Yesus juga memberi jaminan yang pasti bahwa,
Yesus menjamin mereka tidak akan binasa, bukan
secara temporal (sementara) melainkan
kata “sampai selama-lamanya” memiliki pengertian bahwa jaminan keselamatan yang
Dia berikan, sampai selama-lamamya. Kata “sampai
selama-lamanya”, memiliki makna terus
menerus atau setiap waktu, dengan kata lain, tiada waktu untuk keselamatan itu
bisa hilang atau sirna, seiring dengan
berjalannya waktu. Kata keterangan
waktu di sini menunjukkan keadaan setiap saat, yakni tidak akan binasa untuk
seterusnya.
Kontekstual
Kontekstual menurut kamus karangan Jhon M Echols
diartikan yaitu yang berhubungan dengan konteks, dilihat dalam hubungan dengan kalimat.[87]
Penafsiran kontekstual ialah sebuha kata/kumpulan kata-kata/kalimat atau
paragraf tidak bisa berdiri sendiri, arti kata disebut bergantung pada
kalimat-kalimat yang ada disekitarnya.[88]
Konteks
Dekat
Pasal 10:9-18 berbicara jaminan keselamatan yang dapat
dilihat melalui tipologi yang dipakai untuk menjelaskan pribadi Kristus yang
menjamin keselamatan itu. Pertama
ayat 9 bahwa Yesus mengatkan diri-Nya sebagai pintu frase “barang siapa masuk
melalui Aku, ia akan selamat” dalam bahasa Indonesia disebutkan ‘akan’ seolah-olah
masih belum pasti diselamatkan, namun dalam bahasa Yunani, kata ‘akan’
diterjemahkan sebagai ‘eiselthe’ merupakan
kata kerja subjungtif aorist aktif, yang artinya kata kerja yang akan terjadi, dalam
pemahaman yang dikenai tindakan tersebut, tetapi bagi orang yang melakukan
tindakan itu (dalam hal ini Yesus) kala atau waktu tindakannya, adalah aorist (waktu lampau). Jadi orang yang
akan masuk melalui pintu atau Yesus sendiri, tidak dimaknai ’akan selamat’
tetapi, ia pasti selamat.
Kedua, dalam ayat yang
kesepuluh, ada pengontrasan antara pribadi Yesus Kristus dengan para pencuri.
Ayat tersebut mengatakn bahwa pencuri hanya datang untuk membunuh dan
membinasakan, namun sebaliknya Yesus datang, supaya manusia memunyai hidup.
Dengan demikian, kedatangan Yesus ke dunia bertujuan
untuk memberikan hidup kekal. Kata ‘memunyai’ juga merupakan kata kerja subjungtif, yang masih akan terjadi,
namun artinya bernada kepastian. Ketiga,
ayat 11-15, Yesus digambarkan sebagai gembala yang baik yang dikontraskan dengan orang-orang upahan yang akan lari, ketika melihat
serigala datang, sebaliknya Yesus memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya.
Melihat tindakan Yesus ini, tersirat
bahwa Yesus ingin memberikan rasa aman dan jaminan bagi domba-domba-Nya.
Keempat, ayat 29, jika pada ayat 28, ada
frase ‘seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku’. Istilah itu
diulangi lagi pada ayar 29, hanya kali ini, ada perbedaan berhubungan dengan
pribadi pemberi jaminan, yaitu Bapa sendiri (seorang pun tidak dapat merebut mereka
dari tangan Bapa) dengan demikian, jaminan keselamatan yang terkandung dalam
ayat ini, memiliki jaminan keselamatan yang double, artinya jika ada dua
pribadi yang memberikan jamininan keselamatan, maka semakin pasti pula
keselamatan yang diberikan.
Kelima, ayat 33, Yesus Kristus adalah sama hakikat-Nya
dengan Allah. Frase “menyamakan diri-Mu
dengan Allah” dan pembenaran Yesus Kristus atas pengakuan orang banyak
tersebut, memberikan kepastian, bahwa
jika Yesus adalah Allah, penguasa tertinggi. Maka jaminan yang diberikan
oleh Allah, tidak dapat digagalkan oleh siapapun.
Konteks
jauh
Konteks jauh dipakai untuk Yohanes 10:28, ialah
Yohanes 10:1-8, di mana ayat 1 dan 2, pernyataan Yesus mengenai diri-Nya
mengenai hak khusus tentang akses masuk ke kandang domba, bahwa Yesus
mengaitkan diri-Nya sebagai pintu ke domba-domba. Domba-domba yang mendengarkan
suara dari gembala, mengindikasikan hubungan yang erat dan intim dengan
gembala. Adanya batasan tertentu bahwa, seorang gembala masuk melalui pintu.
Ayat 3 dan 4, memberikan deskripsi tentang prioritas seorang gembala, yaitu pertama seorang penjaga (watchman)
membuka pintu bagi gembala agar supaya pintu dibuka bagi gembala. Kedua, bahwa setiap domba-domba
mendengarkan suara gembala serta menuntunya ke luar sesuai dengan nama
masing-masing domba-domba tersebut. Ketiga,
seorang gembala akan berjalan di depan domba-domba, maka domba-domba
mengikutinya disebabkan domba-domba mendengar suara gembala.
Ayat 5-8, Yesus mendeklarasikan diri-Nya sebagai pintu
ke domba-domba itu, dokontraskan dengan pencuri dan perampok, yang sama sekali
tidak dikenal oleh domba-domba. Hubungan ini, membuktikan bahwa antara Yesus
dengan domba-domba-Nya memunyai hubungan yang dekat, yaitu domba-domba mendengarkan suara-Nya
atau lebih spesifik, bahwa domba-domba taat dan menuruti Firman-Nya.
Secara
teologis
Pendekatan teologis atau pendekatan intuitif atau
disebut juga pendekatan ‘revelasinis’ adalah pendekatan bahwa bahwa hermeneutik
adalah ilmu yang mempelajari tentang aturan dan metode penafsiran Alkitab.[89]
Pendekatan ini disebut juga dengan’Hermeneutik Tradisional’. Asumsinya adalah
bahwa semua kejadian, tempat dan detail
dalam Alkitab dipercaya apa adanya; Alkitab adalah pewahyuan (inspiration) , ketidakmungkinan salah (inerrancy), ketidakmungkinan ada
kekeliruan (infallibility) dan orakel
Tuhan (Orocurality).[90]
Penafsiran secara teologis yaitu menafsirkan sesuai
dengan ajaran seluruh Alkitab, dasar pemikirannya adalah Alkitab merupakan
suatu kesatuan tidak ada pertentangan dalam Alkitab[91]
secara teologis berarti melihat kebenaran secara komprehensif. Sekalipun
Alkitab memiliki sejumlah ayat yang seolah-olah bersifat kontradiksi, misalnya
bahwa dalam Yakobus disebutkan bahwa iman yang tidak disertai perbuatan adalah
iman yang mati, sedangkan di dalam
Efesus sangat jelas bahwa rasul Paulus menyebutkan bahwa manusia dibenarkan
karena iman.
Sejumlah ayat-ayat yang seoalah-olah kontradiktif,
sebenarnya bisa diselesaikan dengan pendekatan-pendekatan yang ada, misalkan
dari latar belakang penulis, tujuan penulisan kitab, serta kondisi penerima
surat pada waktu itu. Pendeknya secara teologis berarti, melihat Alkitab tidak secara terpisah terhadap ayat-ayat yang lain. Melihat Alkitab haruslah
secara komprehensif, antara Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama, adalah satu
kesatuan yang tidak terpisahkan, dan saling melengkapi, keduanya merupakan
firman Allah yang tanpa salah.
Tidak ada ayat yang satu bertentangan dengan ayat yang lain. Alkitab itu sendiri memiliki
harmoni yaitu keserasian, ayat-ayat yang tampaknya berbeda dan cenderung bertentangan, sesungguhnya tidaklah demikian adanya. Perkataan
Yesus dalam Yohanes 10:28, sangatlah tepat bahwa Yesus memberikan hidup kekal
kepada mereka (domba-dombanya) dan menjamin mereka, bahwa kebinasaan tidak akan
pernah menyentuh mereka walau sedetik pun, karena kata-kata ‘sampai-selamanya’ sinergi dengan hidup kekal, bukan suatu hidup yang akan
binasa, melainkan kekal adanya. Selaras dengan apa yang diungkapkan di dalam
Yohanes 3:16, bahwa orang percaya memiliki hidup kekal.
Teologia Yohanes keseluruhan
Sumber untuk studi teologi Yohanes adalah injil
Yohanes itu sendiri. Teologi Yohanes berpusat pada pribadi Kristus dan wahyu
Allah yang diberikan melalui kedatangan Yesus Kristus. Pribadi yang bersama
Allah sejak kekekalan sekarang menjadi manusia, dan Yohanes memberitakan
kemuliaan-Nya.[92] First the Gospel of
John is more theological it focuses on the divine nature of Jesus. Jhon’s
purpose was to present Jesus in way that convinced readers of his Deity.[93] Memang dari segi isi, bahwa Injil Yohanes
cukup unik dan memiliki penekanan khusus, yakni Injil ini lebih teologis, yang
berfokus akan natur keilahian Yesus, bahwa tujuan dariYohanes ingin menampilkan
Yesus, dengan cara meyakinkan pembaca tentang keilahian-Nya.
Injil Yohanes menekankan keilahian Yesus Kristus, Anak Allah, tidak ada
Injil lain yang melukiskan sifat manusiawi-Nya dengan lebih jelas, juga tidak
ada yang menyatakan hak ke-Tuhanan-Nya dengan lebih tegas: Firman it adalah
Allah’ (1:1) “Aku dan Bapa adalah satu”; “Sebelum Abraham jad, Aku ada” (8:58);
“Barangsiapa telah melihat Aku,ia telah melihat Bapa” (14:9); dan seruan Tomas,
“Tuhanku dan Allahku”
(20:28).[94] Yohanes ingin
pendengarnya mengenal Yesus dari sisi yang berbeda, yakni tidak seperti Injil
Sinoptik, penggunaanb Logos menjadi dasar bahwa inti berita Yohanes, ialah
bahwa pribadi yang dibicarakannya, tidak berada jauh di sana, melainkan telah
diam bersama dengan manusia (Yoh. 1:14).
Yohanes memakai kata-kata
berupa penegasan yang bersifat konstruktif, yaitu membangun pengertian, bahwa yang ilahi sudah berada di dunia.
Kata penting yang ketiga di dalam Injil ini adalah hidup; dalam gaya bahasa Yohanes ia adalah rangkuman dari segala
sesuatu yang dikaruniakan kepada orang percaya melalui penebusan-Nya.[95]
Jelas sekali bahwa puncak penulisan rasul Yohanes di dalam Injil yang keempat
berpusat kepada Krisus. Yohanes menginginkan pendengarnya supaya percaya kepada
Anak Allah yakni Tuhan Yesus Kristus dan mereka sebenarnya akan memiliki hidup
kekal dari Firman yang telah berinkarnasi.
Temuan/kesimpulan hasil telaah
Berdasarkan hasil telaah mendalam terhadap Yohanes
10:28, mengenai jaminan keselamatan, maka dihasilkan sejumlah temuan-temuan
teologis mengenai jaminan keselamatan.
Yesus adalah sumber dan inisiator jaminan keselamatan
Berdasarkan hasil eksegesa terhadap Yohanes 10:28,
yang setelah melakukan analisa kata, bahwa ungkapan “Aku
memberikan hidup kekal” di mana
subjeknya adalah Yesus sendiri, di mana si subjek melakukan suatu kegiatan
(aktivitas) memberi. Kata memberi hidup kekal itu memakai kala kini aktif
indikatif, yang berarti, bahwa Yesus dengan sadar dan dengan inisiatif sendiri,
memberikan jaminan keselamatan kepada manusia, yang kemudian, dapat disebutkan bahwa, Yesus sebagai sumber jaminan keselamatan.
Kata “memberikan” merupakan suatu tindakan yang benar-benar terjadi atau
merupakan sebuah realitas, yaitu hidup kekal sungguh-sungguh diterima oleh
mereka (domba-domba). Objek yang dikenai tindakan ialah “mereka” membuktikan bahwa kata “mereka” merupakan receiver (penerima) dari tindakan Yesus.
Tindakan Yesus merupakan bukti bahwa Dia adalah sumber dan inisiator jaminan
keselamatan Yesus yang berinisiatif tanpa dipengaruhi objek atau sesuatu di
luar diri-Nya, sungguh-sungguh merupakan keputusan sepihak, yaitu Yesus
sendiri. Hal ini dibuktikan dengan kata kerja bahasa Yunani di,dwmi.
Manusia sebagai sasaran/objek dari jaminan keselamatan
Berdasarkan hasil analisa terhadap kata mereka yang muncul sebanyak 3 kali,
menunjukkan bahwa istilah mereka di dalam ayat 28, menunjukkan bahwa kata “mereka” memiliki arti bahwa manusia itu
sebagai sasaran atau objek dari jaminan keselamatan. Kata “mereka” yang pertama dihubungkan dengan tindakan personal Yesus
yang memberikan “hidup kekal” yang
ditujukan. Kata “mereka” yang kedua
dihubungkan dengan pengulangan sekaligus penegasan, yaitu “mereka tidak akan binasa sampai selama-lamanya”. Kata “mereka” yang ketiga, dihubungankan
terhadap perlindungan serta kepastian, yakni “dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku”
Jelaslah dari ketiga istilah yang sama, yang dipakai
oleh Yesus secara eksplisit, menekankan dan memberi makna, bahwa manusia
sebagai sebagai objek yang dikenai tindakan. Dalam pemakaian bahasa indonesia
disebutkan bahwa kata “mereka” menjadi “objek
penderita” objek yang dikenai tindakan langsung oleh si subjek atau si
pembicara. Dalam teks Yohanes 10:28 kata “mereka”
dapat diartikan bahwa manusia bukan oknum yang menyelamatkan, juga bukan sebagai sumber keselamatan, melainkan sasaran dari
keselamatan yang diberikan oleh Yesus.
Jaminan keselamatan
tanpa limitasi ruang dan waktu
Apa yang Yesus berikan kepada “mereka” adalah hidup kekal (zwh.n aivw,nion) bukan hidup temporal atau hidup yang dialami oleh manusia secara
normal. Melainkan kualitas hidup yang diberikan oleh Yesus bersifat kekal, oleh
sebab itu istilah yang dipakai untuk jenis hidup ini yaitu zwh.n
aivw,nion. Arti normal dari hidup kekal ialah hidup yang tanpa batas,
selama-lamanya. Kata aivw,nion memiliki arti eternal, everlasting: without beginning,
yakni kekal, selamanya, dan tanpa awal. Memberi gambaran bahwa kualitas hidup
itu tidak
habis atau termakan oleh waktu. Kata “pasti tidak akan binasa”
memiliki arti, bahwa mereka yang sudah menerima jaminan keselamatan, sungguh-sungguh,
tidak akan mengalami kebinasaan sampai akhir dunia ini, bahkan tidak bisa
hancur oleh dunia ini. Dunia pada akhirnya akan hancur,
tetapi jaminan keselamatan orang-orang percaya benar-benar aman
Kata “selama-lamanya” mengingatkan setiap orang percaya, bahwa keselamatannya dijamin oleh
Yesus. Yesus berjanji memberikan jaminan keselamatan, tanpa limitasi ruang dan
waktu, di manapun dia, bagaimanapun dia, dia adalah seorang yang memiliki
keselamatan yang sudah terjamin dan permanen.
Istilah hidup kekal, sebenarnya sudah mewakili, bahwa jaminan
keselamatan yang Yesus berikan, tidak terbatas oleh oleh ruang dan waktu.
Deskripsi tambahan, melalui kata “tidak akan binasa” memberi penekanan dengan ide (gagasan) yang sama yang saling mendukung, yaitu bahwa jaminan keselamatan itu
dialami setiap waktu, setiap saat, dan setiap detik.
Jaminan keselamatan bersifat kekal dan tidak bisa
hilang
Yesus memberikan jaminan keselamatan, dan sifatnya
kekal serta tidak bisa hilang. Ada beberapa bukti yang dapat dilihat dari teks
Yohanes 10:28, yaitu pertama, kata “hidup kekal” (zwh.n
aivw,nion) nuansa hidup kekal, berarti bahwa hidup itu,
bukan hidup seperti yang diistilahkan sebagai bios, yang berkaitan dengan hidup dari makhluk hidup lainnya yang sifatnya sementara, melainkan kata yang dipakai untuk hidup ialah zwh (zoē), yaitu hidup yang bersumber dari Allah yang bersifat
kekal. Kedua, kata “tidak akan binasa” (ouv
mh. avpo,lwntai) kata ini
memiliki arti yang hampir sama dengan tidak binasa yaitu “tidak akan hilang, mati
dan hancur”. Nuansa pemakaian istilah ini dapat diterjemahkan menjadi jaminan
keselamatan tidak akan hilang, hancur bahkan tidak akan binasa
Ketiga, kata “sampai selama-lamanya (eivj
to.n aivw/na) di mana nuansa kata ini memiliki arti kekal, dari
kata aivw/na. Bahwa jaminan keselamatan yang
Yesus berikan, tidak bersifat sewaktu-waktu, melainkan sampai selama-lamanya
Yesus benar-benar menjamin keselamatan seseorang. Keempat,
kata “seorang pun tidak akan merebut”
(tij auvta ouvc a`rpa,sei) bahwa siapapun, tidak bisa merebut atau
merampas orang percaya dari tangan Yesus (evk th/j ceiro,j)
kata “siapapun”
berarti tidak satu manusia pun yang
bisa menghilangkan jaminan keselamatan yang Yesus berikan, termasuk diri
sendiri. Jadi jaminan keselamatan yang Yesus ungkapkan yang bernada kepastian
itu, bersifat kekal dan tidak bisa hilang, bahkan tidak potensial untuk bisa
hilang, oleh apapun, siapapun dan kapanpun. Jaminan keselamatan yang Yesus
berikan tetap untuk selama-lamanya permanen dalam setiap orang percaya.
All
the believers devoted themselves to the apostles' teaching, and to fellowship,
and to sharing in meals (including the Lord's Supper), and to prayer.
(Act 2:42 NLT) NIV Acts
2:42 They devoted themselves to the apostles' teaching and to the fellowship,
to the breaking of bread and to prayer.
(Act 2:42 NIV) NET Acts 2:42 They were devoting
themselves to the apostles' teaching and to fellowship, to the breaking of
bread and to prayer. (Act 2:42 NET) ITB Acts 2:42 Mereka bertekun dalam
pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk
memecahkan roti dan berdoa.
(Act 2:42 ITB)
[3]Ibid. 133.
[4]Charles F Stanley, How to Live Through A Bad Day (2008) 30.
[5] Robert P. Lightner, Sin, the Savior, and Salvation (Grand Rapids:Thomas Nelson Publication,1996)
244.
[9]Robert P. Lightner, Sin, the Savior, and Salvation (Grand Rapids:Thomas Nelson
Publication,1996)244.
[10]Charles, F Stanley How to Live Through A Bad Day (2008) 30.
[11]George,
Eldon Ladd Teologi Perjanjian Lama (Bandung:Kalam Hidup,2002)349.
[16]Ibid.
600.
[17]Duyverman M e, Pembimbing Ke dalam Perjanjian Baru (Jakarta:BPK Gunung Mulia,2008) 71.
[19]Robert Boyd, Boyd’s Bible Handbook (Eugene Oregon:Harvest House Publishers,1983)
428.
[20]Donald
Guthrie, Tafsiran Alkitab Masa Kini
Matius-Wahyu (Jakarta:Yayasan Bina Kasih, OMF,2006 )
258.
[25]Ibid.
The Wycliffe Bible Commentary 299.
[28]Ibid.
57.
[30]Ibid.
299
[32]Ibid.
25
[33]Ibid. 430.
[36]ibid.
Merrill, F Unger Unger’s Bible Handbook. 544
[43]Thatcher
Virginia, The New Webster Dictionary of
The English Language New York:Grolier,1970 307.
[46]Wm Douglas Chamberlain, An
Exegetical Grammar of the Greek New Testament ()1.
[48]Ibid.
23
[49]Pembagian
3 Perikop sesuai teks LAI terjemahan
baru.
[52]Ibid.
[53]Ibid.
[54]Gordon
D Fee, How To Read The Bible For All Its Worth
(Manila,Philipipines:OMF Literature
INC,2001) 113.
[56] LAI. Perjanijan Indonesia Yunani
(Jakarta:LAI,2000) 1779.
[58] Bible Books
[61]Wm. Douglas Chamberlain, (An Exegetical
Grammar of the Greek New Testament) 87.
[63]Petrus
Maryono, Gramatika dan Sintaksis Bahasa
Yunani PerjanjianBaru (Yogyakarta: tanpa
penerbit,1994) 88.
[65]J H. Thayer, The New Thayer’s Greek-English Lexicon of the New
Testament (Messachussets:Christian Copyrights,1983)
1325
[67]Ibid.48
[68]J D. Douglas, New Bible Dictionary (USA:Tyndale House Publishers,1982) 698.
[69]Ethelbert W. Bullinger, A Critical Lexicon
and Concordance To The English And Greek New Testament
(Michigan: Grand Rapids, 1975) 256.
[71]Maarvi
R.
Vincent, Vincent’s Word Studies of the New Testament
(Virginia: Macdonald Publishing Company, tanpa tahun terbit) 58.1
[72]Archiald Thomas
Robertson, Word
Pictures in the New Testament (GranD Rapids:Michigan, 1952) 182.
[75]Bibe
Works 7
[76]Herbert Lockyer, All the Doctrines of the Bible (Grand
Rapids: Michigan,1964) 224.
[77]Petrus
Maryono, Diktat Gramatika dan Sintaksis Bahasa Yunani Perjanjian
Baru (STTII:Surabaya) 66.
[78]Ibid.
10.
[79]Robert Jamieson, A
Commentary 3 (Michigan:Grand Rapid,1984). 414.
[84]Roy B. Zuck, Basic Bible Interpretation (Ontario:Kingway Communication,1991
)148.
[85]Ibid. 148.
[86]Lawrence O. Richard, Creative Bible Teaching (Chicago, Moody
Publishers,1998) 68.
[89]Marulak
Pasaribu, Eksposisi Injil Sinoptik (Malang
Gandum Mas,2005) 96.
[90] Ibid.
97.
[93]Henry Blakaby, The Gospel of John (Nashville:Thomas Nelson 2007) 7.
[95]Ibid.
237.
0 Response to "KESELAMATAN TIDAK BISA HILANG?"
Post a Comment