PEMBINAAN WARGA JEMAAT ALLAH OLEH PENDETA





A. PENDAHULUAN

Gereja adalah orang-orang yang dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang yang ajaib, dari dua kata bahasa Yunani, yaitu kata “ek” yang berarti keluar dari, sedangkan kata “kaleo” dari kata kerja aktif indikatif yang berari memanggil. Jadi kata ekklesia iru sendiri ialah pribadi (manusia) yang dipanggil keluar dri kegelapan.

Gereja lahir pada saat murid-murid menerima baptisan Roh Kudus dalam Kisah Para Rasul. Sebab Yesus sudah menubuatkan kepada Petrus sebelum Yesus diserahkan bahwa di atas batu karang Yesus akan mendirikan jemaat yaitu Gereja. Israel secara bangsa bukanlah Gereja. Orang-orang yang percaya kepada Yesuslah yang disebut Gereja. Murid-murid pada waktu itu benar-benar menjadi saksi. Murid-murid bertambah dengan pesatnya.

Murid-murid merefleksikan diri mereka sebagai orang percaya (Gereja). Alkitab mencatat bahwa mereka bertekun di dalam pemecahan roti dan berdoa serta bersekutu. Yesus menambah jumlah orang-orang yang percaya kepada Kristus. Jelas terlihat bahwa mereka yaitu para murid-murid menjadi kaum rohaniawan yang memunyai relasi yang intim dengan Tuhan dan sesama.

Mereka bukan saja bergerak di bidang rohani, tetapi untuk perkara dan hal yang jasmani pun mereka perhatikan dengan menunjukkan dedikasi yang mampu memberikan warna kekristenan yang sesungguhnya. Dalam pembahasan mengenai peran kaum rohaniawan dalam pertumbuhan gereja itulah yang menjadi inti dari obsevasi penulisan paper ini, sampai sejauh mana dan bagaimana serta apa peran kaum rohaniawan. Berlandaskan Gereja mula-mula yang mengalami pertumbuhan Gereja secara signifikan, di mana pengimpartasian segala kualifikasi-kualifikasi rohani kepada   jemaat dan masyarakat.

Sama seperti murid-murid semakin dihargai dan dihormati oleh banyak orang banyak karena nama Kristus yang diberitakan. Devosi  para murid di tengah-tengah orang yang merupakan kelompok  garis keras, yang sangat menentang ajaran Tuhan Yesus namun mereka bungkam, karena buah oleh sebab pertumbuhan gereja di dalam pemberitaan Injil yang disertai oleh Tuhan, maka terlihat jelas bahwa pertumbuhan gereja juga menuntut peran para murid, yang untuk istilah sekarang ini ialah kaum rohaniawan yaitu para hamba Tuhan atau para gembala yang menggembalakan sidang jemaat.


B. KAUM ROHANIWAN SEBAGAI PEMIMPIN UMAT

Kaum rohaniwan yang kita sebut saja pendeta atau gembala sidang dan dia yang melayani umat atau seorang yang melayani Tuhan. Bahwa kaum rohaniwan adalah seorang pemimpin, di mana dia sedang memimpin suatu kumpulan orang banyak.
Tidak bisa dipungkiri para kaum rohaniwan mendapat sentral di dalam kerohanian orang-orang percaya atau bagi gereja Tuhan. Kaum rohaniawan cukup memiliki banyak pengaruh biak internal yaitu kepribadian dan karakter hamba Tuhan tersebut. Sedangkan fakta eksternal, yaitu bahwa Hamba Tuhan juga hidupnya dilihat dan diperhatikan oleh orang-orang setiap waktu.

Para hamba Tuhan adalah seorang pemimpin. Yaitu seorang yang ditetapkan oleh Tuhan sebagai pribadi yang bertanggung jawab sepenuhnya atas domba-domba yang dipercayakan oleh Tuhan. Tentunya seorang pemimpin harus menunjukkan kepemimpinannya atas umat. Seorang pemimpin umat bertanggung jawab secara penuh untuk membawa umat kepada apa yang Tuhan kehendaki.

Sebab pemimpin harus memberikan kontribusi dengan mengimpartasikan segala kecakapan-kecakapan dan segala potensi-potensi yang dia miliki yang diorientasikan kepada jemaat dan jemaat juga memberikan apresiasi atas jerih payah seorang yang dengan memutuskan untuk hidup bersama jemaat.

Seorang pemimpin harus berani di dalam mendemonstrasikan kuasa dan charisma yang diberikan Allah, layaknya orang-orang yang bertanggung jawab dengan integritas yang dipertaruhkan dalam memberikan model kepemimpinan yang baik dan yang menyenangkan hati Allah. Allah tidak saja memberkati umatnya, namun Roh Kudus memakai agen-agen, sarana-sarana dan alat-alat untuk menyelesaikan karyaNya.[1]

Maka penentuan rasul dan murid serta para penatua dalam kisah para rasul tidak merupakan sesuatu yang asing dan sesuatu yang menimbulkan kesan baru dan itu suatu keberadaan yang memang hakikatnya demikan ada di dalam pertumbuhan gereja dan pelipatgandaan orang-orang percaya. Yang mengakibatkan semakin banyaknya jumlah orang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat.

C. PELAYANAN PENGINJILAN

Salah satu masalah yang bersifat kontemporer adalah penginjilan. Terlalu banyak gereja yang yang sangat tidak peduli lagi dengan tugas dan pelayanan ini. Sekalipun pemberitaan Injil itu adalah mandat yang diberika oleh Yesus, sebelum Dia meninggalkan para murid pada waktu itu. Istilah amanat agung (great comission) inilah yang membuat sejarah baru yaitu munculnya gereja yang pertama kali disebut dalam Anthiokia. Para murid mengerti bahwa inti dari seluruh Alkitab yaitu Injil di mana seluruh rencana kerja Allah dan seluruh karya Tuhan Yesus ada di dalam satu pesan ini yaitu Gospel.

Kecuali kalau tidak karena palayanan para murid-murid Yesus, maka kita tidak akan melihat gereja yang sekarang ini. Mereka mengerti bahwa kaum rohaniawan pada waktu itu ialah para rasul dan para murid. Pertobatan dari tiga ribu jiwa pada satu hari, memecahkan rekor yang berhasil membawa jiwa yang baru kepada Tuhan. Dan dari situlah awal dari pertumbuhan gereja.

Mereka adalah contoh gereja yang mula-mula yang berhasil, dan yang berani mengambil segala konsekuensinya yaitu cemooh dan penderitaan dari berbagai pihak orang Yahudi. Namun satu hal yang paling menarik bahwa pelayanan penginjila merupakan salah satu faktor di mana menghasilkan pertumbuhan Gereja.Peran gembala dalam gereja bertumbuh sangat penting dan perlu mendapat perhatian mendalam.

Berbicara mengenai gereja bertumbuh bukanlah semudah membalikkan telapak tangan dalam mewujudkannnya. Seringkali permasalahannnya adalah gereja ingin bertumbuh dan ingin maju tetapi peranan pemimpinnnya atau gembalanya lemah dan tidak diperhatikan.[2]

Pemberitaan Injil pada hakikatnya memiliki misi dan visi yang khusus, yaitu menyampaikan tanda-tanda kehadiran Kerajaan Allah yang mentransformasi kehidupan agar umat manusia memperoleh pengampunan, penebusan, pemulihan dan rekonsiliasi yang menyeluruh secara vertikal dan horisontal. Itu sebabnya pemberitaan Injil dalam konteks ini bukan untuk mengubah orang lain untuk memeluk agama Kristen.
Tetapi mengubah pola pikir dan nilai-nilai yang ada di dunia ini agar sesuai dengan pola pikir dari kehendak Allah, dan hidup sesuai nilai-nilai yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Dengan pemahaman yang demikian, tugas pemberitaan Injil berjuang untuk mentransformasi kehidupan ini dengan pendekatan sosial-budaya, sastra, musik, pendidikan, dan politik.

D. PELAYANAN PEMURIDAN

Istilah pemuridan berasal murid, yaitu secara praktis menunjukkan bahwa adanya aktivitas menjadikan murid yang pada akhirnya bisa melahirkan muris juga. Untuk dapat bertumbuh, gereja harus mempunyai program yang akan mengintegrasi petobat-petobat baru dan yang akan melatih para pemimpin setempat, orang perseorangan atau dalam kelompok kecil. Si perintis akan melatih para pemimpin ini untuk beriman dan akan memperlengkapi mereka dalam hal praktis seperti: doa, memberi kesaksian, "memenangkan" jiwa bagi Kristus, memimpin kelompok PA di rumah, mengajarkan kebenaran Alkitab, dan sebagainya.

Hal penting dalam melatih seseorang, yaitu orang yang diajar harus dibawa serta oleh si penginjil perintis kalau ia terjun ke lapangan. Sebagai contoh, para pemimpin yang baru harus menemani si perintis kalau si perintis sedang memimpin kelompok PA di rumah-rumah mereka yang belum menerima Kristus menjadi Tuhannya.

Pemimpin setempat harus menemani si perintis dan mengamati dia ketika dia sedang bersaksi, membimbing orang-orang kepada Yesus, dan sebagainya. Tidak ada orang yang dapat memuridkan seseorang bila hanya dilakukan di dalam kelas. Pemuridan selalu tidak sama di setiap gereja dan setiap denominasi gereja, disebabkan kebutuhan dan hal-hal yang berkaitan dengan gereja itu sendiri bagaimana metode yang dipergunakan untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang sudah masuk dalam perencanaan dalam manajemen penginjilan.

Ada dua rahasia tentang pemuridan yang baik: Pertama, melatihl orang-orang secara perseorangan atau dalam kelompok-kelompok kecil. Kedua, penting untuk membawa serta mereka terjun ke lapangan bersama Anda sementara Anda memberitakan Injil. Seorang murid hanya akan melakukan apa yang dikatakan oleh Gurunya “dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu….” Ini salah satu bagian yang penting dari inti amanat agung yang merupakan satu paket dengan amanat agung yaitu pergi memberitakan Injil.

Di dalam kisah para rasul sangat jelas dikatakan bahwa jumlah para murid yang semakin banyak, yang pada akhirnya juga memberitakan Injil. Mereka tidak memahami secara sempit bagaimana peran dan fungsi kaum rohaniawan di tengah bangsa Yahudi pada waktu itu. Murid-murid dan para rasul mewarnai dunia bangsa Yahudi pada waktu itu.

E. PELAYANAN PERSEKUTUAN

Untuk dapat bertumbuh, sebuah gereja perlu mempunyai persekutuan bersama saudara-saudara seiman, dimana terdapat kasih sejati di antara para anggota. Di sini terlihat jelas bagaimana para kaum rohaniawan begerak di bidang yang sudah ditentukan. Bilamana ada pengunjung-pengunjung yang masuk ke gereja, mereka harus dapat merasakan kasih Allah, juga kasih di antara para anggota.

Kalau ada kepahitan, kebencian, dan perpecahan, tidak mungkin sebuah gereja dapat bertumbuh. Para pengunjung perlu melihat adanya keharmonisan dan kasih di gereja. Dengan demikian, barulah mereka dapat merasakan adanya persekutuan hangat di antara para anggota dan merasa diterima.
Pertumbuhan jemaat yang dialami oleh para murid, bukanlah hanya dirasakan oleh murid itu sendiri, melainkan orang-orang yang disekitar merka juga memberikan rasa hormat kepada pada murid. Seorang pemimpin dari berdoa. Mereka yang menduduki posisi sebagai pemberi komando, mendapatkan instruksi untuk bersiap sedia dan melibatkan diri.

Para pemimpin di dalam pekerjaan Allah  perlu untuk mengingat dengan baik prinsip ini[3] relasi yang baik di antara pemimpim umat dan jemaat, harus merupakan prioritas yang utama. Janganlah diangga hal yang kurang signifikan.

Kepemimpinan yang sangat diinginkan tidak dapat dikembangkan kecuali seorang gembala menunjukkan kesamaan seperti Kristus dalam kehidupannya sendiri dan dengan demikian memberi inspirasi dan melengkapi beberapa orang untuk kepemimpinan.[4] 

Sungguhpun demikian dari data-data yang kita peroleh dalam Kisah 6 tentang ketujuh pelayan meja itu nyata, bahwa dalam  “jabatan” mereka motif-motif diaconal memainkan peranan penting.[5]

Seorang pendeta dapat mengatur segalanya di dalam gereja yang anggotanya 30 sampai 80 orang. Tetapi bagaimanapun juga, suatu saat, gereja itu akan sampai pada titik dimana tidak akan terjadi perkembangan lebih lanjut kalau ia tidak melatih orang-orangnya dalam bidang metode kepengurusan. Ia harus mendelegasikan tanggung jawab kepada orang-orang yang dewasa kerohaniannya dan yang sudah terlatih.[6] Jawaban solusi dan pengarahan yang diterima oleh seseorang secara langsung terkait dengan pertanyaan yang berkecamuk

“Menjadi pendeta” sekarang ini merupakan suatu pemilihan profesi sama seperti pemilihan profesi-profesi lainnya di  mana pertimbangan-pertimbangan pribadi sering kali lebih utama daripada soal-soal pelayanan itu sendiri.[7] Sekalipun Alkitab tidak secara khusus membicarakan pertumbuhan gereja, prinsip pertumbuhan gereja adalah pemahaman bahwa Yesus mengatakan, “Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Matius 16:18). 

Paulus meneguhkan bahwa gereja berdasar pada Yesus Kristus (1 Korintus 3:11). Yesus Kristus juga adalah Kepala gereja (Efesus 1:18-23) dan hidup gereja (Yohanes 10:10). Setelah mengatakan demikian, patut diingat bahwa “pertumbuhan” adalah istilah yang relatif. Ada berbagai macam pertumbuhan, dan beberapa di antaranya sama sekali tidak berhubungan dengan angka. 

Gereja bisa saja hidup dan bertumbuh sekalipun angka keanggotaan/kehadiran tidak berubah. Kalau orang-orang dalam gereja itu bertumbuh dalam kasih karunia dan pengenalan akan Tuhan Yesus, tunduk pada kehendakNya dalam kehidupan mereka, baik secara pribadi maupun bersama-sama, itulah gereja yang mengalami pertumbuhan yang sejati.

Pada saat yang sama, gereja dapat menambah kegiatan setiap minggu, memiliki jumlah yang besar dan tetap mati secara rohani.  Tugas pemberitaan Injil bukanlah sekedar suatu pelengkap dari tugas gereja. Sebab gereja pada dirinya bersifat missioner. Di I Kor. 9:16, rasul Paulus berkata: “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil”. 

Jadi pemberitaan Injil merupakan bagian yang hakiki dari kehidupan dan eksistensi gereja. Karena selain melalui pemberitaan Injil, gereja menyampaikan berita keselamatan Allah di dalam Tuhan Yesus, juga melalui pemberitaan Injil gereja mengalami proses pertumbuhan.

Dengan demikian, pertumbuhan gereja sangat ditentukan oleh Pemberitaan Injil. Ini berarti gereja-gereja yang secara faktual mengalami proses pertumbuhan, tetapi tidak memberitakan Injil dapat dipertanyakan, apakah pertumbuhannya disebabkan karena aspek lokasi strategis, ikatan kekeluargaan, kesukuan, iming-iming materi, daya tarik pemimpin/ key-person, dan sebagainya..[8]

Allah menciptkan anda sebagai pribadi yang unik agar Dia dapat memakai anda dengan cara yang khusus.[9] Pendeta-pendeta, penatua-penatua dan diaken-diaken Gereja ditugaskan untuk bekerja sama dalam jemaat.[10] Oleh kerja sama itu mereka saling membantu dan saling mengisi.
                                                                                                                                 



[1]George, W Peters. Theologi Pertumbuhan Gereja (Malang:Gandum Mas, 2003) 111.
[3]Charles, R Swindoll. Kepemimpinan Kristen yang  Berhasil (Surabaya:Yakin, ) 43.
[4]Ron, Jeson. Dinamika Pertumbuhan Gereja (Malang:Gandum Mas, 2004) 150.
[5]J L, Ch Abineno. Diaken (Jakarta:Gunung Mulia,2003) 17.
[7]Yakub, Susabda. Adminisrasi Gereja (Malang:Gandum Mas,2006) 14.
[9]HB, London JR. Pelayanan Allah  yang Berjiwa Besar (Jakarta:Immanuel,1999) 220.
[10]J, L Ch Abineno. Penatua  (Jakarta:BPK, 2008) 17.

0 Response to "PEMBINAAN WARGA JEMAAT ALLAH OLEH PENDETA"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel