INTRODUKSI KITAB PENGKHOTBAH
A. INTRODUKSI
KITAB ENDAHULUAN
Kitab
Pengkhotbah adalah suatu kitab yang dikenal secara luas, tetapi sekaligus
menjadi kitab yang banyak menimbulkan problem (baik penulis dan isinya). Kitab
ini melaporkan suatu pencaharian manusia akan makna kehidupan dan kepuasan
hidup di atas bumi dalam suatu realita ketidakadilan, kemustahilan yang nampak
di sekitar manusia itu.
Jika kitab Pengkhotbah diidentikkan dengan
Salomo, kitab ini tentulah ditulis dari suatu pokok yang unik yang
menguntungkan. Salomo lebih memiliki kualifikasi dari pada yang lain sebagai
penulis dari kitab ini. Ia memiliki karakter yang lebih kuat, bahan-bahan dari
sumber-sumber yang akurat baik dari dari dunia politik, seni, religius terpadu di dalam dirinya.
Kitab ini
adalah suatu kitab yang sulit dipadukan tetapi pendekatan alternatif dapat
dipergunakan. Kitab Pengkhotbah dapat dibagi ke dalam beberapa bagian antara
lain:
Seruan atu
eklamasi (1:1-11), pengalaman (1:12-2:26 ),
penyelidikan (3-6), exorhation (nasihat)
dan penjelasan (7-12:7) dan epilog (12:8-14).
1. Eklamasi
Atau Anjuran (1:1-11)
Sesudah satu
ayat pendahuluan, Pengkhotbah menetapkan tema kitab tentang, “kesia-siaan
belaka”, segala sesuatu adalah sia-sa (1:2) “ hidup di bawah matahari adalah
sia-sia dan membingungkan.
Ay.3-11,
menggambarkan tema kitab ini dalam suatu siklus kesia-siaan yang tidak ada
habis-habisnya yang dapat ditemukan melalui alam dan sejarah hidup manusia.
2. Pengalaman (1:12-2:26 )
Pengkhotbah
menjelaskan berbagai pengalaman tentang pencaharian makna hidup dan kepuasan
hidup sebagaimana ia menyelidiki hal itu dari sumber-sumber yang sangat luas.
Dia memulai
dengan hikmat (1:12 -18)
dan menyimpulkan bahwa memperoleh banyak pengetahuan menghasilkan kesia –siaan.
Kemudian
pengkhotbah bergerak dari hikmat kepada tertawa atau kegirangan, kesenangan,
dan anggur (2:1-3) dan kemudian kembali kepada pekerjaan-pekerjaan, wanita,
kekayaan, (2:4-11) tetapi keseluruhannya hanya akan membawa kepada kekosongan.
Kenyataannya hikmat
jauh lebih besar dari pada kebodohan,
tetapi kedua-duanya juga membawa kepada kesia-siaan dalam kesementaraan hidup
dan kematian (2:12 -17).
Pengkhotbah menyimpulkan bahwa kepuasan hidup dan sukacita ditemukan hanya di
dalam Allah.
3. Penyelidikan
(3-6)
Pada bagian
ini, Pengkhotbah berangkat dari suatu
pengalaman kepada suatu pencaharian philosofis, tetapi kesimpulannya tetap
sama. Pengkhotbah melihat tidak berubahnya urutan dari setiap peristiwa yang
terjadi (siklus alam) dan kepastian hukum-hukum Allah (tidak berubah).
Waktu itu
sangat singkat dan di atas bumi tidak ada yang kekal (3:1-15). Kesia-siaan kematian nampak menghapuskan perbedaan antara yang benar dan yang salah (3:16 -22)
Dalam pasal
4-5, Pengkhotbah nampak menyelidiki kesia-siaan dalam hubungan sosial
(penindasan, persaingan, iri hati dan kekuasaan) dan di dalam hubungan dengan
ibadah (formalitas, kehampaan doa-doa,dan janji-janji).
Sebagai
tambahan, pemberian-pemberian dunia menghasilkan kekecewaan bukan kepuasaan.
Arti hidup yang sesungguhnya dapat ditemukan hanya di dalam Allah.
4. Exorhation (Nasihat ) dan Penjelasan
(7-12:7)
Serangkaian
pelajaran tentang praktek hikmat diberikan dalam 7:1-9:2. Kesembronoan dan
pencaharian kesenangan hidup adalah sesuatu kebodohan. Lebih baik memiliki
pikiran yang bijaksana. Hikmat dan penguasaan diri menyediakan pandangan dan
kekuatan dalam menjalani hidup.
Seseorang dapat
menikmati kemakmuran dan kesengsaraan yang kedua-duanya diperhitungkan oleh
Allah. Sikap membenarkan diri sendiri dan tindakan-tindakan tidak bermoral
harus dihindarkan. Dosa telah menyerbu seluruh hidup manusia.
Hikmat yang
“diserbu” oleh kejahatan dan kematian tidak dapat menggenggam makna kehidupan
yang sebenarnya. Ketidak pastian hidup dan kepastian akan kematian menunjukkan
bahwa tujuan Allah dan jalan jalan-Nya tidak dapat dipahami atau dijangkau oleh
pikiran manusia.
Penyelidikan
tentang hikmat dan kebodohan ditemukan dalam 9:13-11:6. Hikmat menjadi sumber
kekuatan manusia yang dikontraskan
dengan pekerjaan yang sia-sia. Dalam ketidak pastian yang tidak dapat
diprediksi, hikmat merupakan sumber yang terbaik untuk meminimalkan kemalangan
dan dukacita. Hikmat termasuk disiplin dan kecerdasan. Dalam 11:7-12:7,
Pengkhotbah menyediakan tuntunan yang dapat dipakai untuk hidup yang baik.
5. Epilog
(12:8-14)
Pengkhotbah
menyimpulkan bahwa hidup yang baik hanya dapat dicapai melalui penghormatan
kepada Allah atau melakukan kehendak Allah. Orang-orang bebal menempatkan Allah
dan kehendak-Nya pada tempat yang tepat dan hal itu hanya akan membawa hidup
kepada kebodohan dan kesia-siaan.
Hidup tidak
menunggu solusi-solusi persoalan yang dihadapi
manusia tetapi hidup adalah suatu realita dan untuk menghadapinya kita
bukan melihat kepada persoalaan yang ada di bawah matahari, tetapi melihat
kepada Allah yang berada di atas matahari.
B. LATAR
BELAKANG SEJARAH KITAB PENGKHOTBAH
1.
Nama
Nama dalam
bahasa Ibrani adalah “kohelet” suatu istilah yang jarang dan agak janggal
terdengar yang hanya ditemukan dalam kitab ini (1:1, 2, 12; 7:27 ;12:8, 9, 10). Kata ini memiliki akar kata
“qahal” yang dapat berarti “berkumpul” atau dipanggil untuk berkumpul. Istilah
Qahal sebenarnya merupakan istilah umum yang dipakai bagi masyarakat yang
memiliki hak atau suara dalam pemerintahan sipil.
Dalam
septuaginta (LXX) kata qahal diterjemahkan menjadi ekklesia (ek: keluar; kaleo:
dipanggil = orang-orang yang dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang
Kristus /Kol.1:13 ) yang dari istilah ini lahir kata “gereja’ atau umat Tuhan.
Secara singkat Qohelet dapat berarti Pengkhotbah atau pengajar. Dalam bahasa
Latin dipakai istilah “ekklesiates’ yang dapat berarti pembicara dihadapan
suatu perkumpulan
2.
Penulis Dan Tanggal Penulisan
Sama halnya
dengan kitab-kitab Perjanjian Lama pada umumnya, kitab Pengkhotbah memiliki
problem tentang penulis dan tahun penulisan. Dalam mengamati kitab Pengkhotbah,
paling tidak kita bertemu dengan dua pandangan yang masing-masing menetapkan
argumentasi tentang siapa dan kapan kitab ini ditulis.
A. Pandangan
Tradisional
Pandangan
tradisioal tentang penulis kitab ini dimulai dari tokoh utama kitab yang
disebut dengan kohelet yang sebenarnya hanya merupakan nama samaran. Arti dasar
dari kata ini, “kumpulan” yang secara harafiah diterjemahkan menjadi
“perkumpulan”.
Dalam Bahasa
Inggris biasanya diterjemahkan “pengkhotbah’ atau “guru” suatu kelompok yang
menunjuk kepada orang-orang yang memiliki profesi sebagai seorang
pengajar.Terjemahan ini bukanlah sesuatu yang murni, tetapi diterjemahkan
sesuai dengan konteksnya.
Para penganut
teori tradisional berpikir bahwa akar kata nama itu lebih sesuai jika
dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa dalam kitab Raja-Raja (I Raj.8), dimana
Salomo bersama-sama umat Israel beribadah di Bait Allah. Lebih dari situ,
kohelet menunjuk kepada Salomo sebagai seorang raja, anak Daud (1:1-2).
Pandangan ini
secara tidak langsung menghubungkan kitab Pengkhotbah kepada Salomo yang
memiliki reputasi sabagai seorang raja yang berhikmat. Kitab ini menurut
pandangan tradisonal menceritakan kisah Salomo sebagai seorang raja yang
bijaksana yang mengalami kemunduran dan kemurtadan pada akhir hidupnya.
Pandangan ini
berakar pada kisah pemerintahan Salomo yang mengalami kemunduran oleh karena
hatinya terpikat kepada ilah-ilah asing, yang berakibat kepada pecahnya
kerajaan menjadi kerajaan Utara dan Selatan (Band.I Raj.12)
Penganut
pandangan ini beranggapan bahwa kitab Pengkhotbah ditulis oleh Salomo tentang pertobatannya pada masa
pembuangan. Penulis bukan hanya menunjuk kepada kohelet (Salomo) yang dapat di
amati melalui latar belakang hidupnya, tetapi menurut teori ini informasi yang
diberikan oleh kitab itu sendiri yang berbicara tentang Salomo
(12:8-14). Dari argumentasi tersebut di atas, maka tanggal kitab ini
adalah Abad ke-10 BC.
Secara garis
besar, menurut pandangan tradisional, penulis kitab Pengkhotbah adalah Salomo
yang dapat dilihat melalui bukti-bukti internal :
a. 1:1, “inilah
perkataan kohelet, anak Daud, raja di Yerusalem”
b. 1:12 , “Aku Pengkhotbah, adalah raja
atas Israel di Yerusalem.
c. Kitab
pengkhotbah menyinggung tentang hikmat dan kekayaan, hal ini sesuai dengan
hikmat dan kekayaan yang dimiliki oleh raja Salomo seperti yang dicatat dalam
kitab I Raja-Raja. (3:4-11; 3:16 -28;
4:21 -34; 10:14 -29). Bukankah anak Daud yang
menjadi raja di Israel adalah Salomo?
Tradisi Yahudi
menyatakan bahwa Salomo menulis kitab Kidung agung pada masa mudanya, Amsal
pada usia paruh baya dan kitab Pengkhotbah ditulis pada masa tuanya.
B. Pandangan Liberal
Dengan sedikit
kekecualian, hampir seluruh penganut pandangan ini menganggap bahwa kitab
Pengkhotbah adalah kitab yang ditulis pada masa “yang terkemudian” dalam
sejarah Israel. Beberapa dari penganut pandangan ini menempatkan kitab
Pengkhotbah kepada masa sesudah pembuangan atau pada masa Macabe.
Tanggal yang
lebih meyakinkan dapat berikan kepada kitab ini yaitu thn 222 BC-250 BC.
Pandangan ini didasarkan kepada pemakaian bahasa dan gaya kitab ini. Sebagai
contoh menurut mereka, kitab ini memakai bahasa “ yang terkemudian” yaitu
bahasa Ibrani dan bahasa Aram dan Persia (2:5) yang baru dikenal sesudah
pembuangan (setelah tahun 586 BC).
Gagasan lain
yang menempatkan kitab ini kepada tanggal yang terkemudian adalah
gagasan-gagasan kohelet yang memiliki pertalian dengan pikiran-pikiran
Helenstic (12:9-14). Jadi sulit untuk menempatkan kitab ini pada zaman Salomo
sementara bentuk sastra yang dipakai adalah gagasan yang terkemudian. Dari
argumentasi yang diberikan, kita tidak dapat membuktikan bahwa kitab ini bukan
dari Salomo dan ditulis pada zaman “terkemudian”.
Salah seorang teolog liberal (Michael Fox)
mengatakan, “Kitab Pengkhotbah tidak harus dianggap historis, kemungkinan
besar Ia adalah tokoh fiksi, yang penting adalah bagaimana dia digambarkan dan
bukan kapan Ia hidup”
C. Analisa tentang penulis kitab Pengkhotbah
Melalui
bukti-bukti yang diberikan oleh pandangan Tradisonal, mereka memberikan
kesimpulan bahwa penulis kitab Pengkhotbah adalah Salomo. Tetapi apakah
Pengkhotbah harus identik dengan Salomo? Jika
itu adalah Salomo mengapa ia harus memakai nama samaran? Sebaliknya
dapatkah kita meniadakan tanda-tanda yang diberikan oleh kitab terhadap peranan
Salomo dalam kitab Pengkhotbah ini ? (diskusi)
3.
Tema dan Tujuan kitab Pengkhotbah
Pengkhotbah
melaporkan hasil pencaharian tentang tujuan, arti dan kepuasan dalam hidup
manusia. Dengan sikap yang memprihatinkan (menyedihkan) Pengkhotbah melihat
kekosongan, dan kesia-siaan kekuasaan, popularitas, prestise dan kesenangan
selain daripada Allah.
Kata sia-sia
dipakai 37 kali untuk mengekspresikan bahwa banyak hal yang tidak diketahui
oleh manusia mengenai hidup. Ketika seluruh tujuan dan ambisi dikejar pada
akhirnya akan membawa kepada ketidak puasan dan rasa prustasi. Hidup di bawah
matahari (dipakai 29 kali) penuh dengan ketidakadilan dan ketidakpastian,
kekayaan dan “nasib” baik berubah menjadi pemerkosaan-pemerkosaan keadilan.
Pengkhotbah
tidak memberikan jawaban terhadap ateisme dan skeptisme, tetapi segala sesuatu
menunjuk kepada Allah. Pencaharian bagi seluruh hidup manusia harus berakhir
kepada Allah. Kepuasaan di dalam hidup hanya dapat ditemukan dengan melihat “ke
atas dunia”ini.
Pengkhotbah
memberikan tema-tema yang bersifat negatif yang melaluinya ingin menjelaskan
sesuatu yang positif dibalik kesia-siaan kehidupan manusia. yaitu suatu
kehidupan yang taat kepada Allah yang adil, berdaulat (12:13 -14)
Hikmat memasuki
pencaharian dalam kehidupan manusia dari
suatu prespektif ilahi dan iman kepada Allah. Hidup adalah pemberian Allah pada
hari ini dan itu harus dinikmati dalam arti yang sesungguhnya (2:24 -26; 3:12 -13,22; 5:18 -20).
Pengertian kita
tentu saja sangat terbatas dan tidak dapat memahami banyak hal. Kohelet melihat bahwa kehendak Allah
merupakan keadilan yang utama dalam seluruh hidup manusia . Oleh karena itu ia
menasihati, “takutlah akan Allah dan lakukanlah segala perintah perintah-Nya”(12:13 ).
4.
Kontribusi kitab Pengkhotbah kepada Alkitab
Kitab
Pengkhotbah merupakan kitab yang philosofis yang memiliki perspektif bahwa
hikmat manusia (1:13 ,
16-17) tidak melebihi yang ilahi, “lalu berfirmanlah Allah”. Oleh karena
pandangan ini, beberapa statement yang terdapat dalam kitab ini nampaknya
bertentangan dengan pengajaran Alkitab secara umum jika dilihat lepas dari
konteksnya (1:15 , 2:24 , 3;!9-20; 7:16 -17; 8:15 ;
9:2,5; 10:19 ; 11:9)
Di samping itu
kitab ini diperdebatkan dalam sejarah gereja yang pada akhirnya menjadi salah
satu agenda dalam Konsili di Jamnia pada tahun 90 AD.
Perbedaan-Perbedaan Pandangan Tentang Kitab Ini
Bermuara Pada Masalah Inpirasinya:
a. Sebagian
orang tidak mempercayai bahwa kitab ini
diinsprasikan oleh Allah karena isinya yang mengandung fatalisme (3:15 ), fesimisme (4:2), hedonisme (2:24 ; 8:15 ) dan materialisme (3:19 -21)
b. Kitab ini
dinspirasikan oleh Allah, nasihat (rangkuman nasihat) dalam12:13-14 untuk
“takut akan Allah” merupakan kunci memahami kitab ini.
c. Kitab ini
memiliki bagian-bagian yang sulit untuk dipahami, tetapi kitab ini
diinspirasikan. Contoh, 3:19-20, “ kematian manusia dan binatang sama
kedua-duanya kembali kepada debu, tetapi disini juga tidak diajarkan bahwa
tidak ada kehidupan sesudah kematian. Statement ini benar bahwa manusia dan
binatang akan mati, membusuk dan hilang.
Kitab ini
dibangun di atas penyataan yang lebih bersifat umum daripada penyataan yang
bersifat khusus. Kebenaran yang jelas tentang Allah dan manusia :
Eksitensi Allah
(3:14; 5:2), kedaulatan dan kuasa Allah (6:2. 7,13; 9:1), keadilan Allah (5:8;
8:12-13) keberdosaan manusia (7:20; 9:3), kesia-siaan manusia (8:8,17),
kewajiban-kewajiban manusia (9:7-10; 12:3), kebobrokan moral manusia (3:11;
12:7), upah dan ganjaran bagi manusia (2:26; 3:17; 8:12; 11:9; 12:4).
Pemakaian nama
‘Elohim” bagi Allah (41 kali) mengekspresikan pandangan Pengkhotbah tentang
Allah sebagai pencipta yang menekankan hubungan pencipta dengan ciptaan
bukan Yahweh pembebas dalam hubungan
Pembebas dan orang yang dibebaskan. Pencaharian Kohelet menunjukkan bahwa
pengalaman/empiris (1-2) dan rasionalistik (3-12) tidak cukup tanpa penyataan
Allah
Serangkaian
khotbah dalam Pengkhotbah menggambarkan
bahwa hidup dibawah matahari (Sun) sia-sia tanpa hubungan dengan Tuhan yang
menciptakan matahari itu (Son) :
1:3
-------------- Flp.1:6
6:12 ---------------- Yoh.3:16 12:2 -------I Yoh.5:13
1:9
-------------- II Kor.5:17 8:15
---------------- Flp.2:13
5.
Kristus dalam kitab Pengkhotbah
Pengkhotbah
secara meyakinkan menggambarkan tentang kekosongan dan kesia-siaan hidup tanpa
hubungan dengan Allah . Setiap orang memiliki kekekalan dalam hatinya (3:11 ) dan hanya Kristus yang dapat
menyediakan kepuasan dan sukacita yang sejati. Manusia yang sempurna dan sejati
hanya ditemukan di dalam Krsitus “sang gembala agung” (12:11 ) yang menyediakan hidup yang
berlimpah-limpah (Yoh.10:9-10)
6.
Pokok-pokok penting dalam kitab Pengkhotbah
A. Dua pandangan hidup yang berbeda
Pengkhotbah
menggambarkan secara jelas dua pandangan hidup manusia yang berbeda :
a. Manusia yang
hidup tanpa terang Ilahi (hanya hidup dibawah terang matahari) maka hidup yang
demikian adalah hidup yang sia-sia (IKor.2:14). Pandangan ini juga menjadi
pengalaman Pengkhotbah pada awal kehidupannya (1:13 -14)
b. Manusia yang
hidup dibawah terang Ilahi (dalam penyataan Allah), hidup yang memiliki
pengharapan (3:14 ),
“segala sesuatu yang dilakukan oleh Allah akan tetap ada untuk selamanya”
Tidak berarti
manusia dapat menerima atau memahami penyataan Allah secara sempurna.
Pengkhotbah memandang hidup dalam prespektif orang yang mengenal dan menyembah
Allah terutama sebagai Pencipta. Hal ini nampak dalam ungkapan atau penyebutan
nama Allah dengan nama “Elohim” yang dihubungkan dengan pekerjaan penciptaan
(Kej.1:1)
Nama Yahweh
dalam Perjanjian Lama equivalen dengan penebus atau juru selamat baru muncul
dalam kitab ini pada bagian terakhir (pasal 12). Dalam bagian terakhir, yang
merupakan kesimpulan dan sekaligus sebagai pondasi kitab ini pengkhotbah
menulis, “takutlah akan Allah dan lakukanlah perintah-perintah-Nya”.
Pengkhotbah
memperkenalkan kepada kita Kristus Pembebas. Sebagaimana Hukum Taurat ditulis
untuk memimpin manusia, maka kitab ini ditulis untuk memimpin manusia yang
berada di bawah matahari (sun) kepada Anak (son).Tema ini memperhadapkan
manusia kepada dua pilihan :
a. Bahwa segala
sesuatu yang dikejar dan dicari oleh manusia
adalah sia-sia, jika itu
dilakukan di luar Allah
b. Hanya pekerjaan
Allah yang abadi, sehingga hanya Dia yang dapat memberikan nilai-nilai
kekekalan dalam hidup manusia
B. Kesia-siaan
Kata sia-sia
dipakai 37 kali yang dalam beberapa bagian
dapat dijelaskan antara lain :
a. Hikmat
manusia adalah sia-sia (2:15 -16
b. Pekerjaan
manusia adalah sia-sia (2:19 -21)]
c. Tujuan hidup
manusia adalah sia-sia (2:26 )
d. Persaingan
manusia adalah sia-sia (4:4)
e. Ketamakan
manusia adalah sia-sia (4:8)
f. Kemasyhuran manusia adalah sia-sia (4:16
g. Kekayaan
manusia adalah sia-sia (5:10 )
h. Keinginan
(hawa nafsu) manusia adalah sia-sia (6:9)
i. Kesembronoan
(kelakuan) manusia adalah sia-sia (7:4)
j. Jasa dan
upah manusia adalah sia-sia (8:10 ,14)
0 Response to "INTRODUKSI KITAB PENGKHOTBAH"
Post a Comment