“SEBAB PADA HARI ENGKAU MEMAKANNYA PASTILAH ENGKAU MATI”
UCAPAN SULIT DALAM
PERJANJIAN LAMA
“SEBAB PADA HARI ENGKAU
MEMAKANNYA PASTILAH ENGKAU MATI” 2
Kejadian
2:18
TUHAN
Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku
akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."
Jelas bahwa hukuman karena tidak menaati
perintah Allah adalah kematian. Bila demikian, mengapa Adam dan Hawa tidak mati
pada hari yang sama ketika mereka tidak taat? Adam hidup sampai usia 930 tahun
menurut Kejadian 5:5.
Apakah perkataan Iblis dalam Kejadian 3:4, yaitu
"Sekali-kali kamu tidak akan mati", adalah penilaian yang lebih
akurat atas duduk perkara yang sebenarnya itu? Apakah pengaruh hal ini terhadap
konsep kita tentang Allah dan Iblis apabila Iblis secara cermat lebih jujur
daripada Allah sendiri?
Perkataan yang sulit ini menuntut kita
mempelajari sedikitnya tiga konsep berlainan yang saling berkaitan dalam
kutipan dari Kejadian 2:17, yaitu :
Pertama, pohon pengetahuan tentang yang baik dan
yang jahat; Kedua, makna perkataan
"pada hari engkau memakannya": dan Ketiga,
makna frasel perkataan pastilah engkau mati.
PERTAMA, tentang pohon. Tidak ada alasan apa pun
untuk memercayai bahwa pohon itu adalah lambang ajaib atau bahwa pohon itu
mengandung enzim rahasia yang secara otomatis akan menghasilkan alur
pengetahuan yang luas yang mencakup seluruh aspek yang baik dan jahat.
Sebaliknya, lebih aman untuk menganggap bahwa pohon tersebut adalah sarana yang
ditunjuk Allah yang sam a fungsinya dengan peraturan Perjanjian Baru atau
sakramen Perjamuan Tuhan atau Ekaristi. Pohon, yang bagaikan roti atau anggur
Ekaristi itu, sesungguhnya adalah lambang nyata yang diwujudkan dalam sebatang pohon yang nyata.
Seperti halnya Pohon Kehidupan juga adalah
sebatang pohon yang nyata. namun pohon tersebut juga melambangkan fakta bahwa
hidup adalah karunia istimewa yang diberikan kepada setiap manusia dari Allah.
ltulah sebabnya para peserta diperingatkan untuk tidak mengambil bagian dari
elemen-elemen Perjamuan Tuhan dengan sikap yang tidak layak, sebab tatkala
elemen-elemen tersebut dimakan dan diminum dengan sikap yang tidak serius dan
tat kala seorang yang tidak tulus mengakui Kristus sebagai Juruselamat, maka
keikutsertaan dengan tidak layak dalam acara yang kelihatannya biasa ini (biasa
paling tidak d ari periampilan luar) akan menyebabkan penyakit dan, dalam
sejumlah kasus, kematian (1 Korintus
11:30).
Demikian pula, pohon tersebut adalah
lambang untuk menguji perilaku-perilaku pasangan manusia pertama. Akankah
mereka taat kcpada Allah atau memberlakukan kehendak mereka sendiri yang
bertentangan dengan perintah Allah yang sudah jelas itu?
Jika kita
berargumentasi dengan mengatakan bahwa pohon tersebut memiliki daya sihir yang
menganugerahkan pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat maka berarti kita
kehilangan hal utama yang ilahi: pohon itu adalah ujian terhadap niat pasangan
tersebut untuk menaati Allah.
Bahwa pria dan wanita dapat memperoleh
pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat pada hakikatnya bukanlah tidak
diinginkan atau patut dicela; pengetahuan itu sendiri bukanlah hal yang
dilarang di sini.
Pohon tersebut hanya menampilkan kemungkinan bahwa makhluk
ciptaan yang dibuat dalam gambar Allah dapat menolak untuk menaati-Nya. Pohon
tersebut bertindak sebagai pernyataan konkret atas pemberontakan tersebut.
KEDUA, Sungguh naif jika memaksakan perkataan pada hari engkau memakannva berarti pada hari itu juga kematian
akan terjadi. Jika ada sedikit pengetahuan tentang ungkapan Ibrani, ketegangan
di sini akan reda.
Misalnya, dalam 1 Raja-raja 2:37 Raja Daud memperingatkan
Simei yang suka menghasut, "Sebab ketahuilah sungguh-sungguh, bahwa pad a
waktu engkau keluar (dari Yerusalem) dan menyeberangi sungai Kidron (yang tepat
di luar tembok kota di sisi timur kota tersebut), pastilah engkau mati
dibunuh."
Baik bacaan dalam 1 Raja-raja maupun dalam Kejadian tidak ada
yang menyiratkan tindakan segera pada hari yang itu juga; sebaliknya, keduanya
menunjuk pada kepastian dari akibat yang sudah disebutkan yang akan dilaksanakan
karena perbuatan yang dilakukan pada hari itu. Pilihan lain terhadap perkataan
tersebut dapat berupa: pada waktu, pada waktu, pada waktu dan pada hari (ketika)
(lihat
Kejadian 5:1; Keluaran 6:27; 10:28;
32:34).
KETIGA, Hal terakhir adalah definisi tentang
kematian. Kitab Suci menyebutkan ada tiga macam kematian. Seringkali hanya
kontekslah yang membantu kita membedakan yang mana yang dimaksudkan.
Ada kerna
tian jasmani, kematian rohani (yaitu yang memaksa orang-orang yang bersalah
untuk menyembunyikan diri dari kehadiran Allah, seperti yang dilakukan pasangan
ini ketika telah tiba saatnya untuk bersekutu dalam Taman itu, dalam Kejadian 3:8), dan "kematian
kedua" (yang dalam Wahyu 20:14
berarti tatkala seseorang pada akhirnya, secara sepenuhnya dan selama-lamanya
terpisah dari Allah tanpa harapan untuk berbalik, sesudah sekian lama hidup
menolak Allah).
Dalam kasus ini, kematian rohani adalah
akibat langsung dari ketidaktaatan yang ditunjukkan melalui tindakan dengan
sengaja memetik buah yang nyata dari sebatang pohon yang nyata dalam sebuah
taman yang nyata. Kematian telah berakibat pada saat itu juga: Mereka menjadi
"sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa" (Efesus 2:1-3).
Namun perpisahan dan
pengucilan dari Allah seperti itu akhirnya berakibat pada kematian jasmani
pula. Sekalipun demikian, kematian jasmani lebih merupakan hasil sampingan
daripada akibat langsung dari dosa mereka. Kematian rohani adalah pembunuh yang
sesungguhnya!
Sumber
:
“Ucapan yang Sulit dalam Perjanjian Lama” Walter C Kaiser, Jr. LITERATUR SAAT, 2015,
halaman 5-8
0 Response to "“SEBAB PADA HARI ENGKAU MEMAKANNYA PASTILAH ENGKAU MATI”"
Post a Comment