UCAPAN PAULUS YANG SULIT - KEGENAPAN HUKUM TAURAT
UCAPAN PAULUS YANG SULIT (8)
KEGENAPAN HUKUM TAURAT
Roma 10:4
Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya.
Hidup Kristen - Roma 10:4, walaupun bukan satu-satunya tempat di mana Paulus membahas Hukum Taurat, menimbulkan pertanyaan yang lebih tajam daripada bab-bab lainnya mengenai kedudukan Hukum Taurat dan keabsahannya yang terus-menerus bagi orang Kristen.
Kata yang radikal mengenai Kristus sebagai kegenapan Hukum Taurat dan ungkapan yang serupa dalam surat-surat Paulus lainnya telah menjadi pokok diskusi yang luar biasa selama sejarah gereja, yang dimulai sejak perjalanan penginjilan Paulus sendiri.
Berdasarkan ayat ini, kita dihadapkan pada penegasan bahwa Hukum Taurat tidak lagi menentukan hubungan kita dengan Allah. Dalam pemikiran banyak orang, ini merupakan ueapan sulit yang terbuka terhadap antinomianisme, yaitu penolakan semua hukum dan peraturan, khususnya norma-norma yang mutlak untuk kehidupan moral.
Sejak gereja menggunakan Kitab Suci bahasa Yahudi sebagai Alkitab mereka dan menyertakannya dalam undang-undang gereja bersama-sama Injil dan tulisan-tulisan Rasul lainnya, masalah hubungan antara hukum Allah dan iman Kristen menjadi sangat penting.
Dalam usaha untuk memahami teks ini dan implikasinya, kita perlu mempertimbangkan tiga hal. Pertama, pemahaman Paulus dan pengalamannya dalam Hukum Taurat. Kedua, pengalamannya di jalan Damaskus sebagai pertemuan dengan Mesias yang diharapkan orang Yahudi. Ketiga, pemahamannya yang baru tentang Hukum Taurat atas dasar peristiwa tersebut. Sebelum kita mempertimbangkan ketiga hal ini sebagai latar belakang penafsiran teks ini, kita lihat secara singkat bagaimana Paulus menggunakan kata hukum.
Paulus menggunakan istilah ini dalam pengertian kiasan dan juga hurufiah. Ketika ia berbicara tentang "hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku" (Roma 7:23) atau "Roh yang memberi hidup" (Roma 8:2) atau "hukum iman" (Rama 3:27), ia menggunakan istilah ini secara kiasan untuk menunjukkan realitas yang menentukan kehidupan berhala atau Kristen, seperti Kitab Taurat menentukan kehidupan Israel.
Terlepas dari penggunaan semacam ini, Paulus hanya memiliki hukum Musa dalam pandangannya, sistem agama dengan kewajiban-kewajiban kultus, ritual dan moralnya yang dijalani oleh umat Israel sejak jaman Musa. Dalam arti yang kedua/hurufiah inilah istilah tiukum dalam Roma 10:4 harus dipahami.
1.Pemahaman dan pengalaman Paulus tentang Hukum Taurat.
Bagi Paulus "orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap Hukum Taurat arang Farisi, tentang kebenaran dalam mentaati Hukum Taurat tidak bercacat" (Filipi 3:5- 6) Hukum Taurat adalah hukum Allah; hukum itu mengungkapkan kehendak dan tujuan Allah untuk umat-Nya.
Mematuhi Hukum Taurat berarti mematuhi kehendak Allah. "Hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik" (Roma 7:12). Hukum itu "rohani" (Roma 7:14) karena ia berasal dari Allah (Roma 7:22), dan tujuannya adalah membimbing umat manusia kepada kehidupan yang benar (Roma 7:10).
Sebagai seorang rabi, Paulus sangat menyadari bahwa Hukum Taurat sebagai pemberian kasih karunia Allah merupakan sesuatu yang istimewa (Roma 9:4; 3:1-2). Tetapi ia juga mengetahui bahwa pemberian ini mengandung tanggung jawab. "Tahu akan kehendaknya, dapat tahu mana yang baik dan mana yang tidak, diajar dalam Hukum Taurat" (Roma 2:17-18) dan karena itu berfungsi sebagai "penuntun orang buta dan terang bagi mereka yang di dalam kegelapan" (Roma 2:19) ini juga berarti bahwa sesearang wajib mentaati Hukum Taurat (Roma 2:17-24).
Menurut kesaksiannya sendiri, Paulus yakin bahwa kita dapat melaksanakan Hukum Tau rat. Dalam kaitan dengan kewajiban terhadap Hukum Taurat, ia 'tidak bercacat" (Filipi 3:6). Tetapi keyakinan itu dilenyapkan oleh pengalamannya tentang Kristus.
2.Pertemuan Paulus dengan Kristus.
Dimulai dengan pengalaman di jalan di Damaskus yang digambarkan Paulus dengan berbagai cara sebagai titik balik di mana Allah "berkenan menyatakan anak-Nya di dalam Aku" (Galatia 1: 16) atau peristiwa di mana "Aku telah ditangkap aleh Kristus Yesus" (Filipi 3:12) pemahaman Paulus mengenai tempat dan fungsi Hukum Taurat mengalami perubahan yang berarti. la telah memiliki komitmen yang penuh semangat terhadap Hukum Taurat untuk menegakkan dan mempertahankannya, yang membuatnya menganiaya pengikut-pengikut Yesus.
Tidak dapat diragukan bahwa ia sangat yakin ia sedang melaksanakan kehendak Allah. Tetapi pertemuannya dengan Tuhan yang bangkit membuka mata Paulus untuk melihatnya sebagai Mesias dari Allah. Dalam semangatnya demi Hukum Taurat sebenarnya ia telah menentang tujuan Allah. la telah menentang masuknya jaman Mesias (1 Korintus 10: 11) semata-mata dalam tindakannya untuk mencoba mentaati Hukum Taurat.
Kesadaran ini memiliki dorongan khusus jika dilihat dari latar belakang pandangan sejarah rabi yang dikenal oleh Paulus. Dalam tradisi itu beberapa rabi mengatakan bahwa sejarah manusia dibagi dalam tiga jaman: (1) jaman "kekacauan", yang berlangsung mulai dari Adam sampai kepada Musa, di mana Hukum Taurat belum diberikan; (2) jaman "Hukum Taurat," yang berlangsung mulai dari Musa sampai kepada Mesias, di mana hukum akan memerintah; (3) jaman Mesias.
Mengenai jaman yang terakhir terjadi cukup banyak diskusi di antara para rabi mengenai tempat Hukum Taurat. Menurut beberapa orang, Hukum Taurat akan berakhir pada jaman Mesias; yang lainnya mengatakan bahwa Mesias akan menyempurnakan Hukum Taurat dengan memberinya penafsiran baru, atau la akan menyebarluaskan Hukum Taurat yang baru.
Walaupun dorongan yang dominan dari tradisi rabi adalah agar Hukum Taurat tetap berlangsung selama jaman Mesias, agar Hukum Taurat itu abadi, ada juga banyak orang yang berfikir bahwa akan terjadi modifikasi, bahwa beberapa pengajaran tidak akan dapat diterapkan lagi, pengajaran-pengajaran baru akan lebih sesuai, dan sistem korban dan perayaan akan berhenti, bahwa perbedaan formal antara "najis" dan "tidak najis" tidak akan ada lagi.
Jadi, tradlsi rabi yang mengukuhkan kelanjutan Hukum Taurat dalam jaman Mesias dan juga mengakui beberapa bentuk yang hilang atau dimodifikasi menjadi dasar dari pengalaman dan pemahaman yang baru dari Paulus. Jaman Mesias telah mulai. Hukum Taurat tidak dapat lagi dipandang seperti sebelumnya.
Selain tradisi rabi ini, sikap Yesus sendiri terhadap Hukum Taurat pasti memiliki pengaruh terhadap pemikiran Paulus. Walaupun kita tidak mengetahui sejauh mana Paulus tahu tentang isi pengajaran dan tindakan Yesus secara tepat, pendirian Yesus seeara umum dalam kaitan dengan Hukum Taurat jelas merupakan bagian dari tradisi yang diterima Paulus dari para pendahulunya dalam iman. Dan pend irian itu mengandung unsur-unsur yang menunjukkan kesinambungan/ketidaksinambungan dengan persepsi Yahudi secara umum mengenai Hukum Taurat.
Menurut Matius 5:17, Yesus datang bukan untuk meniadakan Hukum Taurat. Melalui kalimat-kalimat berikut ini ("Kamu telah mendengar yang difirmankan... tetapi Aku berkata kepadamu") jelaslah bahwa Yesus meneguhkan kebenaran yang abadi dari kehendak Allah seperti diungkapkan dalam Hukum Taurat, tetapi la juga mengarahkan para pendengar-Nya kepada pemahaman yang paling dalam dan menyeluruh dari kehendak tersebut dengan melampaui tafsiran Hukum Tau rat yang tradisional dan sering kali terbatas. 5ebagai Mesias la mem¬berikan penafsiran yang penuh kuasa.
Selanjutnya, menurut Matius 5: 17 -18 dan kesaksian kitab Injil dan khotbah Kristiani yang paling awal, Yesus "menggenapi Hukum Taurat" melalui kehidupan, kematian dan kebangkitanNya. la dinyatakan sebagai penggenapan Kitab Suci. Di dalam Dia tujuan Allah digenapi. Keyakinan umum ini diperkuat oleh cara Yesus yang penuh kuasa dan wibawa dalam menghadapi dimensi-dimensi Hukum Taurat yang khusus dan terbatas, dan la menempatkan misi-Nya di atas Hukum Taurat.
Dengan demikian, hukum pemisahan antara yang kudus dan yang najis, pencemaran dalam upacara, ketaatan kepada hari Sabat, dikesampingkan dalam pelayanan-Nya terhadap orang-orang berdosa yang secara ritual adalah orang-orang "najis''. "Sebab semua nabi dan Kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes," Dia berkata (Matius 11 :13; Lukas 16:16), yang menunjukkan bahwa realitas yang baru yaitu kerajaan Mesias telah mulai dan menggantikan tatanan yang lama (Markus 1: 15). Dengan melihat latar belakang ini, barangkali lebih mudah untuk memahami kesinambungan/ketidaksinambungan antara pemikiran Paulus dan teman-teman sejamannya mengenai Hukum Taurat.
3. Pemahaman Paulus yang baru tentang Hukum Taurat.
Paulus cukup mengetahui diskusi para rabi mengenai tiga periode sejarah manusia. Tetapi atas dasar pengalamannya sendiri tentang Kristus dan pendirian Yesus terhadap Hukum Taurat, Paulus meningkatkan dan menjelaskan secara rind untaian tradisi yang menggambarkan hilangnya Hukum Taurat atau setidaknya perubahannya dalam jaman ketiga atau jaman Mesias.
la melihat bahwa Yesus "dengan mati-Nya sebagai manusia telah membatalkan Hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya" (Efesus 2:15). Melalui Dia "kita telah dibebaskan dari Hukum Taurat" yang dulu "mengurung kita" (Roma 7:6).
Melayani "dalam keadaan lama menurut huruf Hukum Taurat" (Roma 7:6) dan berusaha untuk mendirikan kebenaran sendiri (Roma 10:3) hanya membawa Paulus kepada pertentangan dengan tujuan Allah dan bukan damai dengan Allah. Dalam Roma 7 ia menunjukkan bahwa Hukum Taurat sebagai ungkapan kehendak Allah tetap ada; bahwa hukum itu mengungkapkan dosa dan pemberontakan manusia terhadap Allah.
Tetapi ia juga menunjukkan bahwa Hukum Taurat itu tidak berdaya untuk menimbulkan kepatuhan. Hukum Taurat adalah norma eksternal; hukum itu tidak memberi kekuatan untuk mentaati norma tersebut. Karena itu usaha untuk mencapai "kebenaran karena Hukum Taurat" (Roma 10:5) selalu berakhir dengan kegagalan. Kesimpulan Paulus atas pengalaman ini tercakup dalam kata-kata, "Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?" (Roma 7:24).
Jawabannya terhadap pertanyaan itu adalah "Yesus Kristus Tuhan kita" (Roma 7:25). Mengapa? Karena "Kristus adalah kegenapan Hukum Taurat." Kata kegenapan (teles) dapat menunjukkan "tujuan," "hasil," yang kita tuju, atau "akhir," "pemberhentian." Banyak penafsir merasa yakin bahwa kedua arti tersebut ada di dalam teks kita. Bagi Paulus, Hukum Taurat adalah "penuntun bagi kita sampai Kristus datang" (Galatia 3:24). Fungsinya yang sementara sekarang telah terpenuhi; dan karena itu Kristus juga merupakan akhit kegenapan Hukum Taurat.
Tetapi Paulus mengatakan lebih banyak hal di sini daripada sekadar mengulangi keyakinan satu segi tradisinya dan kesaksian dari gereja mula-mula bahwa Hukum Taurat sudah tidak ada pada jaman Mesias. la menggambarkan keyakinan bahwa hukum Musa telah selesai dan dibatalkan di dalam Kristus dengan ungkapan "ke dalam kebenaran."
Terjemahan bahasa Inggrisnya kurang baik di sini, karena terjemahan ini secara umum mengaburkan hubungan antara pernyataan "Kristus adalah kegenapan Hukum Taurat" dan kata-kata yang menjelaskannya yaitu "ke dalam kebenaran."
Kata depan "ke" dalam mengungkapkan tujuan. Kristus bukanlah kegenapan Hukum Taurat dalam pengertian yang mutlak. la tidak menghapuskan kehendak Allah yang diungkapkan dalam Hukum Taurat. Melainkan kedatangan-Nya menandakan akhir dari Hukum Tau rat sehubungan dengan dicapainya kebenaran (yaitu hubungan yang benar dengan Allah). la adalah perwujudan dari kebenaran Allah (Roma 1 :17).
Kehidupan-Nya adalah perwujudan dari tindakan Allah yang memulihkan hubungan, cara Allah untuk membuat kita men genal kebenaran (Roma 10:3). Karena itulah, Hukum Taurat sebagai sarana pendekatan terhadap Allah, sebagai hukum yang menentukan hubungan dengan Allah, sebagai hukum yang dalam tradisi Yahudi Paulus diyakini akan membimbing kepada hidup atas dasar ketaatan, telah dihapuskan.
Kalimat yang ketiga dalam teks kita memberikan penjelasan lebih jauh terhadap pernyataan bahwa Kristus adalah kegenapan Hukum Taurat. Yaitu, la adalah kegenapan Hukum Taurat "untuk setiap orang yang percaya." Karena hanya dalam iman kepada Kristus dan dengan tunduk kepada kebenaran Allah dengan rendah hati (Roma 10:3) ikatan Hukum Taurat termasuk pengungkapan dosa dan ketidakmampuannya untuk menolong kita dapat berakhir.
Sumber:
Manfred T. Brauch, Ucapan Paulus yang Sulit, SAAT Malang 2019, hal. 53-59
0 Response to "UCAPAN PAULUS YANG SULIT - KEGENAPAN HUKUM TAURAT"
Post a Comment