UCAPAN PAULUS YANG SULIT - KESELAMATAN ISRAEL
UCAPAN PAULUS YANG SULIT (9)
KESELAMATAN ISRAEL
Roma
11:26
Dengan
jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan, seperti ada tertulis:
"Dari Sion akan datang Penebus, Ia akan menyingkirkan segala kefasikan
dari pada Yakub.
Hidup Kristen - Seluruh Israel akan
diselamatkan? Apakah ini berarti masing-masing orang Yahudi, atau Israel
sebagai sebuah bangsa? Bukankah agama Yahudi secara keseluruhan menolak Kristus
dan dengan demikian menolak tindakan keselamatan Allah?
Jika demikian
bagaimanakah "seluruh Israel" akan diselamatkan? Dan bukankah Yesus
mengatakan sebelum Paulus bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari orang Yahudi
dan diberikan kepada bangsa lain (Matius
21 :43)?
Roma
11 :26 telah merupakan pusat pemikiran Kristen mengenai eskatologi
atau doktrin tentang akhirat. Saya ingat dengan baik penafsiran yang diberikan
terhadap teks ini oleh salah seorang guru universitas saya.
Menurut perhitungan waktu
eskatologisnya, terbentuknya negara Israel adalah pada tahun 1948, yang
mengakhiri periode sebagai negara yang belum merdeka, selama hampir dua ribu tahun
dan hari-hari terakhir "jaman orang kafir," yaitu periode di mana
negara Israel didiami oleh orang-orang kafir (Bandingkan dengan Lukas 21 :24, di mana Yesus meramalkan
kehancuran Yerusalem dan masa sesudahnya yang "diinjak-injak oleh
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah jaman bangsa-bangsa
itu,")
Tetapi sejak tahun 1948,
demikian kata guru kami, ada satu teka-teki eskatologis yang belum terjawab:
Kota Yerusalem yang lama masih dikuasal oleh Arab. Negara Israel hanya
menguasai kota yang baru. Pagar berkawat duri memisahkan bangsa Yahudi dan kota
mereka yang kuno, termasuk gunung tempat Bait Suci.
Jika pagar itu roboh dan Israel
kembali mengendalikan Yerusalem lama, demikian diramalkan oleh guru kami dengan
sangat yakin, maka Yerusalem tidak lagi akan "diinjak-injak oleh
"Bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah." Dengan demikian, genaplah
jaman bangsa-bangsa (kafir) itu." dan pertobatan Israel kepada Mesias akan
dimulai.
Banyak dari kita yang
mempercayat hal ini dan beberapa pandangan eskatologis yang sangat khusus
lainnya menunggu dengan penuh harap ketika pada tahun 1967 selama perang
Arab-Israel, pagar itu benar-benar roboh dan Israel kembali menguasai kota
Yerusalem lama. Dua puluh tahun lebih telah lewat, tetapi Israel tetapi menjadi
negara yang duniawi.
Pengalaman historis yang agak
baru ini menggambarkan sifat yang tldak menentu dari semua teori eskatologis
yang mengaitkan teks Alkitab tertentu dengan peristiwa-peristiwa sejarah yang
sangat khusus. Hal ini juga mengungkapkan kesulitan kita memahami arti yang
tepat dari kata-kata Paulus bahwa "seluruh Israel akan diselamatkan."
Untuk mendapatkan perspektif yang lebih jelas mengenai hal ini, kita akan
meneliti pembahasan Paulus yang panjang lebar sehubungan dengan Israel dalam Roma 9-11 dengan fokus khusus pad a
konteks Roma11: 11-27.
Setelah menunjukkan bahwa
tindakan penebusan Allah di dalam dan melalui Kristus (Roma 1-4) membawa kemerdekaan dan penghukuman (Roma 5), dosa (Roma 6), Hukum
Taurat (Roma 7) dan maut (Roma 8 ), Paulus membawa bagian surat
ini pada khmaksnya dengan uraian yang luar biasa mengenai kasih Allah di dalam
Kristus di mana tidak sesuatu pun dapat memisahkan kita daripada-Nya.
Puji-pujian yang agung ini
dalam Roma 9: 1-2 secara mendadak
dibayangi oleh ungkapan dukacita Paulus yang sangat dalam terhadap kenyataan
bahwa Israel, umat Allah, telah menolak Mesias mereka.
Masalah nasib Israel,
sehubungan dengan penolakannya terhadap pemberitaan Kristiani yang mula-mula
bahwa Yesus dari Nazaret adalah kegenapan nubuat nabi Israel, sangat disadari
oleh pengikut-pengikut Yahudi dari Kristus yang bangkit. Perasaan bingung dan
keraguan berkaitan dengan ketidak yakinan orang Yahudi tercermin dalam
Perjanjian Baru dimulai dengan Injil.
Tetapi bagi Paulus, hal ini pasti
sangat terasa. Karena bukankah ia, pemimpin perlawanan terhadap iman Mesianis
ini, telah diambil dari kegelapan tanpa iman kepada terang dan kemerdekaan iman
di dalam Kristus? Tetapi di luar dimensi pribadi ini, bukankah umatnya adalah
sasaran aktivitas Allah yang penuh kemurahan melalui panggilan Bapa Abraham,
terbentuknya sebuah bangsa, pembebasan dari perbudakan, pemberian Hukum Taurat
dan perjanjian?
Bukankah mereka telah menjadi
sasaran kasih dan kesetiaan Allah, dan "tidak sesuatu pun dapat memisahkan
kita dari-Nya," seperti yang baru saja diakuinya dalam Roma 8:31? Jika Firman Allah tidak
mungkin gagal (Roma 9:6), mengapakah
Israel terjerat dalam ketidaktaatan? Inilah pertanyaan yang penuh kepedihan
yang dinyatakan Paulus dalam Roma 9: 11.
Setelah membuka dengan ratapan
terhadap Israel (Roma 9:1-5), Paulus berusaha untuk menunjukkan dengan berbagai
cara bahwa tujuan penebusan Allah, yang dimulai dengan panggilan Abraham dan
mencapai klimaksnya dalam Kristus, sebenarnya tidak gagal, bahkan dalam kaitan
dengan umat Israel.
la memulai dengan menunjukkan
bahwa sejak awal menjadi umat Allah itu bukanlah masalah keturunan (ayat 7-8 ), juga bukan usaha manusia (ayat 11, 16). Sebaliknya, keanggotaan
dalam keluarga Allah semata-mata ditentukan oleh janji (ayat 8 ), panggilan (ayat
11) dan kemurahan hati (ayat 16)
dari Allah.
Dalam konteks ini, Paulus
memperkenalkan penggunaan istilah Israel yang berbeda, seperti yang telah
ditunjukkannya lebih awal dalam surat ini (Iihat Roma 2:28-29; Iihat juga Galatia
3:7; 6:16); yaitu, Israel
"menurut daging" dan Israel "perjanjian." Keduanya
ditentukan oleh tindakan kemurahan hati Allah, tetapi yang kedua melampaui yang
pertama.
Kenyataan bahwa "anak-anak
Allah" (ayat 8) semata-mata
hidup berdasarkan panggilan dan kemurahan hati Allah ditegaskan melalui analogi
tukang periuk dan tanah liat dalam ayat
19-23. Tukang periuk itu berkuasa atas tanah liat.
Dan dalam kuasa-Nya, la
telah memanggil ke dalam keluarga-Nya sisa-sisa umat Yahudi dan orang kafir (ayat 24). Kutipan kata-kata nubuat
dari Hosea dan Yesaya (ayat 25-26)
menggaris bawahi fakta ini.
Dalam bagian berikutnya (Roma 9:30-10:4). Paulus melanjutkan
dengan menyatakan mengapa tujuan penebusan Allah diterima dan direalisasikan di
antara orang-orang kafir dan mengapa Israel menolaknya.
Israel menofak
kebenaran Allah tindakannya yang memulihkan hubunqan yang berpuncak dalam
pelayanan Yesus karena Israel berusaha untuk membangun kebenarannya sendiri
melalui ketaatan yang eksternal terhadap Hukum Taurat.
Ia berusaha untuk mendapatkan
nilai dan kedudukan yang sama dengan Allah yang, menurut pembahasan Paulus
lebih awal dalam surat ini (Roma
2:17-29), selalu berakhir dengan memegahkan diri dan membenarkan diri
sendiri dan mengarah pada penolakan untuk tunduk pada kebenaran Allah (Roma 10:3).
Dan kebenaran Allah adalah
sebagai manusia kita menjawab kasih dan kesetiaan Pencipta dengan iman, percaya
pada Firman-Nya, dan menjawab : dengan penuh keyakinan (Roma 10:5-13).
Kesempatan untuk menjawab Allah
seperti ini telah ada sepanjang sejarah Israel, seperti ditunjukkan oleh Paulus
dengan mengacu kepada teks-teks Perjanjian Lama (Roma 10:14-21). Dan sepanjang sejarah itu, termasuk datangnya
kebenaran Allah di dalam Mesias, Israel selalu merupakan "bangsa yang
tidak taat dan yang membantah" (Roma
10:21).
Apakah sejarah penolakan dan
ketidaktaatan ini berarti bahwa Allah pada akhirnya telah menyerahkan umat-Nya
Israel? Itulah pertanyaan yang memenuhi pikiran Paulus dalam bagian surat
berikutnya (Roma11: 1-1 0).
Jawaban terhadap pertanyaan di
atas adalah tidak. Karena sama seperti Allah telah memanggil slsa-slsa umat
dari sebuah bangsa yang tidak taat di masa lalu (ayat 2-4), demikian juga ada sisa-sisa umat pada masa ini yang
telah menjawab kasih karunia Allah dengan iman (ayat 5). Paulus sendiri merupakan bukti dari adanya sisa-sisa
semacam ini di dalam agama Yahudi (Roma
11:1).
Tetapi kenyataannya tetaplah
bahwa sebagian besar orang Israel pada akhirnya telah menolak untuk takluk
kepada jalan keselamatan Allah dengan menolak Mesias. Memang benar.
Tetapi Allah belum selesai
berurusan dengan umat-Nya. Walaupun Paulus menuliskan dengan sangat tegas di
dalam surat-suratnya bahwa iman dan menjadi milik Kristus merupakan
satu-satunya kriteria untuk menjadi "keturunan Abraham" (Roma 2:20; 9:6-8 ), ia juga secara
tegas menolak gagasan bahwa hal ini berarti bangsa Israel tidak termasuk dalam
tujuan penebusan Allah (analogi dari pohon zaitun dalam Roma 11 :17-24 menggaris bawahi hal ini). Baginya, kesimpulan semacam
ini tidak konsisten dengan sejarah pemilihan Israel (Roma 11 :29).
Dengan demikian Paulus
menyatakan kegagalan dan penolakan Israel
(Roma 11 :7), tetapi ia melanjutkan dengan berargumentasi bahwa dalam
tujuan Allah yang sangat luas realitas ini terbatas secara sementara.
Sebenarnya, Allah menggunakan
penolakan yang sekarang ini demi tujuan-tujuan nya. Aktivitas Allah ini
digarisbawahi oleh kutipan Kitab Suci dari Yesaya
29 dan Mazmur 69 mengenai kekerasan hati bangsa Israel (Roma 11 :8-10), dan karena ketidaktaatan Israel ditempatkan dalam
pelayanan tujuan Allah, dapat dikatakan bahwa Allah "mengeraskan
hati" Israel.
Tetapi tujuan ketidaktaatan dan
kekerasan hati ini bukanlah penolakan dan kehancuran akhir dari mereka (Roma 11: 11); sebaliknya ada tujuan
ganda: (1) keselamatan orang-orang kafir (dunia) dan (2) keselamatan Israel
pada akhirnya (Roma11: 11-15).
Paulus yakin bahwa melalui
pemberitaan Injil kepada orang kafir dan diterimanya Injil itu oleh mereka,
janji terhadap Abraham bahwa semua umat manusia di bumi akan diberkati melalui
dia sedang digenapi (lihat Roma 4).
la juga merasa yakin, atas dasar Kitab Ulangan
32:21 yang dikutipnya dalam Roma
10:19, bahwa keselamatan orang kafir akan memancing kecemburuan Israel dan
membuka mereka terhadap Injil (Roma 11
:11, 14).
Dalam konteks argumentasi
inilah (Roma 11 :11-16), Paulus
mengantisipasi "misteri"
tentang nasib akhir bangsa Israel yang kemudian dijelaskannya dalam ucapannya
yang sulit dalam Roma 11 :25-26.
Dalam Roma 11: 12 ia berargumentasi,
jika kegagalan bangsa Israel menimbulkan keselamatan bagi orang kafir, ma.ka
perwujudan kasih karunia Allah dan berkat-Nya akan jauh lebih besar dengan
"kesempurnaan mereka." Apa maksud ucapan ini?
Istilah yang diterjemahkan
"kesempurnaan" dalam teks Alkitab versi RSV adalah kata Yunani pleroma Alkitab versi ASV menerjemahkan
istilah ini dengan "penggenapan" atau "kegenapaan." Dalam, Roma 11 :25 ungkapan yang sama
digunakan lagi, tetapl kali ini dalam kaitan dengan orang kafir. Di sini
Alkitab versi RSV menerjemahkannya sebagai "jumlah orang kafir
seluruhnya," sedangkan Alkitab versi ASV menerjemahkan "kegenapan
orang kafir."
Saya yakin bahwa gagasan
tentang sebuah jumlah yang telah dltentukan sebelumnya, yang didapatkan dari
orang kafir dan juga orang Yahudi, tidak termasuk dalam jangkauan Paulus dalam
hal ini. Jika Iiteratur Yahudi yang tidak resmi berbicara tentang "seluruh
jumlah" Israel berkaitan dengan peristiwa pada jaman akhir, kata yang
digunakan bukanlah pleroma melainkan
aritmos. Dalam Kitab Wahyu, kita membaca tentang "jumlah yang
dimeteraikan" dalam Wahyu 7:4.
Kata yang digunakan, seperti
juga dalam literatur Yahudi, bukan pleroma
melainkan aritmos, dan jumlah ini
pada umumnya dianggap sebagai sesuatu yang simbolis dan bukan menunjukkan
jumlah tertentu. Dengan demikian akan lebih baik jika kita mencari pengertian
kata pleroma seperti yang digunakan
Paulus dalam tulisan-tulisan lainnya.
Penerjemahan yang paling umum
dari kata pleroma yang digunakan oleh Paulus adalah "genap" atau
"penuh" (Roma 13:10, Roma 15:29;
Galatia 4:4; Efesus 1:23; 3:19; 4:13; Kolose 1 :19, 2:9). Jika demikian apa
arti ungkapan "kesempurnaan Israel" (Roma 11: 12) dan "[jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa
lain" (Roma 11 :25)?
Titik
terang terhadap masalah ini mungkin adalah digunakannya kata-kata kerja yang
serupa dengan pleroma oleh Paulus di dalam tiga teks di mana ia memusatkan
perhatian pada misinya terhadap orang kafir.
Dalam Roma 15: 18-22 Paulus berbicara tentang "memberitakan
sepenuhnya" Injil Kristus kepada orang kafir dan sekarang ia ingin
memperluas misi tersebut ke Spanyol. Dalam
Kolose 1 :25-27 ia berbicara tentang membuat "Firman Allah diteruskan
dengan sepenuhnya" kepada orang kafir. Dan dalam 2 Timotius 4:17 ia mengakui pemberian kekuasaan Allah "untuk
memberitakan Injil dengan sepenuhnya, dan semua orang bukan Yahudi
mendengarkannya."
Berdasarkan penggunaan di atas,
dalam bukunya Christ and Israel, Johannes Munck berargumentasi
secara meyakinkan bahwa komitmen Paulus terhadap penyebaran lnjil sepenuhnya
kepada orang kafir pasti merupakan kunci terhadap digunakan nya kata pleroma dalam Roma11: 12 dan 11 :25.
Ungkapan "jumlah yang
penuh dari bangsa-bangsa lain" dalam Roma
11 :25 dengan demikian menunjukkan hasil akhir pemberitaan Injil Paulus
kepada orang kafir. Tujuan Allah melalui khotbah tersebut adalah keselamatan
dan kepenuhan mereka (sebagai anak-anak Allah di dalam Kristus; lihat Kolose 2:10).
Pemenuhan misi kepada orang
kafir ini akan mengakibatkan atau membawa pada "kesempurnaan" Israel (Roma 11: 12), "penerimaan mereka."
(Roma 11 :15). Kata-kata ini
mendahului penegasan dalam Roma 11 :26 bahwa
"seluruh Israel akan diselamatkan."
Jalan dari Roma 11 :15 sampai kepada ungkapan klimaksnya dijembatani oleh analogi
pohon zaitun (Roma 11 :17-24) dan
pernyataannya yang mengejutkan bahwa Allah sungguh-sungguh akan mencangkokkan
kembali cabang-cabang yang patah dari umat Israel yang tidak percaya pada pohon
zaitun untuk menjadi satu dengan cabang-cabang dari "sisa-sisa orang
Yahudi" dan orang kafir yang percaya yang sudah dicangkokkan pada pohon
zaitun tersebut.
Paulus menyatakan realisasi
tujuan Allah di masa yang akan datang ini sebagai "sebuah rahasia" (Roma 11 :25). Dalam hal ini ia tidak
mengacu kepada wahyu tertentu yang diterimanya, atau rahasia tertentu yang
dikomunikasikan kepadanya secara lang sung dalam sebuah visi atau mimpi.
Sebaliknya, ia mengacu kepada
tindakan dan tujuan penebusan Allah yang diungkapkan dalam kehidupan, kematian
dan kebangkitan Kristus yang diberitakannya
(Roma 16:25; I' Korintus 2:1-2; Efesus 6:16; Kolose 2:2, di mana
"rahasia Allah" secara sederhana diidentifikasi sebagai
"Kristus"). Kadang-kadang, seperti di dalam teks kita, istilah ini
digunakan secara lebih khusus untuk rencana keselamatan Allah.
Teks serupa yang paling banyak
memberikan petunjuk bagi kita yang menggambarkan pencangkokan baik orang kafir
maupun Yahudi pada pohon ara yang sama adalah Efesus 3:3-6, di mana Paulus mengatakan bahwa isi dari
"rahasia Kristus" adalah disertakannya orang kafir sebagai para
pewaris janji bersama-sama dengan orang Yahudi dalam masyarakat tubuh Kristus
yang baru.
Sumber:
Manfred T. Brauch, Ucapan Paulus yang Sulit, SAAT Malang 2019, hal. 60-69
0 Response to "UCAPAN PAULUS YANG SULIT - KESELAMATAN ISRAEL"
Post a Comment