UCAPAN SULIT PL - DARI DALAM DAGINGKUPUN AKU AKAN MELIHAT ALLAH





UCAPAN SULIT DALAM PERJANJIAN LAMA 40

“DARI DALAM DAGINGKU PUN AKU AKAN MELIHAT ALLAH”



Ayub 19:23-27

Ah, kiranya perkataanku ditulis, dicatat dalam kitab, terpahat dengan besi pengukir dan timah pada gunung batu untuk selama-lamanya! Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu. Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingku pun aku akan melihat Allah, yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu.


Hidup Kristen - Di sini ada suatu bagian yang terkenal sulit untuk diterjemahkan namun terkenal di seluruh dunia karena penegasan iman yang teguh tentang kebangkitan tubuh. Banyak yang berpegang pada keaslian dan makna pusat pernyataan, "Penebusku hidup."

Satu hal yang bisa disetujui setiap orang adalah bahwa Ayub berharap untuk "melihat Allah", sebab ia mengungkapkannya tiga kali dalam ayat 26-27. Ayub bukan mengharapkan pengalaman yang kelihatan ini muncul dalarn bentuk bayangan tak bertubuh atau hantu. 

Pernyataannya mengenai kulit, daging dan mata membuat itu sangat jelas. Bahkan dalam ayat 27 ia tiga kali memakai kata ganti penegasan aku. Jelaslah bahwa ia pribadi berharap melihat Allah. Namun kapan?

Ayub ingin memancang reputasinya dalarn pembuktian kelak dengan catatan tertulis yang permanen tentang pernyataan-pernyataannya bahwa ia tak bersalah. Ayub ingin agar catatan tersebut diukir di atas cadas yang paling keras dan kemudian diisi dengan timah untuk mengurangi kemungkinan teks tersebut rusak atau oleh waktu atau para perusak.



Yang sudah pasti adalah Ayub "tahu bahwa Penebusnya hidup." Yang akan berdiri untuk membela Ayub disebutnya sebagai Go‘el-nya -nya, yaitu Penebus atau penjaminnya Orang yang lebih dekat atau Penebus ini pada dasarnya berfungsi sebagai pembalas bagi orang yang darahnya dicurahkan dengan tak adil (2 Samuel 14:11).

Ia punya hak untuk mendahului semua orang lain dalarn menebus segala harta yang ditinggalkan oleh sanaknya (Rut. 4:4-6). Ia juga yang rnenanggung benda-benda curian (Bilangan 5:8) atau membuktikan hak-hak dari yang tertindas (Ams. 23:10¬11). Itu sebabnya, Ia adalah yang menebus, membebaskan dan memerdekakan.

Dalam Mazmur, Allah memerankan tugas penebus yang dekat ini (lihat Mazmur 19:14). Allah juga adalah sang penjamin atau penebus itu bagi Ayub.

Namun kapankah Ayub berharap untuk dinyatakan tak bersalah oleh Allah, sebelum ataukah sesudah kematian? Nampaknya, sebagaimana yang Ayub perdebatkan dengan para sahabatnya, ia semakin kehilangan harapan untuk dinyatakan tak bersalah semasa hidup ini (Ayub 17:1, 11-16). Ternyata tidak, Ayub memutuskan bahwa itu akan terjadi sesudah kematiannya. Namun pasti akan datang.



Di sinilah perlunya kesaksian tertulis atas keluhannya. Ayub percaya bahwa sekalipun ada seorang yang hidupnya diputus seperti sebatang pohon, pohon tersebut dan orang itu akan rnemiliki pengharapan yang sama, bahwa suatu "tunas" akan muncul dari-tunggulnya (Ayub 14:7). Bahkan sekalipun itu perlu waktu (lihat kata sesudah dalam Ayub 19:25-26), ia berharap pada akhirnya Allah akan menyatakannya tak bersalah.

Jika itu terjadi, bagaimanakah keadaan Ayub pada waktu itu? Apakah ia masih punya raga atau hanya punya roh atau bahkan cuma suatu kenangan? Ayub percaya bahwa ia akan punya raga, sebab hanya dari dalarn tubuh tersebut (ayat 26) dan dengan matanya sendiri (ayat 27) Ayub akan melihat Allah.

Ia menjelaskan bahwa pengalaman tersebut akan berdampak langsung terhadap kedua bola matanya sendiri, dan bukan pada mata orang lain. Jadi Ayub mengharapkan kebangkitan tubuhnya! Inilah yang menjadi dasar pengharapan pada Allah dan pada pembuktian ketidak-bersalahannya.

Jika ada yang bersungut-sungut, sebagaimana yang pasti akan mereka lakukan, bahwa ini merupakan doktrin yang terlalu modern untuk masa primitif seperti itu (mungkin masa-masa patriakh), saya akan menanggapinya bahwa jauh sebelum ini, Henokh telah diangkat ke surga secara tubuh (Kejadian 5:24). Kenyataan bahwa tubuh fana ini bisa tinggal dalam realita yang abadi seharusnya menjawab pertanyaan abstrak ini sepanjang masa.

Sesungguhnya, seluruh perekonomian Mesir berkaitan dengan harapan bahwa kebangkitan tubuh bukan hanya dapat diterima melainkan juga mungkin terjadi. Pengharapan tersebut telah berfungsi selama seribu lima ratus tahun sebelum Abraham ke Mesir. Jadi keluhan modern tentang kebangkitan tubuh yang terlalu jauh sebenarnya lebih menyatakan masalah modern daripada budaya purba.

Ayub percaya bahwa cepat atau lambat ia akan dibuktikan tak bersalah, karena sang pembukti dirinya itu sanggup melakukannya, dan ia percaya bahwa ia akan melakukannya. Ayub memberi banyak dasar bagi harapan kebangkitan tubuh ini sekalipun pengharapan ini berakar jauh di dalam Perjanjian Lama.


Sumber :

“Ucapan yang Sulit dalam Perjanjian Lama”  Walter C Kaiser, Jr. LITERATUR SAAT, 2015, halaman 147-149


0 Response to "UCAPAN SULIT PL - DARI DALAM DAGINGKUPUN AKU AKAN MELIHAT ALLAH"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel