UCAPAN SULIT PL - MANUSIA BOLEH DISAMAKAN DENGAN HEWAN YANG DIBINASAKAN




UCAPAN SULIT DALAM PERJANJIAN LAMA 44


“MANUSIA BOLEH DISAMAKAN DENGAN HEWAN YANG DIBINASAKAN”




Mazmur 49:13,21

Tetapi dengan segala kegemilangannya manusia tidak dapat bertahan, ia boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan. Manusia, yang dengan segala kegemilangannya tidak mempunyai pengertian, boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan.



Hidup Kristen - Sampiran yang diulangi dua kali ini, (dengan kata-kata yang serupa tetapi tak sama), bukan hanya membagi mazmur tersebut ke dalam dua bagian besar (pendahuluan: ayat 2-5; bagian pertama: ayat 6-13; bagian kedua: ayat 14-21), melainkan juga memperkenalkan apa yang kelihatannya seperti pernyataan pesimistis yang tak diharapkan saat membandmgkan kematian manusia dengan kematian binatang!

Jadi "hikmat" (ayat 4) yang diperkenalkan mazmur ini tidak sejenis dengan yang disampaikan oleh Samson, melainkan hikmat dari hidup itu sendiri. Apakah hubungan antara kehidupan dengan kematian? Dan apakah kehidupan (dan kematian) manusia berbeda secara jelas dengan kematian hewan?

Kelihatannya, pemazmur sedang berada di tengah-tengah situasi pekuburan. Dalam keputusasaan seperti itu/ terlalu mudah untuk membandingkan situasi keputusasaan seseorang dengan keberhasilan yang mewah dari orang fasik. Para pembenci agama yang sombong ini membangga-banggakan kekayaan mereka dan memamerkan keberhasilan mereka di hadapan orang saleh.

Namun apakah keberhasilan semacam itu juga menjamin, seperti yang kelihatannya dikira oleh orang-orang berdosa yang congkak ini, bahwa kekayaan dan kelebihan mereka akan mereka bawa ke dalam alam sesudah kematian? Dari sinilah pemazmur mulai mendapat sejumlah sudut pandang bagi rasa takut yang menghantuinya.

Sesungguhnya, kekayaan seseorang tak sanggup menebus pribadinya, keluarga atau harta bendanya; yang fana tak bisa membayarkan tebusan bagi diri mereka sendiri (ayat 8-9). Jika orang fasik yang kaya tersebut mati, apapun harus ditinggalkannya.

Itu sebabnya, dalam pengertian itu kematian adalah pemisah yang dahsyat dari segala kehidupan, baik kehidupan hewan maupun manusia. Bagi setiap orang, kuburan merupakan masa depan, jika tidak ada yang campur tangan.



Jika uang menjadi kriteria untuk mendapatkan hidup yang kekal, maka si kaya pastilah memperoleh hidup yang tak berkesudahan itu. Namun itu pasti salah, sebab baik kedudukan maupun kekayaan orang tak bisa membeli suatu keluputan dari penuai yang menyeringai, yaitu kematian.

Bertolak dari latar belakang inilah, dan hanya pada dasar perbandingan inilah, kita diperingatkan bahwa "manusia tidak dapat bertahan" (ayat 12), artinya, tidak dapat bertahan lama, atau secara harfiah menginap semalam. Jadi teks ini ironis, sebab dalam mencari kepastian melalui jabatan atau kekayaan, realita kehidupan pasti tak memberikan jaminan apa pun. 

Kematian akan menumbangkan segala makhluk, manusia maupun binatang, tanpa mempedulikan pengaruh, kekayaan atau kuasa.

Karena itu, percaya pada diri seseorang atau kekayaan adalah kebodohan besar. Literatur amsal dalam Perjanjian Lama mengungkapkan nilai yang berlawanan dari orang yang percaya pada diri sendiri, yaitu, rasa takut kepada Tuhan.

Bukan hanya takut kepada Tuhan merupakan awal pengetahuan (Amsal 1:7), melainkan itu juga yang membuat jadi mungkin untuk mengurangi dua rasa takut yang mungkin ditemukan dalam mazmur ini: yaitu rasa takut akan musuh dalam masa-masa penganiayaan (49:6) dan rasa khawatir atas manfaat dari harta benda menjelang kematian (ayat 17-20).

Namun ayat 16 merupakan kebenaran yang paling meyakinkan dalam mazmur ini: "Tetapi Allah akan membebaskan nyawaku [secara harfiah, jiwaku] dari cengkeraman dunia orang mati, sebab Ia akan menarik aku." Ada beberapa kata yang bisa lebih singkat dan penuh pengharapan daripada kata-kata ini; namun begitu banyak sarjana dan pembaca yang lebih suka menjadi bodoh ketika mencoba memahami mazmur ini.

Sekalipun posisi pemazmur yang agak memalukan dalam hal kuasa, kedudukan atau keuangan, ia mempunyai keyakinan yang tak mungkin dibeli dengan uang.



Ia tahu bahwa alam maut takkan mengunci ajalnya dan mengakhiri pengharapannya pada kehidupan yang lebih dari ini; yang menjadi satu-satunya tempat yang dari sini Allah akan menyelamatkan dan menebusnya. Tak ada yang diragukan bahwa istilah jiwa dalam bagian ini berfungsi, sebagaimana terdapat dalam banyak bagian, sebagai ungkapan kata ganti orang, aku.

Jika semua pria, wanita, dan binatang digiring bagaikan domba menuju ke alam maut sedemikian sehingga maut menggembalakan mereka (ayat 15), maka tak diragukan lagi telah terjadi suatu kontras yang tajam pada ayat 15b. Kontras ini dilengkapi dalam ayat 16. Allah sendiri akan masuk dan menebus mereka yang takut akan Dia dari kuasa maut dan kuburan.

Ada lagi. Allah akan "mengambil", atau "menerima" mereka yang percaya kepada-Nya, "kepada diri-Nya sendiri". Istilah mengambil atau menerima lebih positif dibandingkan saat pertama terdengar. Istilah ini merupakan ibarat "pengambilan" Allah atas diri Henokh ke surga dalam Kejadian 5:24.

Henokh tidak lagi berjalan di bumi ini ketika Allah secara tiba-tiba datang dan mengambilnya untuk tinggal bersama-sama dengan Dia. Ini jelas mengatakan bahwa semua orang percaya akan dibangkitkan dan mengalahkan maut. Ini merupakan pengharapan yang melampaui segala yang dimiliki oleh orang kaya dan berkuasa sekalipun.

Dalam Mazmur 73:24 mengungkapkan keyakinan serupa: "Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan." Pengharapan agar diangkat keluar dari sini merupakan pengharapan tentang kebangkitan, sama seperti yang diberikan dalam Mazmur 49:16.

Jika demikian, Anda bertanya, mengapa orang kaya dibandingkan dengan hewan jika teks tersebut hanya mengontraskan orang percaya yang takut akan Allah dengan orang tidak percaya tak takut apapun karena ia mempunyai segala kuasa yang bisa dibeli dengan uang?

Jawabannya, mereka yang berkedudukan terhormat dan kaya bisa menjadi kasar dan tidak berperikemanusiaan dalam pemikiran dan kehidupan mereka sehingga mereka boleh dijadikan sama dengan binatang. Mereka "tidak mempunyai pengertian" (ayat 21).

Untuk alasan inilah mazmur ini berseru kepada "bangsa-bangsa sekalian" untuk "pasang telinga" (ayat 1) dan untuk mencari "pengertian" (ayat 4) tentunya jika mereka tidak berharap seperti binatang dan kejam tanpa pengertian. Dalam kematian, mereka juga akan seperti binatang: mereka akan binasa.

Pelajaran dari "hikmat" ini jelas: Janganlah percaya pada diri Anda sendiri atau kekayaan untuk menyelamatkan Anda atau untuk memberikan hidup kekal; hanya Allah yang sanggup menebus Anda dari kubur dan mengambil Anda kepada diri-Nya sendiri!


Sumber :

“Ucapan yang Sulit dalam Perjanjian Lama”  Walter C Kaiser, Jr. LITERATUR SAAT, 2015, halaman 159-162


0 Response to "UCAPAN SULIT PL - MANUSIA BOLEH DISAMAKAN DENGAN HEWAN YANG DIBINASAKAN"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel