BERIKAN PIPI YANG LAIN




UCAPAN YESUS YANG SULIT

Matius 5:39 (TB)  

Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.

Matthew 5:39 (NET)  

But I say to you, do not resist the evildoer. But whoever strikes you on the right cheek, turn the other to him as well.

Matthew 5:39 (NKJV)  

But I tell you not to resist an evil person. But whoever slaps you on your right cheek, turn the other to him also.

Matthew 5:39 (NKJV)  

But I tell you not to resist an evil person. But whoever slaps you on your right cheek, turn the other to him also.

Ini merupakan perkataan keras dalam arti bahwa perkataan ini, menetapkan sebuah tindakan yang tidak lazim bagi kita. Serangan yang tiba-tiba segera menyulut kebencian dan pembalasan.

Jika kita mau menanggapi perkataan ini dengan sangat harafiah, maka serangan itu sungguh jahat, sebab jika si penampar menggunakan tangan kanannya, maka ia akan menampar pipi kanan orang itu dengan bagian belakang tangannya. 

Ini merupakan salah satu contoh yang dipakai oleh Tuhan Yesus untuk menunjukkan bahwa cara hidup Kerajaan Allah lebih banyak tuntutannya daripada apa yang dikatakan hukum Musa, “Kamu telah mendengar firman: “Mata ganti mata dan gigi ganti gigi'” (Mat. 5 :38). 

Hal ini memang dipaparkan dalam undang-undang hukum Israel yang paling awal (Kel. 21:24). Dan saat pertama kali dicanangkan, hal itl1 merupakan sebuah langkah maju yang besar, karena itu mengetengahkan batasan yang ketat dalam pembalasan dendam seseorang. 

Hukum ini menggantikan sebuah sistem yang lebih tua mengenai keadilan. Menurut sistem itu, jikalau seorang anggota dari suku X melukai seorang anggota dari suku Y maka suku Y wajib membalas dendam kepada suku X. Ini dengan cepat mengakibatkan penumpahan darah di antara kedua suku dan berakhir dengan penderitaan yang jauh lebih hebat daripada luka yang mula-mula. 

Tetapi di dalam undang-undang hukum Israel terjalin sebuah prinsip tentang pembalasan yang akurat-satu mata, dan tidak lebih, ganti satu mata, satu nyawa, dan tidak lebih, ganti satu nyawa. Jika kehormatan yang terluka dibalaskan dengan ganti rugi yang begitu tepat dan sebanding, maka hidup tidak lagi penuh bahaya. 

Penerimaan prinsip ini mempermudah diterimanya ganti rugi, berupa uang yang di dalam banyak kasus merupakan pengganti yang memadai bagi penderitaan yang dialami oleh orang yang dirugikan karena dilukai. 


Tetapi sekarang Tuhan Yesus membuat langkah yang lebih lanjut. “Jangan membalas sama sekali,” kata-Nya kepada murid-murid-Nya “Jangan menyimpan roh kebencian; Bila seseorang melukai kamu atau membuat kamu tidak enak, tunjukkan bahwa kamu menguasai keadaan dengan melakukan sesuatu yang menguntungkan dia. 

Bila ia merasa senang dengan memukul kamu, biarkan dia memukulmu lagi” (tidak perlu dikatakan di sini bahwa perkataan ini tidak boleh ditekankan secara harafiah seperti halnya dengan perkataan tentang pencungkilan mata kanan seseorang serta membuangnya, tidaklah sukar untuk membayangkan pemberian pipi yang lain secara sangat menghina). 

Jika seorang tentara atau penjabat pemerintah yang lain memerintahkan kamu untuk membawa beban sekian jauh, kamu berada di bawah tekanan; kamu terpaksa melakukan itu. Tetapi, jika kamu telah mencapai batas dari jarak yang ditentukan, kamu seorang merdeka kembali; maka kamu bisa berkata, “Jika engkau ingin agar beban ini lebih jauh, dengan senang hati saya mau melakukannya untukmu.” 

Sekarang inisiatif itu menjadi milikmu. Dan kamu bisa mengambil inisiatif tanpa perasaan menyesal sebab kamu telah dipaksa melakukan hal yang begitu tidak enak, tetapi dengan melakukan sebuah tindakan kasih. Cara seperti ini dalam bereaksi terhadap kekerasan dan penghinaan adalah cara Kristus. 


Dalam hidup sehari-hari orang Barat tidak ingin seseorang diminta untuk membawakan beban tentara. Bagaimanakah perintah Tuhan YesuS ini bisa diaplikasikan dalam keadaan kita? Barang kali ketika seoran warga kota diperintahkan oleh polisi untuk membantu dia dalam pelak sanaan tugasnya. 

Tetapi (seandainya) itu merupakan hal membantu dia untuk menangkap sejumlah besar orang jahat yang tidak mungkin ia lakukan dengan tangannya sendiri, bukankah itu sudah merupakan kewajiban seseorang terhadap sesamanya? Hal ini dengan gamblang mengingatkan kita bahwa perintah-perintah Tuhan Yesus biasanya tidak begitu saja dapat kita laksanakan. Sering perintah-perintah itu harus dipertimbangkan dengan seksama. Apa pun pengorbanan yang Ia harapkan dilakukan oleh pengikut-pengikut-Nya, Ia tidak memirml mereka untuk mengorbankan pikiran mereka. 

Apa yang harus mereka lakukan ialah menyelaraskan pikiran mereka dengan pikiran-Nya. Dan bila pertimbangan yang seksama itu diambil sesuai dengan pikiran Kristus, maka tindakan yang dihasilkan akan sesuai dengan cara Kristus_ 

Paralel yang lain ialah si Kristen terhadap pajak pendapatannya (beberapa pengikut Kristus begitu serius melaksanakan ajaran-Nya tentang harta kekayaan, sehingga mereka tidak mempunyai pendapatan yang bisa dikenakan pajak, lihat hal. 187). 

Tuntutan pajak harus dibayar, tidak ada pilihan lain dalam hal ini. Tetapi seandainya si pembayar pajak Kristen, sebagai tindakan kasih, membayar dua kali lipat dari jumlah yang ditentukan, atau setidak-tidaknya ia menambahkan sejumlah besar uang; lalu bagaimana? Mungkin komputer akan mencatatnya sebagai pajak yang kelebihan dan surplus yang ada akan dikembalikan kepadanya berupa potongan harga. 

Mungkin yang paling bijaksana adalah kalau ia mengirimkannya langsung kepada Menteri Keuangan, tanpa nama bukan saja supaya tangan kirinya tidak tahu apa yang di’ lakukan tangan kanannya, tetapi juga menghalangi timbulnya penyelidikan dan prasangka yang tidak patut. Sekali lagi, melaksanakap perintah-perintah Tuhan Yesus yang sederhana di dalam masyarakat yang kompleks, tidaklah mudah. Tetapi di mana Roh yang Ia rekomendasikan itu hadir, pelaksanaannya tidaklah terlalu jauh melenceng. 


Perintah agar memberikan pipi yang lain diberikan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya. Perintah ini termasuk dalam daerah perilaku pribadi. Meskipun begitu, ada banyak orang Kristen yang menganggap bahwa ajaran ini harus dipraktekkan oleh masyarakat dan bangsa-bangsa sama baiknya seperti oleh pribadi-pribadi. Jika itu menyangkut masyarakat Kristen, tentunya kita setuju. 

Gereja yang meminta bantuan kepada “senjata dunia” untuk memperkokoh diri sama sekali tidak memperteguh iman. Seseorang pernah berkata, “Gereja terpanggil untuk menerima pukulan-pukulan bukan membagi-bagikannya tetapi,” ia menambahkan, “Gereja menjadi landasan yang telah menghabiskan banyak palu.”11 Tetapi bagaimana dengan masyarakat yang berkecimpung dalam politik? 

Situasi ini tidak muncul di masa PB. Murid-murid Tuhan Yesus yang pertama tidak menduduki kursi-kursi kekuatan. Kecuali Yusuf dari Arimatea yang menjadi anggota Sanhedrin yaitu Mahkamah Agama dari bangsa Yahudi. 

Dan menurut Lukas (23:50-51), ia tidak sepaham dengan rekan-rekannya tentang keputusan yang tidak adil terhadap Tuhan Yesus. Dengan tersebarnya Injil di dunia orang kafir, beberapa gereja setempat mempunyai anggota yang mempunyai kedudukan setingkat dengan kotapraja, seperti Erastus yang menjadi bendahara kota Korintus (Rm. 16:23). 

Tetapi baik Paulus maupun siapa saja dari penulis PB tidak merasa perlu untuk memberi petunjuk-petunjuk khusus kepada pejabat-pejabat Kristen seperti yang mereka berikan kepada Orang-orang Kristen biasa. Tetapi apa yang harus terjadi bila orang Kristen menjadi pejabat, seperti yang kemudian dialami oleh beberapa orang? Bisakah hakim kota mempraktekkan tindakan yang tidak membalas, setimpal dengan perbuatan penjahat yang dihadapkan kepadanya untuk diadili? Bisakah raja Kristen mempraktekkan tindakan yang tak membalas raja tetangga yang menyatakan perang terhadapnya? 

Paulus yang mengulangi dan menggarisbawahi ajaran Tuhan Yesus yang tidak membalas kejahatan, menganggap pembalasan sebagai bagian dari kewajiban pejabat sipil. “Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah?” Paulus bertanya.

“Perbuatlah apa yang baik dan kamu l akan beroleh pujian dari padanya. Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tak percuma pemerintah menyandang pedang. 

Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang jahat” (Rm. 13:3-4). Bagi Paulus, pejabat yang ia perbincangkan ialah Kaisar Roma atau seseorang yang mempunyai kuasa eksekutif atau yuridis di bawah Kaisar. Tetapi kata-kata Paulus relevan dengan latar belakang kronologisnya. Saatnya belum tiba (meskipun saat itu benarbenar tiba dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun setelah kata-kata itu ditulis) ketika Kaisar dengan terang-terangan memusuhi gereja. Tetapi saatnya juga tiba ketika kekaisaran tunduk kepada gereja dan kaisar-kaisar mulai menjadi Kristen dan menyebut diri Kristen. 

Saat mereka mewarisi “pedang, yang disandang oleh pendahulu-pendahulu mereka yang kafir dengan 'tidak percuma,, bagaimanakah mereka harlls memakainya? Jawaban atas pertanyaan ini tidak bisa dibaca dengan mudah di halaman-halaman PB. Pertanyaan ini tetap ditanyakan, dan memang benarbahwa pertanyaan ini harus diajukan; tetapi tidak ad? satu jawaban pun yang bisa disebut sebagai jawaban Kristen yang sejati.


SUMBER

Perkataan Yesus Yang Sulit
LITERATUR SAAT, Hal. 59-62

0 Response to "BERIKAN PIPI YANG LAIN"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel