PERUMPAMAAN YESUS TENTANG “ANAK-ANAK DI PASAR”
"PERUMPAMAAN-PERUMPAAN YESUS"
Yesus menceritakan sebuah perumpamaan yang indah yaitu tentang anak-anak yang berrnain di pasar. Dia rnengarnbil langsung pernandangan dari kehidupan sehari-hari, pernandangan yang biasa dari anak-anak membuat drama dan memainkannya sendiri. Drama pendek ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
Beberapa anak laki-laki dan perempuan
sedang bermain bersama di pasar yang biasanya sedang tidak digunakan. Beberapa
anak ingin melakukan permainan sebuah pesta pernikahan. Selain sepasang
pengantin perempuan dan laki-laki, mereka juga membutuhkan pemain seruling, dan
beberapa anak berdansa di pesta pernikahan itu.
Meskipun pengantin perempuan dan
laki-laki telah siap dan salah satu anak telah memainkan seruling, anak yang
lain menolak untuk berdansa. Mereka tidak tertarik dengan permainan pesta
pernikahan itu. Kemudian, beberapa anak ingin melakukan permainan penguburan.
Salah seorang dari mereka harus bermain sebagai orang yang meninggal, sementara
yang lainnya menyanyikan lagu perkabungan.
Sisanya harus meratap, tetapi mereka
menolak. Mereka tidak tertarik untuk terlibat dalam permainan penguburan itu.
Anak-anak yang telah merencanakan permainan itu duduk dan berkata kepada
anak-anak yang tidak mau berperan serta itu demikian:
Kami meniup seruling bagimu,
tetapi kamu tidak menari,
Kami menyanyikan kidung duka,
tetapi kamu tidak menangis.
APLIKASI :
Menurut Injil Matius, anak-anak yang
duduk di pasar menyebut teman-teman yang tidak mau berperan serta itu sebagai
teman bermain mereka. Di dalam Injil Lukas, anak-anak yang bermain dan
anak-anak yang tidak bermain saling berseru kepada satu dengan yang lain. Di
dalam Injil Dalam penyajian Matius, satu kelompok anak itu kreatif dan menyarankan
dua permainan yang berbeda untuk kelompok yang lain.
Lukas memberikan kesan bahwa satu
kelompok anak-anak ingin memainkan permainan yang gembira, sementara yang lain
menginginkan permainan yang sedih. Tidak ada kelompok yang mau mengalah. Mungkin
karena hal inilah, yang dicatat hanya ejekan yang dilontarkan oleh satu
kelompok , dan penggunaan kata "satu dengan yang lain" seharusnya
tidak terlalu ditekankan.
Tetapi bagaimana aplikasi dari
perumpamaan ini? Pada dasarnya ada dua cara untuk mengaplikasi gambaran yang
Yesus jelaskan. Pertama, anak-anak yang mengusulkan permainan pesta pernikahan
dan penguburan merepresentasikan Yesus dan Yohanes Pembaptis yang melakukan itu
secara berurutan.
Anak-anak yang menolak berpartisipasi di
dalam permainan itu adalah orang-orang Yahudi. Yohanes datang kepada mereka dan
menyanyikan kidung duka, tetapi mereka tidak dalam keadaan yang mau
mendengarkan dia.
Untuk menyingkirkan Yohanes, mereka
mengatakan Yohanes kerasukan. Kemudian Yesus datang dan dengan berbagai cara
membawa kabar sukacita dan kebahagiaan; Orang-orang Yahudi mengejek Dia karena
Dia masuk ke rumah orang-orang yang disingkirkan oleh karena masalah moral dan
sosial, dan Dia makan dan minum dengan mereka.
Penafsiran kedua adalah kebalikan dari
yang pertama. Anak-anak yang mengusulkan permainan pernikahan dan penguburan
adalah orang-orang Yahudi yang menginginkan Yohanes gembira dan Yesus menangis.
Pada saat keduanya tidak memenuhi pengharapan mereka. maka mereka mengeluh.
Mereka mengatakan kepada Yohanes,
"Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari." Dan mereka
mengatakan kepada Yesus, "Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak
menangis."
Dari kedua penafsiran di atas,
penafsiran yang kedua lebih masuk akal. Pertama, penafsiran ini mengembangkan
hubungan nyata antara "orang-orang dari angkatan ini" (Lukas 7:31)
dengan anak-anak yang membuat ejekan.
Orang-orang Yahudi tidak suka pada
Yohanes Pembaptis dan Yesus, sama halnya dengan sikap dari anak-anak di dalam
perumpamaan ini terhadap ternan-ternan bermainnya. Kedua, penafsiran ini
menyatakan keluhan anak-anak kepada Yohanes dan Yesus secara berurutan. Yohanes
datang sebagai seorang pertapa yang makan belalang dan madu hutan - dia tidak
makan roti dan minum anggur dan orang-orang Yahudi menuduh dia kerasukan setan.
Sebaliknya, Yesus makan roti dan minum anggur, sehingga mereka menyebut Yesus
seorang pelahap dan peminum, ternan pemungut cukai dan" orang-orang
berdosa." Allah telah mengirimkan utusan-utusan-Nya yaitu Yohanes dan
Yesus, tetapi orang-orang pada waktu itu tidak melakukan apa-apa dan hanya
mencari kesalahan
mereka.
PARALEL-PARALEL
Suasana permainan anak-anak yang
bercerita tentang permainan yang ingin dimainkan oleh anak-anak dan saling
mengejek di antara mereka dapat ditemui dalam Kitab Pengkhotbah, di mana
terdapat satu bagian puisi yang menyatakan bahwa untuk segala sesuatu ada
waktunya. Ada waktu "untuk menangis, ada waktu untuk tertawa, ada waktu
untuk meratap, ada waktu untuk menari" (Pengkhotbah 3:4), demikian
dinyatakan oleh Pengkhotbah.
Namun demikian, ejekan yang ditujukan
kepada Yesus oleh orang-orang Yahudi merupakan sebutan yang berbahaya. Mereka
menuduh Dia seorang pelahap dan peminum. Sebutan ini merupakan deskripsi dari
seorang anak yang durhaka, yang menurut hukum Musa, harus dilempari batu sampai
mati (Ulangan 21:20, 21).
Hubungan Yesus dengan mereka yang
dibuang secara moral dan sosial oleh masyarakat dan dianggap sebagai pendurhaka
oleh pemimpin-pemimpin agama, dinyatakan sebagai perbuatan yang tercela. Karena
hubungan-Nya i ni , orang-orang Yahudi merasa bahwa Yesus sendiri harus
diperhitungkan ke dalam golongan pendurhaka[5].
Di dalam literatur rabinik, terdapat
paralel yang menyolok. Susunan kata di dalam literatur ini menarik, meskipun
sulit untuk memastikan kapan paralel ini ditulis dan darimana asalnya dalam
bentuk lisan:
Yeremia berbicara langsung kepada Yang
Kudus, diberkatilah Dia:
Engkau
menyebut Elia yang berambut keriting yang bangkit untuk melakukan kepentingan
mereka, mereka menertawakan dia dan berkata: "Lihatlah betapa keriting
rambut ikalnya!" dan sambil mengejek menyebut dia "orang yang
berambut keriting." Dan ketika Engkau menyebutnya demikian Elisa bangkit untuk
kepentingan mereka, mereka berkata kepada Elisa dengan nada mengejek:
"naiklah kau kepala botak, naiklah kau kepala botak.
KESIMPULAN :
Kulminasi dari perumpamaan ini berbeda
di dalam kedua catatan Injil. Tulisan Matius dan Lukas berbeda di frasa
kesimpulannya, "Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya"
(Matius 11:19), dan "Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang
menerimanya" (Lukas 7:35). Mungkinkah perbedaannya disebabkan oleh susunan
kata yang berakar dari ekspresi Aramik yang disalahmengerti dalam
penerjemahannya?
Apapun penyebabnya, arti yang terkandung
dalam kata-kata itu tidak berbeda. Kebijaksanaan merepresentasikan
kebijaksanaan Allah; itu juga dapat berarti peluasan pemakaian kata-kata yang
diterapkan pada Allah. Menurut Matius, karya Ilahi Yesus (Matius 11:5)
merupakan bukti kebijaksanaan Allah. Dalam Injil Lukas, anak-anak Allah adalah
saksi bagi kebenaran kebijaksanaan-Nya.
Misalnya, pemungut cukai dan perempuan
berdosa, yang ditolak dan dinyatakan sebagai orang buangan oleh orang-orang
beragama pada waktu itu, melihat hikmat Allah yang dinyatakan melalui Yohanes
Pembaptis dan Yesus. Baik Yohanes maupun Yesus memproklamasikan berita
penebusan kepada mereka. Yohanes menyatakannya dengan semua ketegasan dan
kata-kata yang keras di sungai Yordan (Lukas 3:12, 13) dan Yesus menyatakannya
di tengah persekutuan di sekitar meja makan di rumah-rumah mereka (Lukas 5:30).
SUMBER :
LITERATUR SAAT, Perumpamaan-Perumpaan
Yesus, Simon J. Kistemaker.
Hal. 10-14
0 Response to "PERUMPAMAAN YESUS TENTANG “ANAK-ANAK DI PASAR”"
Post a Comment