PENTINGNYA PENEBUSAN BAGI ORANG BERDOSA




Manusia Berdosa Terus Menerus Berdosa

Secara teologis di dalam Kejadian pasal 3 tidak disebutkan manusia jatuh ke dalam dosa, tetapi baru pada pasal 4, Alkitab memberikan data bahwa Kain membunuh adiknya Habel. Hal itu mengindikasikan bahwa akibat ketidaktaatan Adam membuat dosa masik ke dalam dunia, dan dosa bereksistensi di dalam keturunan Adam yang pertama yaitu Kain. Pembunuhan yang terjadi merupakan akibat dari dosa yang sudah ada di dalam diri manusia, termasuk Adam juga orang yang sudah berdosa, sekalipun tidak disebutkan secara terperinci. 

Bahwa Kain berhasil membunuh seperempat penduduk bumi pada waktu itu.Namun kita akan melihat perkembangan dosa yang semakin meluas. Kalau saja pasal empat perbuatan dosa yang terlihat secara jelas ialah pembunuhan. Dosa selalu ingin membuahkan perbuatan yaitu ketika manusia semakin bertambah, maka dosa juga semakin bertambah-tambah, dan tidak memandang  usia atau kondisi moral manusia. Pasal 6:5-8, bahwa Allah melihat, di dalam diri manusia itu memunyai suatu kecenderungan hati manusia untuk berbuat dosa (inclination of the heart). 

Hati yang menjadi inti di dalam hidup manusia itu sekarang memiliki kecenderungan bukan untuk berbuat, apa yang baik di mata manusia maupun di mata Tuhan, melainkan untuk berbuat sesuatu yang menentang kekudusan Allah dan hakikat Allah yang sejak kekekalan selalu terpisah dari segala hal yang najis, karena Dia adalah Allah yang maha kudus, Dia menentang orang yang berbuat fasik dan orang yang melakukan kejahatan (Kejadian 6:5-8).

Allah memunyai rencana untuk membasmi semua orang yang tidak mau taat dan melakukan kebenaran (Kej. 6:9). Allah sengaja memilih Nuh, dia seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya, itu artinya bahwa semua begitu banyak orang-orang yang tidak memedulikan Allah, bagaimana mencari Allah dan bagaimana hidup sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah. 

Pemilihan Allah terhadap Nuh merupakan suatu rencana untuk menggenapi janjiNya yang kepada keturunan si perempuan, yang akan datang untuk waktu yang ditetapkan Allah menurut rencana keilahianNya kepada manusia, bahwa Dia berdaulat atas ciptaanNya dan akan memelihara ciptaanNya.


Inisiatif Allah Menyelamatkan Manusia

Allah adalah Allah, Dia sama sekali berbeda dengan manusia di dalam seluruh sifat-sifat ke-AllahanNya (God is totally different) Allah punya hak khusus terhadap manusia ciptaanNya. Sekilas jika kita melakukan pengamatan teks dan konstruksi tulisan dan hal-hal yang bersangkut paut dengannya maka, kita bisa saja beranggapan dan bahkan bagi orang yang tidak percaya Allah (Atheis) dan bagi kelompok Liberal akan membangun suatu konsep yang salah dalam menilai Allah. 

Anggapan ini bisa saja muncul ke permukaan dengan menyebut bahwa Allah itu gagal seratus persen. Nuh adalah salah satu alat Tuhan dalam menyatakan kemuliaanNya kepada manusia berdosa yaitu Dia adalah pemberita kebenaran yang memanggil orang untuk bertobat dan menyadari pentingNya percaya kepada Allah dan kebenaranNya.

Allah sudah ingin mengakhiri semua keturunan manusia berdosa, tetapi Allah memakai Nuh untuk memberikan kesempatan untuk semua orang yang ingin datang kepada Allah. Allah menyuruh membangun bahtera, suatu tempat di mana Nuh dan keluarganya diselamatkan dari air bah, yang akan melanda seluruh bumi. 

Bahtera Nuh dan penyelamatan atas istri dan ketiga anak Nuh dan menantu anaknya, memunyai makna theologis bahwa keselamatan selalu bersumber dari Allah. TUHAN yang menyuruh membuat bahtera (Kej. 6:14), dan bahwa Allah yang memerintahkan binatang baik yang betina dan jantan berpasang-pasangan untuk masuk ke dalam bahtera guna pemeliharaan hidup dan keturunanNya (Kej 7:9).

Allah jugalah yang ambil bagian untuk menutup pintu bahtera yang besar itu (Kej 7:16), terlihat jelas bahwa bukan Nuh yang memiliki kontrubusi total di dalam penyelamatan, melainkan Allah sendiri di dalam kemahakuasaanNya. 

Secara theologis bahwa dari sejak awal konsep keselamatan itu tidak pernah bersumber dari manusia. Allah berinisiatif untuk tidak menyia-nyiakan orang yang benar-benar takut akan Tuhan. Nuh sebagai mediator pemerintahan Allah, berdiri sendiri sebagai manusia yang benar di tengah dunia yang berdosa (Kej. 6:9-11).[1] 

Prerogatif artinya hak untuk menentukan yang baik dan yang jahat.Tidak ada keselamatan bagi Nuh kecuali ia masuk ke dalam bahtera.[2] Bagi Nuh keselamatan berawal dengan janji yang difirmankan Allah kepadaNya dan yang dipercayainya dengan hidup benar dan takut akan Tuhan sebagai bukti hidup yang menghargai Tuhan sebagai pencipta.

Allah Tidak Kompromi Dengan Dosa

Allah adalah,  pribadi yang tidak pernah berkompromi dengan yang namanya dosa, karena dosa sangat bertentangan dengan natur Allah yang adalah kudus. Dia adalah kasih, bahwa Dia juga menginginkan pertobatan seseorang untuk kembali kepada Allah, namun Dia juga adil yaitu bahwa Ia juga menghukum dosa. seperti orang tahanan atau orang yang baru saja ditangkap oleh polisi, bahwa sekalipun dia mengaku pelanggarannya, dia tetap juga menjalani hukuman penjara. 

Dosa tidak pernah menjadi bagian dari rencana Allah. Dosa merupakan akibat ketidaktaatan manusia kepada Allah. Dalam kasus ini, bukan berarti Allah tidak bertanggung jawab dan lepas kontrol terhadap manusia. 

Melainkan justru karena Dia menghukum dosa, maka Dia menyelamatkan orang yang mau sadar akan keberdosaannya dan kembali kepada Allah, dan mengakui Allah di dalam hidupnya.
Kutukan terhadap Adam dan Hawa serta si ular merupakan akibat dari dosa. Orang berdosa patut mendapat hukuman yang setimpal dengan perbuatannya itu. Setiap perbuatan dosa selalu menentang Allah. 

Secara tidak disadari Adam dan Hawa telah menjadi musuh Allah, dan orang-orang yang tidak mau mendengarkan berita keselamatan yang disampaikan oleh Nuh itu. Pembinasaan oleh air bah tidak melenyapkan dosa, karena dosa mulai berkembang lagi dari dosa perorangan (9:20-23) sampai kepada tindakan-tindakan pemberontakan yang terkoordinasi (11:1-9) 161, mereka sadar bahwa kesalahan mereka telah mencapai hubungan mereka yang paling dasar dan mereka berusaha secara menyedihkan untuk menutupi diri mereka.

Satu bahasa dan satu logat bahasa pada waktu itu akan membuat apa saja yang mereka lakukan akan berhasil sepenuhnya yaitu mereka punya potensi besar untuk berbuat dosa semakin banyak lagi (Kej. 11:6), Allah menyerakkan mereka ke seluruh permukaan bumi dengan mengacaukan bahasa mereka (Kej. 11:9), dosa belumlah terselesaikan dengan air bah. Inilah akibat eksistensi dosa yang semakina merambat kepada semua orang di muka bumi ini, tidak ada seorangpun yang tidak berbuat dosa. 

Allah selalu punya hati untuk menyelamatkan manusia tanpa sedikit pun campur tangan manusia di dalamnya. Jelas bahwa hukuman karena tidak menaati perintah Allah adalah kematian.[3] Itulah konsekuensi dari sekian banyak hal-hal yang cukup membuat mereka menerima pengalaman yang berbeda sebelumnya.

Progresifitas Janji Allah Kepada Keturunan Adam

Janji bahwa dikemudian hari keturunan Adam akan menginjak kepala dari si Ular dan si ular akan meremukkan tumit keturunan si perempuan. Janji inilah ynag disebut sebagai protevangelium (Injil mula-mula). Ini merupakan konfirmasi dari tindakan Allah terhadap manusia. Sekalipun kata-kata ini ditujukan kepada ular atau setan, tetapi artinya penting sekali untuk manusia, karena ini adalah janji Allah bahwa dari keturunan Hawa akan ada seorang yang akan mengalahkan setan. Nubuat ini telah digenapi dengan kedatangan, kematian, dan kebangkitan Yesus yang sudah mengalahkan setan.[4] Sekalipun Adam dan Hawa sudah gagal di dalam menjalankan perintah Allah namun, janji Allah senantiasa akan sampai kepada pemenuhannya.

Istilah progresifitas di dalam bab ini bukan berarti Allah tidak konsisten dalam segala apa yang dijanjikanNya, melainkan bahwa Allah sesuai waktu yang ditetapkan mengulangi janji dan secara berkelanjutan nubuat itu akan digenapi. Kepentingan dari persoalan progresifitas janji Allah ialah, bahwa Allah akan tetap menunjukkan bahwa Allah berperan aktif untuk menolong manusia, sampai wujud dari kenyataannya sendiri, ialah Kristus keturunan dari si perempuan. 

Sekalipun dosa menunjukkan eksistensinya, dan semakin banyak orang yang berbuat  dosa, terutama ketika Nuh dan orang-orang sezamannya. Tetapi secara eksplisit Allah ingin mereka yang berbuat dosa itu mengenal kebenaran, dan ingin supaya Allah memasukkan mereka di dalam daftar orang-orang yang diselamatkan oleh Allah.

Unsur ketiga dari dogma ini adalah, seorang manusia berdosa tidak dapat menebus dosa-dosa yang dilakukan oleh orang lain: hanya seorang yang tidak berdosalah yang dapat melakukannya. Berdasarkan ini, menjadi jelas mengapa, menurut pemahaman Kristen, tidak ada nabi Allah betapa pun baik dan dekatnya ia dengan kesempurnaan, dapat mensucikan umat manusia dari dosa atau menyelamatkan mereka darinya serta akibat akibatnya. Sebagai seorang anak Adam, nabi itu tidak dapat menghindari unsur dosa bawaan, yang dengannya dia telah dilahirkan. Ini adalah sebuah garis besar sederhana dari seluruh ajaran tersebut. Berikut ini pemecahan yang dipaparkan oleh para teolog Kristen.

Keturunan dari seorang perempuan

Setelah Adam berdosa di hadapan Allah, Allah menentukan sistem penggantian dengan darah yang dicucurkan, binatang yang mati dibunuh. Pertama binatang yang dibunuh untuk pakaian Adam dan Hawa, kemudian ada korban Habel yang diterima. Ada sistem penggantian. Tetapi sistem korban orang Israel tidak mencapai puncaknya, hanya merupakan satu simbol atau bayang-bayang yang akan datang. Puncak kekalahan Iblis diuraikan dalam ayat 15, suatu bagian yang dengan tetap yang disebut Protevangelium.[5] 

Protevangelium itu menubuatkan bahwa Kristus akan memberi pukulan kematian kepada Iblis, tetapi dengan berbuat demikian Dia sendiri harus menderita mati. Allah datang kepada orang yang berdosa, bukan orang yang datang kepada Allah.

Adam tidak pernah berpikir sebelumnya, bahwa dia dan isterinya itu akan memberontak terhadap Allah dengan segala konsekuensinya yang tragis dan parah dan mereka juga tidak pernah menyangka bahwa mereka, melalui mereka dosa masuk ke dalam dunia, dan setiap manusia yang merupakan keturunannya, akan menurunkan natur berdosa. Mereka juga tidak pernah berpikir, bahwa Allah juga berperan di dalam keberdosaannya untuk memberikan jalan keluar dari perangkap dosa yang berakhir kepada maut. 

Inilah Injil mula-mula yang memberikan deskripsi kerja Allah, di mana melalui mereka janji tentang penebusan akan dilaksanakan yaitu Kristus yang tersalib (tumit dari si perempuan akan diremukkan). Sebelumnya Allah sudah mengorbankan binatang untuk membuat pakaian yang akan menutupi ketelanjangan sebagai akibat dari dosa.

Allah dengan kasihNya memberikan kenyataan bahwa manusia sungguh tidak memiliki kualifikasi untuk menyelamatkan diri sendiri dari dosa mereka. Allahlah yang menyelamatkan, di dalam Korban Yesus dan juga setiap korban binatang yang disembelih oleh orang-orang persembahkan kepada Tuhan. Hanya cawat kulit “made-in Lord” yang secara hakiki mampu menutup/ menebus dosa manusia! Kulit binatang muncul dari penyembelihan binatang. Ada kematian berdarah di sini yang diperkenalkan Tuhan untuk pertama kalinya, yaitu suatu simbol ‘kurban-darah’ untuk “cawat penutup dosa”. Korban darah binatang ini telah memvisualisasikan sebuah analogi konsep kematian dan  penebusan yang dirancang Tuhan demi menyelamatkan Adam-Hawa serta keturunannya.


Tindakan penyelamatan Allah

Sekalipun Adam sudah memakai pakaian yang disemat oleh tangan Allah sendiri, namun itu tidak membuat dosa terselesaikan, dan tampaknya dosa semakian berkembang dan semakin nyata. Suatu fakta sejarah membuktikan bahwa bumi yang sekarang adalah dunia yang sudah pernah dilenyapkan oleh air bah yakni tangan Tuhan yang menghukum manusia, yang tidak mau percaya kepada Allah. Allah menyelamatkan Nuh, di antara sekian banyak orang. Allah tidak berlaku tidak adil bagi manusia, Allah tahu bahwa manusia itu sudah cemar karena dosa dan hatinya membuahkan kejahatan saja.

Allah mengadakan perjanjian dengan Nuh, bahwa Allah berjanji untuk tidak membinasakan manusia dengan air bah lagi. Abraham secara khusus dipanggil oleh Allah untuk mempersiapkan dia sebagai orang yang akan menjadi pribadi yang oleh karena namanya semua bangsa akan diberkati oleh keturunannya yaitu Yesus Kristus. Di dalam rentetan kisah Adam, Nuh, dan Abraham adalah suatu rangkain dari sejumlah rencana Allah untuk pada saat tertentu mengadakan suatu perjanjian dengan  manusia. Bahwa Allah tidak pernah berhenti di dalam menyelamatkan manusia itu. 

Sekilas mengenai Abraham bahwa dia adalah pribadi yang dipanggil ke luar dari kegelapan, panggilan Tuhan berlaku, dan sebagai syaratnya ialah bahwa dia harus percaya. Keturunan yang kemudianlah yang akan memberkati semua bangsa di bumi. Mereka akan menjadi bangsa yang besar.

Kenyataan bahwa melalui Abraham yaitu keturunannyalah yang akan menyelamatkan manusia dari dosa dan yang memberkati orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Allah selalu berjanji kepada manusia dan juga menepatinya supaya ternyata bahwa Dia adalah Allah yang memiliki janji yang kokoh dan yang bertangung jawab kepada manusia. Allah tidak pernah menghukum orang benar bersama-sama dengan orang berdosa. Allah harus mengadakan pemisahan dan tindakan yang cukup signifikan, supaya terbukti bahwa Allah serius di dalam setiap janji dan setiap hubungan yang dibangunNya terhadap manusia.

Allah bertindak menyelamatkan, maka repons harus diberikan terhadap suara Kasih Allah yang akhirnya menebus kehidupan manusia itu sendiri. Allah bertindak menyelamatkan dan memilih orang-orang pilihan itu sebagai pengantara untuk mengungkapkan janji keselamatan yang akan diberikan secara cuma-cuma oleh Allah. Keselamatan yang bukan berdasarkan perbuatan baik sudah dari sejak awal sudah dikontraskan bahwa manusia tidak bisa bertindak menyelamatkan diri sendiri. Allahlah yang bertindak untuk mengaruniakan keselamatan yang hanya di dapat melalui iman percaya seseorang.

PEMBAHASAN MENGENAI KONSEP PENEBUSAN

Konsep penebusan di dalam kitab Kejadian ialah sama seperti konsep keselamatan di dalam Perjanjian Baru, yaitu keselamatan hanya melalui iman, di mana yang menyelamatkan adalah Yesus dan yang menjadi sarananya ialah iman. Jika dinilai dari theologia sistematika yaitu sesuai dengan doktrin keselamatan, bahwa penebusan di dalam Perjanjian Baru maupun di Perjanjian Lama adalah sama yaitu hanya melalui iman. Hal itu disaksikan di dalam argumentasi theologis dari rasul Paulus di dalam surat Roma pasal 4. Rasul Paulus menyaksikan suatu perkara yang harus ditandaskan dengan saksama bahwa orang-orang Perjanjian Lama, dibenarkan oleh karena iman. Daud mengatakan berbahagia orang yang diampuni pelanggarannya dang yang ditutupi dosa-dosanya (Roma 4:7).

Orang Yahudi tidak bisa membenarkan bahwa Abraham bapa leluhur mereka dibenarkan di luar iman, yakni sunat. Interpretasi rasul Paulus dalam suratnya menegaskan bahwa Abraham menerima sunat, bukan sebagai jaminan yang menyelamatkan atau membenarkan dia. Abraham menerima sunat karena itu merupakan meterai (tanda) dari iman yang diproklamasikan kepada Allah. Abraham dibenarkan karena dia percaya, jadi bukan karena dia menerima sunat. Jelas bahwa Alkitab tidak menyebutkan bahwa penebusan terjadi oleh manusia dan manusia yang menebus manusia dari dosa. Justru manusia itulah objek dari dosa, dan manusia terlibat di dalam praktik dosa dan segala konsekuensinya yang sangat menentang Tuhan. Pantaslah kalau manusia itu dihukum, oleh sebab dosa. Namun Allah berbeda dengan manusia, penebusan merupakan karya dari Allah dan Allah secara legal ingin menebus manusia karena manusia tidak dapat menyelamatkan diri  sendiri.

Adam, Nuh dan Abraham diselamatkan oleh karya Allah tanpa harus mendorong Allah untuk melakukannya sendiri. Adam dan Hawa menyadari bahwa mereka sudah berbeda dari sebelumnya,yaitu ketika mereka belum menentang perintah Tuhan. Mereka menyadari mereka telanjang, dan segera menyemat daun pohon ara, untuk menutupi ketelanjangan mereka. Hal ini membuktikan bahwa manusia selalu punya usaha untuk menyelamatkan diri sendiri. Tetapi secara thelogis mereka tidak tertolong dengan adanya cawat buatan tangan sindiri. Maka Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka (Kej. 3:21).

Ketidaktaatan Adam dan Hawa Terhadap Perintah Allah

Penebusan yang terjadi di dalam diri Adam dan Hawa, disebabkan karena mereka sudah masuk di dalam perangkap dosa. Mereka sudah membuktikan bahwa mereka sudah tidak bertanggung jawab terhadap kepercayaan Tuhan. Hawa tunduk pada pencobaan itu, berdosa dengan cara yang biasa bagi umat manusia; melalui hawa nafsu daging hawa nafsu dari mata, dan kesombongan hidup (1 Yoh 2:6).[6] Adam adalah ciptaan Allah yang paling tertinggi dari semua ciptaanNya, satu alasan yang cukup pasti dan secara rasional dipertimbangkan bahwa mengapa Adam diciptakan pada hari ke-6 setelah segala penciptaan dari langit bumi serta segala isinya, ialah bahwa Allah ingin Adam menikmatinya dan bertanggung jawab terhadap apa yang Tuhan firmankan dan sediakan.

Adam dan Hawa tiba pada suatu kesimpulan bahwa mereka diusir dari taman Eden. Perintah Allah mereka langgar dengan memakan buah larangan yang ada di tengah-tengah taman itu. Mereka berdua sudah gagal di dalam menjalankan perintah Allah yang merupakan ujian moral bagi mereka. Namun hak yang paling serius yang perlu diperhatikan adalah bahwa mereka sudah terpisah dari relasi mereka dengan Allah. Dosa yang sudah masuk ke dalam dunia oleh mereka telah mengubah segala yang baik dan indah. 

Mengenai pencobaan (3:1-6) harus diingat bahwa Tuhan mengizinkannya. Tidak ada jalan lain untuk mendidik manusia mengatasi dosa, kecuali melalui konfrontasi dengan dosa dan menghadapkannya kepada pemilihan ikut jalan Allah atau ikut jalan Iblis.[7]Mereka adalah makhluk yang sangat berbeda dengan ciptaan yang lain, dan tindakan yang bertujuan untuk menyamakan manusia sederajat dengan ciptaan yang lain, adalah suatu penghinaan dan penyangkalan bahwa terhadap Allah sendiri.

Manusia diciptakan segambar dengan Allah, memunyai perasaan dan pribadi, di mana manusia itu bisa menciptakan komunikasi dengan Allah. Dosa bukanlah sesuatu yang tidak dapat tidak harus terjadi, jadi tidak ada alasan bahwa ia tidak dapat tidak harus tunduk. Keduanya tidak sedikitpun menunjukkan penyesalan yang sungguh. Sekalipun dosa mereka terbentang di hadapan Allah, hati mereka telah berubah menjadi asing dari pada Allah. Mulailah mereka dikuasai oleh kematian rohani. 

Allah turun tangan dengan cara yang dashyat, yaitu dengan mendatangkan air bah, menghukum dosa dan menyelamatkan keturunan yang saleh (keturunan yang rohani) Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang baik  tanpa pemikiran atau hasrat yang berdosa, tetapi dosa masuk ke dunia melalui kejatuhan dan ketidaktaatan orang tua pertama kita.[8] Ketidaktaatan mereka penulis Perjanjian Baru mengungkapkan dengan terperinci bahwa oleh ketaatan satu orang manusia kita diselamatkan, sama seperti ketidaktaatan satu orang dosa masuk ke dalam dunia.

Dosa pada dasarnya bukanlah suatu yang bersifat pasif, seperti: kelemahan, kesalahan atau ketidaksempurnaan. Dosa merupakan suatu permusuhan yang aktif terhadap Tuhan dan secara aktif melanggar hukum atau perintah Tuhan (1 Yohanes 3:4), sehingga menyebabkan kesalahan, kelemahan. Dosa ini diakibatkan dari manusia sendiri dengan kebebasannya menolak untuk tunduk kepada Allah yang berotoritas dan menolak untuk mengikuti petunjuk atau perintah-Nya. 

Dengan kebebasan sendiri, manusia memilih petunjuk Iblis, sehingga manusia tidak setia kepada Tuhan, menyimpang dari jalan dan sasaran yang benar, melanggar hukum dan perjanjian dengan Allah. Pengertian ini dapat kita lihat dari Adam dan Hawa yang dengan kebebasannya secara aktif memilih untuk mengikuti apa yang mereka mau dan cocok dengan pendapat iblis, melawan Tuhan yang berotoritas yang seharusnya mereka percayai dan sandari sepenuhnya (Kejadian 2-3).

Pertama-pertama Allah memberitahukan kepada manusia bahwa hal-hal baik dari bumi telah dibuat untuk makanan mereka.  Dosa masuk karena suatu keputusan yang secara bebas diambil oleh Adam dan Hawa dalam Kejadian 3.[9]  Telah di tulis bahwa Hawa mengadakan tanya jawab terhadap si ular, yang menyebabkan si ular, bebas untuk menipu da memutarbalikkan fakta, yaitu kebenaran Firman Tuhan. Dosa yang telah menjangkiti manusia menyebabkan manusia terpisah dengan Allah yang suci.

Maut atau kematian adalah akibat atau upah dari dosa. Manusia yang berdosa ini dikatakan telah mati. “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu” (Efesus 2:1). Kalau kita memperhatikan Efesus 2:1, dikatakan bahwa kondisi manusia yang dulu sudah mati, padahal mereka masih hidup secara fisik. Hal ini membuat kita memperhatikan arti mati di sini bukan mati tubuh atau fisik. Alkitab mengajarkan tiga (3) macam kematian, yaitu: kematian tubuh atau fisik, kematian rohani dan kematian kedua- perpisahan kekal atau penghukuman selama-lamanya.


Akibat-akibat Dari Dosa

Akibat-akibat dosa pertama: Rasa takut: kesadaran bahwa mereka bersalah menimbulkan rasa takut, takut akan apa yang mungkin Allah perbuat terhadap mereka sebagai hukuman atas dosa mereka.[10] Pengelakan tanggung jawab (menyalahkan Hawa) baik Adam dan Hawa tidak bersedia memukul tanggung jawab atas kejatuhan akibat dosa pertama ini. Kehidupan yang ada sekarang ini sudah pasti sangat jauh dari apa yang sebenarnya.

Tempat yang terindah sekalipun yang ada di dalam dunia ini, tidak akan dapat manggantikan tempat yang dulu Adam dan Hawa tempati. Sungguh dunia ini sudah penuh dengan kutukan akibat dosa yang terus menerus bereksistensi di dalam hidup manusia. Masa-masa yang paling menyedihkan di dalam hidup manusia ialah terpisahnya seseorang dengan orang yang dikasihinya.

Suatu perasaan yang amat sedih yang tidak tergambarkan akan membuat kesedihan itu seolah-olah penderitaan yang paling mengerikan. Terpisahnya Adam dn isterinya dengan Sang Pencipta, sebenarnya hal itu sangat membuat penderitaan yang sangat berat. Kutukan demi kutukan datang, baik untuk si perempuan dan si Adam, memunyai kesakitan tersendiri yang tidak bisa dielakkan lagi.

Allah tidak pernah menginginkan untuk menciptakan manusia dalam keabadian, begitupun makhluk-makhluk yang lainnya, sebab dengan demikian akan mengingkari sifat alpha dan omega dari Tuhan itu sendiri bahwa hanya Allah yang kekal dan abadi.[11] Kej 3:19 “ mengindikasikan bahwa sejak saat itu kematian dalam arti fisik tidak bisa dihindari oleh umat manusia.[12], sekalipun tidak ada ayat ynagcukup jelas untuk menunjukkan bahwa hal itu benar, bahwa harus seperti itu. Manusia menjadi makhluk yang tidak bisa tidak menerima fakta kematian, sekalipun tidak ada janji bahwa memang manusia itu akan hidup sampai selamanya.

Kesakitan beranak akan menandai perkembangan keturunan manusia.[13] Pembahasan mengenai kutukan, sepertiya menjadi hal yang perlu untuk dibicarakan dan di bahas perlahan-lahan, mengingat bahwa babak baru hidup manusia kepada suatu corak yang tidak bisa terelakkan. Bahwa dosa selalu mengandung konsekuensi tersendiri, Allah harus menghukum manusia karena dosa, sekalipun Allah itu kasih, namun keadilan Allah tidak akan meniadakan penghukuman karena dosa. 

Perlindungan Persekutuan di sini mulai pokok besar penghukuman Allah yang bersifat penebusan. Dosa harus dihukum ,tetapi penghukuman harus disertai dengan rahmat. Allah berkata “di manakah engkau?” tetapi di sini sudah terlihat kecenderungan yang dimasukkan oleh dosa ke dalam sifat manusia. Dosa melahirkan perbuatan dosa sebagai akibatnya yang wajar. Permusuhan perempuan dgn si ular menunjuk pada suatu pemulihan hubungan antara Allah dan benih perempuan, dalam PL, terdapat perasaan yg tepat bahwa sifat manusia dan perbuatannya memengaruhi kedudukan mereka  di hdapan Allah; dosa senantiasa merupakan penghalang untuk memperolah kebaikan Hati Allah.

1.Sifatnya pribadi dan sadar maksudanya meskipun dosa itu asd karena hati sedang memberontak melawan Allah.

2. Sifat universal dosa. Dosa bersumber pada watak manusia yangsudah rusak dan buruk.[14]

3.Sifat dosa yg sudah tetap akhiranya dosa digambarkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ciptaan yang sudah jatuh, sehingag dosa itu tetap. But when Adam found he was no longer fit for God’s eye, God provided a covering which might enable him again to live in His presence without dismay.[15] (Sin cannot be atoned for by any mechanical action nor without expenditure of feeling, suffering must ever follow wrongdoing. From the first to the last, the track of the sinner is marked with blood).

Bahwa  ketika Adam menemukan dia tidak layak lagi di hadapan Tuhan, Tuhan memberikan penutup yang bisa memungkinkan dia lagi untuk hidup di hadirat-Nya tanpa cemas. Dosa tidak dapat ditebus dengan aksi mekanis atau tanpa pengeluaran merasa, penderitaan yang harus mengikuti kesalahan. Dari yang pertama yang terakhir, jalur orang berdosa ditandai dengan darah.Sebuah nubuat tentang pertikain terus-menerus untuk saling memusnahkan antara keturunan ular dengan keturunan perempuan. 

Pertikaian ini seolah pertikain  yang harus diselesikan dengan suatu konklusi di mana Kristus yang akan menang dan yang mengalahkan si ular. Dengan suatu kemengan yang pasti, bahwa sekalipun timit dari keturunan perempuan itu diremukkan ,namun cukup jelas bahwa pukulan mematikan dengan kepala yang diremukkan, cukup menaklukkan si keturunan ular tersebut.

Keselamatan Bersumber Dari Allah
Pembahasan mengenai keselematan sebenarnya merupakan bagian tersulit yang akan diibahas, karena secara terang Alkitab tidak menyebutkan secara terperinci bahwa orang-orang ini selamat dengan keadaan yang seperti itu.Dengan kuat kuasaNya Allah akan mengusahakan pendamaian dengan diriNya sendiri, tetapi terang, itu akan mengandung di dalamnya penderitaan.[16]

Protevangelium merupakan suatu bentuk konfirmasi yang pasti bahwa keturunan perempun yang akan meremukkan kepala si ular. Bagi Adam dan Hawa serta Kain dan Habel bersifat perorangan.[17] Pemilihan Abraham tidak menghentikan dosa. Penebusan berarti pembebasan dari sesuatu yg jahat dengan pembayaran seseorang.The keynote has been struck  in the promise already given that the seed of the serpent that the affects of man’s voluntary dissociation from God should be removed, it is the fulfillment on this promise which is traced by this writer.[18]

Bahwa kata kuncinya ialah telah melanda dalam janji sudah diberikan bahwa benih ular yang mempengaruhi pemisahan sukarela manusia dari Tuhan harus dihapus, itu adalah pemenuhan janji ini yang dilacak oleh penulis ini. Kej. 3:15 meski kata-kata ini merupakan bagian dari kutuk terhadap ular, kata-kata ini secara jelas mengindikasikan anugerah penebusan Allah bagi manusia yang telah jatuh. Ketika Hawa berbicara, dia sebenarnya memulai persahabatan dengan ular (Iblis) dan telah mengubahnya menjadi permusuhan. 

Di dalam Yohohanes 8:44 (Iblislah yang menjadi bapamu) kepala ular akan diremukkan, tumit dari si perempuan akan terluka yang kemudian menunjuk kepada Kristus sendiri, yaitu penebus yang menang melalui kematian.

Kristus tidak akan menang jikalau bukan karena kurbanNya yang akan menyelamatkan manusia itu. Tumit yang akan diremukkan yang akan dialami oleh keturunan dari si perempuan. Darah yang tercurah melalui setiap penyembelihan kurban dalam Perjanjian Lama, cukup memberikan deskripsi yang jelas  bahwa tanpa penumpahan darah tidak terjadi pengampunan. Kristus harus mati untuk memulihkan segala sesuatu yang menyebabkan keterpisahan manusia dari Allah. Allah ingin agar manusia dan Allah bisa berhubungan atau memunyai relasi yang indah dan dekat, sebagai bukti bahwa Dia juga adalah imanen sekalipun Dia adalah transenden melampaui segala sesuatu.
    
 SIMPULAN

Rencana perjanjian Allah adalah bukti bahwa Allah tidak gagal di dalam seluruh rencananya, sekalipun seolah-olah Iblis menang dengan dosa yang sudah masuk ke dalam dunia dengan tipu dayanya. Guna merealisasikan rencana agungNya Perjanjian yang diadakan oleh Allah, diungkapkan sebagai progresif revelation. 

Itu berarti bahwa penyataan-penyataan wahyu ilahi Allah disingkapkan secara bertahap dari satu period eke periode lainnya dalam Alkitab, sampai tiba keturunan yang dijanjikan oleh Allah di mana, melalui keturunan Abraham itu semua bangsa akan diberkati, yaitu Kristus yang mati bagi orang berdosa. Misalnya darah korban binatang dalam Perjanjian Lama dipakai sebagai penutup dosa, tetapi darah binatang itu disempurnakan oleh Kristus di dalam Perjanjian Baru.

Jadi konsep penebusan dalam kitab Kejadian, ialah mengikuti sistem yang sama, yaitu manusia harus menempatkan dirinya sebagai orang yang percaya terhadap janji Allah dan mendedikasikan dirinya terhadap semua ketentuan Allah. 

Konsep penebusan dalam kitab Kejadian, sebagai awal untuk mengerti kurban Kristus yang akan datang sesudahnya. Gambaran korban-korban yangh diidentifikasikan, sebagai kurban untuk pendamaian dosa di dalam seluruh orang Perjanjian Lama khususnya di dalam zaman (Epoh) Adam, kemudian kepada zaman Nuh, serta kepada zaman Abraham dan seterusnya. Semua itu  menunjuk kepada Kurban Kristus dan semua itu tidak terlepas dari iman kepad janji yaitu konsep Mesianis, tetapi bagi pendahulu sasaran iman diarahkan kepada kepercayaan terhadap janji (firman) Allah.

Dengan demikian Allah sebagai Yahweh Elohim, tidak gagal di dalam memelihara ciptaanNya. Iblis tidak pernah mengalami kemenangan terhadap Allah, sekalipun iblis yang merupakan penyebab utama kejatuhan manusia ke dalam dosa, namun bukan berarti iblis menang atas Allah. 

Allah adalah di atas segala sesuatu, Dia adalah mahakuasa dan mahamulia, bahwa Allah memproklamasikan Injil mula-mula sebagai bukti bahwa Dia tidak berlambat-lambat untuk menolong atau Dia adalah pribadi yang lemah dan tidak memunyai tanggung jawab. Allah tetap sama baik kemarin, sekarang dan sampai selama-lamanya (ibr. 13:8) menunjukkan bahwa Dia selalu konsisten dan setia di dalam segala aspek-aspek karakter ilahi dan segala tindakan Allah. 



SUMBER :

Andrew, A Hill. Survei Perjanjian Lama (Malang:Gandum Mas, 2001)

Baxter J, Sidlow. Menggali isi Alkitab  (Kejadian-Esther) (Jakarta:OMF, 2004)
Charles, F Pfeiffer. Tafsiran Alkitab Wycliffe (Malang:Gandum Mas, 2004)
Davis, John J. Eksposisi Kitab Kejadian (Malang: Gandum Mas, 2001)
Donald, Guthrie. Tafsiran Alkitab Masa Kini (Jakarta: OMF, 2005)86.
Dyrness, William. Tema-Tema Teologi Dalam Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas,2009)
Enns,Paul. The Moody Handbook of Theology (Malang: SAAT,2003)
Hoekema. Anthony.Ciptaan menurut gambar Allah (Surabaya, Momentum, 2008)
Kaisler, Walter C. Ucapan-ucapan Yang Sulit Dalam Perjanjian Lama (Malang: SAAT, 2003)
Nicoll,W Robertson. The Expoitor’s Bible-Genesis to Ruth (Michigan:Grand Rapids, Baker Book House1982)  


0 Response to "PENTINGNYA PENEBUSAN BAGI ORANG BERDOSA "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel