UCAPAN SULIT - MARILAH MENGUSIR SEMUA PEREMPUAN ITU
UCAPAN SULIT DALAM PERJANJIAN LAMA 37
“MARILAH KITA MENGUSIR
SEMUA PEREMPUAN ITU DENGAN ANAK-ANAK MEREKA”
Ezra 10:2-3
“Maka berbicaralah Sekhanya bin Yehiel…kepada
Ezra: "Kami telah melakukan perbuatan tidak setia terhadap Allah kita,
oleh karena kami telah memperisteri perempuan asing dari antara penduduk
negeri. Namun demikian sekarang juga masih ada harapan bagi Israel. Marilah
kita sekarang mengikat perjanjian dengan Allah kita, bahwa kita akan mengusir
semua perempuan itu dengan anak-anak yang dilahirkan mereka, menurut nasihat
tuan dan orang-orang yang gemetar karena perintah Allah kita. Dan biarlah orang
bertindak menurut hukum Taurat.”
Hidup Kristen - Masalah
perceraian bukan hal yang menyenangkan bagi mereka yang dipengaruhinya atau
bagi mereka yang harus menafsirkan apa yang Kitab Suci katakan tentang
perceraian itu. Masalah perceraian membuat bacaan ini sebagai perkataan yang
sulit. Apakah perceraian merupakan koreksi yang tepat atas kemurtadan? Jika
benar, bagaimana menyelaraskannya dengan pernyataan tegas dalam Maleakhi 2:16
bahwa Allah membenci perceraian?
Masalah-masalah
perkawinan dalam Ezra 9-10 dimulai dengan cara berikut. Pada tahun ketujuh
pemerintahan Artahsasta (458 Sebelum Masehi), Ezra memimpin kelompok kedua dari
kaum Yahudi yang dibuang dari Babel ke Yerusalem, hanya untuk menyatakan bahwa
ada masalah serius yang sebelumnya telah berkembang dalam masyarakat itu di
bawah pemerintahan Zerubabel.
Karena
dipengaruhi oleh para pimpinan dari kelompok baru di Yerusalem, para imam dan
kaum Lewi bersama dengan yang lainnya di kota itu telah saling kawin-mawin
dengan penduduk kafir yang diketahui tinggal di daerah tersebut. Saat Ezra
mengetahuinya, ia mengoyakkan pakaiannya dan mencukur rambutnya dengan perasaan
mencekam dan berduka. Ia amat terkejut dan tak tahu harus berbuat apa.
Pada
saat korban petang hari, Ezra sujud berdoa di hadapan Allah, sambil mengakui
aib dan kesalahannya demi bangsanya. Sementara ia berdoa, yang lain bergabung
dengannya dalam ratapan dan doa. Tiba-tiba, Sekhanya, salah seorang putra Elam,
mengajukan suatu penyelesaian: rakyat itu mau mengakui dosa mereka dan membuat
perjanjian dengan Allah bahwa semua istri kafir akan diusir.
Rupanya Ezra
setuju bahwa ini merupakan pikiran Tuhan, dan itu sebabnya disiarkan sebuah
pengumuman bahwa dalam waktu tiga hari mendatang pengusiran akan dilakukan.
Pada
hari ketiga, rakyat berdiri di bawah hujan saat Ezra mengucapkan kata-kata ini,
"Kamu telah melakukan perbuatan tidak setia, karena kamu memperistri
perempuan asing dan dengan demikian menambah kesalahan orang Israel.
Tetapi
sekarang mengakulah di hadapan TUHAN, Allah nenek moyangmu, dan lakukanlah apa
yang berkenan kepada-Nya dan pisahkanlah dirimu dari penduduk negeri dan
perempuan¬perempuan asing itu" (Ezra
10:10-11).
Menurut
daftar dalam Ezra 10, hanya 113 orang yang telah mengawini wanita asing (yaitu
17 imam, 6 dari suku Lewi, 1 penyanyi, 3 petugas pengangkut, 86 awam). Karena
jumlah seluruh keluarga sekitar 29.000 jiwa, maka bila dihitung dengan lebih
teliti ukuran masalah itu menciut hingga mendekati kurang dari 4 pria dari
1000, atau sekitar 0,4 persen.
Namun,
masalahnya bukanlah jumlahnya melainkan ketegasan perjanjian perkawinan Israel
dengan Allah yang melarang umat Allah menikahi orang di luar perjanjian
tersebut.
Sebelum
Israel memasuki tanah itu, mereka bahkan telah diperingatkan agar tidak saling
kawin-mawin dengan penduduk setempat (Keluaran 34:11-16; Ulangan 7:15). Saling
kawin-mawin seperti itu tak dapat dihindari akan mengakibatkan penyembahan
berhala. Sekalipun ada banyak kawin campur dalam sejarah Israel, nampaknya
banyak perkawinan ini melibatkan perpindahan kepercayaan.
Contoh-contoh
yang luar biasa tentu saja adalah Rut, Rahab dan istri Musa yang berkebangsaan
Kusy. Namun banyak lainnya yang tak bisa dikatakan sebagai pertobatan; mereka
ditolerir dan dibiarkan di tengah-tengah umat Allah. Akhimya, inilah salah satu
faktor penyebab penghukuman Allah dan pembuangan ke Babel.
Apakah
yang Ezra lakukan terhadap istri-istri ini? Istilah yang diterjemahkan menyuruh
pergi atau membuat pergi dalam Ezra 10:3 bukanlah kata umum untuk istilah
perceraian. Namun, hal inilah yang harus terjadi. Bahkan yang lebih
mengherankan adalah bahwa jalan keluar yang mereka ambil dianggap sesuai dengan
hukum Taurat!
Perceraian
diizinkan di bawah syarat-syarat tertentu dalam Ulangan 24:1-4. Mungkinkah Ezra
membuka makna kata-kata yang misterius yang berbunyi didapatinya yang tidak
senonoh? Ini tak bisa diartikan perzinaan, sebagaimana yang oleh Taurat akan
dijatuhi hukuman mati (Ulangan 22:28).
Jadi
pasti ada hal lain yang membawakan aib pada umat Allah. Apakah yang bisa
mendatangkan aib yang lebih besar kecuali melanggar keterikatan perjanjian dan
hukum tertinggi dari Allah atas semua bangsa itu? Maka saya percaya bahwa Ezra
mengingat bagian ini saat ia menyelidiki hukum dan menyiapkan perceraian istri-istri
yang tidak percaya ini.
Masih
tersisa banyak pertanyaan. Apakah anak-anak dan istri-istri yang diasingkan ini
ditanggung? Apakah ada upaya yang dibuat untuk memenangkan mereka agar beriman
kepada Allah yang sejati dan Esa ini? Tak ada jawaban langsung yang diberikan
bagi pertanyaan-pertanyaan ini dan yang serupa dengan ini, mungkin karena
masalah-masalah ini tidak berhubungan dengan topik utama tentang penyataan.
Mereka
yang berusaha menunjukkan bahwa Ezra membuat keputusan yang meragukan tatkala ia
mengambil serangkaian tindakan ini menunjukkan bahwa ia kehilangan pamor dan
pengaruh dalam kalangan tersebut sebagai akibat dari keputusan ini.
Namun,
ketika kronologi Kitab Ezra dan Nehemia disusun dengan urutan yang tepat,
sesuai dengan pernyataan dalam teks dan belakangan ini banyak penyelidikan dari
sejarah, Ezra sekali lagi menghadap publik semasa kebangunan kembali Nehemia
dalam Nehemia 8.
Jadi
apakah kita sekarang masih dibebani perdebatan tentang perceraian para pasangan
yang tidak percaya? Tidak! Bahkan, dalam 1
Korintus 7:12-16 berkata bahwa jika ada orang yang tak percaya yang rela
melanjutkan hidup bersama dengan orang percaya, maka mereka tak boleh bercerai,
sebab pasangan yang belum percaya dikuduskan oleh yang sudah percaya!
Namun,
jika yang tidak percaya itu pada akhirnya dan tak dapat dipulihkan lagi harus
meninggalkan yang percaya, maka yang percaya "tidak terikat. Tetapi Allah
memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera" (1 Kor. 7:15).
Tujuannya
adalah untuk memenangkan pasangan yang tak percaya kepada Kristus. Namun jika
seorang yang tak percaya memilih untuk meninggalkan pasangan dan sumpah
perkawinannya, maka dengan berat hati yang percaya boleh membiarkan ia pergi,
artinya, dengan sedih menerima perceraian disertai hak menikah dengan orang
lain.
Sumber :
“Ucapan
yang Sulit dalam Perjanjian Lama” Walter
C Kaiser, Jr. LITERATUR SAAT, 2015, halaman 137-140
0 Response to "UCAPAN SULIT - MARILAH MENGUSIR SEMUA PEREMPUAN ITU"
Post a Comment