JOKOWI PERCAYA ORANG MUDA, BAGAIMANA DENGAN GEREJA?


Nadiem Makarim, Mantan CEO GOJEK


JOKOWI PERCAYA DENGAN ANAK MUDA


Jokowi kembali terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia dan sudah dilantik Minggu, 20 September 2019. Terpilihnya Jokowi menjadi presiden Indonesia, sama persis seperti Presiden sebelumnya yaitu Bapak Mantan Presiden Bambang Yudhoyono yakni dua periode.

Namun apa yang menarik dari terpilihnya Bapak Jokowi sebagai Presiden adalah “Kabinet Indonesia Maju” yang dia pimpin sekarang memiliki warna yang baru dan fresh, di mana calon-calon Menteri yang tidak pernah terpikirkan, bisa maju dan menghadap Istana, yakni dari kalangan profesional dan kalangan partai politik.

Calon Menteri Jokowi juga diwarnai dengan orang muda (bukan usia dua puluh tahunan) namun usia mereka muda jika dibandingkan dengan para Menteri yang memiliki usia 60-an (enam puluhan). 

Tentu pelajaran yang bisa kita petik dari fakta ini yaitu bahwa Jokowi percaya kepada orang muda, dan siapa saja bisa menjadi Menteri tanpa harus mendaftarkan diri ibaratnya  sebuah pencalonan dalam Pilkada ataupun Pemilu

Jokowi melibatkan orang muda karena pertama-tama bahwa dia sendiri memutuskan bahwa dia mau bekerjasama dengan orang muda, bahkan dia mau, orang muda bisa juga kerjasama dengan orang tua.

Memang memilih para menteri hanya akan membantu dia dalam kabinet yang akan dia pimpin periode 2019-2024 adalah sepenuhnya hak prerogatif dari Presiden terpilih. Jokowo juga menegaskan bahwa dia tidak akan sungkan mencopot menteri yang tidak bekerja dengan baik.

Hari ini, tanggal 23 Oktober 2019, Jokowi resmi melantik semua menteri-menteri yang akan membantu dia dalam 'Kabinet Indonesia Maju. Semoga dengan kepemimpinan periode yang kedua ini, Indonesia semakin maju dan rakyar semakin sejahtera dari berbagai segi.


APAKAH GEREJA SUDAH PERCAYA ORANG MUDA?


Ini adalah pertanyaan yang sulit untuk dijawab oleh Gereja. Memercayai orang-orang muda, berarti memercayakan tanggungjawab yang besar kepada mereka, bahkan jika mereka melakuan kesalahan dan kekurangan dalam tugas dan tanggungjawab.

Dalam 1 Timotius 4:12 dikatakan bahwa “Jangan satupun dari kita menganggap remeh karena seseorang muda”. Ayat ini memang sudah dikhotbahkan berulang kali oleh Pendeta atau pemimpin umat. Namun pertanyaan yang penting untuk dijawab ialah, apakah para pemimpin sudah percaya kepada mereka (orang muda)?

Memang mudah untuk mengkhotbahkan isi teks tersebut, namun sangat sulit untuk menerapkan kepada dunia nyata. Ada banyak keraguan yang timbul jika memercayakan jabatan kepada orang muda. 

Ada banyak pertimbangan jika orang muda naik dan ada banyak hal yang membuat orang-orang tua takut ketika orang-orang muda naik.

Kalau kita percaya bahwa Timotius yang masih muda dipercaya oleh seniornya yaitu Paulus, maka tidak ada salahnya jika para hamba Tuhan atau pelayan Tuhan yang senior juga mencoba percaya kepada orang muda.

Jika Jokowi saja percaya kepada orang-orang muda, bagaimana dangan Gereja Tuhan? Jika Jokowi bisa bekerja sama dengan orang-orang muda, bagaimana dengan pemimpin-pemimpin gereja sekarang?



ANAK MUDA TERLALU LIAR DAN AMBISIUS


Jika para senior menganggap bahwa anak muda terlalu banyak ide dan terlalu tidak terkontrol, maka memang tidak akan ada ruang bagi mereka untuk posisi-posisi penting. Pertanyaan yang penting untuk dijawab ialah, apakah sesorang harus tua terlebih dulu untuk menjadi seorang pemimpin?

Kalau usia yang menentukan seseorang layak atau tidak untuk menjadi seorang pemimpin atau menempati jabatan tertentu, maka ayat dalam di atas sama sekali tidak berlaku dan tidak dapat diterapkan dalam hidup dan pelayanan.

Tidak heran jika posisi-posisi dalam gereja ditempati oleh orang-orang yang tua (senior) jika memiliki pandangan semacam ini. Memang harus diakui bahwa anak muda memiliki ide-ide yang brilian dan ‘gila’. 

Namun semestinya Gereja mengarahkan dan membimbing anak-anak muda supaya tetap berada di jalur yang salah.

Jangan salahkan jika anak muda akhirnya memilih jabatan yang lain (di luar Gereja), karena Gereja sendiri tidak mau percaya kepada orang muda. Percaya orang muda, akan membuat kita percaya akan kompetensi dan kapasitas yang mereka miliki. 

Sebaiknya jika Gereja tidak percaya kepada anak muda, maka bakat apapun yang mereka miliki tidak akan pernah mendapatkan ruang dan apresiasi dari Gereja.

Jika gereja terlalu takut dan khawatir jika menyerahkan sebuah jabatan penting kepada anak muda, mengapa tidak melatihnya? Jika Gereja ragu kepada loyalitas anak muda, mengapa Gereja tidak mencoba loyal kepada mereka dalam arti, mau mengakui bahwa Gereja butuh anak-anak muda?



SIMPULAN


Pertama, Fakta bahwa Jokowi melibatkan mantan CEO Gojek, Nadiem Makarim dan CEO NET TV, Wishnutama adalah fakta di mana sudah saatnya Gereja mulai percaya kepada orang muda.

Kedua, Fakta bahwa Jokowi memberikan jabatan kepada orang muda adalah fakta bahwa sudah saatnya pemimpin (Gereja) melibatkan anak muda dan mau kerjasama dengan orang muda.

Ketiga, Jika Jokowi yang adalah orang nomor satu di Indonesia percaya kepada kapasitas dan kemampuan orang muda, maka sudah saatnya Gereja juga mulai meng-orbitkan anak-anak muda.

0 Response to "JOKOWI PERCAYA ORANG MUDA, BAGAIMANA DENGAN GEREJA?"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel