Menerima Pribadi Tuhan Jauh Lebih Baik Daripada Menerima KuasaNya
Image: pexels.com/stefanstefancik |
Seorang
adik selalu menelepon kakaknya, apabila uang sakunya sudah menipis. Di dalam
sebuah kesempatan, ketika ia bertemu dengan kakaknya ia ditegur, karena ia
menghubungi keluarganya, hanya karena ia membutuhkan sesuatu.
Ia mendapatkan
pelajaran bahwa “pentingnya menanyakan kabar, ketimbang hanya untuk meminta
sesuatu”.
Ketika Yesus
melayani di bumi, ia pernah didatangi 10 orang yang mengidap penyakit kusta.
Menurut
peraturan hukum Taurat bahwa seorang yang mengidap penyakit ini, ia harus
memakai pakaian compang-camping, berteriak najis, dan rambutnya acak-acakan (Imamat
13:45-46).
Yesus bukan
orang yang abai terhadap orang-orang semacam ini, di mana kebutuhan di atas
segala kondisi yang mereka miliki.
10 orang
kusta ini memohon supaya Yesus mengasihani mereka. Walau cara penyembuhan mereka
sedikit unik, di mana mereka baru sadar ketika mereka berada di tengah jalan (Lukas
17:14).
Memang
cara Yesus di dalam menyembuhkan para pasien yang ia miliki tidaklah sama, dan
hal itu tidak perlu menjadi persoalan yang serius dalam diri kita.
Apa yang
menarik dalam kisah ini ialah bahwa tidak satupun dari mereka yang tidak
sembuh, namun Alkitab mencatat bahwa hanya satu orang saja yang kembali kepada Yesus,
dan ia adalah seorang Samaria (Lukas 17:15).
Di manakah
yang 9 orang lain yang sudah menjadi tahir? Bukankah mereka telah menjadi tahir
dari penyakit yang pada zaman itu adalah sesuatu yang mustahil untuk
disembuhkan?
Di sinilah
letak persoalan besar banyak orang, di mana mereka yang kebutuhannya sudah
terpenuhi, justru fokus kepada hasil atau dampak yang ia terima.
9 orang ini
malah sibuk untuk melakukan ritus agama Yahudi, yaitu segera pergi ke Yerusalem
untuk menunjukkan diri mereka kepada imam-imam untuk diperiksa, apakah benar
sudah sembuh atau tidak.
Namun 1 orang
yang bukan orang Yahudi, justru menyadari bahwa sumber kesembuhannya berasal
dari seorang yang bernama Yesus.
Satu
orang ini menyadari kepedihan hidup dengan penyakit ini selama bertahun-tahun,
diabaikan dan terpisah dari keluarganya adalah sesuatu yang menyakitkan dan memberatkannya.
Namun di
atas semua itu, ia tidak lupa diri bahwa sumber kesembuhan yang telah membebaskan
dia dari Kusta, adalah sesuatu yang penting dan itu adalah pribadi Yesus.
Ternyata
tidak semua orang bisa memiliki sikap yang benar di dalam bersyukur atas pertolongan
yang mereka alami.
Justru
orang yang tidak memahami Firman Tuhan, orang biasa dan tidak terkenal, malah lebih
tahu cara untuk mengekspresikan rasa syukur atas kesembuhan yang spektakuler
yang ia alami.
Menerima
pribadi Tuhan jauh lebih baik daripada menerima kuasaNya. Ini adalah sesuatu
yang amat penting di atas hal-hal penting lainnya dalam hidup ini.
Ada banyak
cara yang ditunjukkan Yesus untuk orang-orang percaya padaNya. Ia mengusir
Setan, melakukan mukjizat, memberitakan Kerajaan Allah dan juga menyembuhkan
berbagai macam penyakit dengan berbagai metode.
Namun Yesus
justru mengharapkan bahwa setiap orang yang menerima kuasaNya, justru juga
menerima diriNya.
Yesus
jauh lebih peduli tentang keselamatan jiwa seseorang daripada keselamatan tubuh
seseorang dari sebuah penyakit.
Jadilah orang
Kristen yang bukan saja mau menerima kuasaNya, namun juga menerima pribadiNya.
Jadilah
orang Kristen, sekalipun tidak menerima kuasaNya, kita tetap menerima diriNya
dalam hidup kita.
Jangan
fokus terhadap sesuatu yang keluar dari dalam diri Yesus (kesembuhan,
kesehatan, pertolongan, mukjizat) namun fokuslah kepada Yesus yang mampu untuk
melakukan semua hal itu.
Yesus
datang ke dalam dunia bukan untuk menyembuhkan penyakit banyak orang, namun ia
mau menyembuhkan manusia dari dosa dan kebutaan terhadap InjilNya.
Jadilah
seseorang yang bersyukur atas pertolonganNya dan juga percaya kepada Yesus yang
memberikan dan memancarkan kebaikan-kebaikan dalam diri anda. Amin. Tuhan
memberkati.
0 Response to "Menerima Pribadi Tuhan Jauh Lebih Baik Daripada Menerima KuasaNya"
Post a Comment