KESELAMATAN MENURUT AJARAN ARMINIAN
Sejarah singkat Yakobus Arminius
Tidak banyak orang yang tahu persis siapa itu YakobusArminius kecuali kalau dia adalah seorang yang ingin merelakan waktu dan penyelidikan yang mendalam akan sejarah teologia pada abad-abad setelah reformasi Marthin Luther. James Arminius lahir di Oudewater Holland, tahun 1560). [1] Sesudah meninggal, Arminius merupakan pelopor golongan Remonstran di Belanda pada abad ke-16. Golongan ini juga dikenal dengan nama Arminianisme.
Baca juga Jaminan Keselamatan Menurut Yohanes 10:28
Ayahnya meninggal pada waktu ia masih bayi. Di bawah pengasuhnya, Arminius belajar di Utrecht dan Marburg. Pada tahun 1576 keluarganya di bunuh oleh orang-orang Spanyol, namun hal itu tidak menjadi hambatan untuk studinya pada tingkat yang lebih tinggi.[2] Ia disokong oleh beberapa saudagar kaya di Amsterdam sehingga ia dapat melanjutkan studinya di Universitas Leiden.
Arminius adalah mahasiswa yang luar biasa cakapnya sehingga ia dikirim ke Jenewa untuk belajar kepada Theodorus Beza pada tahun 1582. Ia belajar di Jenewa selama enam tahun sehingga baru pada tahun 1588 ia dapat kembali ke Belanda. Arminius ditahbiskan menjadi pendeta dalam Gereja Hervormd dan bekerja dalam jemaat Amsterdam, ia segera menjadi seorang pengkhotbah yang populer di sana.
Sementara berada Amsterdam, ia diminta untuk untuk menyusun suatu tulisan untuk melawan ajaran-ajaran Coornheert, sekretaris kota Haalem.
Tidak banyak orang yang tahu persis siapa itu YakobusArminius kecuali kalau dia adalah seorang yang ingin merelakan waktu dan penyelidikan yang mendalam akan sejarah teologia pada abad-abad setelah reformasi Marthin Luther. James Arminius lahir di Oudewater Holland, tahun 1560). [1] Sesudah meninggal, Arminius merupakan pelopor golongan Remonstran di Belanda pada abad ke-16. Golongan ini juga dikenal dengan nama Arminianisme.
Baca juga Jaminan Keselamatan Menurut Yohanes 10:28
Ayahnya meninggal pada waktu ia masih bayi. Di bawah pengasuhnya, Arminius belajar di Utrecht dan Marburg. Pada tahun 1576 keluarganya di bunuh oleh orang-orang Spanyol, namun hal itu tidak menjadi hambatan untuk studinya pada tingkat yang lebih tinggi.[2] Ia disokong oleh beberapa saudagar kaya di Amsterdam sehingga ia dapat melanjutkan studinya di Universitas Leiden.
Arminius adalah mahasiswa yang luar biasa cakapnya sehingga ia dikirim ke Jenewa untuk belajar kepada Theodorus Beza pada tahun 1582. Ia belajar di Jenewa selama enam tahun sehingga baru pada tahun 1588 ia dapat kembali ke Belanda. Arminius ditahbiskan menjadi pendeta dalam Gereja Hervormd dan bekerja dalam jemaat Amsterdam, ia segera menjadi seorang pengkhotbah yang populer di sana.
Sementara berada Amsterdam, ia diminta untuk untuk menyusun suatu tulisan untuk melawan ajaran-ajaran Coornheert, sekretaris kota Haalem.
Arminianism is a system of theology that
grew out of the study an writings of the Ducth Theologian, James Hermann or
Jacobus Arminius (1560-1609).[3]
Jacobus (James) Arminius (1560-1609) was educated in the Calvinistic tradition,
studying at Leiden, Geneva and Basel. At Geneva (1582,1584-86 he studied under
Beza but found that he had an increasing aversion to the scholastic theology
based on Arestotelian deductive logic.) (Jakobus
Arminius dididik di dalam tradisi Calvinis, belajar di Leiden, Geneva dan
Basel. Di Geneva dia belajar di bawah Beza tetapi dia memiliki sebuah keengganan
akan teologi skolastik yang berdasarkan logika deduktif Aristoteles) [4]
Cikal Bakal Teologi Arminian
Pemikiran yang akhirnya muncul ke permukaan, sehingga melahirkan teologia Arminian, cikal bakalnya berasal dari tokoh utamanya atau nama yang dipakai yang kemudian menjadi sebuah paham teologia yaitu Arminius (Yakobus Arminius). M James Sawyer berkata bahwa:
Cikal Bakal Teologi Arminian
Pemikiran yang akhirnya muncul ke permukaan, sehingga melahirkan teologia Arminian, cikal bakalnya berasal dari tokoh utamanya atau nama yang dipakai yang kemudian menjadi sebuah paham teologia yaitu Arminius (Yakobus Arminius). M James Sawyer berkata bahwa:
Theologically, while the first awakening had
maintained a strong Calvininistic heritage, the second was more sympatheticc to
an Arminian tone. Traced back to Jacob Arminius (1560-1690), Arminianism was a
movement within the Dutch reformed Theology that rejected the Calvnistic
emphases on predestination and irresistible grace.[5] (Secara
teologis, sementara kebangkitan pertama telah mempertahankan warisan Calvinistic
yang kuat, yang kedua lebih bersimpati kepada nada Arminian. Ditelusuri kembali
ke Yakub Arminius (1560-1690), Arminianisme adalah sebuah gerakan dalam Teologi
Reformasi Belanda yang menolak penekanan Calvnistic mengenai takdir dan rahmat
ditolak.
Arminian adalah sebuah aliran (paham) teologi,
maka bukanlah Arminius yang menjadi pencetus dari gerakan
ini (paham/aliran), melainkan para murid-murid yang sudah dididik, dan yang
pada akhirnya muncul ke permukaan oleh para penerus Yakobus Arminius.
Arminianisme merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjabarkan pandangan
teologis dari Jacobus Arminius (1560-1609) dan gerakan yang mengikuti pengajarannya.[6]
Roger E Olson, berkata bahwa Arminius dan Gomarus profesor di Leiden, tidak
sepaham dengan ajaran mengenai ajaran pemilihan yang tanpa syarat.
Later Arminius
became professor of theology at the Reformed University of Leiden, where he
fell into controversy with the other theology professor, Francius Gomarus
(1563-1641). Gomarus accused Arminius of teaching heresy because Arminius did
not believe in unconditional election. Arminius believed in free will and
taught that a person must cooperate with God’s grace in order be saved (Kemudian
Arminius menjadi guru besar teologi di Universitas Reformed Leiden, di mana dia
jatuh ke dalam kontroversi dengan profesor teologi lainnya, Francius Gomarus
(1563-1641). Gomarus dituduh Arminius pengajaran sesat karena Arminius tidak
percaya dalam pemilihan tanpa syarat. Arminius percaya pada kehendak bebas dan
mengajarkan bahwa seseorang harus bekerja sama dengan rahmat Allah agar
diselamatkan.[7]
Penyebaran Dan Pengaruh Ajaran
Jacobus Arminius adalah seorang pendeta dan teolog Belanda di
abad 17 dan awal abad16-an. Dia diajarkan oleh Theodore Beza murid Calvin, namun setelah pemeriksaan Alkitab, ia menolak teologi gurunya bahwa Allah
yang tanpa syarat memilih beberapa untuk keselamatan.
The term refers
to a man and to a controversy within Pretestantism that erupted around 1600 and
was protracted into the 19th century.Iinitially , it was confined to
the Reformed or non-Lutheran, churches of the Reformation. as it seems to have
been latent in the earlier reforming movement of the Netherlands, so it first
surfaced there.( Istilah Arminianisme mengacau pada seseorang dan sebuah kontroversi
dalam Protestan yang merebak sekitar tahun 1600 dan berlarut-larut ke dalam
abad ke-19. Awalnya itu terbatas Reformed atau non-Lutheran pada gereja-gereja
Reformasi.
karena tampaknya telah laten dalam gerakan reformasi
sebelumnya dari Belanda, jadi pertama
kali muncul di sana) [8]
.
Arminius mengusulkan bahwa pemilihanAllah
adalah orang percaya, sehingga membuatnya bersyarat pada iman. Pandangan
Arminius ini ditantang oleh Calvinis Belanda, khususnya Fransiscus Gomarus, tetapi Arminius
meninggal sebelum sinode nasional dapat terjadi.
Setelah kematiannya, tantangan
untuk standar Reformed, Pengakuan
iman Belgia, menimbulkan diskusi yang
cukup pada Sinode Dort, yang dibuat lima
poin Calvinisme dalam sanggahan pengajaran Arminius.
[9] Pada
tahun 1609, suatu grup pengikut dari Jacobus Arminius membuat garis besar
oposisi mereka pada pada Calvinisme dalam lima artikel doktrinal yang secara
kolektif disebut “Remonstrance”[10]
yaitu mengenai predestinasi, penebusan, anugerah
pendahuluan, ketekunan dan ketidakmampuan natural, yang kemudian menjadi sistem
teologi yang sangat berkembang.
Soteriologi Menurut Kaum Arminian
Tentunya paham akan
Soteriologi tidak akan terlepas dari setiap bahasan yang sangat umum yang harus
dibicarakan. Khususnya menganai Soteriologi dari Arminan sendiri, di mana seputar manusia berdosa yang
dihubungkan dengan karya Allah yakni yang secara spesifik mengenai keselamatan
di dalam Tuhan Yesus. Menurut Arminianisme,
iman manusia tidaklah sebuah situasi dari fakta bahwa Allah memberi dan
menawarkan keselamatan bagi laki-laki dan perempuan, tetapi hal ini adalah
kondisi di mana seseorang harus bertemu,
agar menerima keselamatan yang ditawarkan oleh Allah.[11]
Iman seperti yang didefinisikan oleh
penulis Ibrani yaitu bahwa iman merupakan, dasar dari segala sesuatu yang tidak
dilihat serta bukti dari sesuatu yang diharapkan oleh seseorang (Ibr. 11:1)
merupakan indikasi bahwa iman (pistis) adalah
fondasi orang percaya. Efesus2:8-9 berkata bahwa manusia diselamatkan oleh iman
dan bukan karena perbuatan. Memang Arminian memunyai pandangan tersendiri
mengenai keselamatan keselamatan Menurut Arminianisme, bahwa keselamatan
dicapai melalui upaya gabungan dari Allah (yang mengambil inisiatif) dan manusia
(yang harus menanggapi) respons manusia menjadi faktor yang menentukan. [12]
Sehingga rahmat dan peran manusia menjadi dua hal yang terkombinasi yang saling
interrelasi.
Ajaran Utama
Tidak
satupun pendapat yang dikemukakan tanpa premis atau konsep yang melandasi cara
berpikir yang terealisasi keluar dalam bentuk pernyataan-pernyataan, sebagai
tendensi dari sejumlah pemahaman-pemahaman yang sudah disepakati baik pribadi
maupun kelompok. Ajaran utama
mereka ditelusuri untuk melihat warna teologi mereka seperti apa.
Konsep pilihan
Arminian berkata bahwa , mereka dipilih oleh Allah,
karena mereka akan percaya kepada Allah. [13]
Pemilihan Allah atas mereka didasarkan kepada iman yang sudah dilihat, melalui
pra-pengetahuan Allah, yaitu siapa-siapa orang yang akan menerima dan percaya,
maka berdasarkan
hal itu, Allah memilih mereka,
yang Allah sudah tahu sebelumnya akan percaya. Arminius
mengajarkan bahwa pemilihan ialah berdasarkan kepada pra-pengetahuan Allah
kepada siapa yang akan percaya.[14]
Mengenai
konsep pilihan (election) Arminian
tidak sependapat dengan Calvinis, di mana pemilihan itu tanpa syarat (unconditional election) bahwa Allah
memiilih manusia untuk diselamatkan (Efe. 1:3,4) dengan istlah yang populernya
yaitu predestinasi. Predestinasi ialah menentukan terlebih dahulu.[15]
Dengan kata lain Proorizo berarti
menandai sebelumnya. Bahwa predestinasi itu
terbatas pada orang-orang yang dipilih oleh Allah, sebelum dunia dijadikan
berdasarkan pra-pengetahuan Allah.
Daya tarik
Arminianisme berdiam dalam keyakinannya bahwa
kasih karunia adalah universal diberikan kepada semua orang dan itu adalah
dalam kendali individu untuk menerima atau menolak keselamatan
Allah. [16] Potensi yang dimiliki
oleh seseorang, untuk menerima atau menolak, berada dalam control manusia itu
sendiri. Kasih karunia
seperti yang kaum Arminian sebutkan adalah universal, namuan manusia
efektivitas kasih karunia itu terletak dalam kemampuan manusia dalam
mengendalikan. Menurut Jack W Cottrell, dalam bukunya, Perspective on Election
Five Views, berkata:
Arminians
insist, however, that God predestines to
give only the ends and not the means. He
predetermines to give salvation to all believers, but he does not predestine
certain unbelievers to become believers and the rest to remain in their unbelief.
Those who accept Christ through faith do so of their own free choice. Their
choice of Jesus Christ is not predestined. That choice, however is foreknown;
and as result the choosing ones become the chosen ones, who are then
predestined to receive the full blessings of salvation. (Arminian menekankan bahwa Allah menentukan untuk memberi hanya tujuan dan
bukanlah sarana. Bahwa Ia menentukan lebih dulu untuk mengaruniakan keselamatan
kepada semua orang percaya, tetapi Allah tidak menetapkan orang-orang tertentu
yang tidak percaya, yang kemudian menjadi percaya, serta berdiam dalam ketidakpercayaan mereka. Mereka yang menerima Kristus
melalui iman, melakukan persis karena pilihan bebas dari mereka sendiri.
Pilihan terhadap Yesus Kristus tidaklah ditetapkan. Pilihan semacam itu
bagaimanapun juga adalah sudah diketahui sebelumnya, dan sebagai
hasilnya seorang yang terpilih, menjadi pilihan, yang kemudian ditetapkan untuk
menerima, berkat penuh keselamatan).[17]
Bagi Arminian, pilihan Allah kepada manusia, dipengaruhi secara langsung oleh iman berdasarkankehendak bebas mereka. Jadi, mereka memberi penegasan, bahwa pilihan itu sudah diketahui sebelumnya.
Bagi Arminian, pilihan Allah kepada manusia, dipengaruhi secara langsung oleh iman berdasarkankehendak bebas mereka. Jadi, mereka memberi penegasan, bahwa pilihan itu sudah diketahui sebelumnya.
Pemilihan yang tidak terbatas
Berkaitan dengan pemilihan yang bersyarat dari kaum
Arminian bahwa kasih karunia sifatnya universal, (terhadap setiap individu)
tetapi dengan syarat yang merupakan sebuah akses yaitu bahwa manusia memainkan
peranan penting, jika menolak yaitu
sikap yang tidak memberi respons terhadap Allah, dan menerima yaitu sikap yang
pada akhirnya percaya kepada Allah. pemilihan dalam pendangan mereka menurut
Robert A Peterson dapat dibagi dalam
empat macam yaitu: Robert A Peterson, berkata di
dalam bukunya Why I am not an Arminian, yaitu:
Arminian
theologians have understood the doctrine of predestination in foru main ways,
each compatible with their understanding of human freedom. First, they claimed
that election in Scripture is corporate and not individual. Second, Arminian writers have argued
that when election pertains to individuals in the Bible, it concerns God’s
choosing them for service, not salvation. Third Arminianism has maintained that
“the election of particular individuals to be the children of God and heirs of
eternal life….. is conditional upon faith and including who believe. Fourth,
one Arminian theologian taught that election in Scripture has nothing to do
with destinies; rather it is “temporal predestination” and relates only to this
life and to be ones who believe it has to do with God’s preducision to bless
Christians in various ways. (Para teolog
Arminian telah memahami doktrin predestinasi dalam empat cara utama,
masing-masing sesuai dengan pemahaman mereka tentang kebebasan manusia. Pertama,
mereka menyatakan bahwa pemilihan dalam Alkitab adalah korporasi dan bukan
individual. Kedua, penulis Arminian berpendapat bahwa
berkaitan pemilihan kapan perorangan dalam Alkitab, hal tersebut berkaitan
Allah memilih mereka untuk pelayanan, bukan keselamatan. Ketiga, Arminianisme telah menyatakan bahwa "pemilihan orang tertentu untuk menjadi anak-anak Allah dan ahli waris kehidupan
kekal, adalah bergantung pada iman dan termasuk yang
percaya. Keempat, seorang teolog Arminian
mengajarkan bahwa pemilihan dalam Alkitab tidak ada hubungannya dengan takdir,
melainkan adalah "predestinasi temporal" dan berhubungan hanya untuk
hidup ini dan menjadi orang yang percaya itu ada hubungannya dengan preducision
Tuhan untuk memberkati orang-orang Kristen dengan berbagai cara.) [18]
Arminianisme
sebagai penerus dari Yakobus Arminis, yakni setelah kematiannya pada tahun 1609, meneruskan ajarannya, dengan menamakan diri sebagai kaum Remonstran yaitu suatu bentuk yang
kontras dari TULIP dari kaum Calvinis. Miles J Stanfold berkata:
God’s choice of certain
individuals to salvation before the foundation of the world was based on His
foreseeing that they would respond to his call. He selected only those whom He
knew would of themselves freely believe the Gospel. Election therefore was
determined by or conditionedon what man would do. The faith that God foresaw and
on which He based His choice was not given to sinner by God (it was not created
by regenerating power of the Holy Spirit) but resulted solely from man’s will.
Who would believe (and therefore who would be elected to salvation) was left
entirely up to man. (Pilihan Allah atas
individu-individu tertentu untuk keselamatan sebelum dasar dunia ini didasarkan
pada sebelumnya mengetahui Nya bahwa mereka akan menanggapi panggilan-Nya. Dia
memilih hanya mereka yang Ia tahu akan diri mereka sendiri dengan bebas percaya
Injil. Oleh karena itu pemilihan ditentukan oleh atau dikondisikan pada apa
yang manusia akan lakukan. Iman bahwa Allah melihat sebelumnya dan di mana Dia
mendasarkan pilihan-Nya itu tidak diberikan kepada orang berdosa oleh Allah
(hal itu tidak diciptakan oleh kekuatan regenerasi Roh Kudus), tetapi hasil
hanya dari kehendak manusia. Siapa yang akan percaya (dan karena itu yang akan
dipilih untuk keselamatan) yang tersisa sepenuhnya terserah kepada manusia). [19]
Siapa yang akan percaya maka itulah yang
akan dipilih, dan sisanya terserah kepada manusia. Pemahaman yang demikian akan membuka
suatu pemahaman bahwa setiap manusia, akan berespons terhadap panggilan Allah,
karena mereka memiliki kehendak bebas untuk melakukan pilihan.
Pemilihan bergantung pada respons
manusia
Finalitas pemilihan bagi Arminian
mencapai suatu taraf, bahwa pada dasarnya Allahlah yang memilih manusia yang
diselamatkan, tetapi hal itu disebabkan oleh karena iman, yang sebelumnya kelihatan. Kaum Arminian
dengan gamblang
berkata, bahwa di dalam konsep
pemilihan, Allah melihat iman dan siapa yang percaya dikemudian hari. Iman atau
orang-orang yang percaya di masa yang akan datanglah menjadi faktor penentu
dari pemilihan Allah. Robert A
Peterson menambahkan penjelasan mengenai pendangan Arminian akan konsep
pemilihan yaitu:
According to
this letter, God had decided from all eternity to elect those sinners who
believe in Christ, and supply efficacious means for them to arrive at such
belief. The decision to elect certain people took place conditionally on God
foreseeing the faith of these people, while rejecting those whom He foresees
will not remain in faith. Arminius thus distinguished between the unconditional
election of Christ as Saviour of sinful humanity, the equally unconditional
election of those who have faith in Christ, the unconditional election of the
efficacious means of attaining the faith, and the conditione election of
predestination implicit in supra-lapsarianism.[20]
(Menurut surat ini, Tuhan telah
memutuskan bahwa dari kekekalan untuk memilih orang-orang berdosa yang percaya
kepada Kristus, dan penyediaan yang ampuh bagi mereka untuk mencapai
kepercayaan seperti itu. Keputusan untuk memilih orang-orang tertentu
berlangsung yang bersyarat pada Allah yang mengetahui sebelumnya, iman orang-orang ini, sedangkan
mereka yang menolak Dia, diketahui
sebelumnya, tidak akan tetap dalam iman. Sehingga Arminius
membedakan antara pemilihan tanpa syarat Kristus sebagai Juruselamat manusia
berdosa, pemilihan yang sama tanpa syarat dari mereka yang memiliki iman di
dalam Kristus, pemilihan tanpa syarat, merupakan
sarana ampuh untuk mencapai iman dan kondisi
dari pilihan akan predestinasi implisit di dalam supra-lapsarian).
Martin Mulsow dan Jan Rohls berkata
bahwa :
In contrast
Arminius distinguished between the predestination of classes of people, which
is unconditional and independent of foreknowledge, and the predestination of
individuals, which is conditional and dependent on foreknowledge. It was of
course the case that the faithful would be saved and the unfaithful damned, but
an individual person would only be saved under the condition, foreseen by God,
that he Believed (Sebaliknya Arminius membedakan
antara predestinasi dari pengelompokan orang-orang, yang mana hal itu
bersyarat dan tidak bergantung dari pra-pengetahuan, dan pemilihan dari individu-individu, yang tak bersyarat dan bergantung terhadap pra-pengetahuan.
Hal itu tentunya merupakan keadaan bahwa orang setia yang akan diselamatkan dan
yang tidak setia dihukum, tetapi seorang individu hanya diselamatkan bergantung
kondisi, pra-pengelihatan Allah, yang dipercayanya.).[21]
Jadi,
kaum Arminian menyebutkan bahwa ditentukannya sesorang untuk diselamatkan,
bergantung akan pra-pengetahuan-Nya, di mana orang yang setia akan diselamatkan,
dan orang yang tidak setia dihukum. Jack W. Cottrell, dalam bukunya Perspective on Election Five Views,
menyebutkan, di dalam bukunya Socianism and
Arminianism berkata bahwa:
The classical
Arminianism view of predestination, in essence, says that the omniscient God
foreknew all who would of their own free choice trust in his saving grace; and
on the basis of that foreknowledge, he predestined them to etenal life. He
likewise foreknew all who would not trust him for salvation and justly
predestined them to eternal condemnation. (Pandangan Arminianisme klasik terhadap predestinasi, pada intinya, mengatakan bahwa Allah yang maha tahu, mengetahui sebelumnya
semua orang yang karena pilihan bebas mereka percaya di dalam kasih
karunia-Nya; dan atas dasar pra-pengetahuan, Dia menentukan mereka untuk hidup
kekal. Dia juga mengetahui sebelumnya semua yang akan percaya kepada
keselamatan dan tepat menentukan mereka kepada penghukuman yang abadi).[22]
Arminian melihat efektifitas
panggilan akan terealisasi, jika manusia pada akhirnya mengungkapkan imannya
kepada Allah. Pemahaman
seperti ini mengedepankan, apa yang pada akhirnya manusia, bisa lakukan
terhadap Allah, supaya Allah, kemudian bersedia menyelamatkan manusia.
Konsep Jaminan Keselamatan
Arminian percaya, bahwa setelah orang menerima anugerah
keselamatan maka seseorang juga dapat kehilangan keselamatan. Falling
from grace: those who believe and are truly saved can lose their salvation by
failing to keep up their faith, etc.
(yaitu mereka yang percaya dan
benar-benar diselamatkan dapat kehilangan keselamatan atau gagal menjaga iman
mereka).[23]
Arminianisme on
the other hand teaches that salvation can be gained and it can also be lost In a
believer’s lifetime, Arminian believe that people can be saved, but as a
consequence of their poor choices they can lose their salvation.(
Arminianisme di sisi lain mengajarkan bahwa keselamatan dapat diperoleh dan
keselamatan itu sendiri juga bisa hilang di dalam hiduip orang percaya.
Arminian juga percaya bahwa orang-orang dapat diselamatkan, namun sebagai
akibatnya karena kekurangan pilihan mereka, mereka dapat kehilangan keselamatan
mereka).[24] Salah
satu pokok ajaran
mengenai jaminan keselamatan orang percaya, bahwa
Armininisme percaya bahwa seseorang dapat Kehilangan Keselamatannya. Arminian menggaris bawahi, bahwa orang percaya bisa atau
pada suatu saat tertentu keselamatnnya tidak kekal (bisa hilang). Sekalipun
premis ini tidak didukung oleh Alkitab secara eksplisit, namun kepercayaan
mengenai mungkinnya keselamatan orang percaya berujung sirna (hilang)
There has been
confusion on wheter Arminius believed it was possible for a once regenerate
person to apostatize, owing to statement he made in his Declaration of Sentiments. Yet all agree that
Arminius at least laid the groundwork for the Arminian teaching that is is
possible for the Christian to fall from Grace (Telah ada kebingungan apakah
Arminius percaya adalah mungkin untuk sekali seseorang diregenerasikan bisa murtad, karena keterangan yang
dibuat dalam Deklarasi tentang Sentiment. Namun semua setuju bahwa Arminius
setidaknya paling tidak meletakkan dasar bagi ajaran
Arminian bahwa mungkin bagi orang Kristen jatuh
dari kasih
karunia.).[25]
Lewis
Sperry Capfer berkata bahwa
In conclusion,
it may be restated that, as for human experience which the Arminian believes is
at times a proof that once saved can be lost again, it cannot be proved that
such a case ever existed. On the contrary,
revelation so difines the saving and keeping power of God that it can be
said with all assurance, that not one of those who have been truly regenerated
has ever been lost nor could such one be lost.( Sebagai kesimpulan dari Arminian, bahwa sekali
diselamatkan dapat terhilang lagi (keselamatan bisa hilang), sekalipun Arminian berpendapat,
bahwa seseorang yang diselamatkan akan tetap selamat tidak dapat dibuktikan.
Bahwa sebaliknya penyataan sangat jelas mengartikan penyelamatan dan kekuatan
dari pemeliharaan dari Allah, dapat dikatakan dengan segala jaminan, bahwa
tidak seorang pun dari mereka yang sudah benar-benar diregenerasikan, sudah ada
yang terhilang atau seseorang yang terhilang) .[26]
Di dalam ajaran Arminian, orang Kudus dapat
kehilangan keselamatannya karena mereka tidak bertekun di dalam perjalanan
mereka dengan Kristus pada akhirnya. [27] Dapat
disebutkan bahwa di dalam ajaran Aminian orang-orang kudus (orang-orang
percaya) dapat kehilangan keselamatan mereka jika mereka tidak bertekun, di dalam perjalanan bersama Kristus pada
akhirnya. Pandangan ini merupakan pandangan yang sangat populer di kalangan Arminian.
Jikalau saja
orang percaya sejati bisa kehilangan keselamatan, maka akan sangat sulit bagi
seseorang siapakah yang akhirnya diselamatkan, jika dikontraskan dengan apa
yang dikatakan oleh Alkitab, yaitu bahwa hidup kekal itu artinya tidak akan
binasa (Yoh. 3:16). Keberanian dalam mencetuskan pernyataan kaum Armianian
tentang kemungkinan bagi orang percaya tidak mencapai kepada hidup kekal.
Perjalanan
sedikit berubah, jika seandainya orang memiliki hidup kekal, namun pada akhirnya
tidak memiliki alias hilang. Namun demikian, mereka percaya setiap orang dapat secara
efektif menolak tawaran keselamatan dari Allah, dan bahwa seseorang dapat
kehilangan keselamatan, jika dia mereka tidak memelihara keselamatan melalui
melanjutkannya di dalam iman kepada Yesus. [28]
Dampak Dosa terhadap Keberadaan Manusia
Kaum
Arminian percaya bahwa, Roh Kudus menganugerahkan anugerah kepada setiap
manusia, sehingga walaupun mereka sudah berdosa, dengan anugerah yang cukup
yang telah tersedia sebelumnya, mencukupi manusia, untuk suatu waktu datang
kepada Allah, sekalipun manusia sudah berdosa. Istilah total depravity tidak sedang membuktikan bahwa manusia sama sekali
tidak akan mampu datang kepada Allah. Miles, J Stanfold berkata bahwa
Although
human nature was seriously affected by the fall, man has not been left
graciously enables every sinner to repent and believe, but He does not
interfere with man’ s freedom. Each sinner possesses a free will, and his eternal destiny depends
on how he uses it. Man’s freedom consists of his ability to choose good
over evil in spiritual matters. His will
is not enslaved to his sinful nature. The sinner has the power to either
cooperate with God’s spirit and be
regenerated or resist God’s Grace and perish. The lost sinner needs the
Spirit’s assistance, but he does not have to be
regenerated by the spirit before he can believe. Faith is the sinner’s gift to
God it is man’s contribution to salvation.( Bahwa hakikat manusia yang sercara serius dipengaruhi
oleh kejatuhan, tetapi manusia memungkinkan untuk setiap orang berdosa
bertobat dan percaya. Allah juga tidak memengaruhi kebebasan manusia itu.
Setiap orang berdosa memiliki kehendak bebas, dalam tujuan hidupnya yang
bergantung pada bagaimana dia memakainya. Kebebasan manusia terdiri dari dari
kemampuannya, untuk memilih kebaikan atas kejahatan dalam hal rohani.
Kehendak manusia itu tidaklah diperbudak
oleh keinginan dagingnya. Orang berdosa memiliki kekuatan, untuk bekerja sama
dengan Roh Allah, dan tidak regenerasikan atau menolak kasih karunia Allah dan
binasa. Orang berdosa yang hilang membutuhkan bantuan Roh Kudus, tetapi manusia
tidaklah harus diregenerasikan oleh Roh sebelum ia dapat percaya. Iman adalah
hadiah orang berdosa kepada Allah, dan hal itu adalah kontribusi manusia
terhadap keselamatan)[29]
Kebejaatan
total (total depravity) yang diungkap
oleh rasul Paulus di dalam Roma pasal yang ketiga, tidak memberikan bukti bahwa
kaum Arminian percaya, bahwa manusia itu benar-benar tidak potensial untuk
berbuat baik. Manusia masih memiliki
kehendak bebas yang menuntunnya masuk di
dalam aksi pemilihan akan apa yang baik dan tidak baik bagi mereka. Kebebasan
manusia sungguhlah tidak diperbudak oleh natur keberdosaannya, asal saja dia
bisa memilih secara tepat apa yang baik, maka dia tentunya memilih dengan baik
pula.
Kaum
Arminian meletakkan sebuah dasar bagi doktrin tentang keberdosaan manusia yang
berbeda, berdasarkan apa yang dikatakan Roma 3:9-20, bahwa “tidak ada yang benar, seorang pun tidak, tidak ada yang mencari
Allah” sebaliknya Arminian menegaskan bahwa orang berdosa itu butuh penegasan,
semacam konfirmasi dari Allah, supaya pada akhirnya mencapai titik kulminasi,
bahwa orang berdosa itu pada akhirnya beriman, supaya dia juga diregenerasikan
oleh Allah.
Arminian mengajarkan doktrin dosa
asal yang memengaruhi seluruh keberadaan manusia terpisah dari semua kebaikan.
Arminian menganggap kemampuan yang diberikan kepada natur manusia yang telah
rusak, dan yang memampukan manusia bekerja sama dengan Allah. Perlakuan khusus
terhadap kehendak bebas, menjadikan ajaran ini sedemikian memiliki dampak di
dalam menanggapi Allah. Arminius
believed that the fall of man was not total, holding that there was enough good
left in man for him to will to accept Christ unto salvation.( Kepercayaan Arminius bahwa manusia kejatuhan manusia
tidak total, dia menambahkan bahwa masih ada kebaikan yang cukup bagi dia untuk
menerima Kristus kepada keselamatan).[30]
Penafsiran
terhadap ayat-ayat krusial
Arminian tentu memiliki alasan mengapa
keselamatan orang percaya bisa hilang. Salah satu ayat Alkitab yang menurut
mereka menyatakan bahwa, keselamatan bisa ialah, di dlam kitab Ibrani 10:26-31.
Jenis yang sama muncul
peringatan dlam Ibtani 10:26-31. Di sini penulis memperingatkan bahwa jika
seseorang menolak kebenaran kematian Kristus bagi dosa, tidak ada pengorbanan
lain untuk dosa, yang tersedia dan tidak ada cara lain untuk datang kepada
Tuhan.[31]Penulis Ibrani berkata, bahwa penolakan mereka akan
kurban Tuhan, sesudah memperoleh pengetahuan mengenai
kebenaran. Kurban tidak akan pernah tersedia bagi
mereka yang menolak kebenaran Kristus.
Ayat ini cukup krusial dan sangat rentan untuk bisa
ditafsikan dengan salah, dan memberikan penafsiran yang keliru mengenai ayat
tersebut. Penulis Ibrani adalah orang yang yang berlatar belakang Yahudi,
sekalipun identitas penulis tidak menyebutkan siapa nama penulisnya. Gaya
bahasa dan ini dari kitab Ibrani, sangat kental dengan kebudayaan Yahudi,
khususnya mengenai peraturan-peraturan yang menyangkut dengan ibadah dan
tabernakel. Penulis kelihatan sangat memahami sejarah dan kehidupan Yahudi,
juga pemahaman terhadap Perjanjian Lama.
Arminian melihat ayat ini sebagai salah satu bukti, bahwa
adanya kemungkinan bahwa orang percaya jatuh dari kasih karunia, lebih jelasnya
lagi, keselamatannya orang percaya bisa hilang. Ayat lain yang dianggap kaum
Arminian sebagai bukti bahwa keselamatan orang percaya bisa hilang, yaitu di
dalam Wahyu 3:5, di mana disebutkan bahwa pernyataaan “Aku akan menghapus
namanya dari dalam kitab kehidupan” dijadikan sebagai premis, nama-nama di
dalam kitab kehidupan mungkin dihapus.
Temuan akhir dan Puncak soteriologi Arminian
Arminian
menemukan sejumlah kesimpulan-kesimpulan, dalam pandangan teologi mereka pada
ajaran (doktrin) tertentu dari Alkitab. Tidak bisa dipungkiri bahwa
Arminianisme yang dipelopori oleh Yakobus Arminius dan oleh para penerusnya (successor) mengembangkan sayap teologi
mereka di dalam kancah dunia internasional.
Keselamatan dari perspektif Allah
Arminian memiliki pandangan mengenai
keselamatan, bahwa pemilihan bagi orang percaya adalah berdasarkan iman yang
sebelumnya diketahui. Pra-pengetahuan Allah menjadi kunci utama realisasi
keselamatan yang diimpartasikan kepadaorang-orang yang efektif merespons anugerah
yang sebelumnya sudah diberikan. Iman memainkan peranan penting dalam pemilihan
yang disebutkan oleh kaum Arminian. Itulah sebabnya pemilihan menurut Aminian
adalah pemilihan yang kondisional, yaitu bergantung kepada iman yang jauh
sebelum dunia dijadikan, Allah ternyata sudah terlebih dulu melihat, manusia
siapa yang akan menerima tawaran Injil.
Berdasarkan pra-pengetahuan Allah,
maka Allah bertindak untuk memilih manusia yang memiliki iman, dan bukan
manusia yang tidak memiliki iman yang akan datang.
Arminius mengajarkan bahwa pemilihan
berdasarkan kepada pra-pengetahuan dari Allah kepada siapa yang akan percaya. [32]
Keselamatan dari perspektif manusia
Di atas
telah cukup didiskusikan secara mendalam mengenai berbagai pandangan baik
predestinasi yaitu pemilihan bersyarat, bahwa dasar pemilihan Tuhan adalah
iman. Kondisi keberdosaan manusia tidak menjadi masalah bagi manusia untuk
datang kepada Tuhan, melainkan dengan anugerah yang cukup, manusia ternyata
bisa datang kepada Tuhan, jika manusia memberi respons (memiliki iman) bahwa
Allah seolah-olah tidak mampu dan tidak berdaulat untuk menyelamatkan manusia,
tanpa persetujuan manusia, jauh sebelum dia dilahirkan. Pemilihan terjadi pada
saat dunia belum dijadikan. Arminian menjadikan Allah, sebagai penerus aktualisasi
keselamatan itu sendiri.
Manusia adalah orang berdosa, tetapi tidak terlalu
butuk, sehingga kita bisa memilih untuk datang kepada Allah. Ia mengatakan
bahwa kita mampu memilih untuk menerima keselamatan atau tidak untuk memilih
keselamatan.[33] Seolah-olah
kaum Arminian berkata bahwa, mustahil bagi Allah, untuk
melakukannya dengan sendiri, sebab itu Dia butuh kerja sama yang baik manusia.
Allah pada akhirnya tidak mampu bekerja sendiri, harus ada kontribusi manusia
berupa iman. Iman bagi kaum Arminian adalah hasil dari kerja sama antara Allah
dengan manusia yang kemudian menghasilkan keselamatan. Allah membutuhkan
sesuatu dari manusia berupa pemberian yaitu iman, yang sebelumnya diketahui,
maka Allah menyelamatkan mereka, tidak berdasar apa yang merupakan kehendak
personal Allah, melainkan apa yang ada pada manusia pada masa yang akan datang.
Anugerah
pendahuluan yang dimaksud oleh Arminian, adalah sebagai persiapan untuk
memampukan seseorang untuk menerima tawaran Injil, maka manusia pada akhirnya
memiiki kesempatan untuk menolak Allah dan menerima tawaran keselamatan. Iman
didefinisikan respons di mana Allah sudah mengetahinya, yang menjadi dasar
penyelamatan. Keselamatan hanya melalui iman saja, namun iman yang akhirnya
menerima dan percaya kepada Allah.
Keselamatan karena iman plus perbuatan
Keselamatan yang dihubungkan lagsung
dengan iman, bahwa Arminian percaya manusia diselamatkan hnya melalui iman,
namun iman yang diidentikkan sebagai syarat menerima keselamatan. Menurut Keith
D Stanglin, bahwa iman, sebagai penyebab instrumental dari tindakan pembenaran
dari Allah dan persatuan dengan Kristus adalah tujuan keselamatan bagi umat pilihan.
They agreed that
faith is the instrumental cause of
justification and that union with Christ is the goal of salvation for the
elect. According to Arminius, he confessed that grace is necessary for the
commencement and continuation of good. These amphases that Arminius and his
colleagues held in common have often been overlooked by scholarship.
(Mereka setuju bahwa iman adalah alat yang menyebabkan pembenaran dan kesatuan
di dalam Kristus adalah tujuan dari keselamatan orang pilihan. Menurut Arminius, dia mengaku bahwa rahmat diperlukan
untuk dimulainya dan kelanjutan baik. Menekakan bahwa Arminius dan rekan-rekannya yang diselenggarakan
di umum telah sering diabaikan oleh kesarjanaan).[34]
Kaum Arminian secara eksplisit berkata bahwa, anugerah
Allah tidak cukup untuk menyelamtkan manusia, jika tanpa kehendak bebas manusia
di mana dia memanfaatkan anugerah pendahuluan yang diberikan oleh Allah. Mereka
menambahkan bahwa manusia harus bekerja sama dengan Allah, di dalam mewujudkan
keselamatan tersebut. Tanpa perbuatan manusia di dalam bekerja sama dengan
Allah, maka manusia tidak bisa diselamatkan hanya oleh anugerah Allah, tanpa
upaya atau peran manusia itu sendiri.
Keselamatam bisa hilang
Menurut Arminius, bahwa kasih karunia tersedia terhadap
semua orang tetapi bukanlah tidak dapat ditolak; karena mereka melalui kehendak
mereka dapat menghalangi keselamatan mereka sendiri. Allah memberikan anugerah
kepada mereka yang secara ilahi telah diketahui saleh dan ketekunan akan
mendapatkan keselamatan.
[35]
Sebagaimana jika, Arminian berkata bahwa seorang percaya dapat kehilangan
keselamatan mereka, maka dia tentunya binasa. [36] Jika manusia tidak dapat diselamatkan oleh Allah kecuali kalau itu
adalah keinginan dari manusia untuk diselamatkan, maka manusia tidak dapat meneruskannya
kepada
keselamatan kecuali kalau ia meneruskan kepada kenginan untuk diselamatkan.[37] Arminian
menegaskan bahwa manusia tidak akan diselamatkan jikalau ia tidak melanjutkan
atau memainkan peran, bahwa manusia,
harus berkeinginan untuk diselamatkan. Maka nyatalah bahwa manusia dengan kata
lain, harus benar-benar punya keinginan yang mantap untuk maju selangkah yaitu
bertindak untuk diselamatkan. Menurut
James Arminius sendiri, dia berkata di dalam sebuah tulisan yang berjudul “the
works of James Arminius Volume 1, bahwa:
With regard to
the certainty (or assurance) of salvation my opinion is, that is possible for
him who believes in Jesus Christ to be certain and persuaded, and, if his heart
condemn him not, he is now in reality assured, that he is a son of God, and
stands in the Grace of Jesus Christ. Such a
certainty is wrought in
the mind, as well by the action of the Holy Spirit inwardly actuating the
believer and by the fruits of faith, as from his own conscience. I also believe
that it is possible for such a person, with an assured confidence in the Grace
of God and His mercy in Christ, to depart out of this life, and to appear
before the throne of grace, without any anxious fear or terrific dread: any yet
this person should constantly pray, “ O Lord, enter not into judgement with thy
servant!( Berkenaan dengan kepastian (jaminan) keselamatan pendapat Arminius sendiri memberikan tanggapan, bahwa mungkin bagi dia yang percaya dalam
Yesus Kristus untuk menjadi yakin dan terbujuk, dan, jika hatinya tidak
mengutuk dia, dia sekarang
dalam kenyataannya diyakinkan, bahwa dia adalah anak
Allah, dan berdiri dalam karunia Yesus Kristus. seperti sebuah keyakinan ditempa dalam pikiran, juga dengan tindakan Roh Kudus
dalam hati orang percaya yang menggerakkan mereka dan melalui buah iman, seperti dari hati nuraninya sendiri.
Saya juga percaya bahwa adalah mungkin untuk orang
seperti itu, dengan keyakinan meyakinkan dalam karunia Allah dan rahmat-Nya di
dalam Kristus, untuk berangkat keluar dari kehidupan ini, dan muncul di hadapan
tahta kasih karunia, tanpa rasa takut cemas atau ketakutan yang luar biasa : belum
ada orang ini harus terus berdoa, "Ya Tuhan, masukkan tidak ke pengadilan
dengan hamba-Mu)” .[38]
.
Kaum Arminian secara jelas mengajarkan bahwa seorang
percaya mungkin kehilangan keselamatan. Sekalipun Arminius sendiri berkata
“saya tidak pernah mengajarkan bahwa seorang percaya sejati, dapat juga secara
total atau pada akhirnya jatuh dari iman dan binasa; tetapi saya juga menutupi
bahwa ada beberapa teks dari Alkitab yang bagi saya kelihatan untuk menggunakan
aspek ini. [39]
Semua orang yang sungguh-sungguh percaya kepada
Yesus Kristus akan bertekun sampai akhir dan keselamatan mereka terjamin dengan
pasti, sekalipun mereka masih sering berdosa.[40]
Menurut Arminian, rahmat tersedia kepada semua orang,
tetapi bukanlah yang tidak dapat ditolak, bahwa Allah memberikan anugerah
kepada mereka yang secara ilahi sudah diketahui sebelumnya saleh.
Keselamatan yang antroposentris
Semua
konsep-konsep dari Arminius yang secara luas disebarkan, dan mewarnai dunia
teologi terutama dalam Sotriologi sebenarnya tiba kepada suatu pernyataan bahwa
keselamatan menurut Arminian pada akhirnya dikategorikan sebagai, keselamatan
yang antroposentris yakni keselamatan yang finalitasnya pada manusia. bahwa
anugerah Allah mambawa mereka kepada sikap memilih Allah
berdasarkan kehendak bebas mereak Anugerah
pendahuluan itu
memampukan manusia memberikan respons untuk menanggapi panggilan Allah. Kerja
sama antara manusia dengan Allah (kongsi), di mana tanpa previnient grace ( anugerah
pendahuluan) yang
dianugerahkan kepada setiap manusia mustahil individu-individu pada suatu waktu
datang kepada Kristus dan menanggapi keselamatan yang ditawarkan
Menurut Arminian manusia, bahwa mewarisi polusi dari
Adam, tetapi tidak kesalahan yang diimputasikan. Kebejatan tidaklah total di
dalam manusia, kehendak bebasnya bisa cenderung kepada perbuatan baik.[41] Sebaliknya anugerah itu akan efektif
dan optimal terlaksana, jika kontribusi manusia yaitu berupa “respons” dengan percaya kepada Allah. Sekalipun pada
kenyataannya manusia harus memberi tanggapan dengan percaya kepada Injil, namun
anugerah Allah akan gagal total jika manusia sama sekali tidak menanggapi. Hal
ini memang adalah hubungan yang logis (masuk akal) namun keselamatan dari
perspektif Allah tidak mendapat tempat bagi pemahaman Arminian ini.
Tidak terlalu berlebihan atau
menunjukkan suatu kebenaran yang membabi buta, jika keselamatan menurut
Arminian, pada akhirnya berpusat kepada manusia, dan bukan Allah sebagai Allah
yang berdaulat atas setiap keputusannya, di mana tidak ada satu pun ciptaan
yang tidak tunduk kepada sistemnya Allah. Tanggug jawab memang diperlukan dalam hidup ini, tetapi berkenaan' cara
manusia diselamatkan, tepat sekali jika istilah “salvation not by works, but faith alone” iman hanya sebagai sarana
dan bukan sebagai aspek yang harus ditambah oleh Allah sebagai yang prioritas.
Bahwa tetaplah bahwa pribadi yang menyelamatkan adalah Yesus sendiri, tanpa
perbuatan dari manusia sedikitpun. Menurut Phill Berry, dalam bukunya Eternal Security and its Biblical, yaitu
Resistible grace
this says that anyone who doesn’t want to be saved doesn’t have to be saved.
This says that we can reject the call of God upon our lives. Basically the
Arminians claim that the ultimate gift of salvation depends on our willingness
to accept (Kaum
Arminian berkata bahwa, anugerah yang dapat ditolak, yaitu bahwa siapa saja
yang tidak ingin diselamatkan, tidak harus diselamatkan. Pernyataan ini
maksudnya bahwa kita dapat menolak panggilan Allah atas hidup kita. Secara
mendasar Arminian mengklaim bahwa pemberian dari keselamatan akhirnya
bergantung pada kemauan kita untuk menerima).[42]
.
Dengan kata lain, manusia diselamatkan, itu karena
ada niat atau kemauan dari diri seseorang untuk menerima atau untuk
diselamatkan. Kaum Arminian secara implisit, berkata bahwa keselamatan itu
ditentukan manusia dan usaha manusia, yakni jika dia menerima dan mau.
Keselamatan kemudian bagi mereka, adalah keselamatan karena manusia mau. Arminius
mengajarkan, bahwa penerimaan keselamatan oleh manusia, karena peran dari Kehendak Bebas (kemauan), dia juga bisa kehilangan keselamatan, sebagai tindakan
kehendaknya melalui dosa. [43]
Orang beriman bisa jatuh dari kasih karunia
Alkitab berkata bahwa manusia diselamatkan melalui iman,
merupakan pernyataan dari rasul Paulus kepada jemaat di Roma, bahwa orang benar
hidup oleh iman (Roma. 1:16-17).
Teologi Arminian Oleh karena itu menekankan pentingnya kasih karunia. Seseorang
harus "diregenerasi dan direnovasi pada pemahaman, kecenderungan atau akan
dan di semua kekuatan-Nya" dalam rangka untuk "memahami, berpikir,
akan dan efek apa yang benar-benar baik.[44]
Mengenai isu
kemurtadan Arminius
menegaskan bahwa mugkin bagi orang
sejati dapat jatuh dari kasih karunia oleh karena dosa tertentu yang dilakukan
oleh orang percaya yang pada akhirnya hal itu membuktikan ketiadaan dari iman
mereka di dalam Allah.[45] Teologi Arminian menekankan kepentingan dari rahmat itu
sendiri, bahwa seseorang harus diregenerasikan dan diubah di dalam pengertian, kecenderungan atau kehendak dan dalam segala kekuasaannya " untuk " memahami, berpikir, akan dan efek apa yang benar-benar
baik. Rahmat yang
kemudian membuat manusia diregenerasikan, bahwa memiliki pemahaman, serta
keinginan akan yang baik.
Menurut Arminius rahmat ilahi adalah penting tetapi tidak merupakan suatu keadaan yang cukup untuk
keselamatan, lebih spesifik lagi, bahwa Allah dengan anugerah pendahuluannya
membuat manusia mampu untuk bekerja sama dengan kehendak ilahi di dalam
keselamatan. [46]
Anugerah Allah yang menyelamatkan, memainkan peranan penting di dalam
mengaktualisasikan keselamatan kepada setiap orang percaya. Arminian memberi
penekanan bahwa manusia diharuskan bekerjasam dengan anugerah pendahuluan
Allah, di dalam menerapkan keselamatan. Secara terang Arminius mengatakan bahwa
rahmat Allah, tidak akan berhasil menyelamatkan jika tanpa gabungan usaha
manusia dengan Allah.
[1]Mildred Bangs, Wynkoop
Foundation of Wesleyan, Arminian,
Theology (Kansas:Beacon Hill Press of Kansas City,1967) 46.
[2]Wellen F d, Riwayat Hidup Singkat (Jakarta:Gunug
Mulia,2003) 18.
[6]Paul Enns, The Moody Handbook of Theology 2 (Malang:SAAT,2007)
121
[7]Roger E. Olson, God in Dispute Coversation among Great
Christian Thinkers (Grand Rapids: Baker Publishig Group,2009) 23.
[8]Samuel S Hill, Enyclopedia of Religion in the South
(Georgia:Mercer University Press,2005) 82.
[9]http://en.wikipedia.org/wiki/Jacobus_Arminius
(Diunduh tgl 25/08/2011)
[10]Paul, Enns. The moody Handbook of Theology 2 (Malang:SAAT,2007)
126.
[11]Timo Pokki, America’s Preacher And His Message (Boston:University Press of America:1999) 19.
[12]David N
Steele&Gurtis C Thomas, The Five
Points of Calvinism (New Jersey:Presbyterian and Reformed Publishing
Company,1963) 19.
[13]Benjamin Myers, Milton’s
Theology of Freedom (Berlin:Librabry of Congress,2006) 44
[14]Annesah Nasheed, Made Simple Just Like God Planned it
(USA: AnnesahNasheed A.U.G. 2011) 287.
[16]Dorothy Aucher, Dictionary of Literary and Dramatic
Cencorship in Tudor and Stuart England (USA:Greenwood Press Publishing,1984
) 29.
[17]Jack W Cottrell, dkk Perspective on Election Five Views
(Nashville Tennessee:Holman Publishers,2006) 81.
[18]Robert A Peterson
& Michael D Williams, Why I am not an
Arminian (USA: Library of Congress Cataloging in Publicatiion Data 2004)
43.
[20]Ibid, 16.
[21]Martin Mulsow, Socianism and Arminianism (Netherlands:library of Congress Cataloging in
Publication Data,2005) 11.
[22]Jack W. Cottrell, Perspective
on Election Five Views (Nashville Tennessee:Holman Publishers,2006 94
[23]Ibid, 18.
[24]Hsrding Hedgpeth, The Hope Of salvation (USA:Lockman
Foundation,2008) 25
[25]Michael Scott Horton & J Matthew Pinson, Four
Views on Eternal Security (USA:Baker Book Hose,2002) 15.
[26]Lewis Sperry Capfer, Systematic Theology vol 3&4 (Dallas:
Dallas Seminary Press,1976) 290.
[27]Dan Malczewski, God’s Plan What Every Christian Sholud Know (Bloomington:Wesw Bow Press,2010) 64.
[28]George F Vohs, Am I Going to Heaven (New York:Strategic
Book Publishing,2009) 77
[29]Miles J. Stanfold, The Complete Green Letters (Grand Rapids: Michigan1975) 316.
[30]Annesah Nasheed, Made Simple Just Like God Planned it
(USA: AnnesahNasheed A.U.G. 2011) 287.
[31]Charles Caldwell
Ryrie, Basic TheologyA Popular
Systematic Guide to Understanding Biblical Truth(Chicago:Moody
Publishers,1999)384.
[32]Annesah Nasheed, Made Simple Just Like God Planned it
(USA: Annesah Nasheed A.U.G. 2011) 287
[33]Phill Berry,EternalSecurity is it Biblical?
(Canada:TraffordPublishing,2009) 57.
[34]Keith D. Stanglin, Arminius on the Assurance of Salvation the
Context, Roots, and Shape of the Leiden Debate, 1603-1609 (Netherland:Brill
Hotei Publishing,2007) 238.
[35]Christoper Baker, Absolutism and the Scientific Revolution
1600-1720 a Biographycal Dictonary (USA:Greenwood Press2002) 9.
[36]Jhon H. Palmer, The Five Points of Calvnism (Grand
Rapids,Baker Books,2010) 88-89
[37]Duane Edward Spencer, The Five Points of Calvinism in the Light of
Scripture (Grand Rapids: Baker Book House Company,2001) 16.
[38]James Arminius, The Works of James Arminius Volume 1 (From
Chrstian Classics Ethereal Libabry tanpa hal dan thn)
[39]Charles Caldwell
Ryrie, Basic TheologyA Popular
Systematic Guide to Understanding Biblical Truth(Chicago:Moody
Publishers,1999)381.
[40]Ibid. 19
[41]Charles Caldwell
Ryrie, Basic TheologyA Popular
Systematic Guide to Understanding Biblical Truth(Chicago:Moody
Publishers,1999) 377
[42]Phill Berry, EternalSecurity is it Biblical? (Canada:TraffordPublishing,2009)58.
[43]Tony Marinez, Answer to Tough Question (Lockman Foundation,2010)78.
[44]Benjamin Myers, Milton’s Theology of Freedom (Berlin: Library of Congress,2006) 41.
[45] Ibid. 239.
[46]Paul Chulhong Kang, Justification (New York: Peter Lang
Publishing,2006) 53.
0 Response to "KESELAMATAN MENURUT AJARAN ARMINIAN"
Post a Comment