“HERMENEUTIK SUATU KEBUTUHAN DALAM PELAYANAN FIRMAN”
Penafsiran adalah hal yang bisa
dilakukan manusia, bahkan tanpa disadari semua manusia melakukannya secara
praktis dalam kehidupan sehari-hari. Menafsir adalah termasuk dalam kategori
penafsiran khusus. Membaca dan memahami Alkitab adalah kegiatan-kegiatan yang
kadarnya berbeda dengan kegiatan membaca dan memahami surat dari seorang teman,
atau artikel di dalam majalah masa kini, sebuah berita tentang peristiwa di
dalam surat kabar, atau sebuah novel atau cerita pendek modern.
Kata Hermeneutik, berasal dari bahasa Yunani yakni “hermeneuo”.
Richard E. Palmer menyatakan bahwa kegiatan hermeneutik dipahami
sekurang-kurangnya dalam enam cara yang berbeda, tetapi pada umumnya kegiatan
hermeneutik dipahami sebagai “ilmu pengetahuan tentang tafsiran. Dipandang dari
sudut Etimologi kata “hermeneutik” berasal dari bahasa yunani “hermeneuein” yang berarti “menjelaskan”
dan “menafsirkan”[1]
Hermeneutik menjadi isu yang utama dalam telaah Alkitab, bukan hanya untuk para
ilmuan atau pun Teolog tapi bagi para penafsir.
Latar Belakang
Kebutuhan akan Hermeneutik menuntut para penafsir
Alkitab untuk mendekati teks dengan baik. Proses untuk memberikan penafsiran
atau penjelasan terhadap sebuah teks dalam Alkitab yang akan diteliti
menjadikan Hermeneutik ini sangat penting. Salah memberikan interpretasi di
dalam menafsirkan sebuah ayat Alkitab, berdampak kepada orang banyak. Biasanya
studi ini terdapat di dalam studi Homiletik, yakni Ilmu Berkhotbah, di mana
hasil Hermeneutik di sampaikan di dalam metode berkhotbah. Oleh sebab itu
Hermeneutik adalah sesuatu yang sangat perlu untuk diperhatikan.
Aplikasi Hermeneutik
untuk masa sekarang
Kepentingan Hermeneutik
Alkitab
Alkitab yang kita miliki sekarang sudah melalui
beberapa proses panjang kurang lebih 1500 tahun. Alkitab yang ditulis oleh
lebih dari 40 penulis dengan latar belakang yang berbeda-beda, bahkan karakter
serta gaya penulisan yang tidak sama. Rentang waktu yang cukup lama ini
menciptakan beberapa kesenjangan dalam Penafsiran. Ada 4 hal yang perlu dipahami
sebelum kita melakukan Penafsiran Alkitab:
Pertama,
tidak satu pun bagian di dalam Alkitab semula dimaksudkan untuk pembaca atau
penafsir masa kini.[2]
Artinya bahwa tidak seorang pun dari kita terlibat di dalam penulisan bahkan
menciptakan kontks serta peristiwa yang ada di dalamnya. Baik surat-surat,
kitab-kitab bahkan puisi-puisi yang ada di dalamnya. Semua itu adalah masa
lampau, yakni orang-orang yang ribuan tahun yang lalu sudah menoreh sejarah
itu. Kedua, tidak satu bagian dari Alkitab aslinya disusun di dalam bahasa
modern.[3] Perjanjian Lama ditulis di dalam 2 bahasa yakni bahasa Ibrani dan Aram sedangkan untuk
Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani. Bahasa tersebut tidak dipakai lagi
untuk masa sekarang, dikarenakan bahasa sekarang sudah masuk dalam bahasa
modern dan sangat berbeda sekali penggunaan grammar dan kosa kata bahkan
artinya pun berbeda. Ketiga, Pembaca-pembaca
Alkitab masa kini dan pembaca-pembaca mula-mula dari zaman Alkitab
dipisahkan oleh kesenjangan budaya yang
amat besar. Kebudayaan sekarang dibandingkan dengan kebudayaan dunia Laut
Tengah Kuno di daerah Palestina. Keempat, Kesenjangan Sejarah yang memisahkan
dunia masa kini dengan dunia masa itu, sangat kentara.
Hemeneutic
has been traditionally defined as the study of the locus and priciples of
interpretation, particularly as it is applied to the interpretation of ancient
texts. [4]
Komunikasi dalam Matius
28:18-20 secara Hermenetik
Hermeneutika alkitabiah adalah ajaran mengenai
metode menafsirkan Alkitab. Orang pertama yang merumuskan teori penafsiran atau hermeneutika Kristen
adalah Origenes (185-255) dalam karyanya Peri Akrhon.[5]
Matius menuliskan hal yang sangat penting dan tidak bisa dianggap pesan yang
biasa saja. Banyak Teolog dan orang Kristen sudah sangat akrab dengan istilah “The Great Commission” (Amanat Agung)
yang diambil dari teks Injil Matius 28:18-20 yang berbunyi “28:18 Yesus
mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku
telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak
dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai
kepada akhir zaman." Tujuan penafsiran yang baik adalah sederhana,
menemukan pengertian yang jelas dari teks itu.[6]
Kalimat dalam ayat 19-20 merupakan sebuah kalimat
imperatif (Perintah), menunjuk bahwa pesan ini merupakan sesuatu yang harus
dilakukan. Pada saat itu murid-murid sebagai pendengar atau penerima pesan ini,
sudah membuktikannya setelah hari pentakosta dala Kisah Para Rasul.
Hermeneutics is an interpreter from Hermes, the art of science of
interpretation; especially applied to the interpretation of scripture.[7]
Apa
yang terjadi ialah, bahwa mereka membuktikan kalau mereka (para murid dan juga
orang percaya) menghidupi pesan tersebut, dan menjadikan pesan itu menjadi gaya
hidup mereka. Menafsir adalah kegiatan
yang biasa kita lakukan setiap hari di dalam hidup kita.[8]
Making desciples
of people in every nation is the mandate of individual Christians and of the
church as a whole. Setiap umat Kristen
siapa pun dia, memikul tanggung jawab yang sama, yakni untuk mengamalkan pesan
ini dalam kehiduapannya. [9]
Namun secara Hermeneutik penulis ingin memberikan
Telaah mendala mengenai teks terkait yakni ayat 18-20. Kalimat perintah yang penulis sebutkan sebelumya
sudah diawali dengan sebuah deklarasi yang faktual dan sederhana, yakni “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di
Surga dan di bumi” dan disambung dengan kalimat, karena itu pergilah…”
(ayat 18-19). Ayat 19 menjadi penyebab atau ayat 18 menjadi alasan untuk
penyebab di ayat 19, yakni bahwa Jika Yesus memiliki kuasa di Surga dan di
bumi, maka murid-murid tidak perlu takut. Murid-murid diminta hanya taat kepada
perintah. Allah berjanji menyertai mereka.
Sebelum penulis membahas hubungan gramatikal dari ayat tersebut, perlu
penulis sajikan beberapa komparasi terjemahan Alkitab untuk teks terkait untuk
memperkaya arti atau makna di balik perintah itu jika dihubungkan dengan
komunikasi. Penulis adalah sebagai salah satu anggota dalam Depatemen Misi
tergolong baru karena baru bergabung secara aktif pada bulan januari 2012.
Menjadi anggota tetap dan sebagai tim yang memiliki jam terbang ke luar pulau
untuk pelayanan misi. Amanat itu juga diberikan untuk para penerus mereka,
yaitu para pelayan Injil Tuhan, yang
berkewajiban menyalurkan Injil dari masa ke masa sampai akhir zaman sebagaimana
tugas rasul-rasul pertama untuk menyampaikan Injil kepada bangsa-bangsa sampai
ke pelosok dunia.[10]
Bukan hanya manusia yang di dalam hubungnnya dengan
orang lain memainkan teori komunikasi, yakni mengirimkan pesan kepada orang
lain, namun Allah adalah sang komunikator yang sejati. Nabi-nabi menjadi alat
untuk menyampaikan pesannya. Komunikasi Kristen dan khususnya komunikasi
pastoral mesti dipimpin dan berawal dari komunikasi Yesus Kristus sebagai “Sang
Komunikator Paripurna” yang dapat dan mesti menjadi ilham untuk semua
komunikasi pastoral dan mendasari keprihatianan semua dokumen Gereja untuk
memajukan dan mengembangkan komunikasi sosial Gereja.[11]
Di dalam proses komunikasi komunikator, media, dan
pesan yang disampaikan akan berpengaruh terhadap terjadinya perubahan sikap
dari penerima pesan. Apabila komunikator dianggapmempunyai kredibilitas yang
baik oleh penerima pesan, biasanya perubahan yang terjadi kemungkinan akan
kecil sekali atau bahkan mungkin terdapat penolakan terhadap komunikator.
Secara
Gramatikal
Penulis sangat perlu untuk melampirkan perbandingan
dari berbagai terjemahan yang ada untuk melihat perbedaan dalam pemakaian
istilah dan pososi kalimat dalam teks.
Yesus mendekati
mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan
di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah
mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Terjemahan
King James Version
“18
And Jesus came and spake unto them, saying, All power is given unto me in
heaven and in earth. Go ye therefore, and teach all nations,
baptizing them in the name of the Father, and of the Son, and of the Holy
Ghost: {teach...: or, make disciples, or, Christians of all nations} Teaching
them to observe all things whatsoever I have commanded you: and, lo, I am with
you alway, even unto the end of the world. Amen.”
Terjemahan New International
Version
“Then Jesus came
to them and said, "All authority in heaven and on earth has been given to
me. Therefore go and make disciples of all nations, baptizing them
in {19 Or into; see Acts 8:16; 19:5; Romans 6:3; 1 Cor. 1:13; 10:2 and Gal.
3:27.} the name of the Father and of the Son and of the Holy Spirit, and teaching
them to obey everything I have commanded you. And surely I am with you always,
to the very end of the age.”
Terjemahan
American Standard Version
“And Jesus came
to them and spake unto them, saying, All authority hath been given unto me in
heaven and on earth. Go ye therefore,
and make disciples of all the nations, baptizing them into the name of the
Father and of the Son and of the Holy Spirit:
teaching them to observe all things whatsoever I commanded you:
and lo, I am with you always, even unto the end of the world.”
Terjemahan New American Standard
And Jesus came
up and spoke to them, saying, "All authority has been given to Me in
heaven and on earth. "Go therefore and make disciples of all the
nations, baptizing them in the name of the Father and the Son and
the Holy Spirit,teaching them to observe all that I commanded you; and
lo, I am with you always, even to the end of the age."
Terjemahan New Living Translation
“Jesus came and
told his disciples, "I have been given all authority in heaven and on
earth. Therefore, go and make disciples of all the nations, baptizing
them in the name of the Father and the Son and the Holy Spirit.Teach
these new disciples to obey all the commands I have given you. And be sure of
this: I am with you always, even to the end of the age.”
Terjemahan Bahasa Asli Yunani
18 καὶ προσελθὼν ὁ Ἰησοῦς ἐλάλησεν αὐτοῖς λέγων· ἐδόθη μοι πᾶσα ἐξουσία ἐν οὐρανῷ καὶ ἐπὶ [τῆς] γῆς. 19 πορευθέντες
οὖν μαθητεύσατε πάντα τὰ ἔθνη, βαπτίζοντες
αὐτοὺς εἰς τὸ ὄνομα τοῦ πατρὸς καὶ τοῦ υἱοῦ καὶ τοῦ ἁγίου πνεύματος, 20 διδάσκοντες
αὐτοὺς τηρεῖν πάντα ὅσα ἐνετειλάμην ὑμῖν· καὶ ἰδοὺ ἐγὼ μεθ᾽ ὑμῶν εἰμι πάσας τὰς ἡμέρας ἕως τῆς συντελείας τοῦ αἰῶνος.
Transliterasi teks terkait 28:18 “kai proselthôn ho iêsous elalêsen autois
legôn edothê moi pasa exousia en ouranô kai epi gês; poreuthentes oun
mathêteusate panta ta ethnê baptizontes autous eis to onoma tou patros kai tou
huiou kai tou hagiou pneumatos; didaskontes autous têrein panta hosa
eneteilamên humin kai idou egô meth humôn eimi pasas tas hêmeras heôs tês sunteleias
tou aiônos amên”[12]
Analisa Kata-kata
Penting
Penulis memakai metode kualitatif yang memiliki ciri
Hermeneutik, maka Penulis tidak menganalisa semua kata-kata dalam teks ayat
terkait mulai dari ayat 18-20, melainkan hanya kata=kata penting yang mendukung
hipotesis saya dalam bab 2. Kata pergi
(go) transliterasi dalam bahasa Yunani yaitu “Poreuthentes” atau “proceed” (meneruskan/memulai). Dengan akar
kata poreuo yang artinya ‘pergi’. Sedangkan kata baptislah
(baptize) dalam istilah yunani dipakai kata “Baptizontes”
dari kata dasar “baptizo” yang
artinya menyelamkan/menenggelamkan. The
mission of the church of God is to communicate the full Gospel of Jesus Christ
(Matth. 28:19-20) in the spirit and power of pentecost (Acts 2:1-4, 6, 13-18).
Kata ajarlah (didaskontes)
memiliki arti mengajar atau memerintah. Akar katanya “didasko”. Tiga kata penting
mewakili ketiga teks itu ialah. Pergilah, Baptislah dan Ajarlah. Ketiga
kalimat ini adalah kalimat perintah (imperatif). Ketiga kata tersebut merupakan kata kerja,
yaitu kata yang membutuhkan tindakan atau aktivitas. Namun dalam pemakaian
istilah Yunani tense yang dipakai secara
bergantian. Make desciples: the
nations are to be “descipled” (Matthew has used “desciple”) as a verb
previously in 13:52 and 27:57; it occurs elsewhere in the new testament only in
Acts 14:21.[13]
Secara Kontekstual
Dalam sebuah ayat terdiri dari beberapa kata, dan
dari sebuah pasal terdiri dari beberapa ayat. Yang menjadi latar belakang ayat
19 ialah ayat 18, di mana Kristus sudah bangkit dan mengalahkan maut. Oleh
sebab itu dengan sangat gambalng penulis Injil Matius menuliskan bahwa kepada
Yesus sudah diberikan segala kuasa di bumi dan di Surga. Perintah di awali dengan
pernyataan yang sangat agung dan mulia.
Konteks Dekat
Konteks
dekat dari ayat terkait yakni ayat sebelum dan sesudah. Bisa saja dua atau lima
ayat sebelum dan sesudahnya. Dalam
Matius 28 ini, nuansanya ialah dalam kebangkitan, dan bahwa ada dusta dari
mahkamah agama mengenai kebangkitan Yesus (Mat. 28:1-15). Orang –orang Yahudi
lainnya tidak percaya akan kebangkitan Yesus. Oleh sebab itu sangat perlu
secara personal Yesus melakukan pendekatan kepada murid-murid-Nya. Ketika Yesus
bertemu dengan kedua belas murid-Nya, Dia pun berkata bahwa “segala kuasa di bumi
dan di Surga telah diberikan kepada-Nya, dan oleh kuasa yang sama murid-murid
melaksanakan amanat agung tersebut. Pergilah; baptislah; ajarlah. The
imperative “make desciple” is the main verb in the comission of v. 19-20. [14]
Jadikanlah semua bangsa murid-Ku. Kuasa Tuhan yang universal membawa kepada
Tugas universal Gereja untuk mengabarkan Injil [15]
Ketiga kata kerja tersebut menunjuk bahwa
murid-murid Yesus harus mengomunikasikan Injil ini ke seluruh dunia dengan
baik, sebab mereka sudah tahu bahwa segala kuasa di bumi dan di Surga sudah ada
di dalam Yesus.
Konteks Jauh
Konteks Jauh bisa saja satu pasal nats terkait dan
bisa juga satu Kitab terkait. Namun
perlu kita ketahui bahwa penulis Injil Matius adalah murid Tuhan Yesus sendiri.
Matius ingin memperkenalkan bahwa Yesus adalah Raja orang yahudi.
Simpulan dari berbagai
terjemahan
Terjemahan-terjemahan yang ada pasa saat ini
merupakan kekayaan variasi bahasa, namun pesannya memiliki nilai yang sama,
yakni memberitakan Allah yang hidup dalam keselamatan di dalam nama Tuhan Yesus
Kristus. Penulis ingin memakai variasi terjemahan untuk menajamkan teks untuk
diteliti secara Hermenetik (ilmu tafsir). sebenarnya kata-kata yang dipakai
oleh Yesus bukanlah kalimat yang jarang dipakai dan didengar oleh para murid. Murid-murid
sudah pernah memiliki pengalaman berdua-dua dan tujuh puluh murid. Ketika Yesus
berkata, “pergilah…” maka murid-murid tahu persis apa maksud pesa itu dan
mereka tahu apa yang akan mereka lakukan.
Terbukti mereka memberitakan Injil dengan kepada orang Yahudi dan non Yahudi dengan
efektif. Murid-murid tahua bahwa pesan
tersebut hidup walaupun Yesus Sang Guru sudah tidak bersama dengan mereka saat
itu secara fisik, namun murid-murid paham bahwa janji Bapa akan segera digenapi
dalam Kisah Rasul pasal dua yaitu hari turunnya Roh Kudus.
Komunikasi dalam
Pelayanan Misi
Jika komunikasi sangat penting bagi
seluruh aspek hidup manusia, maka hal yang sama juga berlaku dalam pelayanan
Misi. Gereja yang memiliki visi dan misi adalah gereja yang visioner dan
missioner. Gereja yang secara khusus dipanggil oleh Allah, untuk menjadi terang
bagi bangsa-bangsa yang belum mengenal Allah. Allah adalah Allah yang
missioner. Allahlah yang memiliki misi yang secara khusus mengutus. Interpersonal communication is central to
our everyday lives.[16] komunikasi dalam pelayanan Misi harus lebih personal. Memberitakan Injil
dengan bantuan Mass media, sangat membantu, namun mass media tidak menjamin bahwa semua orang akan
menanggapi Injil. Komunikasi yang paling
efektif ialah komunikasi antarpribadi.
Secara pribadi orang per orang dalam memberitakan Injil.
Orang sering menganggap konflik
bersumber dari tindakan dan inti persoalan, namun sebenarnya konflik disebabkan
oleh komunikasi yang buruk.[17]
Komuniksi yang hendak diterapkan dalam pelayanan misi adalah, terlibat secara
pribadi perorangan untuk memberitakan Injil.
Pemakaian mass media dibatasi dalam
artian dipakai secara efektif namun terkontrol. TV dan Radio, adalah perangkat
yang membantu dalam memberitakan Injil, namun tidak efektif. oleh sebab itu
komunikasi yang saya pilih dalam makalah ini ialah, komunikasi antarpribadi.
Komunikasi yang dibangun dan yang terkendali adalah komunikasi antarpribadi.
Kita bisa merasakan apa yang orang yang kita Injili. Kita bisa diagnose apa
yang menjadi kebutuhan vital dari orang yang kita jumpai.
Perasaan, emosi dan bahasa tubuh
yang terekam oleh mata telanjang kita. Komunikasi yang baik bukan terletak pada
apa yang kita tulis dan apa yang kita sampaikan, namun terletak pada karakter
kita dan bagaimana kita menyampaikan pesan kepada penerima pesan.[18]
Komunikasi selalu melibatkan diri kita, emosi dan seluruh aspek hidup kita.
Bahkan komunikasi tidak mengabaikan karakter kita, sifa kita. Komunikasi juga
mengomunikasikan karakter kita kepada orang lain.
Hanya
7 % dari komunikasi disampaikan secara lisan, 93% menggunakan komunikasi
nonlisan.[19].
jika fakta ini memang benar, maka kita memerlukan alat aau perangkat dalam
upaya untuk mengomunikasikan Injil kepada orang lain. Pengertian komunikasi
yang berkembang dewasa ini semakin banyak, sejalan dengan majunya kehidupan
masyarakat serta arus informasi yang ada di masyarakat.
In communicating like Jesus, we’ll follow His
ministry chronologically through the Gospel to descover His expert methodology.[20]. apa yang dilakukan oleh sang Komunikator
sejati, ialah Dia terlibat dalam komunikasi personal kepada setiap orang yang
ditemui di segala tempat yang ada.Yesus memainkan komunikasi secara efektif
yakni Dia pergi. Dia pergi kepada perempuan Samaria (Yohanes 4), Dia pergi ke
rumah Zakheus pemungut cukai. Apa yang dilakukan oleh Yesus ialah terlibat
langsung dengan objek, yakni mengomunikasikan Injil dengan yang efektif dengan
cara pergi kepada mereka (Orang-orang Yahudi dan non Yahudi).
Dia berkata-kata dengan perempuan di
siang hari, bukan dengan bantuan alat, namun Yesus turun tangan secara langsung
denga cara yang sangat sederhana, namun perempuan itu bisa melihat, komunikasi
yang tengah Yesus pakai membuat perempuan itu jujur dan terbuka. Isu
memberitakan Injil dengan mass media, dan hal itu adalah cara yang efektif adalah
tidak bisa dibuktikan. Komunikasi menjadi bagian yang sangat penting dalam
pemberitaan Injil kepada orang banyak. Perangkat pada dasarnya hanya mendukung,
namun manusia yang terlibat secara holistik di dalam komunikasi Injil. Yesus
dalam amanat agung berkata “pergilah,
jadikan semua bangsa menjadi murid-Ku”
Teks ini mengungkapkan betapa Injil
itu perlu di komunikasi secara pribadi kepada setiap orang , di dalam setiap
konteks manusia yang majemuk seperi Indonesia. Injil selalu dikondisikan dengan
situasi yang ada. Universalitas Injil menjadikan urgensi pemberitaan ini
benar-benar mencapai tahap yang serius yang perlu disikapi secara bijak.
Simpulan Sementara
Secara
Hermeneutik Matius 28:18-20 memberi
pesan kepada setiap orang percaya bahwa amanat agung harus dilaksanakan oleh
semua gereja yang ada di dunia ini. Siapa pun dia ketika dia mendeklarasikan
dirinya adalah orang percaya, maka dia wajib untuk memberitakan Injil yakni
Pergi. Kata pergi berarti keluar dari posisi awal, atau bergerak dari posisi awal. Kata ‘pergilah, baptislah, dan ajarlah’ ini
merupakan tugas pokok, yang menunjukkan bahwa orang percaya harus
mengomunikasikan Injil ini dengan efektif yakni terlibat dengan penerima pesan
Injil yakni orang lain.
[1]Thomas H. Groome. Christian Religious Education (BPK:
Jakarta, 2010) 286.
[2]John, H. Hayes Pedoman Penafsiran Alkitab (BPK
:Jakarta, 2006) 14.
[3]Ibid. 14
[4]Duncan Sheldon
Ferguson, Biblical hermeneutics : an
introduction (Atlanta: John Knox Press, 1973) 3.
[6]Gordon, D. Fee. Cara
Menafsir Alkitab (Malang: Gandum Mas, 2001) 2
[7]Virginia, S. Thatcher.
The Webster Dictionary of English Language (New York: Grolier, 1970) 400.
[8] John, H. Hayes. Pedoman Penafsiran Alkitab (Jakarta:
BPK, 2005) 1
[10]Matthew Henry,
Tafsiran Matthew Henry Injil Matius 15-28 (Surabaya:Momentum,2008) 1570.
[11]Franz - Josef Eilers,
SVD Berkomunikasi dalam Pelayanan dan
Misi (Yogyakarta: Kanisius,2008) 105
[12]http://www.sarapanpagi.org/matius-28-19-palsu-vt3616.html (di unduh tgl
1-01-2013)
[13]M. Eugene Boring, Fred
B. Craddock. The People's New Testament
Commentary (Kentucky:Wensminster John Knox Press, 2004) 104.
[14]Craig A. Evans.
Matthew (New York: Cambridge University Press, 2012) 484.
[15]Donald, Guthrie.
Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius - Wahyu (Jakarta: OMF,2006) 122.
[16]Julia T. Wood,
Interpersonal Communication: Everyday Encounters (USA: Wadsworth, 2007) 9.
[17]Peg Pickering, How to Manage Conflict (Jakarta:
Erlangga, 2002) 62.
[18] Ibid. Tim Musyawarah
Guru Bimbingan dan Konseling, Provinsi Jakarta, Pelayanan Konseling Pada Satuan Pendidikan Menengah (Jakarta:
Grasindo, tanpa tahun) 81
[19]Ibid, Peg Pickering, How to Manage Conflict (Jakarta:
Erlangga, 2002) 64
[20]Terrence W. Smith, Communicating Like Jesus (Summerfille:
Holy Fire Publishing,2007) 14.
Terima kasih atas pengetahuan yang dibagikan menjadi tambahan referensi dalam pelayanan..
ReplyDelete