“HERMENEUTIK SUATU KEBUTUHAN DALAM PELAYANAN FIRMAN”





            Penafsiran adalah hal yang bisa dilakukan manusia, bahkan tanpa disadari semua manusia melakukannya secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Menafsir adalah termasuk dalam kategori penafsiran khusus. Membaca dan memahami Alkitab adalah kegiatan-kegiatan yang kadarnya berbeda dengan kegiatan membaca dan memahami surat dari seorang teman, atau artikel di dalam majalah masa kini, sebuah berita tentang peristiwa di dalam surat kabar, atau sebuah novel atau cerita pendek modern.
Kata Hermeneutik, berasal dari bahasa Yunani yakni “hermeneuo”.  Richard E. Palmer menyatakan bahwa kegiatan hermeneutik dipahami sekurang-kurangnya dalam enam cara yang berbeda, tetapi pada umumnya kegiatan hermeneutik dipahami sebagai “ilmu pengetahuan tentang tafsiran. Dipandang dari sudut Etimologi kata “hermeneutik” berasal dari bahasa yunani “hermeneuein” yang berarti “menjelaskan” dan “menafsirkan”[1] Hermeneutik menjadi isu yang utama dalam telaah Alkitab, bukan hanya untuk para ilmuan atau pun Teolog tapi bagi para penafsir.

Latar Belakang
Kebutuhan akan Hermeneutik menuntut para penafsir Alkitab untuk mendekati teks dengan baik. Proses untuk memberikan penafsiran atau penjelasan terhadap sebuah teks dalam Alkitab yang akan diteliti menjadikan Hermeneutik ini sangat penting. Salah memberikan interpretasi di dalam menafsirkan sebuah ayat Alkitab, berdampak kepada orang banyak. Biasanya studi ini terdapat di dalam studi Homiletik, yakni Ilmu Berkhotbah, di mana hasil Hermeneutik di sampaikan di dalam metode berkhotbah. Oleh sebab itu Hermeneutik adalah sesuatu yang sangat perlu untuk diperhatikan.

Aplikasi Hermeneutik untuk masa sekarang
Kepentingan Hermeneutik Alkitab

Alkitab yang kita miliki sekarang sudah melalui beberapa proses panjang kurang lebih 1500 tahun. Alkitab yang ditulis oleh lebih dari 40 penulis dengan latar belakang yang berbeda-beda, bahkan karakter serta gaya penulisan yang tidak sama. Rentang waktu yang cukup lama ini menciptakan beberapa kesenjangan dalam Penafsiran. Ada 4 hal yang perlu dipahami sebelum kita melakukan Penafsiran Alkitab:
Pertama, tidak satu pun bagian di dalam Alkitab semula dimaksudkan untuk pembaca atau penafsir masa kini.[2] Artinya bahwa tidak seorang pun dari kita terlibat di dalam penulisan bahkan menciptakan kontks serta peristiwa yang ada di dalamnya. Baik surat-surat, kitab-kitab bahkan puisi-puisi yang ada di dalamnya. Semua itu adalah masa lampau, yakni orang-orang yang ribuan tahun yang lalu sudah menoreh sejarah itu. Kedua, tidak satu bagian dari Alkitab aslinya disusun di dalam bahasa modern.[3] Perjanjian Lama ditulis di dalam 2 bahasa yakni bahasa Ibrani dan Aram sedangkan untuk Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani. Bahasa tersebut tidak dipakai lagi untuk masa sekarang, dikarenakan bahasa sekarang sudah masuk dalam bahasa modern dan sangat berbeda sekali penggunaan grammar dan kosa kata bahkan artinya pun berbeda. Ketiga, Pembaca-pembaca Alkitab masa kini dan pembaca-pembaca mula-mula dari zaman Alkitab dipisahkan  oleh kesenjangan budaya yang amat besar. Kebudayaan sekarang dibandingkan dengan kebudayaan dunia Laut Tengah Kuno di daerah Palestina. Keempat, Kesenjangan Sejarah yang memisahkan dunia masa kini dengan dunia masa itu, sangat kentara.
Hemeneutic has been traditionally defined as the study of the locus and priciples of interpretation, particularly as it is applied to the interpretation of ancient texts. [4]



Komunikasi dalam Matius 28:18-20 secara Hermenetik
Hermeneutika alkitabiah adalah ajaran mengenai metode menafsirkan Alkitab. Orang pertama yang merumuskan  teori penafsiran atau hermeneutika Kristen adalah Origenes (185-255) dalam karyanya Peri Akrhon.[5] Matius menuliskan hal yang sangat penting dan tidak bisa dianggap pesan yang biasa saja. Banyak Teolog dan orang Kristen sudah sangat akrab dengan istilah “The Great Commission” (Amanat Agung) yang diambil dari teks Injil Matius 28:18-20 yang berbunyi “28:18 Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Tujuan penafsiran yang baik adalah sederhana, menemukan pengertian yang jelas dari teks itu.[6]
Kalimat dalam ayat 19-20 merupakan sebuah kalimat imperatif (Perintah), menunjuk bahwa pesan ini merupakan sesuatu yang harus dilakukan. Pada saat itu murid-murid sebagai pendengar atau penerima pesan ini, sudah membuktikannya setelah hari pentakosta dala Kisah Para Rasul. Hermeneutics is an interpreter from Hermes, the art of science of interpretation; especially applied to the interpretation of scripture.[7]
Apa yang terjadi ialah, bahwa mereka membuktikan kalau mereka (para murid dan juga orang percaya) menghidupi pesan tersebut, dan menjadikan pesan itu menjadi gaya hidup mereka.  Menafsir adalah kegiatan yang biasa kita lakukan setiap hari di dalam hidup kita.[8]
Making desciples of people in every nation is the mandate of individual Christians and of the church as a whole. Setiap umat Kristen siapa pun dia, memikul tanggung jawab yang sama, yakni untuk mengamalkan pesan ini dalam kehiduapannya. [9]
Namun secara Hermeneutik penulis ingin memberikan Telaah mendala mengenai teks terkait yakni ayat 18-20. Kalimat  perintah yang penulis sebutkan sebelumya sudah diawali dengan sebuah deklarasi yang faktual dan sederhana, yakni “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di Surga dan di bumi” dan disambung dengan kalimat, karena itu pergilah…” (ayat 18-19). Ayat 19 menjadi penyebab atau ayat 18 menjadi alasan untuk penyebab di ayat 19, yakni bahwa Jika Yesus memiliki kuasa di Surga dan di bumi, maka murid-murid tidak perlu takut. Murid-murid diminta hanya taat kepada perintah. Allah berjanji menyertai mereka.
Sebelum penulis membahas  hubungan gramatikal dari ayat tersebut, perlu penulis sajikan beberapa komparasi terjemahan Alkitab untuk teks terkait untuk memperkaya arti atau makna di balik perintah itu jika dihubungkan dengan komunikasi. Penulis adalah sebagai salah satu anggota dalam Depatemen Misi tergolong baru karena baru bergabung secara aktif pada bulan januari 2012. Menjadi anggota tetap dan sebagai tim yang memiliki jam terbang ke luar pulau untuk pelayanan misi. Amanat itu juga diberikan untuk para penerus mereka, yaitu para pelayan  Injil Tuhan, yang berkewajiban menyalurkan Injil dari masa ke masa sampai akhir zaman sebagaimana tugas rasul-rasul pertama untuk menyampaikan Injil kepada bangsa-bangsa sampai ke pelosok dunia.[10]
Bukan hanya manusia yang di dalam hubungnnya dengan orang lain memainkan teori komunikasi, yakni mengirimkan pesan kepada orang lain, namun Allah adalah sang komunikator yang sejati. Nabi-nabi menjadi alat untuk menyampaikan pesannya. Komunikasi Kristen dan khususnya komunikasi pastoral mesti dipimpin dan berawal dari komunikasi Yesus Kristus sebagai “Sang Komunikator Paripurna” yang dapat dan mesti menjadi ilham untuk semua komunikasi pastoral dan mendasari keprihatianan semua dokumen Gereja untuk memajukan dan mengembangkan komunikasi sosial Gereja.[11]
Di dalam proses komunikasi komunikator, media, dan pesan yang disampaikan akan berpengaruh terhadap terjadinya perubahan sikap dari penerima pesan. Apabila komunikator dianggapmempunyai kredibilitas yang baik oleh penerima pesan, biasanya perubahan yang terjadi kemungkinan akan kecil sekali atau bahkan mungkin terdapat penolakan terhadap komunikator.

Secara Gramatikal
Penulis sangat perlu untuk melampirkan perbandingan dari berbagai terjemahan yang ada untuk melihat perbedaan dalam pemakaian istilah dan pososi kalimat dalam teks.
Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Terjemahan  King James Version
18 And Jesus came and spake unto them, saying, All power is given unto me in heaven and in earth. Go ye therefore, and teach all nations, baptizing them in the name of the Father, and of the Son, and of the Holy Ghost: {teach...: or, make disciples, or, Christians of all nations} Teaching them to observe all things whatsoever I have commanded you: and, lo, I am with you alway, even unto the end of the world. Amen.”

Terjemahan New International Version
“Then Jesus came to them and said, "All authority in heaven and on earth has been given to me. Therefore go and make disciples of all nations, baptizing them in {19 Or into; see Acts 8:16; 19:5; Romans 6:3; 1 Cor. 1:13; 10:2 and Gal. 3:27.} the name of the Father and of the Son and of the Holy Spirit, and teaching them to obey everything I have commanded you. And surely I am with you always, to the very end of the age.”

Terjemahan  American Standard Version
“And Jesus came to them and spake unto them, saying, All authority hath been given unto me in heaven and on earth.  Go ye therefore, and make disciples of all the nations, baptizing them into the name of the Father and of the Son and of the Holy Spirit:  teaching them to observe all things whatsoever I commanded you: and lo, I am with you always, even unto the end of the world.”


Terjemahan New American Standard

And Jesus came up and spoke to them, saying, "All authority has been given to Me in heaven and on earth. "Go therefore and make disciples of all the nations, baptizing them in the name of the Father and the Son and the Holy Spirit,teaching them to observe all that I commanded you; and lo, I am with you always, even to the end of the age."
Terjemahan New Living Translation
“Jesus came and told his disciples, "I have been given all authority in heaven and on earth. Therefore, go and make disciples of all the nations, baptizing them in the name of the Father and the Son and the Holy Spirit.Teach these new disciples to obey all the commands I have given you. And be sure of this: I am with you always, even to the end of the age.”

Terjemahan Bahasa Asli Yunani

18  κα προσελθν ησος λλησεν ατος λγων· δθη μοι πσα ξουσα ν οραν κα πς] γς.  19  πορευθντες ον μαθητεσατε πντα τ θνη, βαπτζοντες ατος ες τ νομα το πατρς κα το υο κα το γου πνεματος, 20  διδσκοντες ατος τηρεν πντα σα νετειλμην μν· κα δο γ μεθ μν εμι πσας τς μρας ως τς συντελεας το αἰῶνος.
Transliterasi teks terkait 28:18 “kai proselthôn ho iêsous elalêsen autois legôn edothê moi pasa exousia en ouranô kai epi gês; poreuthentes oun mathêteusate panta ta ethnê baptizontes autous eis to onoma tou patros kai tou huiou kai tou hagiou pneumatos; didaskontes autous têrein panta hosa eneteilamên humin kai idou egô meth humôn eimi pasas tas hêmeras heôs tês sunteleias tou aiônos amên”[12]


Analisa Kata-kata Penting

Penulis memakai metode kualitatif yang memiliki ciri Hermeneutik, maka Penulis tidak menganalisa semua kata-kata dalam teks ayat terkait mulai dari ayat 18-20, melainkan hanya kata=kata penting yang mendukung hipotesis saya dalam bab 2.  Kata pergi (go) transliterasi dalam bahasa Yunani yaitu “Poreuthentes” atau “proceed” (meneruskan/memulai). Dengan akar kata poreuo yang  artinya ‘pergi’.  Sedangkan kata baptislah (baptize) dalam istilah yunani dipakai kata “Baptizontes” dari kata dasar “baptizo” yang artinya menyelamkan/menenggelamkan.  The mission of the church of God is to communicate the full Gospel of Jesus Christ (Matth. 28:19-20) in the spirit and power of pentecost (Acts 2:1-4, 6, 13-18).
Kata ajarlah (didaskontes) memiliki arti mengajar atau memerintah. Akar katanya “didasko”. Tiga kata penting  mewakili ketiga teks itu ialah. Pergilah, Baptislah dan Ajarlah. Ketiga kalimat ini adalah kalimat perintah (imperatif).  Ketiga kata tersebut merupakan kata kerja, yaitu kata yang membutuhkan tindakan atau aktivitas. Namun dalam pemakaian istilah Yunani tense yang dipakai secara  bergantian.  Make desciples: the nations are to be “descipled” (Matthew has used “desciple”) as a verb previously in 13:52 and 27:57; it occurs elsewhere in the new testament only in Acts 14:21.[13]

Secara Kontekstual

Dalam sebuah ayat terdiri dari beberapa kata, dan dari sebuah pasal terdiri dari beberapa ayat. Yang menjadi latar belakang ayat 19 ialah ayat 18, di mana Kristus sudah bangkit dan mengalahkan maut. Oleh sebab itu dengan sangat gambalng penulis Injil Matius menuliskan bahwa kepada Yesus sudah diberikan segala kuasa di bumi dan di Surga. Perintah di awali dengan pernyataan yang sangat agung dan mulia.

Konteks Dekat

Konteks dekat dari ayat terkait yakni ayat sebelum dan sesudah. Bisa saja dua atau lima ayat sebelum dan sesudahnya.  Dalam Matius 28 ini, nuansanya ialah dalam kebangkitan, dan bahwa ada dusta dari mahkamah agama mengenai kebangkitan Yesus (Mat. 28:1-15). Orang –orang Yahudi lainnya tidak percaya akan kebangkitan Yesus. Oleh sebab itu sangat perlu secara personal Yesus melakukan pendekatan kepada murid-murid-Nya. Ketika Yesus bertemu dengan kedua belas murid-Nya, Dia pun berkata bahwa “segala kuasa di bumi dan di Surga telah diberikan kepada-Nya, dan oleh kuasa yang sama murid-murid melaksanakan amanat agung tersebut. Pergilah; baptislah; ajarlah. The imperative “make desciple” is the main verb in the comission of v. 19-20. [14] Jadikanlah semua bangsa murid-Ku. Kuasa Tuhan yang universal membawa kepada Tugas universal Gereja untuk mengabarkan Injil [15]
Ketiga kata kerja tersebut menunjuk bahwa murid-murid Yesus harus mengomunikasikan Injil ini ke seluruh dunia dengan baik, sebab mereka sudah tahu bahwa segala kuasa di bumi dan di Surga sudah ada di dalam Yesus.

Konteks Jauh
Konteks Jauh bisa saja satu pasal nats terkait dan bisa juga satu Kitab terkait.  Namun perlu kita ketahui bahwa penulis Injil Matius adalah murid Tuhan Yesus sendiri. Matius ingin memperkenalkan bahwa Yesus adalah Raja orang yahudi. 

Simpulan dari berbagai terjemahan
Terjemahan-terjemahan yang ada pasa saat ini merupakan kekayaan variasi bahasa, namun pesannya memiliki nilai yang sama, yakni memberitakan Allah yang hidup dalam keselamatan di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Penulis ingin memakai variasi terjemahan untuk menajamkan teks untuk diteliti secara Hermenetik (ilmu tafsir). sebenarnya kata-kata yang dipakai oleh Yesus bukanlah kalimat yang jarang dipakai dan didengar oleh para murid. Murid-murid sudah pernah memiliki pengalaman berdua-dua dan tujuh puluh murid. Ketika Yesus berkata, “pergilah…” maka murid-murid tahu persis apa maksud pesa itu dan mereka tahu apa yang akan mereka lakukan.
Terbukti mereka memberitakan Injil dengan  kepada orang Yahudi dan non Yahudi dengan efektif. Murid-murid  tahua bahwa pesan tersebut hidup walaupun Yesus Sang Guru sudah tidak bersama dengan mereka saat itu secara fisik, namun murid-murid paham bahwa janji Bapa akan segera digenapi dalam Kisah Rasul pasal dua yaitu hari turunnya Roh Kudus.


Komunikasi dalam Pelayanan Misi
Jika komunikasi sangat penting bagi seluruh aspek hidup manusia, maka hal yang sama juga berlaku dalam pelayanan Misi. Gereja yang memiliki visi dan misi adalah gereja yang visioner dan missioner. Gereja yang secara khusus dipanggil oleh Allah, untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang belum mengenal Allah. Allah adalah Allah yang missioner. Allahlah yang memiliki misi yang secara khusus mengutus. Interpersonal communication is central to our everyday lives.[16] komunikasi dalam pelayanan Misi harus lebih personal. Memberitakan Injil dengan bantuan Mass media, sangat membantu, namun mass  media tidak menjamin bahwa semua orang akan menanggapi  Injil. Komunikasi yang paling efektif  ialah komunikasi antarpribadi. Secara pribadi orang per orang dalam memberitakan Injil.
Orang sering menganggap konflik bersumber dari tindakan dan inti persoalan, namun sebenarnya konflik disebabkan oleh komunikasi yang buruk.[17] Komuniksi yang hendak diterapkan dalam pelayanan misi adalah, terlibat secara pribadi perorangan untuk memberitakan Injil.
Pemakaian mass media dibatasi dalam artian dipakai secara efektif namun terkontrol. TV dan Radio, adalah perangkat yang membantu dalam memberitakan Injil, namun tidak efektif. oleh sebab itu komunikasi yang saya pilih dalam makalah ini ialah, komunikasi antarpribadi. Komunikasi yang dibangun dan yang terkendali adalah komunikasi antarpribadi. Kita bisa merasakan apa yang orang yang kita Injili. Kita bisa diagnose apa yang menjadi kebutuhan vital dari orang yang kita jumpai.
Perasaan, emosi dan bahasa tubuh yang terekam oleh mata telanjang kita. Komunikasi yang baik bukan terletak pada apa yang kita tulis dan apa yang kita sampaikan, namun terletak pada karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan pesan kepada penerima pesan.[18] Komunikasi selalu melibatkan diri kita, emosi dan seluruh aspek hidup kita. Bahkan komunikasi tidak mengabaikan karakter kita, sifa kita. Komunikasi juga mengomunikasikan karakter kita kepada orang lain.
            Hanya 7 % dari komunikasi disampaikan secara lisan, 93% menggunakan komunikasi nonlisan.[19]. jika fakta ini memang benar, maka kita memerlukan alat aau perangkat dalam upaya untuk mengomunikasikan Injil kepada orang lain. Pengertian komunikasi yang berkembang dewasa ini semakin banyak, sejalan dengan majunya kehidupan masyarakat serta arus informasi yang ada di masyarakat. 
In communicating like Jesus, we’ll follow His ministry chronologically through the Gospel to descover His expert methodology.[20]. apa yang dilakukan oleh sang Komunikator sejati, ialah Dia terlibat dalam komunikasi personal kepada setiap orang yang ditemui di segala tempat yang ada.Yesus memainkan komunikasi secara efektif yakni Dia pergi. Dia pergi kepada perempuan Samaria (Yohanes 4), Dia pergi ke rumah Zakheus pemungut cukai. Apa yang dilakukan oleh Yesus ialah terlibat langsung dengan objek, yakni mengomunikasikan Injil dengan yang efektif dengan cara pergi kepada mereka (Orang-orang Yahudi dan non Yahudi).
            Dia berkata-kata dengan perempuan di siang hari, bukan dengan bantuan alat, namun Yesus turun tangan secara langsung denga cara yang sangat sederhana, namun perempuan itu bisa melihat, komunikasi yang tengah Yesus pakai membuat perempuan itu jujur dan terbuka. Isu memberitakan Injil dengan mass media, dan hal itu adalah cara yang efektif adalah tidak bisa dibuktikan. Komunikasi menjadi bagian yang sangat penting dalam pemberitaan Injil kepada orang banyak. Perangkat pada dasarnya hanya mendukung, namun manusia yang terlibat secara holistik di dalam komunikasi Injil. Yesus dalam amanat  agung berkata “pergilah, jadikan semua bangsa menjadi murid-Ku”
            Teks ini mengungkapkan betapa Injil itu perlu di komunikasi secara pribadi kepada setiap orang , di dalam setiap konteks manusia yang majemuk seperi Indonesia. Injil selalu dikondisikan dengan situasi yang ada. Universalitas Injil menjadikan urgensi pemberitaan ini benar-benar mencapai tahap yang serius yang perlu disikapi secara bijak.
Simpulan Sementara
Secara Hermeneutik  Matius 28:18-20 memberi pesan kepada setiap orang percaya bahwa amanat agung harus dilaksanakan oleh semua gereja yang ada di dunia ini. Siapa pun dia ketika dia mendeklarasikan dirinya adalah orang percaya, maka dia wajib untuk memberitakan Injil yakni Pergi. Kata pergi berarti keluar dari posisi awal, atau bergerak dari posisi awal.  Kata ‘pergilah, baptislah, dan ajarlah’ ini merupakan tugas pokok, yang menunjukkan bahwa orang percaya harus mengomunikasikan Injil ini dengan efektif yakni terlibat dengan penerima pesan Injil yakni orang lain.





[1]Thomas H. Groome. Christian Religious Education (BPK: Jakarta, 2010) 286.
[2]John, H. Hayes Pedoman Penafsiran Alkitab (BPK :Jakarta, 2006) 14.
[3]Ibid. 14
[4]Duncan Sheldon Ferguson, Biblical hermeneutics : an introduction (Atlanta: John Knox Press, 1973) 3.
                [5]Ginting E.p. Khotbah Dan Pengkhotbah (Jakarta: BPK, ) 33.
[6]Gordon, D. Fee. Cara Menafsir Alkitab (Malang: Gandum Mas, 2001) 2
[7]Virginia, S. Thatcher. The Webster Dictionary of English Language (New York: Grolier, 1970) 400.
[8] John, H. Hayes. Pedoman Penafsiran Alkitab (Jakarta: BPK, 2005) 1
Sunder Krishnan, J. Donald Scott. World Christians: Living on the Wavelength of the Great Commission (Toronto: Clements Publishing,2001) 7.
[10]Matthew Henry, Tafsiran Matthew Henry Injil Matius 15-28 (Surabaya:Momentum,2008) 1570.
[11]Franz - Josef Eilers, SVD Berkomunikasi dalam Pelayanan dan Misi (Yogyakarta: Kanisius,2008) 105
[13]M. Eugene Boring, Fred B. Craddock. The People's New Testament Commentary (Kentucky:Wensminster John Knox Press, 2004) 104.
[14]Craig A. Evans. Matthew (New York: Cambridge University Press, 2012) 484.
[15]Donald, Guthrie. Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius - Wahyu (Jakarta: OMF,2006) 122.
[16]Julia T. Wood, Interpersonal Communication: Everyday Encounters (USA: Wadsworth, 2007) 9.
[17]Peg Pickering, How to Manage Conflict (Jakarta: Erlangga, 2002) 62.
[18] Ibid. Tim Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling, Provinsi Jakarta, Pelayanan Konseling Pada Satuan Pendidikan Menengah (Jakarta: Grasindo, tanpa tahun) 81
[19]Ibid, Peg Pickering, How to Manage Conflict (Jakarta: Erlangga, 2002) 64

[20]Terrence W. Smith, Communicating Like Jesus (Summerfille: Holy Fire Publishing,2007) 14. 

1 Response to "“HERMENEUTIK SUATU KEBUTUHAN DALAM PELAYANAN FIRMAN”"

  1. Terima kasih atas pengetahuan yang dibagikan menjadi tambahan referensi dalam pelayanan..

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel