KESELAMATAN PASTI TIDAK AKAN HILANG?



         Secara mendasar bahwa keselamatan itu adalah karya terbesar dari Allah di dalam, Tuhan Yesus Kristus. Melalui ketaatan-Nya yang mutlak kepada Bapa dan melalui penderitaan, kematian dan kebangkitanNya, Tuhan kita Yesus Kristus menghasilkan bagi kita keselamatan dari dosa dan dari semua akibat dosa kita itu.

[1] Himne klasik karya Jhon Newton “sangat besar anugerah-Nya” (Amazing Grace) merupakan salah satu lagu yang digemari dunia.[2] Keselamatan yang sering didiskusikan oleh orang-orang percaya yaitu di dalam Tuhan Yesus Kristus menjadi pergumulan teologis setiap orang yang mengenal jalan keselamatan di dalam Yesus. Studi mengenai penerapan karya penebusan dalam diri umat Allah ini di sebut soteriologi, yang berasal dari dua kata Yunani, soteria dan logos, yang berarti “doktrin keselamatan”.[3]

            Karena itu orang Kristen mengklaim bahwa Yesus Kristus sebagai Tuhan dan penyelamat satu-satunya, bersifat mutlak, unik, normatif, ekslusif.[4] Di dalam tindakan-Nya yang secara legal menyelamatkan orang percaya merupakan inisiatif Allah sendiri. Namun di dalam hasil keselamatan yang sudah Tuhan kerjakan, seringkali masih menjadi bahan diskusi apakah benar keselamatan di dalamYesus itu kekal dan pasti, bahkan tidak bisa hilang?
            Kepastian merupakan realisasi bahwa orang percaya memiliki hidup yang kekal.[5] Di dalam keselamatan yang Allah kerjakan ada unsur kepastian. Tidak adanya kepastian seringkali mengakibatkan kehidupan seseorang mengalami suatu trauma yang semestinya tidak perlu terjadi namun sangat mengerikan.[6] Akan menimbulkan kesan yang mungkin meragukan keselamatan, jika sepertinya tidak ada jaminan keselamatan yang pasti. Soteriologi berkaitan dengan pelimpahan berkat keselamatan kepada orang berdosa dan pembaruan yang dialaminya berkenaan dengan kehendak ilahi agar mereka dapat menikmati hidup dalam persekutuan yang intim dengan Allah.[7]
Kaum Arminian berpendapat bahwa, orang percaya dapat berpaling dari anugerah dan kehilangan keselamatannya.[8] Kaum Arminian percaya bahwa penebusan Kristus hanya menghasilkan kemungkianan keselamatan.[9]  Ternyata diskusi mengenai soteriologi khususnya masalah kepastian keselamatan di dalam Yesus, para teolog, memunyai pandangan yang berbeda-beda mengenai jaminan keselamatan yang sebenarnya.
            Topik ini, memang bukan diskusi yang baru lagi yang perlu ditutup-tutupi, melainkan karena lahirnya teolog pada generasi berikutnya, tidak harus menutup mata dan telinga serta melimitasi dirinya, untuk stagnan dalam memberikan interpretasi sesuai dengan kebenaran kitab suci yang ada yaitu Alkitab. Penekanan masing-masing pendapat tidaklah sama, sehingga melahirkan pandangan yang cukup bervariasi. Kepastian merupakan realisasi bahwa orang percaya memiliki hidup yang kekal. Memang salah satu dampak ini akan menimpa kehidupan orang yang tidak memiliki interpretasi mengenai kepastian keselamatan di dalam Yesus, yaitu skeptik dan kurang yakin.
            Jikalau orang tidak memercayai jaminan bagi orang percaya, maka sudah pasti ia tidak memiliki kepastian lebih dari satu kali selama hidupnya. Gereja Katolik mengajarkan bahwa orang percaya tidak dapat yakin tentang keselamatan mereka, kecuali dalam hal-hal yang jarang sekali di mana jaminan diberikan melalui wahyu khusus.[10] Jikalau orang tidak memercayai jaminan bagi orang percaya, maka sudah pasti ia tidak memiliki kepastian lebih dari satu kali selama hidupnya.[11] 
            Kaum Arminian berkata setiap orang Kristen siapapun dia, jika dia tidak berbuah atau duniawi telah kehilangan keselamatan.[12] Mereka mendasarkan bahwa tanda orang Kristen yang sudah kehilangan keselamatan ialah, jika orang tersebut sudah memiliki sikap hidup duniawi dan tidak menghasilkan buah.


Pengertian Umum Jaminan Keselamatan
Jaminan keselamatan adalah aspek yang sangat esensial, yang memberi konfidensi positif terhadap karya Allah dalam Kristus. Jaminan kekal merupakan karya Allah yang menjamin bahwa karunia keselamatan, apabila telah diterima adalah untuk selama-lamanya dan tidak bisa hilang.[22] Konsep tentang jaminan kekal menekankan aktivitas Allah dalam menjamin pemilikan secara kekal akan karunia hidup hidup kekal.
Pada dasarnya jaminan didasarkan atas kasih karunia Allah dan fakta bahwa kehidupan kekal adalah satu pemberian Allah yang bersifat abadi. Hidup atau kehidupan seringkali dihubungkan dengan keberuntungan, kesejahteraan dan kemakmuran, seperti apa yang dikatakan oleh Musa kepada bangsa Israel”.....supaya engkau hidup dan bertumbuh banyak dan  diberkati oleh Tuhan, Allahmu....” (Ul. 30:16).[23] Kehidupan juga berhubungan dengan sukacita dan kenikmatan ,dalam artinya kebahagiaan hidup jasmaniah.[24]
Our assurance of salvation depends upon eternal security, if salvation is based upon anything other than the completed work of Jesus Christ on the cross, then  we findourselves on shaky groundsome believer attempt to involve themselves in the salvation process by good works or right behavior; such people are prone to doubt about eternity because they fell they they  must earn God’s goodwill amd heaven.[25]

Charles, F Stanley berkata, jaminan keselamatan kita tergantung pada jaminan kekal, jikalau keselamatan didasarkan pada sesuatu yang lain dari pekerjaan yang diselesaikan Yesus Kristus di kayu salib, maka kita menemukan diri kita, atas dasar yang rapuh, beberapa orang percaya berupaya untuk melibatkan diri dalam proses keselamatan, karena perbuatan baik atau perilaku yang benar, orang-orang tersebut cenderung meragukan kekekalan karena mereka terjatuh mereka mereka harus mendapatkan niat baik Allah dan surga.
 Kekuatan iman Kristen bukan terletak, atas apa yang mereka lihat pada Allah, penyataan-Nya, kasih-Nya, dan semua pekerjaan-Nya, melainkan iman orang-orang percaya bergantung kepada apa yang Allah sudah lakukan. Janji Tuhan adalah ya dan amin. The word of God becomes the most basic and important basis for our assurance of salvation. man’s word fails; God’s word never fails.[26]
Firman Allah menjadi yang paling mendasar dan penting untuk jaminan keselamatan kitaKata-kata manusia bisa gagalfirman Tuhan tidak pernah gagal. Allah memiliki konsistensi dalam bertindak, sekali Dia berfirman, maka tidak akan ada yang menghalangi diwujudkan-Nya hal itu dalam kehidupan manusia. Sebuah barang elektronik yang dijual, misalkan Handphone memiliki garansi 3 tahun. Hal itu mengindikasikan, perusahaan pembuat Handphone tersebut menjamin kualitas dari barang tersebut.
Bagaimanpun juga keselamatan seluruhnya merupakan hasil dari anugerah melalui iman di dalam Yesus Kristus sebagai Tuhan dam Juruselamat. [27] Allah adalah sumber keselamatan orang Kristen (Yoh. 3:16), tentunya Allahlah yang menjamin kualitas keselamatan itu, yakni jaminan keselamatan. Gagasan bahwa umat Allah, akan tinggal bersama Dia dalam suatu kehidupan yang tidak pernah berakhir, berkembang di kalangan orang Yahudi pada periode antara kedua Perjanjian.[28] Orang menjadi berpikir tentang zaman yang akan datang yang berbeda dengan zaman yang sekarang ini, dan “hidup yang kekal” adalah kehidupan yang berlangsung pada zaman yang akan datang, kehidupan yang akan dialami sesudah kebangkitan.[29]
Whenever a Christian doubts or question his salvation, he is in effect rejecting the word of God, this is why it is important to be sure salvation is based upon God’s word, when one’s basis of salvation is found in the Scriptures, human circumtances will not affect that salvation (Setiap kali seorang Kristen meragukan atau mempertanyakan keselamatannya, ia menolak firman Allahitulah sebabnya adalah mengapa penting untuk memastikan keselamatan adalah berdasarkan firman Allahketika dasar seseorang keselamatan ditemukan dalam kitab suci, keadaan manusia tidak akan memengaruhi keselamatannya).[30]
Pentingnya jaminan keselamatan, memainkan peranan penting dalam iman dan juga pertumbuhan rohani orang tersebut. Berjalan di dalam kepastian dan jaminan keselamatan, orang percaya memiliki konfidensi iman yang kokoh Tidak ada satu ayat pun di mana pun di Alkitab yang menunjukkan keselamatan kita berlangsung hanya untuk suatu waktu.[31]  Terminologi keselamatan di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, ialah sama, yakni bahwa semua manusia dibenarkan hanya melalui iman. Bukti ini merupakan alasan yang hakiki, di mana setiap orang mewarisi keselamatan dari Allah, ketika mereka percaya. 
Pengenalan manusia akan Allah berarti tanggapan, ketaatan, persekutuan, hubungan-Nya yang dalam Perjanjian Lama lebih menonjol absensinya daripada adanya (Hak. 2:10; Yer. 10:5; Yes.45:4,5,20; Hos. 5:4).[32]

Terminologi jaminan keselamatan
Asumsi terhadap frase: pertama, “memberikan hidup kekal”, kedua “pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya”,  dan yang ketiga “seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku”. Berdasarkan asumsi inilah didapatkan sebuah kalimat, yang dapat mewakili seluruh frasa yang diasumsikan di atas. Sebuah kalimat tersebut ialah “jaminan keselamatan”. 

Pengenalan Terhadap Kitab
Sungguh merupakan karya tulis yang sangat mengagungkan bahwa Injil Yohanes memberi warna yang menarik dan menonjolkan sangat banyak keilahian Yesus Kristus. Jika saja di dalam Injil Sinoptik yakni Matius, Markus, dan Lukas, sangat menyoroti kehidupan alamiah dari kemanusiaannya dan hubungannya dengan kedua orang tuanya. Sedikit berbeda dengan Injil Yohanes bahwa keberadaanYesus tidak didasarkan dari urutan kronologi, tetapi menegaskan bahwa keberadaan Yesus yang sudah eksis, sebelum dunia dijadikan. Istilah pada mulanya yaitu  en arche en ho logos, merupakan istilah yang mendeskripsikan bahwa tidak ada waktu tertentu, kapan munculnya pribadi dari sang Juruselamat ini.
Artikel di dalam bahasa Yunani menunjukkan kata benda tertentu (defenite article) di mana benda yang ditunjuk, sudah dikenal atau sudah diketahui keberadaannya. Misalnya dalam bahasa inggris kata ‘the dengan contoh ‘the man’ maka laki-laki yang disebutkan sudah tertentu. Maka kata pada mulanya tidak memberi informasi mengenai waktu yang jelas.
Maka penulis dari Injil ini benar-benar menekankan keilahianNya.  Disaat yang bersamaan juga, penulis dari Injil ini tidak sedang mengabaikan kemanusiaanNya.  Penekanan akan keilahianNya, tidak ada dalam jangkauan manusia pada umumnya. Banyak ahli berkata, bahwa penulis Injil ini menampilkan dan mendemonstrasikan Yesus sebagai Anak Allah yang berkuasa. Dapatlah dikatakan Injil Yohanes merupakan bagian dari kelengkapan dari pribadi Yesus dan Injil Sinoptik Matius, Markus dan Lukas. Semua Injil bermuara kepada satu tujuan yaitu memperkenalkan bahwa Yesus adalah utusan Allah dan Juruselamat yang dijanjikan di dalam Perjanjian Lama.

Latar Belakang Penulisan
Juga mulai diakui bahwa Injil Yohanes sebagian besar memunyai latar belakang Yahudi, dan bukan melulu Yunani.[33]  Tradisi kuno menempatkan asal kitab Injil ini di Efesus, sebab itu wajar bila para ahli berusaha mencari suatu latar belakang Helenis, terutama mengingat prakata kitab Injil tersebut yang menjelaskan peristiwa inkarnasi firman atau logos (Yohanes 1:1-18). Hasil kumulatif dari semua penelitian ini adalah Injil Yohanes diakui kembali sebagai suatu sumber  yang layak dipercaya tentang kehidupan dan pengajaran Yesus. [34]  menurut tradisi gereja yang ditetapkan sejak permulaan abad kedua, Injil yang keempat ini ditulis oleh rasul Yohanes, anak Zebedeus dan saudara Yakobus.[35]

Penulis
Injil Yohanes sama sekali berbeda dengan ketiga Injil lainnya, injil ini ditulis paling akhir  barangkali sekitar tahun 90SM.[36] Ia salah seorang dari kedua belas murid, dan salah seorang yang paling dekat dengan Tuhan Yesus dan juga dengan Petrus.[37] Sama persis dengan namanya yakni Yohanes sebagai nama dari Injil ini. Unsur-unsur lain lagi, yang secara umum menyifatkan keadaan pengarang, ialah: kerterangan-keterangan singkat yang memperlihatkan bahwa ia adalah seorang yang berasal dari tanah Yahudi; ia mengetahui keadaan ilmu bumi setempat (1:28; 3:23; 5:2; 11:54; 19:13,) adat-istiadat Yahudi (2:6; 10; 7:37; 10:22; 18:28; 19:31), sering juga menggunakan Perjanjian Lama (Yoh. 1:23; 2:17; 6:31, 45; 7:38, 42; 8:17; 10:34; 12:38; 15:25; 19:24, 28, 36,dyb.).[38] Penulis  (yang mungkin menggunakan seorang sekretaris, seperti halnya Paulus) mengacu pada dirinya sendiri sebagai “murid yangdikasihiYesus (21:20,24)”[39]
Nama John atau Yohanan berarti "kasih karunia, pemberian atau belas kasihan dari Tuhan" Dia adalah salah satu yang paling dikenal murid disebut "murid terkasih" atau murid "yang dikasihi Yesus" (13:23; 19:26; 20:02; 20:02; 21:7,20). [40]
Ada tradisi yang kuat, didukung oleh bukti dari sumber-sumber purba, yang menyatakan bahwa penulisnya adalah rasul Yohanes.[41] Tampaknya penulis dari Injil ini mengetahui budaya Yahudi. Penulis Injil Yohanes menunjukkan pengetahuan yang akurat dan mendetail tentang kehidupan orang Yahudi sebelum jatuhnya Yerusalem. Ia mengenali detail-detail Yahudi, seperti di catat di 2:6 (adat pembasuhan); 7:37; 8:12 (ritual pada hari raya pondok daun), dan 18:28; 19:31-42 (aturan tentang rupa-rupa kenajisan yang berkenaan dengan hari raya paskah).[42] Menurut pendapat tradisional semua tulisan itu berasal dari satu pengarang, dan pengarang itu adalah rasul Yohanes.[43]
Unsur-unsur lain lagi, yang secara umum menyiratkan keadaaan pengarang, ialah: keterangan-keterangan singkat yang memperlihatkan bahwa dia adalah seorang yang berasal dari tanah Yahudi; ia mengetahui keadaan ilmu bumi setempat (1:28; 3:23; 5:2; 11:54; 19:13), adat-istiadat Yahudi (2:6, 10; 7:37; 10:22; 18:28; 19:31), sering juga menggunakan Perjanjian Lama (Yoh. 1:23; 2:17; 6:31,45; 7:38, 42; 8:17; 10:34; 12:38; 15:25; 19:24, 28, 36,dyb.).[44]  Injil keempat telah ditetapkan sejak abad kedua 'menurut Jhon', dan ini telah diambil untuk menyiratkan dalam tradisi Kristen bahwa otoritas mewujudkan kesaksiannya dengan kehidupan dan pengajaran Yesus).[45]

Tahun dan Tempat Penulisan
Menurut tradisi Kristen, Yohanes menghabiskan tahun-tahun yag kemudian dari hidupnya di Efesus, di mana dia menyelenggarakan pelayanan pemberitaan Injil dan mengajar, dan juga menulis.[46] Pertikaian secara terbuka dengan para pemimpin tempat-tempat ibadah/sinagoge, bagi orang Kristen merupakan ciri kehidupan Efesus (lihat Kis. 19:23-41; Why. 1:9-11), dan Injil itu menunjukkan bahwa pengucilan atau ekskomunikasi merupakan respons yang begitu biasa dari orang Yahudi terhadap orang Kristen, sehingga diproyeksi! Sikap menerima hidup di luar Yudaisme yang sudah mapan itu dan acuan pada sinagoge sebagai lembaga yang jelas-jelas tersendiri menunjukkan bahwa Injil ini disusun menjelang akhir abad pertama.[47]
 Orang-orang lain memperkirakan Yohanes menulis ini pada akhir abad pertama, tahun 85M atau lebih, untuk mendukung Injil-injil yang lain.[48] Ada bukti yang lain juga, bahwa beberapa orang Kristen pada abad kedua berkata, sesungguhnya inilah yang terjadi, yaitu penatua Yohanes menulis di Efesus, kota tepi pantai di sebelah barat Turki.[49] Penanggalan dari Injil Yohanes adalah setelah injil Sinoptik tetapi tidak lebih dari tahun 85 atau 90 SM. [50]
Injil yang ia tulis ini tampaknya menujukkan pengenalan akan tradisi Sinoptis dan karena itu harus diletakkan pada akhir rangkaian Injil ini, mungkin sekitar tahun 80 dan 90 M.[51] Tidak diketahui dengan pasti kapan Yohanes menulis Injil itu, tetapi diduga antara tahun 80 dan 90. Ada perbedaan tahun penulisan dari Injil Yohanes namun hal itu tidak membuktikan bahwa penulisnya adalah orang lain. William Barclay setuju bahwa Injil Yohanes ditulis di kota Efesus kira-kira pada tahun 100 Masehi, pada waktu itu ada dua pokok yang muncul di dalam situasi kehidupan Gereja Kristen mula-mula.[52]

Tujuan Penulisan
Dengan jelas Yohanes menyatakan tujuannya menuliskan buku ini (20:3031) dengan menekankan tiga kata penting: tanda, percaya, dan hidup.[53] Untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah, dan bahwa mereka dengan percaya pada-Nya orang bisa memiliki hidup yang kekal melalui nama-Nya (20:31). [54]  Pokok utama yang ditekankan oleh Yohanes adalah tabiat ilahi (keilahian) Yesus.[55] Maksud injil ini ditulis adalah untuk melawan Gnostikisme dengan mempertahankan suatu keyakinan (apologetik). Yohanes menyatakan tujuan untuk tulisannya dalam 20:31, yaitu "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya."
Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya", yaitu aorist subjunctive ("sehingga kamu dapat mulai memercayai") dan present subjunctive (“sehingga kamu dapat terus percaya”). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bd. 17:3).
Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi dari injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama. Injil ini juga ditujukan bagi mereka yang memiliki minat terhadap filsafat. Kisah-kisah yang terkandung dalam Injil Yohanes juga sengaja ditulis untuk melengkapi berita tentang kehidupan dan pekerjaan Yesus, yang sudah ada pada masa itu dan yang sudah dinyatakan secara tertulis di dalam Injil-injil Sinoptis.
Sekelempok pendapat yang kuat menganggap bahwa Injil Yohanes merupakan penyajian tentang Kekristenan dalam bentuk yang dapat diterima oleh orang Yunani.[56]  Untuk mengemukakan kemesiasan dan keilahian Yesus oleh bukti yang tak terbantahkan dari tanda-tanda ajaib-Nya, dalam rangka saling melahirkan iman dalam hati laki-laki bahwa mereka dapat menerima hidup yang kekal. [57]


                                                        
Penerima Surat
Dua kali Yohanes menyinggung para pembaca secara langsung, yaitu melalui kalimat: “supaya kamu percaya” (19:35,20:3).[58] Seluruh persoalan Helenisme dan problem kepenulisan Injil Yohanes bergantung pada sejauh mana konsep pemikiran utama Injil ini dianggap berasal dari Yesus dan bukannya tafsiran si penulis.[59] Yang jelas ialah para pembaca bukanlah orang Yahudi asli.[60]

Keunikan Injil Yohanes
Sekalipun bahasa dan susunannya sederhana, kitab ini merupakan suatu paparan yang mendalam mengenai diri Kristus di dalam latar belakang sejarah.[61]  Memang setiap orang, akan melihat perbedaan yang cukup signifikan akan Injil Yohanes dari segi isi. Bila kita bandingkan dengan Injil Sinoptik, bahwa salah satu  keunikan Injil Yohanes yaitu pada pembukaan surat, yang tidak biasanya.
Jika Injil Sinoptik memulai dengan introduksi seputar hidup Yesus, yaitu kelahiran atau silsilah keturunan, yang sarat dengan nama-nama. Injil Yohanes secara khusus pada pasal pertama ayat yang pertama berbunyi “pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” tidak ada unsur penyebutan nama-nama sejumlah nenek moyang Yesus, namun yang ada kata-kata “pada mulanya. Dan telah kita lihat pula bahwa perbedaan-perbedaan itu ada bukan karena penulis Yohanes kurang pengetahuannya dibandingkan dengan para penulis kitab-kitab Injil yang lain.[62]

Struktur Injil Yohanes
I.                   Prolog       1:1-18
A.    Pra-eksistensi Logos 1:1,2
B.     Logos Kosmis 1:3-5
C.     Logos yang berinkasnasi 1:6-18
II.                Pelayanan Kristus di dunia        1:19-12:50
A.    Kesaksian Yohanes Pembaptis 1:19-36kun
B.     Pengumpulan Para Murid 1:37-51
C.     Perkawinan di Kana 2:1-11
D.    Kunjungan Pertama ke Yerusalem dan Yudea 2:12-36
1.      Pembersihan Bait Suci 1:12-22
2.      Tanda-tanda 2:23-25
3.      Kisah Nikodemus 3:1-15
4.      Persoalan-persoalan Intern Dalam Berita Injil 3:16-21
5.      Kesaksian Selanjutnya dari Yohanes Pembaptis 3:22-30
6.      Bukti Kebenaran Kristus3:31-36
E.     Misi ke Samaria 4:1-42
F.      Penyembuhan Ana Pegawai Istana 4:43-54
G.    Penyembuhan Orang Lumpuh di Yerusalem 5:1-16
H.    Pembelaan Diri Yesus 5:17-47
I.       Pemberian Makan Lima Ribu Orang dan Khotbah Tentang Roti Hidup 6:1-71
J.       Yesus pada Perayaan Pondok Daun 7:1-53
K.    Wanita yang Ketahuan Berbuat Zinah 8:1-11
L.     Penyingkapan Diri Yesus 8:12-59
M.   Pemulihan Orang yang Lahir Buta 9:1-41
N.    Kristus, Gembala yang Baik 10:1-42
O.    Pembangkitan Lazarus 11:1-57
P.      Yesus di Betania dan Yerusalem 12:1-50
III.             Pelayanan Kritus kepada Murid-murid-Nya 13:1-17:26
A.    Pencucian Kaki 13:1-17
B.     Pemberitahuan Tentang Pengkhianatan 13:18-30
C.     Percakapan di Ruang Atas 13:31-16:33
D.    Doa Agung 17:1-26
IV.             Rangkaian Penderitaan dan Kemuliaan-Nya 18:1-20:31
A.    Pengkhianatan 18:1-14
B.     Yesus di Depan Pengadilan Yahudi 18:15-27
C.     Ujian di Hadapan Pilatus 18:28-19:16
D.    Penyaliban dan Penguburan 19:17-42
E.     Penampakan-penampakan Sesudah Kebangkitan 20:1-19
F.      Maksud Penulisan Injil Ini 20:30-31
V.                Epilog 21:1-25.[63]

Telaah Mendalam Terhadap Nats Terkait
Diperlukan suatu telaah atau penyelidikan serta kajian yang mendalam di dalam melakukan studi teks yang akan diobservasi, di mana melalui metode semacam ini diharapakan menemukan suatu jawaban yang memuaskan terhadap nats terkait yaitu dalam Yohanes 10:28 “Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka, dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu” bahwa dengan adanya suatu telaah yang baik terhadap teks terkait, maka akan menemukan sejumlah informasi yang akurat dan objektif.

                                                       Pendekatan Eksegesis
            Kata eksegesis atau exegeomai berasal dari dua kata Yunani yaitu ex ‘to explain’  (menjelaskan) dan ‘hegeomai’ yaitu to lead (memimpin) atau to guide (membimbing), jadi eksegesis itu sendiri berarti  eksposisi atau interpretasi dari setiap produksi sastra, tetapi lebih khususnya eksposisi atau interpretasi Alkitab, juga prinsip-prinsip seni interpretasi suci, tafsirnya; hermeneutik.[64]
Pendekatan eksegesis diterapkan agar tercapai suatu hasil yang memadai terhadap makna di dalam teks terkait. Kunci untuk melakukan eksegesis yang baik adalah kemampuan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat mengenai teks itu supaya mendapatkan pengertian yang dimaksudkan penulis teks itu. [65] Gordon D Fee menekankan supaya terungkapnya maksud penulis dari sebuah teks maka pendekatan dengan metode ini, sebenarnya harus menjadi sorotan utama oleh mereka yang terjun di dalam dunia Teologi, yaitu yang sarat dengan persoalan teks dan konteks Alkitab yang sedang dibicarakan.
Idealnya Alkitab sepatutnya dipelajari, bukan hanya sebatas membaca dan merenungkan, namun dalam dunia teologi atau akademis hal itu sudah lazim dan selayaknyalah diterapkan. Dalam eksegesis khususnya adalah penting untuk mengingat fungsi kata dalam suatu konteks. Oleh karena itu, walaupun ada ragam kata yang memiliki rentang arti yang dangkal atau luas, tujuan pembelajaran dalam eksegesis adalah mencoba memahami setepat mungkin apa yang penulis sedang coba sampaikan lewat penggunaan kata tertentu dalam konteksnya.[66]
Eksegesis dalam bahasa Yunani ialah ilmu dari penafsiran. Kata ini dibentuk dengan menambahkan ‘athe’ tindakakn akhir (sis) kepada kata kerja gabungan, kata dasarnya yaitu ex dan egeomai ‘saya memimpin ke luar’. Maka  eksegesis adalah memimpin keluar akan pikiran-pikiran yang penulis miliki sebagaimana dia tuliskan dokumen yang diberikan.[67]
Alasan yang lain ialah, karena Alkitab tidak terlepas dengan teks-teks  yang sulit, yang perlu untuk ditelusuri lebih jauh. Maka langkah atau metode dengan pendekatan ekesegesis ini merupakan representasi dari langkah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada di dalam seputar teks Alkitab.  Injil Yohanes memang berbeda dengan dengan Injil yang lain (Injil Sinoptik) dari sudut sastranya, sehingga mau tidak mau diharuskan untuk menyerap data-data sebanyak mungkin.

Identifikasi/survei Terhadap Teks
Suatu teks Alkitab tidak terlepas dengan konteks yang ada maka survei atau identifikasi terhadap teks ini bertujuan untuk menghasilkan identifikasi teks dengan metode induktif. Metode induktif adalah metode yang paling efektif digunakan untuk menyelidiki sebuah buku (kitab), sebuah pasal atau alinea pendek dalam Alkitab.[68] Metode induktif dapat didefinisikan sebagai suatu proses pemikiran dari fakta-fakta sampai kepada suatu kesimpulan.[69]
Fakta yang dimaksud jika diterapkan terhadap teks, maka Injil Yohanes seperti yang sudah dijelaskan di bab pertama, maka dalam bab ini sehubungan dengan teks Yohanes 10:28 ini maka penulis perlu mengidentifikasi teks di mana teks ini penulis sebut sebagai teks yang dependen, yaitu teks yang dipengaruhi oleh ayat sebelum dan sesudahnya atau bisa saja disebutkan dengan istilah konteks dekat dan konteks jauh. Antara konteks sebelum dan sesudahnya pasti ada hubungan timbal balik (interrelation). Apalagi jumlah ayat dari pasal 10
Injil Yohanes ini berjumlah 42 ayat dengan 3 perikop.[70] Meskipun metode ini menghasilkan suatu hal baru, namun perlu diketahui bahwa perlu kerja keras. Meskipun kita mengakui bahwa pesan sebuah teks tidak disampaikan di dalam dan melalui kata-kata yang terlepas-lepas, tetapi melaui frasa-frasa dan kalimat-kalimat yang disusun dalam unit-unit pengertian, namun kita juga harus menghadapi kata-kata satu persatu dan frasa-frasa.[71]

Penggunaan dalam berbagai terjemahan
Terjemahan-terjemahan yang ada sekarang atau versi-versi Alkitab sangat bervariasi, namun tidak sedang menunjukkan bahwa adanya kesalahan yang berujung fatal atau sangat parah sehingga tidak sah.  Keberagaman versi Alkitab lebih membawa setiap orang kepada kekayaan bahasa, yang akan semakin mengungkapkan kebenaran yang ada. Maka penulis sengaja menyajikan sejumlah terjemahan untuk melihat terjemahan yang ada terkait dengan teks yaitu Yohanes 10:28.
King James Version John 10:28 And I give unto them eternal life; and they shall never perish, neither shall any man pluck them out of my hand.[72] (Aku memberikan kepada mereka hidup kekal; dan mereka tidak akan pernah binasa, maupun siapa saja yang mengambil mereka dar tangan-Ku)
New International Version  John 10:28 I give them eternal life, and they shall never perish; no one can snatch them out of my hand.[73] (Aku memberikan mereka hidup kekal, dan mereka tidak akan pernah binasa, maupun setiap orang akan merampas mereka dari tangan-Ku)
New American Standard John 10:28 and I give eternal life to them, and they shall never perish; and no one shall snatch them out of My hand.[74] (Aku memberi mereka hidup yang kekal, mereka tidak akan pernah hilang dan tak seorang pun akan mencuri mereka dari tanganku )
BGT John 10:28 kavgw. di,dwmi auvtoi/j zwh.n aivw,nion kai. ouv mh. avpo,lwntai eivj to.n aivw/na kai. ouvc a`rpa,sei tij auvta. evk th/j ceiro,j mouÅ (dan Aku sedang memberi mereka hidup kekal dan mereka pasti tidak akan pernah binasa sampai selama-lamanya juga seorang pun tidak akan mengambil mereka dari tangan-Ku)
Bahasa Indonesia Sehari-hari John 10:28 Aku memberi mereka hidup sejati dan kekal, dan untuk selamanya mereka tak akan binasa. Tak seorang pun dapat merampas mereka dari tangan-Ku.
ASV Jhon 10:28 and i give them eternal life; and they shall never perish, neither shall any man pluck them out of my hand. (dan Aku memberi mereka hidup kekal, dan mereka pasti tidak akan binasa, tidak akan ada orang yang memetiknya dari tangan-Ku)
Dari berbagai terjemahan yang dicantumkan di atas, terdapat sejumlah terjemahan dengan pemakaian kata-kata yang berbeda, pada kata-kata tertentu dalam nats terkait diantaranya kata yang diterjemahkan “dan mereka tidak aka binasa” hanya terjemahan New Jerusalem Bible yang memakai kata yang sinonim dengan kata perish (binasa) dengan kata ‘lost’ atau hilang. Terjemahan Baru menyebutkan “tidak seorangpun yang merebut mereka dari tanganKu” ada berbagai variasi kata untuk kata ‘merebut’ yaitu kata snatch, steal, pluck, merampas, yang kalau diartikan memiliki arti yaitu “merampas, mencuri, merenggut” semua kata-kata dalam berbagai terjemahan, yang berkaitan dengan kata arpasei dan mem

Gaya Bahasa/sastra yang dipakai
Hampir semua kesulitan bergulat di dalam menafsirkan kitab Injil-injil dari dua fakta yang jelas; pertama Yesus sendiri tidak menulis sebuah Injil; Injil-injil itu datang dari orang lain, bukanlah dari Dia dan yang kedua ada empat Injil. [75] Gaya bahasa yang dipakai oleh para penulis Alkitab tidak sama, karena dibedakan oleh berbagai alasan, seperti identitas si penulis Alkitab, kebudayaan yang ada pada waktu itu, tujuan dan pendengar atau penerima surat atau masyarakat yang ada pada waktu itu serta kebudayaan yang berlaku.
Penelitian sastra dalam PB, bukan sekadar mempelajari sumber-sumber atau lapisan-lapisan teks saja tetapi juga menyangkut susunan, gaya bahasa, struktur, nada, kosa kata, gagasan, kaitan teologi dan kekhususan atau ciri-ciri teks dan konteks pendengar atau pembacanya.[76] Gaya bahasa/sastra yang dipakai di dalam setiap Kitab cukup bervariasi. Ketidaksamaan sastra yang dipaki menjadikan kitab-kitab itu saling memiliki keindahan tersendiri, dengan demikina cara pandang dalam melihatnya harus dengan cara yang berbeda pula.



Struktur Kalimat
Di bawah ini adalah diagram bahasa Yunani dari Yohanes 10:27-28 untuk meninjau susunan kalimat kata-demi kata serta fugsi dan  penggunaannya dalam kalimat.

Terjemahan secara literal dari bahasa Yunani Yohanes 10:28 yaitu
“dan Saya sendiri sedang memberikan hidup yang kekal kepada mereka, juga mereka sedang sungguh-sungguh tidak akan binasa sampai selama-lamanya, siapapun tidak dapat merampas mereka sendiri dari tangan-Ku sendiri.”



Di sini disajikan pula struktur kalimat dari teks terjemahan Indonesia Baru sehubungan dengan nats Yohanes 10:28
Dan
 Aku memberikan hidup
 yang kekal kepada mereka
dan
mereka pasti tidak akan binasa
sampai selama-lamanya
dan
seorangpun tidak akan merebut mereka
dari tangan-Ku.

Dengan adanya struktur kalimat yang jelas, maka akan diketahui hubungan sebab akibat dan sebagainya. Jika kita terapkan terhadap teks Yohanes 10:28 “Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka, dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu” struktur kalimat yang ada pada teks ini sebenarnya mengikuti pola kalimat dalam bahasa Indonesia pada umumnya yaitu SPOK (subjek, predikat objek dan keterangan) di mana kata “aku” posisinya sebagai subjek dari kalimat tersebut. 
Kata “memberikan” sebagai kata kerja (predikat), serta kata “hidup” sebagai objek dan kata “yang kekal” sebagai kata keterangan waktu. Sedangkan kata pada kalimat selanjutnya merupakan tambahan yaitu bagian dari kata keterangan. Preposisi ‘dan’ menghubungan ayat 28 dengan ayat 27. Kata ganti orang pertama ‘aku’ merupakan subjek dari  kata kerja “memberikan dan merebut”.  kata kerja memberikan merupakan sebuah predikat pertama dari subjek. Kata  ‘hidup’ di sini merupakan objek langsung dari tindakan dilakukan oleh subjek. Kata ‘yang kekal’ merupakan, kata sifat yang befungsi sebagai keterangan dari objek langsung.
Kata ’kepada mereka’ merupakan objek tidak langsung, dari tindakan memberikan.  Kata ‘dan’ merupakan preposisi koordinatif yang menghubungkan kalimat sebelumnya dan kalimat sesudahnya. Kata ‘mereka merupakan subjek untuk kalimat utama kedua. Kata ‘pasti tidak akan binasa merupakan predikat bagi subjek. Kata ‘sampai selama-lamanya’ merupakan paduan dari dua kata kata depan ‘sampai dan kata benda ‘selama-lamanya’, jadi kata sampai selama-lamanya merupakan keterangan bagi predikat. Kata ‘dan’ merupakan preposisi koordinatif yang masih berhubungan sejajar dengan kalimat utama satu, dan kalimat utama dua serta kalimat utama ketiga.
 Kata ‘seorangpun’ merupakan kata ganti orang, di mana kata ini menjadi subjek dalam kalimat utama ketiga. Kata ‘merebut’ merupakan kata predikat dari subjek ‘siapapun’. Kata tidak akan’ merupakan partikel ingkar, untuk menjelaskan kata ‘merebut’. kata ‘mereka’ merupakan objek langsung dari predikat. Kata ‘dari tangan-Ku’ merupakan keterangan dari predikat.

Kritik Teks
Pembahasan dengan pendekatan kritik teks perlu dilakukan, karena harus diakui bahwa ada banyak teks-teks yang dipermasalahkan di dalam salinan-salinan naskah.
Kritik teks yang akan diterapkan pada bagian ini berhubungan dengan sejumlah perbedaan teks yang ada, naskah-naskah unsial yang bertanda huruf-huruf berikut, yang dipilih karena amat bernilai dalam penentuan teks, telah dikutip dari terbitan-terbitan Perjanjian Baru Yunani sebelumnya. Naskah-nakskah tersebut sudah diperiksa terutama pada bagian-bagian di mana pada bukti cetaknya terdapat pertentangan atau tidak lengkap.[77]

Sebuah manuskrip uncial lain yang berharga disebut Kodeks Sinaitikus sebab Constantinus von Tischendorf (1815-1874) menemukannya di sebuah biara di kaki gunung Sinai yang tradisional pada tahun 1859.[78] Naskah-naskah salinan tersebut ditemukan kemudian, setelah ratusan tahun pasca penyalinan.
Di bawah ini akan ditampilkan teks-teks yang dipermasalahkan dari naskah Perjanjian Baru terkait dengan Yohanes 10:28.
Studi Aparatus Yohanes 10:28[79]
Yohanes 10:28  kavgw. di,dwmi auvtoi/j zwh.n aivw,nion kai. ouv mh. avpo,lwntai eivj to.n aivw/na kai. ouvc a`rpa,sei tij auvta. evk th/j ceiro,j mouÅ

Bunyi/atau ragam baca

Simbol/ Pemetaan Wilayah


Symbol
nomor
Tempat

Ayat 28
Kago didomi zoēn aionion


did) aut) zw) aiwnion

a
 B  
 L
 M*
 X
01
03
019
021
033
London: Sinaiticus
Roma: Vativcanus
Paris: Regius
Paris
Munich

zw) aiw) did) aut
A
D
 G
 D
 L
 P  
02
05
021
036
037
039
041
London: Alexandrinus
Cambridge
Paris
Leningrad dan Oxford
St. Gall
Oxford
leningrad

apolhtai
01
London: Sinaiticus

ouc arpasei
E

07
021
Basel
Paris ()


Di dalam teks Yohanes 10:28 ini ada teks yang mengalami perbedaan ragam, baca yaitu:
a.       Ragam baca yang ada did) aut) zw) aiwnion, teks Yunani yang ada sekarang (kavgw. di,dwmi auvtoi/j zwh.n aivw,nion)
b.       Ragam baca yang ada zw) aiw) did) aut, teks Yunani yang ada sekarang (kavgw. di,dwmi auvtoi/j zwh.n aivw,nion)
c.       Ragam baca yang ada Apolhtai, teks Yunani yang ada sekarang (avpo,lwntai)
d.      Ragam baca yang ada ouc arpasei, teks Yunani yang ada sekarang (kai. ouvc a`rpa,sei)
demi penyelesaian ragam baca ini,  maka ada pendekatan yang dapat dilakukan seperti:
1.      Kemungkinan terjadinya perubahan yang tidak disengaja: terjadinya salah lihat ketika membuat salinan. Naskah yang jadikan acuan kavgw. di,dwmi auvtoi/j zwh.n aivw,nion
namun saat penyalinan, si penyalin bisa saja kelelahan atau melihat sepintas ada persamaan kata tersebut dengan did) aut) zw) aiwnion.
2.      Si penyalin di dalam proses menyalin dari naskah sumber mungkin mengetahuteksnya, tetapi di dalam penyalinan, mungkin adanya unsur penyingkatan kata, dengan maksud memudahkan untuk mengingat kata, karena dianggap sudah tahu. Dalam hal ini terdapat kesalahan dalam melihat huruf yang terlihat dalam naskah yang dijadikan sumber.
3.      Terjadi salah baca: dalam proses ini terdapat dua orang yang terlibat dalam penyalinan. Orang pertama mendiktekan naskah sumber, sementara yang lain menuliskannya dalam naskah yang baru. Ketika pembaca kurang teliti dalam melihat, akhirnya kesalahan saat membaca otomatis mempengaruhi akurasi penulisannya.

Variasi frasa “Aku akan memberikan hidup yang kekal kepada mereka”

Variasi kata “aku akan memberikan hidup yang kekal kepada mereka” di dalam aparatus, di mana terdapat varian teks yang agak berbeda. Yaitu  did) aut) zw) aiwnion  di mana teks Yunaninya kavgw. di,dwmi auvtoi/j zwh.n aivw,nion  teks yang ada sekarang memakai kata “kagō” yaitu gabungan dari kata ‘kai’ dan ‘ego’ sedangkan di dalam naskah yang terdahulu, yaitu naskah Sinaiticus dan regius tidak ada memakai kata tersebut. “didomi” disingkat menjadi “did” dan ‘autois’ disingkat dengan menjadi ‘aut’ serta kata ‘zoēn’ disingkat menjadi ‘zō’. Serta varian teks  yang hampir sama dengan itu yaitu zw) aiw) did) aut
        Di mana kata ’zoēn’ disingkat dengan kata ‘zō” dan kata ‘aiōniōn’ disingkat dengan kata ‘aiō’ kata ‘didōmi’ dan kata ‘aut’ juga disingkat. Tetapi dengan posisi yang berbeda, kata zw dan aiw) dan  did) serta aut sehingga kata ini jika diterjemahkan menjadi “hidup kekal  Ku berikan sendiri”

Variasi kata “tidak akan binasa”

Variasi kata “tidak akan binasa” di dalam aparatus di mana terdapat varian teks yang agak berbeda, yaitu apolhtai (apolētai) sedangkan di dalam teks Yunani yang sekarang memakai kata kai. ouv mh. avpo,lwntai yang secara literal bisa diterjemahkan menjadi “bahkan tidak akan pernah binasa” sedangkan di dalam teks yang dipermasalahkan memakai kata apolhtai yang mengambil bentuk waktu futur pasif indikatif tunggal dari kata dasar ‘luō’ melepaskan atau membinasakan. Futur pasif indikaitif dibentuk dengan dasar pangkal “aorist pasif” jadi kata apolhtai  berarti tidak akan dibinasakan, dalam bentuk tunggal orang kedua.

Variasi kata “merebut”
Variasi kata kata “merebut” di dalam aparatus yaitu teks ouc arpasei yang dipermasahkan. Sedangkan di dalam teks Yunani sekarang memakai kai. ouvc a`rpa,sei tidak adanya kata kai di dalam aparatus sehingga artinya hanya mengalami sedikit saja perubahan yaitu dari kata tidak akan sedang membinasakan (ouvc a`rpa,sei/ouk harpasei) menjadi kata kai. ouvc a`rpa,sei (kai ouk harpasei) yang memiliki arti yaitu “juga tidak akan sedang merebut”

Analisa terhadap kata-kata kunci

Upaya analisa terhadap kata-kata kunci memiliki signifikansi bagi eksplorasi makna yang terkandung di dalamnya. Ada sejumlah kata-kata yang dianggap penting, di antaranya, kata-kata kerja, kata-kata benda dan kata keterangan lainnya. Analisa dengan kata bendanya memiliki arti uraian, pemeriksaan yang teliti atau saksama, sedangkan kata kerjanya berarti menguraikan atau menganalisa, menguraikan kalimat, meneliti; mempelajari.[80] Kata-kata kunci yang dianalisa tersebut, juga dilihat dari segi infleksinya. Infleksi adalah perubahan-perubahan yang dialami bentuk kata-kata untuk menyatakan perbedaan seperti kasus, jenis, jumlah, kala, diatesis, modus, atau orang.[81]
                                                       
                                                        Memberikan

Kata kerja bukan hanya membuat penekanan mengenai subjek (modus); tetapi menggambarkan, bagaimana tindakan berhubungan kepada subjek, menceritakan tindakan macam apa (waktu) tetapi hal itu juga menceritakan pribadi (oknum) dan jumlah dari subjek). [82]
Kata yang dipakai di dalam teks Yunani yaitu  (didomi) di,dwmi. Kata ini merupakan kata kerja indikatif aktif orang pertama tunggal, dari akar kata, di,dwmi  yang memunyai arti “aku sedang memberikan” kala yang dipakai adalah kala kini. Kala kini menjelaskan tindakan yang tengah berlangsung pada waktu kini.[83] modus yang dipakai yaitu modus indikatif. Modus indikatif menyuguhkan tindakan sebagai suatu kepastian.[84] Diatesis adalah unsur kata kerja yang menjelaskan hubungan antara subjek dengan tindakan yang dinyatakan.[85] Diatesis yang dipakai dalam kata kerja ini ialah, diatesis aktif, jadi melihat diatesis yang digunakan, berarti tindakan “memberikan’ tersebut, merupakan tindakan yang sungguh-sungguh dilakukan dengan inisiatif sendiri, tanpa dipengaruhi oleh status objek, latar belakang objek, keadaan objek, ataupun dipengaruhi oleh pihak ketiga lainnya.
Kata di,dwmi seharusnya diterjemahkan sebagai “aku sedang memberikan”. Kala yang dipakai bukanlah futur atau waktu dikemudian hari, melainkan berlangsung pada saat si pembicara sedang mengatakannya dan masih berlangsung, setelah selesai berkata-kata. Kata di,dwmi (didōmi) jika digabungkan dengan kata benda, menunjukkan sebuah tindakan atau sebuah akibat dari dia yang memberikan, di dalam pengertian  yang apa dia disebutkan.[86]

Hidup Kekal

Kata hidup kekal yang dipakai di dalam teks Yohanes 10:28 yaitu zwh.n aivw,nion terdiri dari dua kata yaitu satu kata benda zwh.n yang memiliki akar kata zwh yang artinya life (hidup) dan kata kedua yaitu  aivw,nion (aiōnion) yang memiliki akar kata aivw,nioj (aiōniosialah sebuah kata yang artinya yaitu eternal, everlasting: without beginning (kekal, selama-lamanya, dan tanpa awal) dengan demikian dua  kata yang dikombinasikan antara zwh.n (zoēn) dan aivw,nion (aiōnion) memiliki makna bukan ‘hidup yang kekal’ melainkan “hidup  kekal”  Zoē digunakan tegas dari kepenuhan mutlak kehidupan keduanya sangat penting dan pantas dimiliki Allah dan melalui Dia baik untuk  kesatuan hipostatis logos dan terhadap Kristus  di mana  logos dikenakan kepad natur manusia. [87]
Seluruh Perjanjian Baru aiōnios dapat diterjemahkan yaitu kekal, di dalam Perjanjian Baru bisa diartikan sebagai, kekekalan Allah kerajaan kekal, berkat keselamatan eskatologis dan kondisi yang kekal yang di mana tanpa awal dan akhir.[88]
 Aión  (Greek.) ‘bios’ means ‘course of life’ or neccesities of life maintenance (Mark 12:44; I Tim. 2:2; 1 Yoh. 3:17).[89] Kata kekal atau aiōadalah bagian dari hidup atau keperluan akan pertahanan hidup.
Aion (from ao, aemi, to blow or to breathe) the life that hastes away ini breathing of our breath, life as transitory;then the course of life, time of life and age. Aion always includes a reference to the life, filling time or space of time, hence, the unbounded time past and future in which the life of the world is accomplished.[90] Aion dari kata aoaemi, (mengembus atau menghirup) kata kekal selalu dimaksudkan berkenaan kepada hidup, mengisi waktu atau ruang waktu, sebab itu waktu lampau yang tidak dibatasi. Aion selalu meliputi referensi untuk kehidupan, waktu mengisi atau ruang waktu, maka, masa lalu tak terbatas waktu dan masa depan di mana kehidupan dunia dicapai.
                                                               

Kata pasti tidak akan binasa yaitu  ouv mh. avpo,lwntai (ou mē apōntai) terdiri dari suku tiga kata yaitu ouv, mh. , dan  avpo,lwntai. Kata ouv sendiri memiliki arti ‘tidak’ kata ini adalah kata keterangan (adverb) sedangkan kata artinya not atau lest (tidak) kata ini sebagai partikel. Sedangkan kata avpo,lwntai memakai modus subjungtif, dengan kala  orang ketiga jamak, yang artinya be lost, perish, die, be ruined (hilang, binasa, mati, dan hancur). Akar kata dari kata avpo,lwntai yaitu avpo,llumi yang memiliki arti membinasakan; membunuh; mati; menuju kebinasaan; kehilangan; hilang rusak; terbuang; tersesat;[91]
“Apolummi” to destroy, cause to perish. To be utterly and finally ruined and destroyed, to be lost, brought to nought, put to death. Appolumi memiliki arti “untuk menghancurkan,  menyebabkan binasa. [92] Sama sekali dan akhirnya hancur dan binasa, hilang, terbawa kepada nol, dimatikan.  Dan “mereka tidak akan binasa” (kai ou saya apolōntai) dua kali lipat negatif  aoris kedua tengah (intransitif) subjungtif dari "apolumi" 'untuk menghancurkan’. [93]

Sampai selama-lamanya

Di dalam teks Yunani Perjanjian Baru yang terbit dalam Nestle-Aland Novum Testamentum Graece, edisi ke-27 (NTG) diterjemahkan eivj to.n aivw/na kata ini terdiri dari tiga kata yaitu eivjto.n dan kata aivw/na. Kata eis adalah sebuah kata depan yang memiliki kasus akusatif, dan kata ton adalah sebuah indefinite article (artikel tertentu) yang menunjukkan kata benda tertentu yang sudah diketahui sebelumnya. Sedangkan kata aiona adalah sebuah kata benda akusatif maskulin tunggal, yang artinya  sampai selama-lamanya.[94] Itu disebabkan karena preposisi (kata depan) eis+akusative, memiliki beberapa arti yaitu kepada, ke dalam; sampai (arti waktu; terhadap, mengenai) jadi ketiga kata ini eivj to.n aivw/na boleh didefinisikan berkaitan dengan rentang waktu yaitu menjadi “sampai selama-lamanya”

Seorang pun
Kata “seorang pun” di dalam bahasa Yunani yaitu tij auvta kata ini terdiri dari dua kata yakni tij yang artinya someone, something, a certain one, anything (seseorang, sesuatu, seorang tertentu, siapa saja).[95] Pronoun (kata ganti benda) adalah kata ganti benda, sedangkan indefinite adalah artikel tidak tentu, yaitu lawan dari artikel tentu, di mana fungsi artikel tentu ialah, untuk mencirikan kata benda yang ada, serta memperjelas kata bendanya. Sedangkan kata kedua auvta (auta) yaitu merupakan kata ganti benda personal akusatif neuter jamak dari kata dasar autos.
Jadi indefinite article (kata penunjuk tida tentu) ialah artikel yang tidak memunyai fungsi memperjelas kata benda yang ada, tetapi hanya memberikan nama saja secara umum. Kata seoarangpun (siapapun) merupakan kata ganti benda orang (orang pertama, orang kedua atau orang ketiga) maka nuansa kata ‘seorang pun’ memberi indikasi bahwa, terjadi pembatasan kepada orang lain, siapa pun dia, termasuk diri sendiri.

Tidak akan Merebut
            Kata “tidak akan merebut” ouvc a`rpa,sei(ouk harpasei) kata ini memiliki arti “steal, carry off, drag away, take or snatch away[96] yaitu mencuri, membawa, menarik, mengambil atau merampas dari akar kata (harpaksō)  a`rpa,zw, sedangkan kata ouvc (ouk) yaitu dari akar kata ouv (ou) yang memiliki arti yaitu tidak. merampas artinya “mengambil dengan paksa” menjauhkan diri” (Yoh.6:15; Acts 8:39; Judas 23) [97]
            Tense yang dipakai ialah kata kerja futur, yaitu kata kerja yang menjelaskan suatu tindakan yang terjadi di masa mendatang. Modus yang dipakai ialah indikatif, yaitu menjelaskan realitas tindakan dari sudut pandang pembicara orang ketiga tunggal.  Jadi  ouvc a`rpa,sei (ouk harpasei)  dapat diterjemahkan menjadi “sungguh-sungguh tidak  akan sedang  direbut (dirampas).

Dari TanganKu

Kata “dari tanganKu”  evk th/j ceiro,j mou (ek tēs kheiroskata ini akan dianalisa satu persatu yaitu (ek) evk, kata ini merupakan kata depan (preposisi) di mana preposisi berfungsi sama seperti halnya kata keterangan (adverbia), preposisi fungsinya menjelaskan atau mencirikan tindakan, gerak atau keadaan yang dinyatakan oleh kata kerja.[98] Kata adalah evk (ek) merupakan kata depan (preposisi). Kata depan bertugas mempertegas fungsi kasus.
Kata ceiro,j (kheiros) memakai kasus, genetif feminin orang pertama, th/j (tēsmerupakan artikel tentu, yang memberi penjelasam, terhadap kata benda itu sendiri, sebagai kata yang bendanya sudah diketahui dengan pasti ciri-cirinya, atau paling tidak kata benda tersebut bukanlah kata benda yang disebutkan secara umum, melainkan sudah dikenali dengan baik. Sedangkan kata mou merupakan kata ganti benda genetif tunggal, yang artinya saya, sejajar dengan kata  ego. maka kalimat evk th/j ceiro,j mou (ek tēs kheiros mou) secara penuh dapat diterjemahkan menjadi “dari tangan-Ku sendiri”. 

Analisa Hubungan Gramatika/Sintaksis

Selaras dengan makna istilahnya, sintaksis berurusan dengan masalah pengaturan atau penempatan kata, atau kelompok kata di dalam kalimat. Sebagai bagian dari gramatika, sintaksis adalah ilmu yang mempelajari hubungan antarkata atau antar-kelompok kata (antar frasa) di dalam kalimat (sebagai  satuan dasar sintaksis).[99] Dalam penyelidikan bahasa, pentingnya sintaksis nyata sekali.
Dan memberi kepada mereka hidup kekal, bukan “Aku akan” tetapi “aku memberiakan; ini adalah pemberian waktu sekarang.[100] istilah yang dipakai oleh Yesus ialah istilah  (kini) present.  Yesus tidak sedang berkata, Aku akan memberikan hidup yang kekal, sebaliknya Dia berkata “Aku memberikan (waktu kini/sekarang), di mana yang satunya adalah kata benda dan kata sifat menjadi hidup yang bersifat kekal, sampai selama-lamanya serta tanpa awal. Kata zwh.n ia merupakan kata benda akusatif feminin tunggal, bahwa posisinya dalam kalimat tersebut sebagai objek dan bukan sebagai subjek.
Sedangkan kata aivw,nion (aiōnion) sendiri posisinya sebagai kata sifat normal akusatif feminin, yang menjelaskan kata benda (zōen) zwh.n. Di dalam bahasa Yunani ada dua pemakaian untuk kata hidup yaitu bios dan zoē. Bios merupakan bentuk kehidupan yang dimiliki oleh setiap orang, kehidupan biologis, yang dipertahankan dengan makanan, udara dan air, tetapi pada akhirnya akan berakhir dengan kematian.[101] Bios pada dasarnya berpusat kepada diri-sendiri, sedangkan Zoē bersifat berpusat pada Allah dan pada orang lain.[102]
Kata ‘zoē’ digunakan  dengan tegas oleh keabsolutan (kemutlakan) kepenuhan hidup, baik esensial dan pantas yang dimiliki oleh Allah dan melalui Dia baik terhadap kesatuan hipostatik logos dan terhadap Kristus di dalam Dia logos diletakkan (ditaruh) kepada natur kemanusianNya. Kata zoē ini berhubungan juga dengan kesatuan hipostatis dari Kristus dan istilah logos mana ditambahkan satu sifat lagi yaitu kemanusiaan Yesus. Kata “mereka tidak akan binasa sampai selama-lamanya”. Dan mereka tidak akan binasa, juga siapapun tidak merebut mereka dari tangan-Ku  Ungkapan Yang sangat besar, ditulis dalam bahasa megah, kerajaan, otoritas tertinggi.[103] Kata ini merupakan kalimat penegasan yang penuh kuasa.  
Temuan Tesis Sementara

Berdasarkan hasil eksegesis di atas maka, ditemukan suatu pernyataan yang didukung oleh sejumlah argumen-argumen yang menunjukkan bahwa, keselamatan itu merupakan anugerah yang murni dari Allah, tanpa perlu mempertimbangkan penerima anugerah itu sendiri, dan sifat dari anugerah tersebut adalah kekal atau abadi selama-lamanya.

Pendekatan Penafsiran

Untuk mengidentifikasi sebuah ayat dalam Alkitab, maka istilah penafsiran atau hermeneutik, mendapat tugas bahwa aktivitas ini adalah hal yang normal dan wajar demi, mendapatkan tafsiran yang sedekat mungkin dengan maksud penulis dari sebuah kitab dalam Alkitab. Melalui pendekatan penafsiran terhadap teks Alkitab, maka akan menjembatani kesulitan-kesulitan yang ada dalam sebuah teks. Tidak bisa dipungkiri, seorang penafsir, identik mencari arti sebuah teks, sedekat mungkin dengan apa yang dimaksudkan oleh penulis Alkitab. Adannya latar belakang budaya, bahasa, kultural dan sebagainya, membutuhkan pendekatan-pendekatan penafsiran terhadap teks Alkitab.

Secara literal

Penafsiran secara literal ialah bahwa biasanya penulis menuliskan sebuah kata/frase memakai kata-kata dengan arti yang biasa (normal) arti yang dipakai dalam bahasa sehari-hari pada waktu itu.[104] Literal memiliki arti yaitu normal, penggunaannya sederhana, biasa, fakta harafiah, jelas diungkapkan.[105] Penafsiran secara literal juga memiliki pengertian bahwa penjelasan literal Alkitab berarti menjelaskan arti asli dari Alkitab, menurut penggunaan wajar dan kebiasaan bahasanya. [106]
            Penafsiran Literal yaitu bahwa secara sederhana, yaitu menasirkan Alkitab seperti seorang menafsirkan bentuk sastra yang lain, memberi arti alaminya, normalnya, serta arti biasa.[107] Maka jika diterapkan bentuk penafsiran secara literal, dengan sejumlah pengertian di atas maka, penafsiran literal, tidak mencoba memberikan suatu pengertian sekunder dari sebuah teks. Ayat Alkitab Yohanes 10:28 yang berkata  dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.
            Secara literal ayat ini berkata bahwa Yesus benar-benar bertindak memberi hidup kekal kepada mereka (domba-domba), dan Yesus mengungkapkan bahwa mereka, tidak akan binasa untuk selama-lamanya, serata seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Nya. Ungkapan semacam itu adalah ungkapan yang biasa, normal, serta tidak berusaha berandai-andai. Yesus bukan seoah-olah mau memberikan hidup kekal dan jaminan hidup kekal yaitu (jaminan keselamatan), tetapi sungguh-sungguh, tindakan itu wajar dan tidak memiliki arti kedua (sekunder).
            Yesus tidak berhenti hanya berkata, bahwa Dia hanya memberikan hidup kekal, namun Yesus juga memberi jaminan yang pasti bahwa, Yesus menjamin mereka tidak akan binasa, bukan secara temporal (sementara)  melainkan kata “sampai selama-lamanya” memiliki pengertian bahwa jaminan keselamatan yang Dia berikan, sampai selama-lamamya. Kata sampai selama-lamanya, memiliki makna terus menerus atau setiap waktu, dengan kata lain, tiada waktu untuk keselamatan itu bisa hilang atau sirna, seiring dengan berjalannya waktu. Kata keterangan waktu di sini menunjukkan keadaan setiap saat, yakni tidak akan binasa untuk seterusnya.



Kontekstual

Kontekstual menurut kamus karangan Jhon M Echols diartikan yaitu yang berhubungan dengan konteks, dilihat  dalam hubungan dengan kalimat.[108] Penafsiran kontekstual ialah sebuha kata/kumpulan kata-kata/kalimat atau paragraf tidak bisa berdiri sendiri, arti kata disebut bergantung pada kalimat-kalimat yang ada disekitarnya.[109]

Konteks Dekat

Pasal 10:9-18 berbicara jaminan keselamatan yang dapat dilihat melalui tipologi yang dipakai untuk menjelaskan pribadi Kristus yang menjamin keselamatan itu. Pertama ayat 9 bahwa Yesus mengatkan diri-Nya sebagai pintu frase “barang siapa masuk melalui Aku, ia akan selamat” dalam bahasa Indonesia disebutkan ‘akan’ seolah-olah masih belum pasti diselamatkan, namun dalam bahasa Yunani, kata ‘akan’ diterjemahkan sebagai ‘eiselthe’ merupakan kata kerja subjungtif aorist aktif, yang artinya kata kerja yang akan terjadi, dalam pemahaman yang dikenai tindakan tersebut, tetapi bagi orang yang melakukan tindakan itu (dalam hal ini Yesus) kala atau waktu tindakannya, adalah aorist (waktu lampau). Jadi orang yang akan masuk melalui pintu atau Yesus sendiri, tidak dimaknai ’akan selamat’ tetapi, ia pasti selamat.
Kedua, dalam ayat yang kesepuluh, ada pengontrasan antara pribadi Yesus Kristus dengan para pencuri. Ayat tersebut mengatakn bahwa pencuri hanya datang untuk membunuh dan membinasakan, namun sebaliknya Yesus datang, supaya manusia memunyai hidup.
Dengan demikian, kedatangan Yesus ke dunia bertujuan untuk memberikan hidup kekal. Kata ‘memunyai’ juga merupakan kata kerja subjungtif, yang masih akan terjadi, namun artinya bernada kepastian. Ketiga, ayat 11-15, Yesus digambarkan sebagai gembala yang baik yang dikontraskan dengan  orang-orang upahan yang akan lari, ketika melihat serigala datang, sebaliknya Yesus memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya. Melihat tindakan Yesus ini, tersirat  bahwa Yesus ingin memberikan rasa aman dan jaminan bagi domba-domba-Nya.
 Keempat, ayat 29, jika pada ayat 28, ada frase ‘seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku’. Istilah itu diulangi lagi pada ayar 29, hanya kali ini, ada perbedaan berhubungan dengan pribadi pemberi jaminan, yaitu Bapa sendiri (seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa) dengan demikian, jaminan keselamatan yang terkandung dalam ayat ini, memiliki jaminan keselamatan yang double, artinya jika ada dua pribadi yang memberikan jamininan keselamatan, maka semakin pasti pula keselamatan yang diberikan.
Kelima, ayat 33, Yesus Kristus adalah sama hakikat-Nya dengan Allah. Frase “menyamakan diri-Mu dengan Allah” dan pembenaran Yesus Kristus atas pengakuan orang banyak tersebut, memberikan kepastian, bahwa  jika Yesus adalah Allah, penguasa tertinggi. Maka jaminan yang diberikan oleh Allah, tidak dapat digagalkan oleh siapapun.

Konteks jauh

Konteks jauh dipakai untuk Yohanes 10:28, ialah Yohanes 10:1-8, di mana ayat 1 dan 2, pernyataan Yesus mengenai diri-Nya mengenai hak khusus tentang akses masuk ke kandang domba, bahwa Yesus mengaitkan diri-Nya sebagai pintu ke domba-domba. Domba-domba yang mendengarkan suara dari gembala, mengindikasikan hubungan yang erat dan intim dengan gembala. Adanya batasan tertentu bahwa, seorang gembala masuk melalui pintu. Ayat 3 dan 4, memberikan deskripsi tentang prioritas seorang gembala, yaitu pertama seorang penjaga (watchman) membuka pintu bagi gembala agar supaya pintu dibuka bagi gembala. Kedua, bahwa setiap domba-domba mendengarkan suara gembala serta menuntunya ke luar sesuai dengan nama masing-masing domba-domba tersebut. Ketiga, seorang gembala akan berjalan di depan domba-domba, maka domba-domba mengikutinya disebabkan domba-domba mendengar suara gembala. 
Ayat 5-8, Yesus mendeklarasikan diri-Nya sebagai pintu ke domba-domba itu, dokontraskan dengan pencuri dan perampok, yang sama sekali tidak dikenal oleh domba-domba. Hubungan ini, membuktikan bahwa antara Yesus dengan domba-domba-Nya memunyai hubungan yang dekat, yaitu domba-domba mendengarkan suara-Nya atau lebih spesifik, bahwa domba-domba taat dan menuruti Firman-Nya.

Secara teologis
Pendekatan teologis atau pendekatan intuitif atau disebut juga pendekatan ‘revelasinis’ adalah pendekatan bahwa bahwa hermeneutik adalah ilmu yang mempelajari tentang aturan dan metode penafsiran Alkitab.[110] Pendekatan ini disebut juga dengan’Hermeneutik Tradisional’. Asumsinya adalah bahwa semua kejadian, tempat dan detail dalam Alkitab dipercaya apa adanya; Alkitab adalah pewahyuan (inspiration) , ketidakmungkinan salah (inerrancy), ketidakmungkinan ada kekeliruan (infallibility) dan orakel Tuhan (Orocurality).[111]
Penafsiran secara teologis yaitu menafsirkan sesuai dengan ajaran seluruh Alkitab, dasar pemikirannya adalah Alkitab merupakan suatu kesatuan tidak ada pertentangan dalam Alkitab[112] secara teologis berarti melihat kebenaran secara komprehensif. Sekalipun Alkitab memiliki sejumlah ayat yang seolah-olah bersifat kontradiksi, misalnya bahwa dalam Yakobus disebutkan bahwa iman yang tidak disertai perbuatan adalah iman yang mati, sedangkan di dalam Efesus sangat jelas bahwa rasul Paulus menyebutkan bahwa manusia dibenarkan karena iman.
Sejumlah ayat-ayat yang seoalah-olah kontradiktif, sebenarnya bisa diselesaikan dengan pendekatan-pendekatan yang ada, misalkan dari latar belakang penulis, tujuan penulisan kitab, serta kondisi penerima surat pada waktu itu. Pendeknya secara teologis berartimelihat Alkitab tidak secara terpisah terhadap ayat-ayat yang lain. Melihat Alkitab haruslah secara komprehensif, antara Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama, adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan, dan saling melengkapi, keduanya merupakan firman Allah yang tanpa salah.
Tidak ada ayat yang satu bertentangan dengan ayat  yang lain. Alkitab itu sendiri memiliki harmoni yaitu keserasian, ayat-ayat yang tampaknya berbeda dan cenderung bertentangan, sesungguhnya tidaklah demikian adanya. Perkataan Yesus dalam Yohanes 10:28, sangatlah tepat bahwa Yesus memberikan hidup kekal kepada mereka (domba-dombanya) dan menjamin mereka, bahwa kebinasaan tidak akan pernah menyentuh mereka walau sedetik pun, karena kata-kata ‘sampai-selamanya sinergi dengan hidup kekal, bukan suatu hidup yang akan binasa, melainkan kekal adanya. Selaras dengan apa yang diungkapkan di dalam Yohanes 3:16, bahwa orang percaya memiliki hidup kekal.

Teologia Yohanes keseluruhan

Sumber untuk studi teologi Yohanes adalah injil Yohanes itu sendiri. Teologi Yohanes berpusat pada pribadi Kristus dan wahyu Allah yang diberikan melalui kedatangan Yesus Kristus. Pribadi yang bersama Allah sejak kekekalan sekarang menjadi manusia, dan Yohanes memberitakan kemuliaan-Nya.[113] First the Gospel of John is more theological it focuses on the divine nature of Jesus. Jhon’s purpose was to present Jesus in way that convinced readers of his Deity.[114] Memang dari segi isi, bahwa Injil Yohanes cukup unik dan memiliki penekanan khusus, yakni Injil ini lebih teologis, yang berfokus akan natur keilahian Yesus, bahwa tujuan dariYohanes ingin menampilkan Yesus, dengan cara meyakinkan pembaca tentang keilahian-Nya.
Injil Yohanes menekankan keilahian Yesus Kristus, Anak Allah, tidak ada Injil lain yang melukiskan sifat manusiawi-Nya dengan lebih jelas, juga tidak ada yang menyatakan hak ke-Tuhanan-Nya dengan lebih tegas: Firman it adalah Allah’ (1:1) “Aku dan Bapa adalah satu”; “Sebelum Abraham jad, Aku ada” (8:58); “Barangsiapa telah melihat Aku,ia telah melihat Bapa” (14:9); dan seruan Tomas, “Tuhanku dan Allahku” (20:28).[115] Yohanes ingin pendengarnya mengenal Yesus dari sisi yang berbeda, yakni tidak seperti Injil Sinoptik, penggunaanb Logos menjadi dasar bahwa inti berita Yohanes, ialah bahwa pribadi yang dibicarakannya, tidak berada jauh di sana, melainkan telah diam bersama dengan manusia (Yoh. 1:14).
Yohanes memakai kata-kata berupa penegasan yang bersifat konstruktif, yaitu membangun pengertian, bahwa yang ilahi sudah berada di dunia. Kata penting yang ketiga di dalam Injil ini adalah hidup; dalam gaya bahasa Yohanes ia adalah rangkuman dari segala sesuatu yang dikaruniakan kepada orang percaya melalui penebusan-Nya.[116] Jelas sekali bahwa puncak penulisan rasul Yohanes di dalam Injil yang keempat berpusat kepada Krisus. Yohanes menginginkan pendengarnya supaya percaya kepada Anak Allah yakni Tuhan Yesus Kristus dan mereka sebenarnya akan memiliki hidup kekal dari Firman yang telah berinkarnasi.

                       
Temuan/kesimpulan hasil telaah

Berdasarkan hasil telaah mendalam terhadap Yohanes 10:28, mengenai jaminan keselamatan, maka dihasilkan sejumlah temuan-temuan teologis mengenai jaminan keselamatan.

Yesus adalah sumber dan  inisiator jaminan keselamatan

Berdasarkan hasil eksegesa terhadap Yohanes 10:28, yang setelah melakukan analisa kata, bahwa ungkapan  “Aku memberikan hidup kekal”  di mana subjeknya adalah Yesus sendiri, di mana si subjek melakukan suatu kegiatan (aktivitas) memberi. Kata memberi hidup kekal itu memakai kala kini aktif indikatif, yang berarti, bahwa Yesus dengan sadar dan dengan inisiatif sendiri, memberikan jaminan keselamatan kepada manusia, yang kemudian, dapat disebutkan bahwa, Yesus sebagai sumber jaminan keselamatan.
            Kata “memberikan” merupakan suatu tindakan yang benar-benar terjadi atau merupakan sebuah realitas, yaitu hidup kekal sungguh-sungguh diterima oleh mereka (domba-domba). Objek yang dikenai tindakan ialah “mereka” membuktikan bahwa kata “mereka” merupakan receiver (penerima) dari tindakan Yesus. Tindakan Yesus merupakan bukti bahwa Dia adalah sumber dan inisiator jaminan keselamatan Yesus yang berinisiatif tanpa dipengaruhi objek atau sesuatu di luar diri-Nya, sungguh-sungguh merupakan keputusan sepihak, yaitu Yesus sendiri. Hal ini dibuktikan dengan kata kerja bahasa Yunani di,dwmi.

Manusia sebagai sasaran/objek dari jaminan keselamatan

Berdasarkan hasil analisa terhadap kata mereka yang muncul sebanyak 3 kali, menunjukkan bahwa istilah mereka di dalam ayat 28, menunjukkan bahwa kata “mereka” memiliki arti bahwa manusia itu sebagai sasaran atau objek dari jaminan keselamatan. Kata “mereka” yang pertama dihubungkan dengan tindakan personal Yesus yang memberikan “hidup kekal” yang ditujukan. Kata “mereka” yang kedua dihubungkan dengan pengulangan sekaligus penegasan, yaitu “mereka tidak akan binasa sampai selama-lamanya”. Kata “mereka” yang ketiga, dihubungankan terhadap perlindungan serta kepastian, yakni “dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku”
Jelaslah dari ketiga istilah yang sama, yang dipakai oleh Yesus secara eksplisit, menekankan dan memberi makna, bahwa manusia sebagai sebagai objek yang dikenai tindakan. Dalam pemakaian bahasa indonesia disebutkan bahwa kata “mereka” menjadi “objek penderita” objek yang dikenai tindakan langsung oleh si subjek atau si pembicara. Dalam teks Yohanes 10:28 kata “mereka” dapat diartikan bahwa manusia bukan oknum yang menyelamatkan, juga bukan sebagai sumber keselamatan, melainkan sasaran dari keselamatan yang diberikan oleh Yesus.

Jaminan keselamatan  tanpa limitasi ruang dan waktu

Apa yang Yesus berikan kepada mereka” adalah hidup kekal (zwh.n aivw,nion) bukan hidup  temporal atau hidup yang dialami oleh manusia secara normal. Melainkan kualitas hidup yang diberikan oleh Yesus bersifat kekal, oleh sebab itu istilah yang dipakai untuk jenis hidup ini yaitu zwh.n aivw,nion. Arti normal dari hidup kekal ialah hidup yang tanpa batas, selama-lamanya. Kata aivw,nion memiliki arti eternal, everlasting: without beginning, yakni kekal, selamanya, dan tanpa awal. Memberi gambaran bahwa kualitas hidup itu tidak habis atau termakan oleh waktu.  Kata “pasti tidak akan binasa” memiliki arti, bahwa mereka yang sudah menerima jaminan keselamatan, sungguh-sungguh, tidak akan mengalami kebinasaan sampai akhir dunia ini, bahkan tidak bisa hancur oleh dunia ini. Dunia pada akhirnya akan hancur, tetapi jaminan keselamatan orang-orang percaya benar-benar aman
Kata “selama-lamanya” mengingatkan setiap orang percaya, bahwa keselamatannya dijamin oleh Yesus. Yesus berjanji memberikan jaminan keselamatan, tanpa limitasi ruang dan waktu, di manapun dia, bagaimanapun dia, dia adalah seorang yang memiliki keselamatan yang sudah terjamin dan permanen.  Istilah hidup kekal, sebenarnya sudah mewakili, bahwa jaminan keselamatan yang Yesus berikan, tidak terbatas oleh oleh ruang dan waktu. Deskripsi tambahan, melalui kata “tidak akan binasa”  memberi penekanan dengan ide (gagasan) yang sama yang saling mendukung, yaitu bahwa jaminan keselamatan itu dialami setiap waktu, setiap saat, dan setiap detik.

Jaminan keselamatan bersifat kekal dan tidak bisa hilang

Yesus memberikan jaminan keselamatan, dan sifatnya kekal serta tidak bisa hilang. Ada beberapa bukti yang dapat dilihat dari teks Yohanes 10:28, yaitu pertama, kata “hidup kekal” (zwh.n aivw,nion) nuansa hidup kekal, berarti bahwa hidup itu, bukan hidup seperti yang diistilahkan sebagai bios, yang berkaitan dengan hidup dari makhluk hidup lainnya yang sifatnya sementara, melainkan kata yang dipakai untuk hidup ialah zwh (zoē), yaitu hidup yang bersumber dari Allah yang bersifat kekal.  Kedua, kata “tidak akan binasa” (ouv mh. avpo,lwntai) kata ini memiliki arti yang hampir sama dengan tidak binasa yaitu “tidak akan hilang, mati dan hancur”. Nuansa pemakaian istilah ini dapat diterjemahkan menjadi jaminan keselamatan tidak akan hilang, hancur bahkan tidak akan binasa
Ketiga, kata “sampai selama-lamanya (eivj to.n aivw/na) di mana  nuansa kata ini memiliki arti kekal, dari kata aivw/na.  Bahwa jaminan keselamatan yang Yesus berikan, tidak bersifat sewaktu-waktu, melainkan sampai selama-lamanya Yesus benar-benar menjamin keselamatan seseorang.  Keempat, kata “seorang pun tidak akan merebut” (tij auvta ouvc a`rpa,sei) bahwa siapapun, tidak bisa merebut atau merampas orang percaya dari tangan Yesus (evk th/j ceiro,j)  kata siapapun berarti tidak satu manusia pun yang bisa menghilangkan jaminan keselamatan yang Yesus berikan, termasuk diri sendiri. Jadi jaminan keselamatan yang Yesus ungkapkan yang bernada kepastian itu, bersifat kekal dan tidak bisa hilang, bahkan tidak potensial untuk bisa hilang, oleh apapun, siapapun dan kapanpun. Jaminan keselamatan yang Yesus berikan tetap untuk selama-lamanya permanen dalam setiap orang percaya.
           



gan apa yang ada dalam manusia itu, sehingga manusia berdiri di antara dua sisi. Manusia bisa memilih percaya atau tidak, itu menjadi tanggung jawab pribadi, karena pada kenyatataannya anugerah pendahuluan dilimpahkan serta diimpartasikan kepada semua orang. Jadi jika manusia sampai kepada penolakan terhadap Injil, maka bukanlah anugerah Allah yang kurang efektif dan optimal bekerja di dalam manusia itu, melainkanmanusiatersebut yang salahdalammenggunakan.
Posisi manusia pada akhirnya menjadi oknum yang memegang kunci atau pribadi yang memainkan peranan penting di dalam penerimaan Kristus dan kebenaran-Nya.Sebagai hasil analisa terhadap pandangan Arminian mengenai anugerah pendahuluan, maka telah menimbulkan kebingungan mengenai definisi anugerah pendahuluan. Arminian mengaku bahwa anugerah ini merupakan karya Roh Kudus sejak penciptaan. Sampai di mana anugerah ini bekerja dan akibat-akibatnya, tidak diketahui pasti, sehingga boleh disebut anugerah pendahuluan versi Arminian, perlu dikaji ulang bahkan perlu didefinisikan ulang.
Anugerah ini, mungkin bisa saja disejajarkan sebagai anugerah umum, sebagai bahan acuan yang menjelaskan fungsi dan tujuan. Namun jelaslah bahwa pengertian anugerah pendahuluan menurut Arminian, telah menjadi dasar yang fundamental bagi ajaran dan perkembangan pemikiran-pemikiran mereka. Anugerah pendahuluan ini sangat penting untuk kaum Arminian di dalam menjelaskan pemikiran-pemikiran teologinya, bahkan yang mewarnai keseluruhan doktrin Arminian, karena hal itu memiliki interelasi satu dengan lain.
Berdasarkan tiga pertimbangan di atas, maka, anugerah pendahuluan harus dibatasi pendefinisiannya, supaya tidak dimaksudkan sebagai ajaran yang sangat krusial dan signifikan di dalam Alkitab, serta yang memiliki relasi yang sangat dekat dengan doktrin-doktrin yang lain seperti predestinasi, soteriologi dan terhadap doktrin yang lain. Pendefinisian ulangterhadap anugerah pendahuluan dimaksudkan, supaya pengkajian serta identifikasi teologis secara jelas dapat dijabarkan, sekalipun membutuhkan acuan langsung dengan doktrin utama Alkitab. Pendefinisian ulang serta limitasinya bertujuan supaya tidak menimbulkan disintegrasi terhadap cara berpikir dan cara menuangkan ide serta gagasan-gagasan Alkitab.

Batasan Pengertian Terhadap Respons Iman Manusia

Orang percaya perlu berespons terhadap Injil yang adalah kabar baik, karena itu adalah berita yang sangatpenting. Rasul Paulus di dalam suratnya kepada jemaat di Roma, berkata bahwa Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya, bahwa pada akhirnya disimpulkan orang benar akan hidup oleh iman. Manusia dibenarkan hanya melalui iman. Iman seseorang yang bekerja melalui tindakannya yang percaya kepada berita salib Kristus. Iman pada dasarnya bukanlah sebagai alat yang membenarkan orang berdosa, melainkan iman, dipakai hanya sebagai sarana, di mana yang membenarkan adalah pribadi Tuhan Yesus Kristus sendiri. Manusia ketika percaya adalahkarena kerja kuasa Roh Kudus yang sampai memeteraikan orang percaya dan menerima jaminan kekal (Efe.1:13).
Kaum Arminian percaya manusia harus bekerja sama dengan Allah. Allah berinisiatif dan manusia berusaha yaitu beriman. Adanya kaitan dengan anugerah pendahuluan yang telah disinggung di atas, bahwa fungsi anugerah pendahulua salah satunya yaitu mencukupi manusia untuk beriman. Allah dengan murah hati memungkinkan setiap orang berdosa untuk bertobat dan percaya, namun Dia melakukannya sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kebebasan manusia. Setiap orang berdosa memiliki suatu kehendak bebas, dan tujuan kekal-Nya tergantung pada bagaimana ia menggunakannya.[174]
Arminian memegang suatu pengajaran akan kehendak bebas, yang sangat ketat dan kuat, hingga eksistensi keberdosaan manusia, tidak memiliki pengaruh secara langsung secara negatif. Kehendak bebas manusia yang menurut kaum Arminian, tidak berarti diperbudak secara langsung oleh dosa, kendati manusia mewarisi natur yang korup dari Adam. Kekuatan kehendak manusia cukup menempati posisi yang amat signifikan. Menurut Gary A Stilwel, yaitu bahwa kaum Arminian menyatakan secara jelas, bahwa mereka diselamatkan melalui gabungan usaha dari Allah, di mana Allah (yang mengambil inisiatif) dan manusia (merespons). Respons manusia menjadi faktor yang  penentu. Gary A Stillwel, dalam bukunya Where was God, Evil, Theodicy, and Modern Science, berkata menganenai pandangan Arminian yakni:
We are saved through the joint efforts of God (taking in initiative) and man (responding); man’s response being the determining factor. God has provided salvation for everyone, but His provision becomes effective only those who, of their own free will, “choose” to cooperate with Him and accept  His offer of grace. God predestines to salvation those whom he foresaw (before creation) would believe. At the crucial point, man’s will plays a decisive role; thus man, not God determines who will receive the gift of salvation. (Kita diselamatkan melalui upaya bersama dari Allah (mengambil dalam inisiatif) dan manusia (menanggapi); tanggapan manusia menjadi faktor penentu. Allah telah menyediakan keselamatan bagi semua orang, tetapi pemberian-Nya menjadi efektif hanya mereka yang, kehendak bebas mereka sendiri, "memilih" untuk bekerja sama dengan-Nya dan menerima tawaran kasih karunia-Nya. Allah menentukan keselamatan orang-orang Ia melihat (sebelum penciptaan) akan percaya. Pada poin krusial, manusia akan memainkan peran yang menentukan, dengan demikian manusia, bukan Tuhan menentukan siapa yang akan menerima karunia keselamatan)[175]

Yesus memang membutuhkan respons manusia di dalam menerima keselamatan yang Dia tawarkan melalui berita keselamatan. Respons juga menandakan bahwa seseorang percaya dan menerima Injil serta mengakui fakta bahwa manusia adalah orang berdosa yang benar-benar memerlukan keselamatan yang kekal. Poin ini secara khusus memberikan suatu pengertian yang mendalam bahwa, respons yang ditunjukkan manusia kepada Allah, bertujuan untuk menerima secara penuh kebenaran-Nya, karena memang demikianlah bukti dan hal yang sepatutnya manusia lakukan. Kenyataan manusia tidak bisa menyelamatkan diri-Nya, menjadikan manusia bukan sebagai pribadi yang menyelamatkan. Manusia adalah oknum penerima keselamatan, dan andil manusia secara total nihil.
Yesus berkata “Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka, dan mereka tidak akan binasa sampai selama-lamanya” membuktikan manusia memiliki kebutuhan yang tidak disadari, bahwa manusia membutuhkan keselamatan. Keberdosaan manusia menjadikan manusia tidak bisa berpikir untuk mencari Tuhan dan memiliki akal yang baik dalam mengenal kebenaran-Nya. Domba adalah binatang yang tidak bisa hidup tanpa peran seorang gembala. Kebergantungan domba terhadap gembala, merupakan hal yang mutlak. Yesus berkata bahwa, Dia menyerahkan nyawa-Nya demi domba-domba-Nya, penyerahan sampai menyangkut hidup Yesus, membuktikan, bahwa domba (gambaran manusia yang lemah) sampai kapan pun, tidak bisa bertahan dari bahaya serigala (binatang yang akan mengancam domba).
Yesus memberikan nyawa-Nya kepada domba-domba yang lemah, yang tidak bisa melindungi diri sendiri dari bahaya yang mengancam nyawanya, namuan peran kesediaan seorang gembala menjadikan domba aman dan selamat. Sekali lagi respons manusia memang dibutuhkan di dalam menerima keselamatan. Apa yang perlu ditelusuri dari istilah “respons manusia” ialah bahwa respons manusia tidak bisa didefinisikan sebagai faktor penentu, seolah-olah manusia bisa menggagalkan kekuatan pemberian keselamatan Allah. Sejauh mana manusia berdosa memberikan respons dan memainkan peranan kehendak bebas, sama sekali tidak mutlak.

Human freewill therefore becomes the decesive factor in the Arminian model of : each individual must choose to accept the prevenient grace freely and fully offered by God through Christ in order to benefit from it. An individual must will salvation in order to achieve it, but equally, the agent of the salvation must be not the individual’s will but prevenient, sufficient, yet resistible grace (Oleh karena itu kehendak bebas manusia menjadi faktor menentukan dalam model Arminian keselamatan: setiap individu harus memilih untuk menerima kasih karunia yang bebas dan sepenuhnya ditawarkan oleh Allah melalui Kristus dalam rangka untuk mendapatkan keuntungan dari itu. Seorang individu harus akan keselamatan untuk mencapai itu, namun sama, agen keselamatan harus tidak akan individu tetapi anugerah pendahuluan, cukup, namun kasih karunia daptt ditolak) .[176]

Batasan pengertian terhadap  respons manusia sesuai pemahaan kaum Arminian, ialah bahwa respons memang dibutuhkan, namun harus dimengerti bahwa respons tidak menjadikan manusia sebagai faktor yang menentukan di dalam keselamatan. Rasul Paulus adalah salah satu pribadi diselamatkan melalui perjumpaan secara pribadi dengan Yesus dalam penglihatan di siang bolong. Rasul Paulus tidak berespons dan memilih Yesus, disebabkan rasul Paulus menyadari bahwa kehidupannya sudah menganiaya jemaat Kristen.
Anugerah yang keselamatan bersifat pribadi, yakni bersmber dari Allah, sekalipun secara praktis manusia harus memberi respons, namun tidak sedang menunjukkan respons manusia yang menyebabkan Allah menyelamatkan dan mencurahkan berkat keselamatan-Nya. Kaum Arminian harus membatasi pengertian respons manusia dalam keselamatan, sehingga titik menghasilkan definisi yang jelas dan tidak kabur.

Perlunya Pendekatan Penafsiran Yang Komprehensif
Alkitab bukanlah produk masa sekarang, dan bukan juga dibuat sesuai kebutuhan masa kini. Melalui tujuan penulis masing-masing surat, tampak jelas bahwa masing-masing kitab, ditulis sesuai dengan kebutuhan pada waktu itu, sesuai konteks masing-masing pendengar. Alkitab terbagi dari kitab-kitab dan tulisan-tulisan, ada yang berbentuk puisi, sejarah, dan sebagainya. Penafsiran yang tepat dibutuhkan, karena Alkitab sangat sarat dengan hal-hal sukar dimengerti, karena beberapa alasan, seperti, zaman yang berbeda, kebutuhan yang berbeda, pendengar yang berbeda, budaya dan kebiasaan, geografis danm penulis. Penafsiran yang sedekat mungkin dengan maksud si penulis, menjadi sasaran final diberlakukannya metode dan cara menafsir Alkitab.
Kaum Arminian tentunya memiliki sejumlah premis, mengapa mereka percaya bahwa keselamatan orang-orang percaya bisa hilang. Dua ayat yang cukup mewakili bahwa keselamatan orang percaya bisa hilang, ialah dalam Ibrani 10:26-31 dan Wahyu 3:5. Pertama kitab Ibrani adalah kitab yang  ditulis untuk orang Yahudi. Premis ini didukung oleh sejumlah pembahasan di dalam kitab tersebut, yang sarat dengan ke-Yahudian, yakni hukum-hukum, peraturan, tentang ibadah. Penulis Ibrani yang tidak menyebutkan identitas pribadinya, pasti mengetahui seluk beluk agama Yahudi, baik kebiasaan dan kehidupannya.
Itulah sebabnya penulis sering menjelaskan secara tidak terperinci mengenai salah salah satu pembahasan yang menyangkut ke-Yahudian, karean penerima suratnya , tentu sudah memiliki pengetahuan yang cukup tentang kebudayaan Yahudi. Dalam Ibrani 10:26-31 ini, tidak sedang membahas orang percaya (kafir), namun orang Yahudi yang sebelumnya sudah menerima pengetahuan mengenai Perjanjian Lama, serta janji tentang Mesias yang akan datang, yakni Kristus.
Pasal sepuluh secara keseluruhan, sedang membahas mengenai hukum Taurat, yaitu kurban di dalam Tabernakel. Pasal sebelumnya yakni pasal delapan dan sembilan, juga membahas tentang sesuatu yang secara spesifik berkaitan dengan ke-Yahudian. Pasal sesudah juga membahas mengenai saksi-saksi iman, yang sarat dengan tokoh-tokoh Perjanjian Lama. Apa yang bisa ditarik kesimpulan sementara dari sejumlah keterangan ini ialah, bahwa kitab ini tidak ditujukan kepada orang percaya (kafir).
Peringatan dalam ayat yang dijadikan acuan, bahwa tidak ada lagi kurban tersedia bagi mereka yang menolak kebenaran. Secara eksplisit, ayat ini merupakan terpaan langsung kepada orang Yahudi, yang sudah memiliki presuposisi, mengenai kebenaran, mengenai Mesias, yang akan datang. Ibadah-ibadah, janji, dan tabernakel, adalah pemberian Allah, di mana, wujud sesungguhnya ialah Kristus. Idealnya orang Yahudi seharusnya percaya kepada Kristus yang sudah dinubuatkan oleh para nabi. Representasi dari semua bentuk ibadah orang Yahudi yang penulis sebutkan, menggambarkan bahwa kulminasi dari semua hal itu adalah Kristus. Namun kenyataannya, bahwa tidak semua orang Yahudi percaya kepada Kristus.
Itulah sebabnya, penulis Ibrani berkatra bahwa tidak ada lagi tersedia kurban bagi mereka yang menolak kebenaran. Kristus adalah wujud dari Allah yang mengampuni dosa-dosa manusia, maka kalau saja Kristus sudah ditolak, maka tentu Allah tidak akan menyediakan kurban, untuk penghapusan dosa lagi. Kristuslah puncak penyataan Allah kepada manusia baik. Maka dari ayat ini, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud oleh penulis ialah, bukan  kepada orang percaya kepada Kristus, sehingga penolakan mereka terhadap kebenaran menjadikan mereka, orang yang tidak bias dibarui lagi. Ayat ini secara eksplisit tidak berbicara mengenai keselamatan bisa hilang.
Kedua, ayat di dalam Wahyu 3:5, dijadikan premis bahwa nama-nama di dalam buku kehidupan akan dihapus oleh Allah.     Ayat ini, secara tegas tidak sedang berbicara mengenai keselamatan. Ayat ini berbicara kepada jemaat di Sardis, di mana bahwa orang yang menang, akan dikenakan pakaian putih. Ayat ini tidak membicarkan bahwa keselamatan bisa hilang, melainkan penegasan bahwa nama-nama mereka tidak akan dihapus. Istilah pakaian putih merupakan deskripsi orang-orang kudus.
Dengan demikian, Arminian telah melakukan penafsiran yang keliru terhadap dua teks yang dijadikan sebagai acuan, bahwa keselamatan orang-orang percaya bisa hilang. Arminian tidak melihat harmonisasi Alkitab, bahwa ayat yang satu pasti tidak akan bertentangan terhadap ayat yang lain. Mengingat penafsiran memiliki metode tersendiri,maka, sangat dibutuhkan pendekatan penafsiran yang komprehensif.
Pendekatan ini bisa ditempuh melalui, identifikasi teks, (bahasa asli Ibrani/Yunani), tujuan penulis, penerima surat, kebudayaan yang berlaku pada waktu itu,serta inti berita dari tiap kitab,konteks dekat dan konteks jauh. Penafsiran yang memiliki kesatuan yang holistik akan, memberikan kontribusi yang baik di dalam penafsiran Alkitab. Arminian telah melakukan kesalahan yang cukup fatal, dimana keselamatan orang percaya akan hilang, tidak didukung oleh fakta-fakta ayat yang ada dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Arminian melihat ayat dan menafsirkan demu tujuan dan kepentingan ajaran kelompok atau paham mereka. Keseluruhan ayat-ayat yang ada, tidak membuktikan bahwa keselamatan orang percaya bisa hilang. 












[1]Anthony A Hoekema, Diselamatkan Karena Anugerah(Surabaya: Momentum, 2008) 1. 
                [2]Rick Cornish, 5 Menit Teologi (Bandung: Pionir Jaya, 2007) 207.
[3]Anthony A. Hoekema, Diselamatkan oleh Anugerah (Surabaya: Momentum 2006) 1.
[4]Stevri Lumintang, Teologi Abu-abu (Malang: Gandum Mas, 2004) 192.
                [5]Charles C. Ryrie, Teologi Dasar (Yogyakarta:ANDI,2009) 89.
                [6]Ibid. 
                [7]Louis Berkhof, Teologi Sistematika Doktrin Keselamatan (Surabaya:Momentum, 2006) 5.
                [8] Paul Enns, The Moody Handbook of Theology (Malang: SAAT,2003) 123.
[9]Ronald H Nash, Keselamatan di balik Kematian Bayi  (Surabaya:Momentum,2003) 73.
                [10]Louis Berkhof, Teologi Sistematika Doktrin Keselamatan (Surabaya:Momentum, 2006) 210
                [11]Louis Berkhof, Doktrin Keselamatan (Surabaya:Momentum, 2006) 91.
[12]C.Gordon Olson, Getting The Gospel Right (New Jersey:Global Gospel Publisher,2005) 153.

       [13]Yakob,Tomatala. Pengantar Metodologi Riset (Jakarta:Institut Filsafat Theology dan Kepemimpinan Jaffray004) 31.

                [14]Winarno,Surakhmad. Pengantar Penelitian Ilmiah,Dasar,Metode, Tekhnik (Bandung:Tarsito,1990) 139. 
[15]Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indoesia (Jakarta:Balai Pustaka,2005) 491.
[16]Henk, ten Napel, Kamus Teologi Inggris-Indonesia (Jakarta:BPK,2005) 310
[17]Virginia, S Thatcher. The New Webster Dictionary of The English Language (New York:Grolier,1970)78
[18]Ibid382.
[19] Ibid. Kamus Teologi Inggris-Indonesia. 280.
[20]Paul Enns, The Moody Handbook of Theology (Malang: SAAT,2003) 121.
[21]Ibid133.
[22]Charles C. Ryrie, Theology Dasar 2 (Yogyakarta: ANDI, 2007) 89.
[23]David Iman Santoso, Theologi Yohanes (Malang:SAAT,2006) 133.
[24]Ibid. 133.
[25]Charles F Stanley, How to Live Through A Bad Day (2008) 30.
[26] Robert P. Lightner, Sin, the Savior, and Salvation  (Grand Rapids:Thomas Nelson Publication,1996) 244.
[27] Jerry Stokes, Chancing World Religion Cults&Occults(NAMB:WatchmanFellowshipMaterial,2007) 174.
[28]Leon Moris, Teologi Perjanjian Baru (Malang:Gandum Mas,2001) 370.
[29]Ibid. 370.  
[30]Robert P. Lightner, Sin, the Savior, and Salvation  (Grand Rapids:Thomas Nelson Publication,1996)244.
[31]Charles, F Stanley How to Live Through A Bad Day  (2008) 30.
[32]George, Eldon Ladd Teologi Perjanjian Lama  (Bandung:Kalam Hidup,2002)349.
[33]Jhon Drane, Memahami Perjanjian Baru (Jakarta:Gunung  Mulia,2003) 223. 
[34]Ibid226.
[35]Walter M. Dunnet, Pengantar Perjanjian Baru (Malang:Gandum Mas,2001) 25.
[36]Fenny Veronica, Handbook To The Bible  (Bandung: Kalam Hidup,2002) 600.
[37]Ibid. 600.
[38]Duyverman M e, Pembimbing Ke dalam Perjanjian Baru  (Jakarta:BPK Gunung Mulia,2008) 71.
[39]Fenny Veronica, Handbook to the Bible (Bandung:Kalam Hidup,2002) 600.
[40]Robert Boyd, Boyd’s Bible Handbook (Eugene Oregon:Harvest House Publishers,1983) 428.
[41]Donald Guthrie, Tafsiran Alkitab Masa Kini Matius-Wahyu (Jakarta:Yayasan Bina Kasih, OMF,2006 ) 258.
[42]Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru (Surabaya: Momentum,2008) 227. 
[43]Leon Morris, Teologi Perjanjian Baru (Malang:Gandum Masa,2001) 309.
[44]M.E Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru (Jakarta:BPK Gunung Mulia,2008) 71. 
[45]R.V.G TaskerThe Gospel According  to St. Jhon (USA:Grand Rapids,Michigan,1977) 11. 
[46]Ibid. The Wycliffe Bible Commentary 299.
[47]Bruce Chilton, Studi Perjanjian Baru Bagi Pemula (Jakarta:BPK Gunung Mulia,2004) 47. 
[48]Tammy,Tiarawati Rusli, Exreme Journey New Testament (Jakarta:Immanuel,2003)  57
[49]Ibid. 57.
[50]Merrill F, Unger Unger’s Bible Handbook (Chicago:Moody Press,1977) 543
[51]Ibid. 299
[52]William Barclay, Injil Yohanes pasal 1-7 (BPK Gunung Mulia,2006) 11
[53]Ibid. 25
[54]Ibid. 430.
[55]Henry H Halley, Penuntun Ke dalam Perjanjian Baru (Surabaya: YAKIN, tanpa tahun terbit)137. 
[56]Donald Guthrie, Tafsiran Alkiitab Masa Kini (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih,2006) 260.
[57]ibid. Merrill, F Unger Unger’s Bible Handbook. 544
[58]OllaTulluan, Introduksi Perjanjian Baru. (Malang:Departemen Liteteratur YPPI,1999)76.
[59]Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru 1 (Surabaya:Momentum,2008) 232
[60]OllaTulluan, Introduuksi Perjanjian Baru (Malang:Departemen Literatur YPPII,1999 ) 76
[61]Charles F. Pfeiffer, Tafsiran Alkitab Wycliffe Perjanjian Baru (Malang:Gandum Mas,2003) 297.
[62]William Barclay, Injil Yohanes pasal 1-7 (BPK Gunung Mulia,2006) 11.
[63]Charles F. Pfeiffer, Tafsiran Alkitab Wycliffe Perjanjian Baru (Malang:Gandum Mas,2003) 307.
[64]Thatcher Virginia, The New Webster Dictionary of The English Language New York:Grolier,1970 307. 
[65]Gordon D. Fee, New Testament Eksegesis (Malang: SAAT,2008) 7. 
[66]Gordon D. Fee, New Exegetical Testament (Malang:SAAT,2008) 103
[67]Wm Douglas Chamberlain,  An Exegetical Grammar of the Greek New Testament ()1.
[68]Marge Fuller, Penyelidikan Alkitab Secara Induktif (Bandung:Kalam Hidup,2002) 23. 
[69]Ibid. 23
[70]Pembagian 3 Perikop  sesuai teks LAI terjemahan baru.
[71]Jhon H. Hayes Pedoman Penafsiran Alkitab (Jakarta:BPK Gunung Mulia,2004) 69. 
[72]Bible Works.
[73]Ibid. 
[74]Ibid.
[75]Gordon D Fee, How To Read The Bible For All Its Worth (Manila,Philipipines:OMF Literature INC,2001) 113. 
[76]A.A Sitompul, Metode Penafsiran Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2006) 227. 
[77] LAI. Perjanijan Indonesia Yunani (Jakarta:LAI,2000) 1779. 
[78]J I. Packer, Ensiklopedi Fakta Alkitab (Bandung:Kalam Hidup,2003) 109.
[79] Bible Books
[80]Peter Salim, Anvanced English Indonesian Dictionary  (Jakarta:Modern English Press,2008) 35.
[81]Petrus Maryono,  Yang Pokok Dalam Bahasa Yunani  (Yogyakarta: Diktat Yunani) 12.
[82]Wm. Douglas Chamberlain,  (An Exegetical Grammar of the Greek New Testament) 87.
[83]Petrus Maryono,  Yang Pokok Dalam Bahasa Yunani  (Yogyakarta: Diktat Yunani) 12.
[84]Petrus Maryono, Gramatika dan Sintaksis Bahasa Yunani PerjanjianBaru (Yogyakarta: tanpa penerbit,1994) 88.
[85]Petrus Maryono,  Yang Pokok Dalam Bahasa Yunani  (Yogyakarta: Diktat Yunani) 12.
[86]J H. Thayer, The New Thayer’s Greek-English Lexicon of the New Testament (Messachussets:Christian Copyrights,1983) 1325
[87]Horst Blaz, Exegetical Dictionary of the New Testament (Michigan:Grand Rapids,1996)  2222.
[88]Ibid.48
[89]J D. Douglas, New Bible Dictionary (USA:Tyndale House Publishers,1982)  698. 
[90]Ethelbert W. Bullinger,  A Critical Lexicon and Concordance To The English And Greek New Testament (Michigan: Grand Rapids, 1975) 256. 
[91]Hasan Sutanto,  Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia (Jakarta:LAI,2006) 102.
[92]Maarvi R. VincentVincent’s Word Studies of the New Testament (Virginia: Macdonald Publishing Company, tanpa tahun terbit) 58.1
[93]Archiald Thomas Robertson,  Word Pictures in the New Testament (GranD Rapids:Michigan, 1952) 182.
[94]Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia. (Malang:SAAT,2007) 32.
 [95]Bible Works 7
[96]Bibe Works 7
[97]Herbert Lockyer, All the Doctrines of the Bible (Grand Rapids: Michigan,1964) 224.
[98]Petrus MaryonoDiktat Gramatika dan Sintaksis Bahasa Yunani Perjanjian Baru (STTII:Surabaya) 66.
[99]Ibid. 10. 
[100]Robert Jamieson,  A Commentary 3 (Michigan:Grand Rapid,1984). 414.
[101]AnthonyHoekema,  Diselamatkan oleh Anugerah (Surabaya:Momentum,2006) 121. 
[102]Ibid, 121.
[103]Ibid. 414.          
[104]Saparman, Belajar Alkitab Cara dan Contoh (Yogyakarta: STII Press,2007 ) 89.
[105]Roy B. Zuck, Basic Bible Interpretation (Ontario:Kingway Communication,1991 )148.
[106]Ibid. 148.
[107]Lawrence O. Richard, Creative Bible Teaching (Chicago, Moody Publishers,1998) 68.
[108]Jhon M.Echols, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1995)143.
[109]Saparman Belajar Alkitab Cara dan Contoh (Yogyakarta: STII Press,2007 ) 102
[110]Marulak Pasaribu, Eksposisi Injil Sinoptik (Malang Gandum Mas,2005) 96.
[111] Ibid. 97.
[112]Saparman, Belajar Alkitab Cara dan Contoh (Yogyakarta: STII Press,2007 ) 102.
[113]Paul Enns, The Moody Handbook of Theology 1 (Malang:SAAT,2010 ) 160.
[114]Henry Blakaby, The Gospel of John (Nashville:Thomas Nelson 2007) 7.
[115]Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru (Malang:Gandum Mas,2003) 243.
[116]Ibid. 237.
[117]Mildred Bangs, Wynkoop Foundation of Wesleyan, Arminian, Theology (Kansas:Beacon Hill Press of Kansas City,1967) 46. 
[118]Wellen F d, Riwayat Hidup Singkat (Jakarta:Gunug Mulia,2003) 18.
[119]Floyd H Barackman, Practical Christian Theology (USA.Zondervan Publishing House,2001) 17.  
[120]M. James Sawyer,  The Survivor’s Guide To Theology (Michigan:Grand Rapids,2006) 346.
[121]D Jeffrey Bingham, Pocket History of the Church (USA: Inter Varsity House2002) 144.
[122]Paul Enns, The Moody Handbook of Theology 2 (Malang:SAAT,2007) 121
[123]Roger E. Olson, God in Dispute Coversation among Great Christian Thinkers (Grand Rapids: Baker Publishig Group,2009) 23.
[124]Samuel S Hill, Enyclopedia of Religion in the South (Georgia:Mercer University Press,2005) 82.
[126]Paul, Enns. The moody Handbook of Theology 2 (Malang:SAAT,2007) 126.
[127]Timo Pokki, America’s Preacher And His Message  (Boston:University Press of America:1999) 19.
[128]David N Steele&Gurtis C Thomas, The Five Points of Calvinism (New Jersey:Presbyterian and Reformed Publishing Company,1963) 19.
[129]Benjamin Myers,  Milton’s Theology of Freedom (Berlin:Librabry of Congress,2006)  44
[130]Annesah Nasheed, Made Simple Just Like God Planned it (USA: AnnesahNasheed A.U.G. 2011) 287.
[131]Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 2 (Yogyakarta:ANDI,2007) 66.
[132]Dorothy Aucher, Dictionary of Literary and Dramatic Cencorship in Tudor and Stuart England (USA:Greenwood Press Publishing,1984 ) 29.
[133]Jack W Cottrell, dkk Perspective on Election Five Views (Nashville Tennessee:Holman Publishers,2006) 81.
[134]Robert A Peterson & Michael D Williams, Why I am not an Arminian (USA: Library of Congress Cataloging in Publicatiion Data 2004) 43.
[135]Miles J. Stanfold, The Complete Green Letters  (Grand Rapids: Michigan1975)316.
[136]Ibid, 16.
[137]Martin Mulsow, Socianism and Arminianism  (Netherlands:library of Congress Cataloging in Publication Data,2005) 11.
[138]Jack W. Cottrell,  Perspective on Election Five Views (Nashville Tennessee:Holman Publishers,2006 94
[139]Ibid, 18.                                                                    
[140]Hsrding Hedgpeth, The Hope Of salvation (USA:Lockman Foundation,2008) 25
[141]Michael  Scott Horton & J Matthew Pinson,  Four Views on Eternal Security (USA:Baker Book Hose,2002) 15.
[142]Lewis Sperry Capfer, Systematic Theology vol 3&4 (Dallas: Dallas Seminary Press,1976) 290.
[143]Dan Malczewski, God’s Plan What Every Christian Sholud Know  (Bloomington:Wesw Bow Press,2010) 64.
[144]George  F Vohs, Am  I Going to Heaven (New York:Strategic Book Publishing,2009) 77
[145]Miles J. Stanfold, The Complete Green Letters  (Grand Rapids: Michigan1975) 316.
[146]Annesah Nasheed, Made Simple Just Like God Planned it (USA: AnnesahNasheed A.U.G. 2011) 287.
[147]Charles Caldwell Ryrie, Basic TheologyA Popular Systematic Guide to Understanding Biblical Truth(Chicago:Moody Publishers,1999)384.

[148]Annesah Nasheed, Made Simple Just Like God Planned it (USA: Annesah Nasheed A.U.G. 2011) 287
[149]Phill Berry,EternalSecurity is it Biblical? (Canada:TraffordPublishing,2009) 57. 
[150]Keith D. Stanglin, Arminius on the Assurance of Salvation the Context, Roots, and Shape of the Leiden Debate, 1603-1609 (Netherland:Brill Hotei Publishing,2007) 238.
[151]Christoper Baker, Absolutism and the Scientific Revolution 1600-1720 a Biographycal Dictonary (USA:Greenwood Press2002) 9.
[152]Jhon H. Palmer, The Five Points of Calvnism (Grand Rapids,Baker Books,2010) 88-89
[153]Duane Edward Spencer, The Five Points of Calvinism in the Light of Scripture (Grand Rapids: Baker Book House Company,2001) 16.
[154]James Arminius, The Works of James Arminius Volume 1 (From Chrstian Classics Ethereal Libabry tanpa hal dan thn)
[155]Charles Caldwell Ryrie, Basic TheologyA Popular Systematic Guide to Understanding Biblical Truth(Chicago:Moody Publishers,1999)381.
[156]Ibid. 19
[157]Charles Caldwell Ryrie, Basic TheologyA Popular Systematic Guide to Understanding Biblical Truth(Chicago:Moody Publishers,1999) 377
[158]Phill Berry, EternalSecurity is it Biblical? (Canada:TraffordPublishing,2009)58.
[159]Tony Marinez, Answer to Tough Question  (Lockman Foundation,2010)78.
[160]Benjamin Myers, Milton’s Theology of Freedom  (Berlin: Library of Congress,2006) 41.
[161] Ibid. 239.
[162]Paul Chulhong Kang, Justification (New York: Peter Lang Publishing,2006) 53.
[163]Narlan Sumawinata, SenaraiIstilahKedokteran Gigi (BukuKedokteran)24.
[164]Andy Gaus, The Unvarnish of the New Testament (Grand Rapids: Michigan,1991)500.
[165]George Eldon Ladd,  A Theology of the New Testament  (Grand Rapids:Michigan, 1974)291.
[166]F.,LeroyForliness, The Quest For Truth (USA:Randal House Publication2001) 298.
[167]Greg Ammon, Now My Eyes Sees You (Texas, Gannibal Books2007) 45.
[168]Greg Ammon, Now My Eyes Sees You (Texas, Gannibal Books2007) 45.
[169]Hugh F. Pyle, The Truth about tongues and the Carismatic Movement (USA:Sword of the Lord Publisher,1989) 105.
[170]Paul Chulhong Kang, Justification (New York: Peter Lang Publishing,2006) 270.
[171]Millard J Erickson, Introducing Christian Doctrine (Grand Rapids: Baker Publishing Group,2006) 207
[173]Annesah  Nasheed,Made Simple Just Like God Planned it (USA:Annesah Nasheed A.U.G. 2011) 287.
[174]David N, The Five Point  of Calvinism: Defined, Defended, Documented ( ) 16
[175]Gary A Stillwel, Where was God, Evil, Theodicy, and Modern Science (2009) 46.
[176]Mary C. Fenton,&Louis SchwartzTheir Maker’s Image  New Essayss on John Milton (Cranbury :Rosemont Publishing and Printing Corp,2010)  66. 

0 Response to "KESELAMATAN PASTI TIDAK AKAN HILANG?"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel