AJARAN ORANG FARISI/YAHUDI MENGENAI MESIAS





AJARAN MENGENAI MESIAS


The Jewish Messiah Ben David is not supposed to die before fulfilling His mission. (Mesias orang Yahudi Ben David tidak seharusnya mati sebelum memenuhi misi-Nya) [1] 

Salah satu unsur penolakan orang Yahudi dan orang Farisi terhadap wibawa Yesus sebagai Mesias (utusan Allah) yaitu menjadi skeptis terhadap jati diri Yesus yang sebenarnya. Ketidakterbukaan Yesus terhadap orang Yahudi bahwa Dia adalah Mesias yang dijanjikan, tidaklah merupakan jaminan bahwa mereka pasti akan percaya kepada Dia. 

Sehingga sekalipun orang Yahudi dan orang Farisi sering melihat mukjizat Yesus, tidak membuat mereka lekas yakin dan memercayakan diri mereka untuk menerima kenyataan tersebut. Ahal ini menjadi pertanyaan bagi mereka. Bahkan mereka mengajukan pertanyaan “Jikalau Engkau adalah Mesias, katakanlah kepada kami.” (Luk. 22:67)

Pertanyaan ini mengindikasikan sebuah keraguan akan siapakah Yesus sebenarnya. Mereka bukan memberikan pernyataan mengenai Mesias, namun sebaliknya mereka mengajukan pertanyaan yang menuntut jawaban yang pasti. Mesias adalah gelar Yahudi, yang dalam bahasa Yunani berbunyi “Kristos” artinya “yang diurapi”. Gelar ini pada umumnya dipakai orang Yahudi untuk menunjuk kepada raja yang adil yang kedatangannya diharapkan. Kepadanya akan diberi kuasa oleh Allah sendiri.[2]

Istilah Mesias berasal dari kata  mesiakh (Ibrani) yaitu suatu transliterasi bahasa Aram dari 'Maghach' yang berarti mengurapi istilah yang berarti sama dalam Perjanjian Baru ialah 'Kristos' atau Kristus yang berarti 'yang diurapi'  Peristiwa pengurapan dipakai juga di dalam beberapa kegiatan yang kain di dalam Perjanjian Lama dalam kaitannya dengan pengurapan para Imam (Im. 4:3, 4; 16; 6:22) pengurapn para raja.[3]

Perjanjian Lama dari Kejadian sampai Maleakhi penuh dengan nubuatan tentang kedatangan Mesias dari antara orang Israel. Nubuat-nubuat yang sudah dipenuhi ialah berhubungan dengan kelahiran, kehidupan, kematian, dan kebangkitan-Nya.[4]  Kedatangan Mesias di bumi, tentunya diawali dengan nubuatan.

Dalam Perjanjian Lama ditemukan dua jenis utama dari nubuatan  tentang Mesias. Pertama, nubuatan tentang Mesias secara umum, yaitu nubuatan yang diungkapkan dalam bahasa yang hanya dapat digenapkan oleh Mesias sendiri. [5]  Kedua, nubuatan tentang Mesias secara pribadi. Ini sering ditemukan dalam Perjanjian Lama dan dapat diketahui dari istilah-istilah khusus. Dalam Yesaya 7:14 umpanya, Mesias diketahui dari istilah yang tak biasa dipakai "Imanuel" yang artinya "Allah menyertai kita" bagian itu secara istimewa membicarakan tentang Mesias yang akan datang.[6]

Kedatangan Mesias yang digenapkan di dalam Yesus, bukanlah sebuah berita yang tiba-tiba, sehingga orang Yahudi baru mengerti bahwa Mesias itu akan datang.  Ide tentang munculnya Mesias adalah pesan dari Allah melalui orang kudus-Nya yaitu para Nabi. Seringkali kutipan di dalam Perjanjian Baru bersumber dari Kitab Perjanjian Lama, khususnya nabi Yesaya. Mesias yang akan datang itu dalam kehidupanNya harus menggenapi jabatan sebagai Nabi, Imam, dan Raja.

Musa telah meramalkan kedatangan nabi semacam itu (Ula. 18:15-18) dan Perjanjian Baru secara khusus menunjuk kepada penggenapanya di dalam Kristus  (Yoh. 1:21;4:29; 5:46; 6:14; 8:28; 14:24 Kis. 3:20-23.[7] Ada beberapa tokoh yang berkontribusi dalam topik kehadiran Sang Mesias ini, salah satunya ialah Musa. 

Sedangkan Perjanjian Baru secara jelas memaparkan penggenapan, berkaitan mengenai peran dan tugas yang akan dilaksanakan oleh Mesias sebagai utusan Allah di bumi. Orang Farisi adalah orang Yahudi. Salah satu penolakan mereka terhadap Yesus sebagai utusan Allah adalah karena mereka tidak percaya Dia adalah Mesias yang sebenarnya. Hal ini tampak jelas, ketika Petrus berkhotbah setelah Roh Kudus turun pada hari Pentakosta.

Petrus berkata “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus (Kis. 2:36). Memang benar ada pribadi-pribadi dari bangsa Yahudi yang percaya Yesus sebagai Mesias Allah yang hidup. Namun kepercayaan kepada Yesus secara aklamasi, tidak pernah terjadi hingga sekarang. 


Ungkapan yang Petrus pakai tampak memperjelas dan mengukuhkan identitas dan pekerjaan Yesus. Jadi sangat jelas bahwa Yesus sebagai Mesias Allah tidak pepuler di kalangan orang Yahudi. Penantian Mesias sudah sangat lazim bagi orang Yahudi. Melalui nubuat-nubuat para nabi, seperti Yesaya, Yeremia dan nabi lainnya, menubuatkan tentang kedatangan Mesias ke bumi.


DEFINISI KATA MESIAS

“Messiah” comes from the Hebrew word mashiach  whose root, mem – shin – chet (m-sh-ch) means to annoint ; thus Mashiach refers to someone who has been annointed (“Mesias” berasal dari bahasa bahasa Ibrani ‘mashiach’ yang akar katanya, memshin, chet (m–sh-ch) yang artinya “untuk mengurapi” ; demikianlah Mesias menunjuk kepada seseorang yang telah diurapi).[8]

Istilah Mesias tidaklah sesuatu yang asing bagi orang Yahudi. Para nabi dalam Perjanjian Lama menjadi sumber utama pemahaman mereka mengenai Mesias yang akan datang .

Pengharapan akan kedatangan Mesias mempunyai bentuk yang berbeda-beda, tetapi yang paling menonjol ialah gagasan mengenai Raja keturunan Daud, yang akan mendirikan kerajaan di dunia bagi umat Israel dan akan menghancurkan musuh-musuh Israel. Mesias akan merupakan tokoh politik, tetapi dengan kecenderungan ke arah agama. Konsep ini merupakan gabungan yang aneh dan pengharapan bersifat nasional dan pengharapan rohani. [9]

Di antara murid kedua belas murid Yesus, tidak seorang pun memberi pernyataan yang jelas mengenai siapakah Yesus. Orang Farisi dan Saduki masing dilanda keraguan apakah Yesus adalah utusan Allah atau tidak. Ada pandangan banyak orang mengenai Yesus (Mat. 16:13-17). Pandangan murid-murid tentunya adalah indikator sejauh mana pengenalan mereka terhadap Yesus yang adalah guru mereka. Di antara beberapa nabi di Israel yang dulu Allah berbicara kepada mereka, para murid mengusulkan hanya beberapa nama saja.

Di antaranya Yohanes Pembaptis, mungkin karena para murid berbicara tegas dan terang-terangan kepada banyak orang dan juga membaptis orang juga (Yoh. 3:22; 4:1;) Murid lain juga yang menyebut adalah nabi Elia, barangkali karena Yesus mengadakan mukjizat hingga membuat takjub banyak orang. Ada juga yang menyebutkan bahwa Yesus adalah Nabi Yeremia, mungkin karena Yeremia sering berkhotbah dan mengajar banyak orang, bahkan banyak juga yang menolak ajaran dan tidak acuh dengan berita yang dibawanya yang adalah berita dari Allah juga. Apapun gambaran murid-murid pada waktu itu mengenai siapakah Yesus sebenarnya adalah sebuah misteri besar bagi mereka.

Murid-murid sudah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Yesus (Mat. 19:20; Mrk. 10:28; Luk. 18:28). Murid-murid menunjukkan dedikasi mereka, untuk mengikuti sang Guru kemanapun Dia pergi. Mereka di utus berdua-dua (Luk. 10:1), mereka makan bersama dan tidur bersama.

Segala sesuatu menjadi kepunyaan bersama. Namun Yesus ingin mengetahui apakah murid-murid-Nya mengetahui bahwa Dia adalah utusan Allah, adalah isu yang sangat krusial untuk diketahui-Nya.

Jawaban-jawaban yang mereka utarakan tampaknya kurang memuaskan. Akhirnya tampillah Petrus salah satu murid-Nya, berkata “Engkau adalah Mesias Allah yang hidup...”. Yesus tidak mencelanya atas keberaniannya yang berbeda dari kesebelas murid yang lain. Sebaliknya Yesus memberi respons positif bahwa seharusnyanyalah Petrus berbahagia karena adalah penyataan Allah bahwa dia bisa menyebutkan demikian.


MESIAS SEBAGAI TOKOH POLITIK

Dunia politik untuk zaman sekarang tampaknya bukan merupakan sesuatu yang asing dan tampak baru. Namun bagaimana dengan zaman Yesus melayani ketika masih di bumi tepatnya di Yerusalem? Barangkali sepintas terlihat tidak kentara jika dikomparasi dengan kontesk dunia politik sekarang ini. Namun situasi politik pada zaman Yesus memiliki dimensi yang berbeda. Yerusalem berada di bawah penjajahan Romawi, dan bukan sebagai negara yang bebas. Boleh dikatakan bebas di dalam ketidakbebasan, dalam arti orang-orang Yahudi masih dapat melakukan aktivitas baik kegiatan keagamaan maupun sehari-hari. Robert Brownstein memberikan keterangan mengenai keinginan orang Yahudi

Almost two thousand years later, many orthodox Jews still believe that the Messiah will come; and when he comes, he will rebuild the temple in Jerusalem, return all the the Jews to Israel, resume sacrifice, establish iniversal peace and ushers in the bodily ressurection of the deserving dead. (Hampir dua ribu tahun kemudian, banyak orang Yahudi ortodoks masih percaya bahwa Mesias akan datang; dan ketika dia datang, dia akan membangun kembali Bait Allah di Yerusalem, mengembalikan semua orang Yahudi ke Israel, melanjutkan pengurbanan, menegakkan perdamaian dan mengantar universal dalam Kebangkitan tubuh dari layak mati).[10]

Disadari atau tidak, orang Yahudi memiliki konsep sendiri seperti apa Mesias yang akan datang. Melihat bahwa zaman ketika Yesus berada di bumi ialah zaman di mana pemerintah Romawi memerintah.

The Pharisees : Leaders in apocaliptic thinking, the Pharisees fully supported the notion of the Messiah as the the agent of change for a free Israel. The Pharisees expected the Messiah to come relatively soon. For them the Messiah was a core figure in an apocaliptic future. (Orang-orang Farisi: Pemimpin dalam pemikiran apokaluptis, orang-orang Farisi mendukung sepenuhnya gagasan Mesias sebagai agen perubahan untuk Israel yang merdeka. Orang-orang Farisi mengharapkan Mesias untuk datang dengan segera. Bagi mereka Mesias adalah tokoh inti dalam masa depan apokaluptis).[11]

Orang Farisi merupakan orang Yahudi juga. Gagasan atau konsep Mesias pada umumnya, merupakan representasi pemikiran dan ide mereka. Israel pada masa pelayanan Yesus adalah bukanlah sebuah negara yang merdeka namun sebaliknya. Golongan Farisi sangat benci kepada orang Romawi. Mereka menaati benar tuntutan-tuntutan Taurat, kebiasaan-kebiasaan nenk moyang, baik dalam hidup keagamaan maupun dalam sehari-hari. 

Masyarakat Yahudi diwarnai oleh bangsa lain yaitu Romawi dengan budaya Yunani yang berkembang pada waktu itu. Keinginan untuk merdeka adalah kerinduan setiap negara yang terjajah. Pada zaman itu orang Yahudi berada di bawah kekuasaan orang Romawi. Pemerintahannya disebut "raja" atau "wali" Di kota besar ditempatkan serdadu-serdadu Romawi. Di kalangan Yahudi sendiri memerintahlah : Imam Besar dengan Sanhendrin, yaitu majelis besar orang Yahudi[12] Penulis-penulis Injil  menyebutkan tokoh-tokoh seperti Imam Besar. Bahkan jika mengidentifikasi kegiatan mereka dalam Injil Sinoptik, mereka juga terlibat dalam usaha untuk mengadili Yesus dan menjerat Yesus (Mat. 26:65)

Kaum Farisi tentu mempunyai pandangan-pandangan khas mengenai pokok-pokok lain. Mereka menerima wibawa seluruh Perjanjian Lama dan bukan hanya hukum Musa. Berbeda dengan kaum Saduki mereka tidak menemui kesulitan untuk percaya akan adanya kehidupan setelah kematian. Mungkin mereka menunggu kedatangan seorang Mesias untuk membela rakyat mereka- dan walaupun mereka sendiri tidak pernah ambil bagian dalam pemberontakan terhadap penguasa Roma, mereka mungkin sekali mengagumi orang-orang yang melakukannya.[13]

Namun sebagai negara jajahan Israel masih bisa menjalankan aktivitasnya. Identitas mereka sebagai orang Yahudi tetap eksis. Mereka punya hukum Taurat yang dapat dibuka dan dibacakan tiap-tiap hari Sabat (Luk. 4:17) dan mereka juga punya ahli-ahli Taurat yang memberikan tafisran teks dalam Perjanjian Lama, bahkan rohaniwan  seperti orang Farisi. Herodes sebagai kaki tangan pemerintah Romawi adalah seorang raja wilayah (Mat. 2:1; Luk. 1:5).

Orang Farisi dibiarkan oleh Herodes Agung dan para penguasa Romawi lainnya, karena sebagai fatalis mereka tidak menggunakan pemberontakan bersenjata melawan penjajahan. Dalam kehidupan sehari-hari mereka juga berguna dalam memelihara hukum dan ketertiban.[14]  Ini merupakan keuntungan bagi pemerintahan Romawi dalam menjaga stabilitas keamanan negara jajahan. Sehingga hukum Romawi tidak perlu yang secara langsung mengambil alih peraturan-peraturan dalam keagamaan dan kehidupan bermasyarakat.

Pada masa pelayanan Yesus pada waktu itu orang Yahudi jelas tidak terlalu menyukai Herodes, karena memihak pemerintah Romawi. Herodes tidak menyukai bahwa ada pemerintahan yang lain yang mencoba menggeser posisinya. Oleh sebab itu niat jahatnya muncul ingin membunuh Yesus yang orang Majus yakini bahwa Dia adalah Raja orang Yahudi (Mat. 2:2;). Meski sering disebut raja orang Yahudi Herodes bukanlah orang Yahudi. Memang dalam dirinya mengalir darah Yahudi yang berasal dari pihak ibunya, tetapi ayahnya berdarah Idumea.

Keadaan Israel yang berada di masa pemerintahan Romawi membuat pengharapan Mesias menjadi lebih terbuka kepada seorang tokoh politik yang akan membebaskan mereka. Peter Atkinson berkata bahwa: Tetapi banyak orang Yahudi sungguh rindu untuk bebas dari penjajahan Romawi dan berharap bahwa suatu hari nanti Allah akan mengembalikan kerajaan yang telah menjadi begitu agung pada zaman Daud.

Beberapa kelompok menantikan sesosok figur yang akan turun dari Surga dan mengumumkan "Hari Tuhan".[15] Mendambakan kemerdekaan adalah keinginan setiap orang yang terjajah, demikian juga orang Yahudi, mereka sangat ingin lepas dari belenggu rantai itu. Harapan yang terukir di hati mereka, tidak akan terlupakan dengan begitu mudah.


TUGAS MESIAS

Mesias adalah utusan Allah. Layaknya seorang nabi adalah wakil Allah untuk melaksanakan kehendak-Nya, dengan cara yang sama Mesias memiliki peran penting. Gambaran mengenai Mesias bagi masyarakat Yahudi, tidak begitu jelas. Apakah Ia beanr-benar adalah tokoh politik yang benar-benar memperjuangkan kebebasan orang Israel yang sering kali dijajah oleh bangsa lain (bangsa Kafir)? Peter Atkinson menambahkan ulasannya mengenai topik ini yaitu:

Beberapa menantikan figur yang lain. Figur seperti ini sering disebut sebagai "yang terurapi" yang dalam bahasa Ibrani disebut "mashiah yang dalam bahasa inggris menjadi Mesiah dan dalam bahasa indonesia diterjemahkan menjadi Mesias. Banyak orang menantikan kedatangan Mesias, Kristus tetapi tidak ada satupun gambaran tentang seperti apakah pribadi itu[16]


Namun sangat jelas bahwa pandangan ini sepertinya mendukung tesis mereka, bahwa tokoh Mesias yang mereka nanti-nantikan melalui pemberitaan para nabi seolah-olah adalah seorang Penyelamat yang menyelamatkan mereka dari penjajahan Romawi. Orang-orang Yahudi yang lain ingin agar orang-orang Romawi pergi, tetapi mereka mempersiapkan hal-hal terbaik, yang lain percaya bahwa suatu saat nanti Allah akan menghalau orang-orang Romawi. [17] 

The Messiah was God’s anointed. A careful and critical evaluation of the Hebrew text reveals that his anointed one was God’s chosen, who was to represent him on earth. (Mesias sudah orang yang diurapi Allah. Sebuah evaluasi yang cermat dan kritis terhadap teks Ibrani mengungkapkan bahwa salah satu yang diurapi-Nya adalah pilihan Tuhan, yang adalah untuk mewakilinya di bumi ).[18]

Mengapa orang Yahudi tidak mengenal Yesus sebagai Mesias? Ini adalah pertanyaan yang sangat krusial yang perlu telaah. Sejarah mencatat bahwa Orang Yahudilah yang membunuh Yesus dan menyalibkan Mesias mereka sendiri. 

Di dalam Kisah Para Rasul ketika Petrus berkhotbah setelah turunnya Roh Kudus, jelas dalam deklarasi yang megah itu dia menyerukan bahwa Yesus yang mereka salibkan adalah Tuhan dan Kristus. Hal ini tentu mengindindikasikan bahwa secara umum masyarakat Yahudi tidak mengenal Yesus sebagai Mesias. Bahkan lebih rinci lagi bahwa, Mesias yang diidentifikasikan dengan Yesus tidak cocok dengan gagasan yang mereka miliki.

Status dikuasai oleh orang asing (orang Romawi) membuat ide ini diintegrasikan kepada sebuah figur politik yang akan masuk kepada konteks kemerdekaan mereka. Kematian final di dalam diri Yesus yang orang Yahudi saksikan menjadi sangat jelas, bahwa tidak mungkin seorang Mesias mati, sementara belum terjadi pembebasan. Siapakah sebenarnya Mesias itu dalam tradisi Yahudi? tidak ada memang satu jawaban saja. Memang ada impian yang tetap akan hadirnya keturunan Daud dengan penuh karisma yang akan melepaskan beban penindasan, memulihkan kerajaan Israel dan mengembalikan semua yang terbuang ke tanah asalnya.[19]

Herodes tampaknya memiliki pengetahuan yang benar tentang siapa Yesus sebenarnya. Oleh Sebab itu melalui dia meminta imam kepala dan ahli Taurat untuk mengetahui persisnya di mana Mesias dilahirkan (Mat. 2:3-8). Namun catatan Injil Matius berkata bahwa Raja Herodes ingin membunuh Mesias yang akan dilahirkan, tidak untuk sujud menyembah kepada-Nya. Aksinya yang brutal yang membuhun bayi-bayi pun telah membuktikan bahwa keinginannya benar-benar didasarkan atas kekuasaan politik semata.

Mesias adalah impian akan kebebasan, keadilan dan damai, bukan hanya di Surga tetapi di sini dan kini. [20] Betapa dramatisnya pemahaman orang Yahudi tentang pengharapan terhadap Mesias yang akan datang nantinya. Kualitas hidup dan suasana yang damai benar-benar tercipta ketika kedatangan Sang Mesias tersebut.

Dalam tradisi Yahudi di zaman Perjanjian Baru terdapat suatu gagasan lain yang tersebar luas dan jauh lebih penting dari gagasan Anak Manusia. Gagasan itu ialah “Mesias” “Orang Yang (sebagai raja ataupun imam) Diurapi” oleh Allah sebagai wakil dan kuasaNya. Mesias juga diberi gelar “Anak Daud”, keturunan Daud (Mat. 12:23, 30; Mrk. 12:35) biasanya dipikirkan sebagai “Raja” dengan ciri politik Nasional yang cukup menyolok. Tentu saja dalam tradisi Yahudi gagasan “Mesias” itu agak kabur juga dan Mesias tidak selalu dipikirkan secara sama. Tetapi gagasan itu cukup populer. [21]

Orang Farisi merupakan representasi pemikiran dan wajah Masyarakat Yahudi pada waktu itu. Mulai dari sudut pandang keagamaan orang Farisi memainkan peranan penting sebagai figur yang sangat penting dalam kelangsungan kehidupan rohani mereka. Mulai dari tafsiran hukum Taurat dan aplikasinya menjadi bagian penting dan vital dalam proses kehiduapan yang mereka jalani sebagai orang Yahudi.  Kehidupan sosial tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan keagamaan mereka. Hampir seluruh kehidupan sosial ditinjau dari perspektif hukum Taurat.


Kisah-kisah ini pun menjadi menarik ketika perdebatan-perdebatan dengan Yesus terjadi. Dalam tradisi Yahudi memang tidak ada pikiran bahwa Mesias akan menderita dan ditolak oleh bangsa-Nya sendiri. Kalau dibunuh oleh musuh, tewas dalam pertempuran, masih dapat dihormati, sebagai pahlawan Nasional dan toh akan diakui sebagai orang “Yang Diurapi” oleh Allah. [22] Ini adalah berita mengejutkan, jika dilihat dari sudut pandang fakta sejarah. Yesus mati disalib sangat bertolak belakang dengan pengharapan Mesias bagi orang Yahudi. Hingga kini mereka tidak percaya kepada Yesus sebagai Mesias secara aklamasi.








[1]Asher, Norman. Twenty-six Reasons why Jews Don't Believe in Jesus (Los Angeles: Black Whita and Read Publishing, 2007) 97.
[2]Drewes, B.FSatu Injil Tiga Pekabar (Jakarta: BPK,tanpa tahun terbit)  141.
[3]Chris, Marantika. Kristologi  (Yogyakarta: Iman Press, 2008)  47.
[4]Chris, Marantika. Kristologi  (Yogyakarta: Iman Press, 2008)  47.
[5]Ibid.
[6]John F. Walvoord. Yesus Kristus Tuhan Kita  (SurabayaYakin, tanpa tahun terbit)  71 - 72.
[7]Ibid. 79.
[8]Elaine, Rose Glickman.The Messiah and the Jews: Three Thousand Years of Tradition, Belief, and Hope (Yogyakarta: Kanisius, 2010)  20.
[9]Donal, Guthrie. Teologi Perjanjian Baru 1 (Jakarta, BPK, 2008) 267.
[10]Robert, Brownstein. Making Jesus the Messiah: Saint Paul and the God-fearers : a Market View (Tanpa Kota Penerbit: Lincoln,2000) 142.
[11]Ibid. 142.
[12]Boschma, HRingkasan Pengajaran Alkitab (Jakarta, BPK, 2006) 63.
[13]John, Drane.  Memahami Perjanjian Baru  (Jakarta: BPK, 2005) 44.
[14]Robert, B. Coole. Kuasa, Politik Proses Pembuatan Alkitab (Jakarta: BPK, 2004) 132.
[15]Peter, AtkinsonEncyclopedia of The Bible Menjelajah Dunia Kitab Suci (Yogyakarta: Kanisius, 2011) 79.
[16]Ibid. 79.
[17]Ibid.  79.
[18]Eugen J. Pentiuc. Jesus the Messiah in the Hebrew Bible (New Jersey: Paulist Press,2006)  1.
[19]Hans Ucko. Akar Bersama. Belajar Tentang Iman Kristen dari Dialog Kristen Yahudi (Jakarta: BPK,2001 ) 93.
[20] Ibid. 92.
[21]C. Groenen, OFM. Pustaka Teologi Sejarah Dogma Kristologi  (Yogyakarta: Kanisius,1988 ) 41.
[22]C. Groenen, OFM. Pustaka Teologi Sejarah Dogma Kristologi  (Yogyakarta: Kanisius,1988 ) 41.


0 Response to "AJARAN ORANG FARISI/YAHUDI MENGENAI MESIAS"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel