KAJIAN POKOK PELAKSANAAN MISI MELALUI GEREJA LOKAL




Latar Belakang Masalah
Misi dan gereja merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Para pelaku Misi akan cukup diperlengkapi dan dibekali, apabila terlebih dahulu telah terdidik dan mengalami secara pribadi pengalaman rohani berupa pertobatan, lahir baru, dibaptis, memperoleh hidup baru, hidup dalam kekudusan sama seperti Allah adalah kudus dan terus disucikan oleh Firman Allah dan Roh Kudus demi mencapai kesempurnaan bersama Allah.
Selanjutnya, apabila seseorang dimenangkan lewat penginjilan, maka yang bersangkutan perlu untuk terus bertumbuh secara rohani hingga mencapai kedewasaan dan tidak tetapmenjadi bayi rohani. Pertumbuhan rohani ini hanya mungkin terjadi apabila orang tersebut mendapat makanan rohani berupa Firman Tuhan yang dapat diperolehnya dalam penggembalaan dalam suatu gereja.
Apabila telah menyadari dirinya telah ditebus oleh darah Yesus dan telah diselamatkan, maka pribadi itu tidak akan tinggal diam. Karunia-karunia pelayanan yang diberikan Tuhan dalam diri seseorang akan menjadi modal untuknya mulai masuk dalam bidang pelayanan tertentu. Dalam bidang apapun pelayanan yang dilakukan, tidak menjadi masalah sebab yang bersangkutan akan tetap mendapat perintah yang sama dari Tuhan berupa Amanat Agung dan beroleh teladan Yesus untuk dapat menjadi Terang dan Garam dalam dunia ini.
Yakob Tomatala dalam bukunya yang berjudul Teologi Misi menuliskan Misi, penginjilan dan pertumbuhan gereja dengan sendirinya bersumber dari Allah yang dengan mandat misi-Nya yang SATU, memberikan tanggung jawab kepada umat-Nya sebagai “vice regent-Nya” untuk memuridkan segala bangsa.[1]
Ini berarti ada satu mandat yang sama yang diberikan kepada umat Tuhan untuk menjadikan segala bangsa menjadi murid Tuhan. Dengan jelas hal ini tertulis dalam ayat Alkitab dalam Injil Matius pasal 28 ayat 19-20 yang berbunyi demikian:
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu, dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.
Ayat ini merupakan pesan yang diberikan Yesus kepada murid-muridNya. Maka kita sebagai pengikut Kristus, yang mengikuti jejak langkah para murid Yesus yang mengambil contoh teladan dari Yesus, juga memperoleh Amanat Agung yang sama untuk beranjak keluar dari gereja dan menjadi pemberita Injil.
Umat Tuhan yang terkumpul dalam persekutuan yang indah di dalam gereja seringkali tidak terusik dengan adanya mandat dari Tuhan yang adalah Amanat AgungNya. Tanggung jawab umat Tuhan yang sama-sama beribadah kepada Tuhan di dalam gereja hanya berhenti pada ibadah dalam “zona nyaman” yang tidak menyadari tanggung jawab yang seharusnya diemban bersama yaitu meneruskan pelaksanaan Amanat Agung oleh Tuhan Yesus Kristus kepada murid-muridNya hingga sampai kepada kita dan akan terus diestafetkan ke depan.
Memang merupakan sesuatu yang penting untuk hadir dalam ibadah gereja, bahkan memiliki pelayanan untuk melayani anggota Tubuh Kristus dan terhadap Tuhan sendiri. Namun, hal itu tidak seharusnya berhenti sampai disitu saja tanpa ada tindak lanjut yang bersifat eksternal, setelah berbagai tindakan internal dilakukan sebagai pembekalan. Bertumbuhnya kerohanian seseorang dalam gereja dan pelayanan adalah untuk siap keluar dan berhadapan dengan dunia nyata yang masih hidup dalam kegelapan dan membutuhkan terang yang dibawa dari agen-agen Kristus yang telah dibekali dengan Firman Tuhan itu sendiri.

Perumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah pelaksanaan Misi melalui Gereja Lokal. Pelaksanaan Misi melalui gereja lokal seringkali diabaikan dan dikesampingkan sehingga menjadi suatu permasalahan yang penting untuk diperhatikan dan dianalisa untuk dapat ditemukan jalan keluarnya. Hal ini memberikan batas ruang lingkup pembahasan masalah yaitu mengenai pelaksanaan Misi yang hanya dibatasi pada yang terjadi melalui gereja lokal.

Tujuan Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dengan tujuan menggiatkan pelaksanaan misi melalui gereja lokal dan membangkitkan kesadaran akan tanggung jawab masing-masing anggota gereja untuk menjadi pelaku misi. Misi hendaknya bukan merupakan bagian yang terpisah dari gereja, tetapi merupakan bagian penting yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan untuk dapat melibatkan keseluruhan anggota Tubuh Kristus yang ada dalam gereja.
Analisis dan Masalah-masalah
Ron Jenson & Jim Stevens menulis dalam karyanya yang berupa sebuah buku dengan judul Dinamika Pertumbuhan Gereja, bahwa Gereja tidak akan, benar-benar tidak dapat, bertumbuh kecuali gereja membuktikan perhatian bersama untuk meneruskan pesannya kepada dunia. Masih dalam buku yang sama, keduanya menyatakan penyebaran Injil kepada dunia di luar tembok-tembok gereja adalah misi gereja.[2]
Dari pernyataan di atas, dapat kita perhatikan bahwa pertumbuhan gereja tidak akan dapat terjadi tanpa perhatian yang diberikan kepada bidang misi / penginjilan. Terkadang gereja lokal tidak menaruh perhatian pada adanya bidang misi / penginjilan sebab menganggapnya sebagai bagian terpisah dengan gereja / fungsi yang berbeda dalam pelayanan. Kenyataan yang terjadi di lapangan adalah bahwa gereja lokal cenderung menjadikan penginjilan hanya sebagai salah satu bidang pelayanan sementara sebenarnya setiap anggota Tubuh Kristus adalah agen shalom yang harus membawa berita damai / injil itu.
Salah satu gereja lokal yang akan kita kaji pelaksanaan misi di dalamnya ialah Gereja Pantekosta Tabernakel Kristus Gembala dan Kristus Ajaib Surabaya, dimana penggembalaan ini terdiri dari dua sidang jemaat yang tidak asing disebut sebagai GKGA. Yang terjadi dalam GKGA adalah dibukanya Departemen Misi dalam beberapa tahun belakangan ini. Hal ini merupakan perubahan sekaligus kemajuan yang bersifat penting. Sebab GKGA adalah sebuah gereja yang menitikberatkan pada pengajaran Firman Tuhan dimana penekanan pemberitaan Firman Tuhan begitu penting dalam setiap ibadah dan dalam berbagai bidang pelayanan yang ada di dalamnya.
Anggota Sidang jemaat dididik untuk dapat bertumbuh kerohaniannya mulai dari bayi rohani sampai kepada dewasa rohani yang pantas menjadi pengajar dengan menggunakan Firman Tuhan sebagai makanan rohani yang memungkinkan pertumbuhan itu terjadi. Firman Tuhan yang adalah susu yang murni tidak sebaiknya dicampur dengan hal-hal lain untuk mendorong atau memacu pertumbuhan rohani sidang jemaat. Penanaman doktrin yang demikian menjadikan jemaat benar-benar diisi dengan Firman Tuhan dan didorong untuk tiba pada prakteknya yang bukan hanya sebagai teori untuk mengisi pengetahuan, tetapi merupakan saat dimana sidang jemaat menjadi pelaku-pelaku Firman.

Seiring berjalannya waktu dan pemberitaan Firman Tuhan yang terus-menerus dilakukan sebagai tindakan mengajar dan mendidik jemaat, maka tibalah saatnya untuk gereja ini melakukan fungsinya secara menyeluruh dan merata. Porsi penginjilan yang tadinya hanya diemban oleh para hamba Tuhan yang berjuang di daerah terpencil dan jauh dari jangkauan, sekarang menjadi tanggung jawab dan beban pelayanan bersama, dimana ruang lingkupnya tidak hanya yang jauh namun dimulai dari lingkungan terkecil untuk seluruh keluarga menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat satu-satunya bagi manusia untuk memperoleh bagian di surga.
Lebih luas lagi dari ruang lingkup terdekat, yaitu keluarga, maka jangkauan penginjilan pribadi yang dapat dilakukan kita sebagai anggota jemaat ialah kepada lingkungan kecil di luar rumah, seperti lingkungan di tempat kerja, tempat studi, lingkungan pergaulan sosial kita dimana terdapat berbagai teman-teman, kerabat, rekanan ataupun kenalan kita. Setelah melangkah keluar dari zona kenyamanan (out of the box), maka kita akan lebih terlatih dan terbekali dan kemudian menjadi penginjil yang fleksibel dengan keadaan ataupun situasi dan kondisi tertentu.    
Departemen misi yang dibentuk mulai bulan Maret tahun 2011 ini merekrut anggotanya dari dalam jemaat GKGA, yaitu bagi siapa saja yang ingin mengetahui cara untuk melakukan pekabaran injil baik secara pribadi ataupun kepada sejumlah masyarakat tertentu. Departemen ini mengadakan pertemuan berkala secara mingguan dimana seluruh anggota departemen misi berkumpul untuk diberikan suatu materi tertentu berkaitan dengan pelaksanaan misi melalui gereja lokal ini.
Melalui pertemuan ini, para anggota departemen misi dibekali dengan berlatih berkomunikasi secara sederhana namun memenuhi prinsip komunikasi sehingga diperoleh penyampaian yang jelas dan tepat. Para anggota departemen misi berlatih untuk memiliki keterampilan berbicara di depan umum dan bersaksi mulai yang sederhana misalnya melalui berbagi kesaksian dari pengalaman hidup sehari-hari, berlatih membawakan renungan secara bergantian, membagikan poin penting dari penghayatan terhadap Firman Tuhan dan berbagai pelatihan lain.

Sharing pendapat maupun pembahasan materi dapat dilakukan secara berkelompok sehingga para anggota departemen misi dipersiapkan untuk menghadapi pengutusan yang waktunya dapat terjadi sewaktu-waktu meski akan diadakan persiapan yang cukup sebelum pelaksanaan misi tersebut dimulai. Di dalam kelompok ini akan terbangun latihan kerjasama dalam tim, jalinan komunikasi yang baik dan peningkatan keahlian dan keterampilan sebagai seorang pemberita Injil.
Departemen misi ini juga membangun afiliasi dengan badan misi lokal guna mendapat informasi dan keterangan mengenai daerah sasaran misi, kultur / budaya dan adat istiadat yang ada di daerah tersebut dan berbagai metode pendekatan yang dapat diterapkan. Setelah memperoleh informasi yang cukup, maka dibentuklah tim misi untuk mempersiapkan kedatangan dan pelaksanaan misi di daerah target. Apabila diperlukan dapat diutus tim kecil untuk melakukan survey terlebih dahulu agar mendapat gambaran pasti sehingga memperkecil resiko kegagalan dalam menjalankan misi nantinya.
Agenda kegiatan yang disusun dalan kunjungan misi tersebut, di antaranya adalah dengan melakukan KKR (Kebaktian Kebangunan  Rohani), PPI (Penataran & Penyegaran Iman), Seminar membahas suatu topik tertentu, Pelayanan Anak Sekolah Minggu, Pelayanan Ibadah Kaum Muda, Pelayanan Kaum Wanita, Pelayanan Ibadah Raya, Pelayanan Pendalaman Alkitab ataupun kunjungan ke rumah baik terhadap anggota jemaat untuk kerohaniannya dibangkitkan kembali, ataupun kepada mereka yang belum mendengar tentang Injil itu. Banyaknya porsi kegiatan disesuaikan dengan kesediaan panitia / jemaat setempat dan jumlah personil yang melayani dalam tim misi yang diutus tersebut.
Upaya setelah memperkenalkan dan memberikan pelatihan serta menyusun perencanaan pelaksanaan tugas misi ke suatu daerah tertentu ialah dengan melakukan kontekstualisasi. Ini diperlukan untuk memperoleh jalan masuk dalam penginjilan tersebut dalam koridor kebenaran Firman Allah yang kita yakini.

Tidak ada contoh yang lebih baik yang dapat kita teladani selain daripada Yesus sendiri. Yakob Tomatala menulis dalam bukunya yang berjudul Teologi Kontekstualisasi bahwa Inkarnasi Yesus Kristus ke dalam konteks budaya yang utuh merupakan puncak perwujudan kontekstualisasi Allah ke dalam budaya manusia itu sendiri. Hal ini yang memberika ketotalan kontekstualisasi Allah dan menjadi tonggak bagi kontekstualisasi selanjutnya dalam pekerjaan misi. Dua hal yang Yesus lakukan ialah inkarnasi dan transformasi. Dalam inkarnasiNya, Kristus mengambil seluruh aspek budaya manusia dan menggunakannya sebagai wahana misi untuk menyatakan kehendak Allah yang kekal kepada dunia melalui konteks budaya dimana Ia ada. Dengan mengidentifikasikan diri sebagai Anak Manusia, maka disinilah Yesus menekankan solidaritas penuh dengan manusia dalam inkarnasi.[3]
Dari teladan Yesus ini, kita dapat belajar menggunakan unsur-unsur yang ada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di daerah yang dituju yang sudah dikenal (familiar) bagi mereka sehingga kita yang melakukan misi ini dapat memperoleh penerimaan dan selanjutnya dapat bergerak melakukan penginjilan tersebut.
Tugas memberitakan Injil dan menjadikan murid tidak hanya berlaku bagi para rasul atau hamba-hamba Tuhan di gereja. Ini adalah tugas yang diberikan kepada seluruh gereja secara kolektif dan juga kepada setiap orang Kristen secara individual.[4] Dengan demikian, tidak ada alasan lagi bagi seorang anggota jemaat untuk tidak melakukan tugas memberitakan Injil. Sebab sesuai pernyataan J. I. Packer tadi, tugas ini diberikan secara kolektif kepada seluruh gereja, sehingga tidak satu pun gereja dapat mengabaikan tugas penginjilan dan pemuridan yang siklusnya berlaku terus-menerus dan tidak stagnan.

Demikian pula bila dikatakan tugas ini diberikan kepada setiap orang Kristen secara individual, maka ini berlaku bagi masing-masing kita untuk terlibat dalam pelaksanaan tugas misi ini. Keterlibatan itu tentu dapat dituangkan dalam berbagai bentuk, namun kepedulian terhadap penginjilan dan cara pandang kita harus diubahkan apabila kita menganggap bahwa tugas ini bukanlah bagian kita. 
Sejauh ini, departemen misi telah melakukan beberapa kunjungan misi ke beberapa daerah yaitu ke kepulauan Mentawai di Sumatera, ke pulau Peling di Sulawesi dan sedang dalam perencanaan ke pulau Rote di Nusa Tenggara Timur.



Di dalam buku yang ditulis oleh H. Venema dengan judul Injil untuk Smeua Orang terdapat penjelasan mengenai tujuan pekabaran Injil. Yang pertama oleh H. Venema sendiri yang merumuskan bahwa tujuan PI adalah untuk mengumpulkan semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat sehingga Allah Tritunggal dimuliakan oleh semua bangsa, ketika kehidupan mereka diperbarui dalam konteks budaya masing-masing.[5]
Buku yang berjudul Injil untuk Semua Orang ini menulis jelas bahwa tujuan Pekabaran Injil adalah memuliakan nama TUHAN. Ada urutan yang tersusun dari semua sub tujuan yang ada dalam pekabaran Injil merupakan urutan ke tujuan utama. Urutan tersebut adalah pertobatan, pembaptisan orang percaya, penanaman gereja dan kedatangan Kerajaan Allah. Tujuan PI tercapai secara lengkap apabila nama TUHAN menerima kemuliaan yang selayaknya.[6]
Pendapat lain dalam buku ini mengatakan mengenai tujuan utama pekabaran Injil diantaranya ditulis oleh adalah Bavinck dan Gisbertus Voetius. Bavinck menyebut hal kedatangan dan perluasan kerajaan Allah sebagai tujuan utama PI. Hal kerajaan Allah ini langsung berkaitan dengan kemuliaan Allah. Kemudian ia mendukung Gisbertus Voetius yang menyebut tiga tujuan PI, yaitu (1) pertobatan orang kafir (conversio gentilium), (2) penanaman gereja Kristus (plantatio ecclesiae), dan (3) pemujaan dan penunjukan anugerah Allah (gloria et manifestatio gratiae divinae)[7].
Dengan demikian, setelah mengetahui tujuan pekabaran Injil yang adalah membawa kemuliaan bagi TUHAN dengan cara melakukan sub tujuan dengan urutan mulai pertobatan sampai perluasan kerajaan Allah sampai mencapai tujuan akhir dimana kembali kemuliaan Allah menjadi porsi yang terutama, maka kita tidak akan ragu untuk melaksanakan misi melalui gereja.
Formulasi Upaya Pemecahan
Gereja perlu menyadari bahwa pembinaan kerohanian setiap anggota Tubuh Kristus dalam gereja bertujuan memperlengkapi dan membekali masing-masing anggota untuk dapat menjadi terang dan garam dunia. Kita tidak dapat menjadi Terang apabila tidak berada dalam dunia yang masih ada dalam kegelapan. Kita tidak dapat menjadi garam yang mengasinkan bila tidak membawa pengaruh bagi orang lain di luar sana.
Gereja perlu melakukan fungsi penginjilan / misi melalui gereja lokal, sehingga pelaksanaan Amanat Agung dapat mulai tercapai dengan menjadikan segala bangsa sebagai murid Tuhan. Kesadaran bahwa gereja menerima Amanat Agung dari Allah sendiri merupakan langkah yang benar untuk menyadari tujuan kekal dan keberadaan kita dalam menerima anugerah keselamatan yaitu untuk meneruskannya kepada orang lain ataupun mengajarkannya untuk dapat tetap disampaikan lebih lanjut kepada orang lain.
Apabila suatu gereja telah memiliki pelayanan di bidang penginjilan yang dapat berupa suatu departemen misi, maka bidang tersebut perlu mendapat perhatian khusus untuk dapat aktif melakukan kegiatannya baik yang berupa pembekalan atau pelatihan sebagai persiapan pengutusan ke daerah-daerah di luar gereja yang membutuhkan penginjilan.

Gereja perlu mencapai suatu pemahaman bahwa setiap anggota Tubuh Kristus adalah pribadi-pribadi yang sanggup diutus sebagai pembawa kabar baik (Injil keselamatan) yang terlebih dahulu telah diterimanya dari Tuhan Yesus Kristus. Tentu hal ini tidak terwujud dalam sekejap mata, namun diperlukan proses yang diawali dengan kesediaan untuk mengikuti berbagai pelatihan dan dengan bekal Firman Tuhan yang cukup untuk mendatangkan pemahaman dan memberi hikmat agar kita dapat bertindak bijaksana.
Setelah melalui serangkaian proses dan tiba pada saat memiliki sumber daya manusia yang cukup, maka langkah selanjutnya adalah untuk mempraktekkan tugas mengabarkan Injil dan menjadikan segala bangsa murid Tuhan dengan bekal yang sudah diterima sebelumnya.   
Pelaksanaan praktek misi ini didahului dengan persiapan berupa penghimpunan berbagai informasi mengenai daerah yang dituju dan sosialisasi perencanaan tersebut kepada seluruh anggota sehingga tidak menutup kemungkinan bagi mereka yang digerakkan Tuhan dan seijin Tuhan kemudian dapat bergabung dalam tim misi yang ditugaskan untuk berangkat ke tempat tersebut.

Kesimpulan dan Saran
Pada dasarnya setiap gereja perlu terlebih dahulu memiliki kesadaran akan pentingnya Amanat Agung untuk dilaksanakan sebagai mandat yang dari Allah sendiri sehingga kepedulian terhadap penginjilan akan nyata dalam pelaksanaan misi itu sendiri.
Setelah menyadari pentingnya Amanat Agung dimana Yesus Kristus sendiri meminta kita untuk menjadikan semua bangsa murid dengan penyertaanNya, maka gereja seharusnya melakukan fungsi penginjilan dengan mengaktifkan seluruh anggota gereja yang adalah individu Kristen yang diutus oleh Tuhan sendiri untuk terlibat dalam pelaksanaan Amanat Agung ini.
Wadah dimana anggota Tubuh Kristus yang terhimpun dalam gereja ini dapat menggunakan bentuk sebagai suatu departemen misi dimana didalamnya terjadi persiapan berupa pembekalan dan pelatihan sumber daya manusia yang mengembangkan potensi sesuai karunia masing-masing untuk dapat digunakan dalam pelaksanaan misi.
Alangkah baiknya apabila persiapan tersebut didukung dengan perencanaan yang matang sehingga mulai dari penghimpunan berbagai informasi dan pembagian tugas bagi masing-masing anggota merupakan praktek penggunaan fungsi manajemen yang salah satunya adalah pengorganisasian. Pengarahan diperlukan untuk memastikan setiap bagian dalam pelaksanaan tugas misi itu mengetahui apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya, serta meminimalisir kesalahan yang mungkin saja terjadi tanpa adanya arahan yang jelas.

Setelah masuk pada tahap pelaksanaan maka perlu diadakan pengawasan sehingga antisipasi masih dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal di luar perkiraan. Dan ketika pelaksanaan telah berakhir, maka perlu diadakan evaluasi bersama sehingga dapat menjadi pelajaran untuk tidak mengulangi kesalahan yang mungkin telah terjadi, memperbaiki kekurangan yang ada dan terus melakukan peningkatan dan pengembangan untuk kebaikan bersama dan membawa kemuliaan bagi nama Tuhan dalam pelaksanaan Amanat Agung yaitu misi itu sendiri yang berasal dari Dia, oleh Dia dan bagi Dia.




[1] Tomatala, Yakob. Teologi Misi. Hal. 20.
[2] Jenson, Ron & Jim Stevens. Dinamika Pertumbuhan Gereja. Hal. 
[3] Tomatala, Yakob. Teologi Kontekstualisasi. Hal 22-23
[4] Packer, J.I. Penginjilan dan Kedaulatan Allah. Hal. 33
[5] Venema, H. Injil untuk Semua Orang. Hal. 65
[6] Ibid. Hal. 228, 233-234
[7] Ibid. Hal. 229

0 Response to "KAJIAN POKOK PELAKSANAAN MISI MELALUI GEREJA LOKAL"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel