“TEOLOGI PENCIPTAAN SEBAGAI SEBUAH JAWABAN TERHADAP PARA EVOLUSIONIST”






BAB I
Pendahuluan
Kitab Kejadian merupakan kitab pertama yang terdapat di dalam Alkitab yang diyakini oleh umat Kristen. Kitab ini juga memiliki peranan penting di dalam Doktrin Kekristenan sebab Kitab Kejadian merupakan kunci untuk melihat penyataan Allah serta sejarah awal mula dari segala sesuatu termasuk manusia.
Kitab ini menjadi kunci iman bagi orang percaya karena Kitab ini menentukan kitab-kitab lain. Kitab Kejadian merupakan Kitab yang mencatat sejarah awal manusia dan sejarah Awal siapa itu Allah dan karya-karya-Nya. Di sisi lain Kitab ini juga merupakan Kitab yang paling banyak diperdebatkan oleh kalangan Teolog. Di dalam Kitab Kejadian pasal 1 ayat 1 kalimat pembuka yaitu bahwa “pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”. Orang beriman tidak masalah dengan ayat ini, namun tidak bagi Kaum Liberal dan kaum Evolusionis yang beranggapan bahwa Alam semesta ini tidak diciptakan oleh Allah, melainkan merupakan hasil evolusi.
Banyak pertentangan telah terjadi antara ilmu pengetahuan dan agama Kristen. Isu yang paling Krusial yaitu mengenai “hal-hal permulaan”. Kesebelasa pasal pasal 1 – 11 menggambarkan hal-hal seperti permulaan bumi dan segala isinya bahkan alam semesta.  Tampaknya yang menjadi dasar dari teori-teori yang menentang teori Penciptaan di dasarkan pada perkembangan IPTEK yang semakin maju. Dewasa ini banyak sarjana Kristen berpendapat bahwa tafsiran “kekacauan semula” atas Kejadian 1:1, 2 itu adalah pandangan yang lebih cermat dari pada teori jurang.[1]
Dua aliran yaitu kreasionis dan evolusionis menjadi saling bertentangan. Orang beriman melihat dari kaca mata iman bahwa bumi dan isinya bahkan seluruh alam semesta diciptakan atau dibuat oleh satu Oknum yang jelas yang Berototitas yaitu Allah. Teologi penciptaan adalah kajian dalam ilmu teologi yang menyelidiki pandangan Kristen tentang penciptaan dunia. Hal itu berkaitan dengan kepeduliaan manusia akan keberadaannya, sejauh kepedulian ini mengandung pertanyaan 'dari mana' dan meluas sampai mencakup kosmos dan sejarah.[2]  David Ray Griffin dalam bukunya yang berjudul Iman Kristen berkata:
Saat ini masalah kecocokan gagasan tentang Tuhan dengan evolusi adalah masalah yang paling penting. Di satu sisi agama bergerak di sekitar keinginan untuk menjadi selaras dengan kekuatan dasar alam semesta dan dalam sebagian besar tradisi religius, khususnya yang dipengaruhi oleh kitab Injil. keyakinan akan Tuhan sebagai pencipta menjadi bagian pokok konsepsi teistik tentang kekuatan dasar alam semesta. di sisi lain gagasan yang menyatakan bahwa dunia kita muncul melalui suatu proses evolusi sudah menjadi suatu teori yang sangat mantap.[3]
Allah adalah hal yang melampaui segala sesuatu dan segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia, tidak ada sesuatu yang telah jadi dari segala sesuatu yang telah dijadikan. Allah berada di luar dan di atas ciptaan-Nya. Allah tetap bekerja sampai sekarang. Allah menciptakan dunia selama enam hari secara teratur. Dalam waktu enam hari Allah mengatur segala sesuatu yang dicipta-Nya. Pada tiga hari pertama, Allah menciptakan sebuah rancangan dasar kosmos: pertama langit, air, dan kemudian lahan kering. Pada hari keempat, kelima, dan keenam, Allah menciptakan penduduk wilayah ini: pertama matahari dan bulan, kemudian ikan dan burung, dan akhirnya hewan dan manusia. Setelah Allah selesai menciptakan semua itu, Allah menilai bahwa semua itu baik. Allah menciptakan semua itu melalui Firman-Nya. Allah menyatakan kuasa-Nya dengan memisahkan cahaya dari kegelapan, serta langit dari bumi.
Kemudian, bumi itu menjadi tempat manusia hidup. Manusia adalah makhluk bumi, sebab manusia terbentuk dari ‘debu tanah’ (bahasa Ibraninya, Adamah). Manusia yang dibentuk oleh Allah menjadi makhluk hidup ketika Allah menghembuskan napas hidup kepadanya (Kejadian 2:7).
Allah menciptakan manusia dan ditempatkan dalam taman Eden dengan suatu tanggung jawab. Dalam taman Eden terdapat pohon pengetahuan yang baik dan buruk.[4] Pohon ini merupakan pohon pengetahuan segala sesuatu yang tidak terbatas. Setiap orang yang makan buah dari pohon itu, maka ia akan mengetahui segala sesuatu. Manusia ingin mengetahui segala sesuatu yang tidak terbatas. Apabila hal itu terjadi, maka manusia telah melanggar hak yang hanya menjadi milik Allah yaitu kekekalan. Namun, pada akhirnya manusia tergoda oleh pencobaan dan semua menjadi kacau. Manusia menjadi makhluk yang memberontak terhadap Sang Pencipta. Manusia tidak mampu menerima bahwa pengetahuannya terbatas dan dirinya bukan pusat atas alam semesta.
Kitab Kejadian merupakan kitab yang sangat penting. Kitab ini memiliki pengaruh yang sangat besar dalam rekonstruksi iman orang percaya karena bersentuhan dengan teori-teori ilmiah dan mitos-mitos penciptaan yang hampir dimiliki oleh semua agama-agama dunia. Kitab Kejadian memberi informasi yang sangat penting tentang asal-usul segala sesuatu, termasuk penciptaan manusia.
Kitab Kejadian pasal 1 dapat disebut kidung pujian yang sangat indah untuk memuliakan Allah, Sang Pencipta. Bagian ini mendorong setiap insan yang percaya untuk memuliakan Allah melalui puji-pujian. Melalui harmoninya yang teratur, rasio kita dipacu untuk memikirkan Allah sebagai Sumber dan Pemelihara segala sesuatu. Dalam pasal ini, ditunjukkan kepada kita tempat manusia yang patut di dalam tujuan agung Allah yang mencakup seluruh ciptaan-Nya.
Pasal ini memiliki kedudukan yang strategis dalam satu kesatuan tema sebelas pasal pertama Kitab Kejadian (1-11), yakni pengungkapan keagungan Tuhan sebagai Pencipta dan Pemelihara segala sesuatu. Sebelas pasal pertama Kitab Kejadian ini memiliki tema yang mirip dengan mitos-mitos penciptaan. Suatu karya dari Babel yang lebih kemudian, Enuma Elish, juga menceritakan tentang penciptaan, yakni mulai dengan roh ilahi dan dunia yang belum berbentuk dan kosong. Cerita ini ditujukan untuk memuliakan ilah utama Babel, yakni Marduk, yang mengalahkan naga raksasa dari samudera, namanya Tiamat. Dalam karya ini dikisahkan, mula-mula terang muncul dari para ilah, lalu langit, tanah yang kering, benda-benda penerang, dan pada akhirnya diciptakanlah manusia. Sesudah itu, ilah-ilah istirahat dan bersukaria.
Banyak teka-teki tentang dunia yang tak terpecahkan dan tak kunjung terpecahkan. Kitab Kejadian tidak menerangkan semuanya karena Alkitab bukanlah kitab (kronologi) sejarah dan acuan data-data ilmiah. Ia hanya menjelaskan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu secara sistematis dan teratur hingga diciptakan-nya manusia sebagai mahkota atas semua ciptaan-Nya. Kejadian tidak mempersoalkan (detail-detail) bagaimana Allah menciptakan alam semesta serta detik-detik proses penciptaan tersebut. Misteri penciptaan ini  barangkali terbatas pada penalaran sains yang secanggih apapun sehingga tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak mengagumi Sang Pencipta.
Kejadian 1 memiliki kesatuan yang utuh hingga Kejadian 2:4. Bagian ini menggambarkan  tentang penciptaan awal.
1. Bagian Pendahuluan: 1:1-2
Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.
BAB II
EVOLUSIONIS

Pengertian Teori Evolusi
Evolusi merupakan kata umum yang menunjukkan suatu perubahan atau pertumbuhan secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang cukup lama.[5] Teori Biologi yang dibicarakan ini dikembangkan oleh Charles Robert Darwin (1800 - 1882). Ia mengemukakan bahwa hewan, tumbuhan, dan juga manusia merupakan hasil perubahan evolusi dari makhluk hidup yang sangat sederhana (satu sal organisme) pada awal kehidupan di bumi yang secara perlahan-lahan melalui proses penurunan dengan modifikasi yang akhirnya berkembang menjadi berbagai spesies organisme di muka bumi sekarang ini, termasuk kejadian manusia.[6]
Evolusi suatu spesies menjadi spesies lain berlangsung secara bertahap selama jutaan. Evolusi (dalam kajian biologi) berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi.
Ketika organisme bereproduksi, keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat diperoleh dari perubahan gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar populasi dan antar spesies. Pada spesies yang bereproduksi secara seksual, kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh rekombinasi genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara organisme. Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau langka dalam suatu populasi. Evolusi secara sederhana memiliki arti “perubahan”. tetapi sekarang di dalam pengertian yang lebih luas, dapat diartikan sebagai perubahan dari hidup bentuk satu sel menjadi manusia, sudah termasuk di dalamnya mikroevolusi – perubahan di dalam satu spesies – makroevolusi – perubahan di dalam diantar spesies. [7]
Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan hanyutan genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi - dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini.[8] Rosman Yunus berkata:
Evolusi suatu spesies menjadi spesies lain berlangsung secara bertahap selama jutaan tahun, dan tenu di antara perubahan bertahap itu terjadi bentuk-bentuk “transisi” atau bentuk antara, sebagi contoh makhluk hidup dari bentuk ikan menjadi amphibi tidak langsung begitu saja, mulai ikan yang mempunyai insang , untuk bernafas akan menjadi binatang peralihan dari air ke darat lalu insang mulai menghilang dan akan berganti dengan paru-paru, sirip menjadi kaki dan seterusnya. [9]
Dia menambahkan bahwa :
Khusus tentang kejadian manusia menurut teori evolusi darwin, manusia adalah hewan atau binatang yang sudah lebih maju. Pokok pemikiran darwin dan para pengikutnya (darwinian) mengemukakan bahwa ada sejumlah ras manusia yang berevolusi lebih cepat dan ada ras yang lambat berevolusi akan tertinggal jauh bahkan terlihat masih primitif setingkat kera. Ras yang unggul dan maju akan menindas yang primitif (prisip struggle for life).[10]

















BAB III
Teologi Penciptaan

Natur Allah
Ketika kita belajar tentang Natur Allah maka kita akan sampai kepada who is God?. Allah adalah Tuhan (Elohim). Christian theology from the beginning has understood the origin of all things in terms of creatio ex nihilo.[11]. Sebab kalimat pertama di dalam ayat 1 dipakai istilah Elohim yang memiliki arti Tuhan/ilah. Elohim juga memiliki pengertian bahwa Dia adalah Tuhan yang disembah oleh orang Israel di dalam nama YHWH. di dalam Yohanes 1:1 disebutkan bahwa “Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” di dalam terjemahan Yunani “Ἐν ἀρχῇ ἦν ὁ λόγος, καὶ ὁ λόγος ἦν πρὸς τὸν θεόν, καὶ θεὸς ἦν ὁ λόγος.. (en arche en ho logos kai ho Logos en pros ton theon, kai theos en ho logos).
Kata en arche artinya pada mulanya, yaitu tanpa artikel (kata tunjuk) jadi bahwa Firman itu sudah satu dengan Allah di dalam kekekalan, tanpa awal waktu dan tanpa kesudahan di dalam kesudahan dunia ini. Kalau disebutkan bahwa Firman itu bersama-sama dengan Allah di dalam kekekalan, maka apakah sebutan untuk Allah ini? bukankah Dia Tuhan! ya, benar. Dia adalah Tuhan. Dia adalah penguasa dunia ini. Kata “pada mulanya” bahwa sebelum Penciptaan, Allah sudah eksis. Eksistensi Allah itu tidak dependen (bergantung kepada yang lain), namun Allah itu independen (mandiri). Creation was not on a occasional or random act of God lacking any relationship at all to divine being.[12]

Tidak perlu sokongan dari zat atau unsur lain untuk menopang Ke-Allahan-Nya, supaya Dia tetap Allah atau supaya Dia menjadi Allah atau dibuat menjadi Allah, tidak sama sekali! Teologi Penciptaan sangat bergantung kepada pengetahuan kita mengenai Allah. Allah bagi bangsa Yahudi adalah Allah yang mampu menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada

Allah Sang Pencipta
Kita melihat bahwa akibat yang ditimbulkan oleh Allah ketika berfirman ialah munculnya kreasi/ciptaan yaitu langit dan bumi (Kej. 1:1). Tema bahwa “Allah sebagai Pencipta” adalah kepentingan utama di dalam seluruh Perjanjian Lama.[13].  Ajaran tentang Allah merupakan elemen yang sangat penting bagi Orang Kristen. Mustahil untuk tidak mengaitkan segala doktrin tanpa menghubungkannya kepada Allah. Allah menjadi utama ketika ingin memahami Teologi Penciptaan. Iman sejati akan mengaku dengan sangat tulus bahwa Allah yang mahakuasa (omnipotent). Kemahakusaan Allah adalah absolut. Creation refers to everything to which God has given being. As a verb “creation” refers to the past and continuing action of God  to bring into existence all that is and has been.[14]
Allah tidak membutuhkan asupan energi untuk menahan matahari supaya tetap memberikan panasnya ke bumi secara teratur. Ketika Allah menciptakan benda-benda penerang Allah sudah mendesain sedemikian rupa. Perlu diketahui bahwa hasil kreasi dari Allah sudah melewati tahap evaluasi oleh Dia sendiri, Allah melihat bahwa segala sesuatu yang diciptakannya itu baik, bukan hanya itu tetapi Dia berkat “amat baik” (Kej. 1:31)
Kita tidak sedang membahas kualitas ciptaan Allah secara rinci, namun jelas kita lihat bahwa jika bumi yang ditempati manusia hingga kini tetap bertahan pada tempatnya dan tidak mengalami keselahan dalam aturan tata Surya. contoh : Matahari tidak bersinar pada waktu malam. Benarkah demikian? tentu tidak! Walau secara kasat mata manusia tidak bisa melihat matahari pada waktu malam, namun bukan berarti matahari berhenti untuk bersinar. Allah tidak mendesainya seperti itu. Matahari tetap diciptakan sesuai dengan aturan main Allah. Dia mengatur bahwa akan ada siang da malam, dan ada benda penerang untuk menguasai malam dan untuk menguasai malam (Kej.1:13:19)



a. Penciptaan langit dan bumi: dari yang tidak ada menjadi ada
Kejadian 1:1 memiliki kedudukan yang sangat penting dalam keseluruhan pasal 1,  karena merupakan rangkuman dari rangkaian penciptaan yang dituturkan dalam ayat-ayat berikutnya. Frase  “pada mulanya” (merupakan pernyataan atau gagasan penegas yang berdiri sendiri. Menurut Donald Guthrie, dalam bukunya Tafsiran Alkitab Masa Kini 1: Kejadian - Ester, jika pada mulanya merupakan awal atau kesimpulan dari seluruh tahap penciptaan, maka ayat ini bisa dbaca atau berfungsi sebagai judul. Maka, Allah menciptakan memaksudkan penciptaan yang mutlak dari yang tidak ada menjadi ada (ex nihilo).
Kejadian 1:1, sebagai pendahuluan Kitab Kejadian, menekankan kebebasan mutlak Allah untuk menciptakan hal-hal yang tidak ada sebelumnya (creatio ex nihilo). Kitab Kejadian menentang gagasan mitos-mitos Babel, bahwa benda (materi) sama kekalnya dengan Allah; tidak ada sesuatu apa pun  yang keberadaannya kekal kecuali Allah. Allah tidak tergantung pada keberadaan benda-benda seperti dalam pemahaman panteisme. Justru sebaliknya, segala sesuatu (semua benda/materi) bergantung pada Allah. Allah berkuasa mengadakannya dan sekaligus juga meniadakannya. Oleh karena itu, semua ciptaannya harus takluk kepada-Nya.  Tanpa Firman tidak mungkin semua ciptaan eksis. Dia berfirman  itu merupakan perintah yang akan memiliki akibat “apa yang akan terjadi” namun satu yang tidak boleh dilupakan ialah “Dia yang berfirman” yaitu Allah.
Andaikan manusia yang berkat “aku akan menjadikan gunung” dapatkan dia menjadikannya? belum tentu, dan mustahil, sebab siapakah dia? namun ketika kita melihat ciptaan yang memang di luar nalar manusia, bahwa ciptaan yang dijadikan Allah bukan merupakan produk manusia maka, tentu kita akan menarik kesimpulan bahwa ini karena ada suatu otoritas dibalik semua ini yang bisa menjadikan dari “kehampaan” menjadi ‘keberadaan”. Kita melihat bahwa semua ciptaan dalam Kejadian pasal 1 bermula dari kekosongan. Kitab ini mengawali Introduksinya dengan perkataan “pada mulanya Allah”.
Kitab ini tidak diawali dengan perkataan “pada mulanya evolusi” atau “pada mulanya manusia” juga tidak “pada mulanya manusia….” sama sekali tidak! namun Alkitab secara eksplisit berkata bahwa “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” (ay. 1). Semua orang yang pernah sekolah mungkin sudah memahami bahwa ada banyak Galaksi yang ada di alam semesta ini. Bumi yang sekarang ditempati manusia ialah salah satu dari sekianb banyak Galaksi tepatnya “Galaksi Bimasakti”. Namun pertama bahwa Allah sudah menyiapkan langit dan bumi (the universe).
Berdasarkan paparan di atas, dengan mengatakan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi, muncul sebuah gagasan bahwa alam semesta terbuka bagi Allah; alam semesta terbuka bagi kemungkinan-kemungkinan baru, terbuka untuk diubah menjadi wilayah kemuliaan-Nya. Kejadian alam semesta, yang diringkaskan dalam sebuah ayat pendek dalam Alkitab, akan tetap menjadi misteri bagi siapa pun juga, baik bagi para teolog, filsuf, maupun saintis.

b. Belum berbentuk dan kosong
Keadaan bumi yang belum berbentuk dan kosong menunggu sentuhan kreatif Allah. Kekosongan yang berbentuk itu juga dilukiskan sebagai gelap-gulita menutupi samudera raya (1:2) karena tindakan Allah untuk menyempurnakan ciptaan-Nya belum dikerjakan, namun akan dikerjakan. Allah menciptakan dari keadaan yang sama sekali tidak ada menjadi ada. Kitab Kejadian hanya menjelaskan bahwa pasa mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Langit dan bumi eksis hingga sekarang bukan karena proses yang begitu rumit dan tidak terjelaskan, namun kita harus kembali melihat kepada Allah bahwa “pada mulanya Allah” artinya jelas bumi masih kosong dan tidak berbentuk, karena ayat-ayat sesudahnya menjelaskan kalau Allah menciptakan kembali ciptaan yang lain yang menempati ruang dan waktu.

c. Roh Allah melayang-layang
Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air (1;2b). Kata Ibrani ruakh bisa diterjemahkan angin atau roh. Alkitab LAI menterjemahkan ruakh elohim sebagai Roh Allah, bukan angin Allah. Karena Allahlah yang menciptakan langit dan bumi, Ia sendiri pun berkuasa untuk meniadakannya, seperti induk rajawali menggoyangbangkitkan isi  sarangnya. Dengan demikian, ungkapan Roh Allah melayang-layang, bukan hanya menegaskan kemahakuasan-Nya atas ciptaan-Nya, sekaligus juga kehadiran-Nya yang imanen dalam pemeliharaan ciptaan-Nya dan Ia sendirilah Sumber kehidupan itu..

2. Penciptaan: Hari Pertama sampai Hari Keenam
a. Jadilah terang (1:3—5)
Berfirmanlah Allah, “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi . . .        dipisahkannyalah terang itu dari gelap . . .  Jadilah petang dan jadilah pagi,    itulah hari pertama.
Menurut penulis, hari pertama yang disebutkan oleh 1:3-5 ini berhubungan dengan awal pekerjaan Allah dalam tindakan penciptaan, sebagaimana dijelaskan di atas; gelap gulita menutupi samudera raya, tetapi tindakan Allah melayang-layang di atas permukaan air menunjukkan bahwa Allah hadir di dalam ciptaan-Nya. Secara simbolis, dapat ditafsirkan: kalau Ia hadir, maka kegelapan akan menyingkir; kalau Allah telah memulai pekerjaan-Nya, maka tidak ada yang menghalangi kemahakuasaan dan keberdaulatan-Nya atas segenap alam. Jika terang yang dimaksudkan di sini berhubungan dengan benda penerang , maka makna kata terang dalam ayat 3 akan kabur. Jadi, terang yang dimaksud dalam ayat 3 adalah tindakan Roh Allah atas ciptaan-Nya dan tidak berhubungan dengan terang yang diakibatkan oleh benda penerang.
Sementara, kalimat ‘Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama’, menggambarkan bahwa tindakan Allah (sudah) sempurna (complete). Ungkapan “Itulah hari ke . . .” merupakan formula dari rangkaian kerja Allah, bahwa Ia melakukan semua tindakan penciptaan tersebut secara sempurna, teratur, dan tidak dihalangi oleh apa pun.[19]
b. Jadilah . . . (1: 6 - 25)
Allah menjadikan segala ciptaan-Nya tanpa bahan yang sudah ada sebelumnya. Allah sungguh-sungguh menciptakan cakrawala (hari ke-2), tumbuh-tumbuhan (hari ke-3), benda-benda penerang (hari ke-4), binatang-binatang (hari ke-5) tanpa materi (baca: bahan) yang sudah ada sebelumnya. Kalau kita analisis dalam perspektif ilmiah, tampaknya urutan atau kronologi penciptaan sebagaimana disebutkan oleh Alkitab sangatlah tidak logis. Seperti yang sudah penulis sebutkan di atas, ungkapan “Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ke . . .”. Kalimat ini tidak bertujuan untuk menjelaskan kronologi penciptaan secara ilmiah, tetapi secara pernyataan teologis bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dalam agenda Allah sendiri (yang tersembunyi dalam penelaahan sains) dan bahwa apa yang telah dikerjakan-Nya itu sempurna (complete; tidak memerlukan bantuan pihak lain – di luar diri Allah — untuk mewujudkannya).
Kata Ibrani yom, seharusnya tidak diterjemahkan hari (dalam pengertian 1 x 24 jam) atau perubahan hari dalam kebiasaan Yahudi, yang diakhiri oleh terbenamnya matahari dan pagi mengawali hari yang baru. Kata Yom (hari) lebih menegaskan periodik teknis bahwa karya Allah dalam penciptaan sedang berlangsung secara dinamis dan progresif, bukan sistematitasi atau periodisasi sistematisasi terjadinya ciptaan.
Sebagai contoh. pertama, kalau kita jelaskan secara ilmiah, setelah Tuhan menciptakan terang, pada bagian akhir penjelasan penciptaan tersebut, disebutkan: “Jadilah petang dan jadilah pagi itulah hari pertama.” Bagaimana petang dan pagi terjadi jika bumi tidak berotasi pada porosnya dan dalam porosnya ia berevolusi terhadap matahari, benda penerang yang diciptakan pada hari ke-4? (Tentang pemakaian isitlah terang ini, penulis telah menguraikannya di atas). Kedua, bagaimana tumbuh-tumbuhan (diciptakan pada hari ke-3) hidup tanpa proses fotosintesis, yakni dengan bantuan matahari, benda penerang yang akan diciptakan pada hari ke-4? Pertanyaan ilmiah seperti ini membuat para saintis menertawakan paham Ortodoks yang melihatnya sebagai rentetan kronologis.
Menurut penulis, data-data Kejadian 1:3—25 tentang urutan penciptaan tidak perlu dipersoalkan secara tajam dalam tataran ilmiah. Alkitab bukanlah buku ilmiah atau pun buku sejarah, yang darinya kita membangun teori-teori ilmiah secara akurat dan terpercaya. Alkitab adalah buku yang berisikan karya penyelamatan Allah yang mencapai puncaknya dalam penebusan Kristus.



3. Penciptaan manusia (26—27)       

Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita supaya mereka berkuasa  . . . menurut gambar dan rupa Allah diciptakan-Nya ia;    laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
Penciptaan manusia merupakan klimaks dari rangkaian tindakan penciptaan Allah. Kitab Kejadian memberi gagasan yang sangat jenius bahwa (1) manusia adalah puncak dari semua karya penciptaan Allah, (2) manusia itu diciptakan segambar dan serupa dengan Allah; (3) semua yang telah diciptakan Allah diberikan kepada manusia dan berada dalam kekuasaannya.

a. Dicipta segambar dan serupa dengan Allah
Dari kesaksian penciptaan dalam kitab Kejadian, Allah menciptakan semuanya hanya dengan atau melalui firman. Allah hanya berfirman: “Jadilah…” (lihat Kejadian 1:1-25) dalam penciptaan binatang, tumbuh-tumbuhan, dan segenap alam semesta, maka semuanya jadi. Tetapi, manusia diciptakan Allah dengan buatan tangan-Nya sendiri dan menghembuskan nafas (Ibr. ruakh) kehidupan padanya, nafas (roh) Allah sendiri. Dari segala mahluk yang pernah diciptakan oleh Tuhan Allah, hanya manusialah yang dicipta menurut gambar dan rupa Allah. Berarti, manusia dicipta (Ibr. Asah) seperti Penciptanya, dengan kemungkinan keadilan, kesucian dan kebenaran.[15]
Pernyataan bahwa manusia itu dicipta menurut gambar Allah dan seperti rupa Allah, ditemukan juga dalam Perjanjian Baru. Yesus Kristus disebut sebagai gambar Allah (2 Kor. 4:4; Kol. 1:15), dan sudah dijanjikan bahwa barangsiapa percaya kepada Allah akan dijadikan kembali menurut gambar-Nya dan akan serupa dengan Dia (1 Kor. 1549; 2 Kor. 3:18; Kol. 3:10).
a. Manusia sebagai mandataris Allah
Kejadian 1:26 menjelaskan: Allah menjadikan manusia itu, laki-laki dan perempuan,  menurut gambar dan rupa Allah. Setelah Allah menciptakan mereka, Allah memberkati mereka dan memberi otoritas untuk menguasai dan menakhlukkan alam, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan segala sesuatu yang ada di dalamnya (ay. 28-30).
Allah menjadikan manusia itu seperti allah-allah kecil di bumi. Manusia yang diciptakan dari debu tanah itu dimuliakan-Nya dan dimahkotai-Nya dengan kemuliaan dan hormat. Tentang hal ini, Mazmur 8:4-7 melukiskannya sebagai berikut.
“Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang yang Kau tempatkan: apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya? Apakah manusia, sehingga Engkau mengindahkan-Nya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kau letakkan di bawah kakinya; . . . .” 

b. Manusia: makhluk rasional
Supaya dapat menjadi mandataris Allah di bumi, Ia memperlengkapi manusia itu dengan akal budi, daya cipta, dan kemampuan-kemampuan bersosial yang lain. Manusia adalah manusia karena ia adalah satu-satunya mahluk yang dapat mengenal kebenaran, yaitu melalui rasio. Manusia adalah satu-satunya mahluk yang dapat berpikir; binatang berpikir bukan karena rasionya, tetapi naluriah hidup (insting) yang diciptakan oleh Tuhan. Manusia juga menjadi manusia, karena ia dapat menjalankan keadilan, yaitu memiliki sifat hukum. Manusia adalah manusia karena ia adalah satu-satunya mahluk yang berkewajiban moral untuk mencapai tujuan kesucian. Supaya manusia bisa mencapai maksud dan tujuan Allah, Ia memberinya roh, yang mana binatang dan tumbuh-tumbuhan dan ciptaan lainnya tidak memilikinya. Roh menjadi sarana Allah untuk berhubungan dengannya. Tiga hal inilah yang membedakan manusia dengan binatang.

c. Manusia: laki-laki dan dan perempuan
Lebih daripada itu lagi, pernyataan tiga rangkap tentang ciptaan Allah dalam ayat 27 bukan semata-mata paralelisme puitis. Jelas, bahwa di situ terdapat penitikberatan yang disengaja, yang maksudnya sudah dapat disimak. Dua kali ditegaskan bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya, dan ketiga kalinya hunjukan terhadap “gambar ilahi” itu diganti dengan kata-kata ‘laki-laki dan perempuan’.
Kalau digabungkan keputusan ilahi (‘Baiklah Kita menjadikan manusia … supaya mereka berkuasa …’), kreasi ilahi (‘…maka Allah menciptakan…’) dan pemberkatan ilahi (‘Beranak-cuculah …; penuhilah bumi dan takhlukkanlah itu …’), titik beratnya agaknya diletakkan atas tiga kebenaran fundamental tentang mahluk manusia. Yaitu, bahwa Allah menciptakan (dan masih terus menciptakan) mereka menurut gambar-Nya. Bahwa Ia menciptakan (dan masih terus menciptakan) mereka sebagai pria dan wanita seraya mengaruniai mereka tugas bahagia untuk berkembang biak. Bahwa ia memberikan (dan masih terus memberikan) mereka kekuasaan atas bumi dan segala binatang yang ada di dalamnya.
Jadi, sejak dari permulaannya ‘manusia’ diciptakan sebagai pria dan wanita yang memiliki kedudukan yang sama sebagai ahli waris, baik atas citra ilahi maupun atas kekuasaan atas bumi. Pendapat ini juga didukung oleh William Dyrness, dengan mengatakan: “Laki-laki dan perempuan adalah mahkota ciptaan; mereka diciptakan untuk memerintah.”  Tidak terdapat suatu hunjukan dalam natsnya bahwa salah satu kedua seks itu lebih besar keserupaannya dengan Allah daripada yang lain, atau salah satu dari kedua seks itu lebih besar tanggung jawabnya atas bumi dari pada yang lain. Tidak. Baik dalam hal ihwal keserupaan dengan Allah, maupun  dalam hal ikhwal tanggung jawab atas pengelolaan bumi (yang tidak boleh disamakan satu satu dengan yang lain, meskipun antara keduanya terdapat kaitan yang erat) mereka berdua adalah dari awalnya sama-sama kebagian. Sebab, dua-duanya adalah sama-sama diciptakan oleh Allah dan serupa dengan gambar-Nya.
4. Sungguh amat baik
”Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ”Beranakcuculah dan bertambah banyak . . .  Maka Allah melihat semua yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.
Allah memberkati manusia itu dengan segala yang ada di dalam alam semesta. Allah menyediakan makanan bagi manusia itu yang telah tersedia di dalam alam. Manusia harus berkuasa atasnya, termasuk pengelolaan ciptaan Allah.
Setelah manusia diciptakan oleh Allah, Ia melihat bahwa semuanya itu sungguh amat baik. Dalam rangkaian penciptaan pra-penciptaan manusia, Allah tidak mengatakan demikian. Manusia sebagai mandataris Allah memiliki tanggung jawab yang berat. Setelah manusia itu jatuh ke dalam dosa, tanggung jawab manusia sebagai mandataris Allah menjadi kabur. Banyak orang yang melihat dirinya tidak baik, berlawanan dengan pujian Allah atas semua segala yang diciptakan-Nya. Manusia adalah makhluk yang berpotensi untuk mensejahterakan dirinya dan juga melansungkan pengelolaan alam.



The Existence of God
Alkitab khususnya Perjanjian Lama kita akan menemukan sebuah tema yang sangat mengikat karakter Allah yaitu bahwa Dia adalah Allah yang hidup (Maz. 42:2). Apalagi jika kita melihat bahwa Allah tampil dalam aktivitasnya sebagai pribadi yang menjadikan. kata TUHAN (YHWH) memberikan indikasi akan hal ini. kata YHWH dari kata Hayah yaitu artinya hidup, sedangkan kata Yahweh ialah “The Existing one” artinya Dia yang ada tidak pernah tidak ada. Allah itu tidak dependen atau bergantung kepada sesuatu atau seseorang, melainkan Allah adalah Allah yang independen, Allah yang bebas (mandiri). Kata YHWH memiliki kata dasar “Hayah” yang sama dengan “eimi” dalam bahasa Yunani yaitu “ada/eksis”.
Allah sudah ada, Allah bukan ciptaan, tidak ada yang menjadikan Allah Allah sudah ada dengan sendirinya, inilah arti dari nama “YHWH” the existing one Dia yang ada dan terus ada, dan tidak pernah tidak ada. Ketika Allah menciptakan Dunia dan segala isinya maka secara otomatis Allah sudah membaginya di dalam ruang dan waktu. Allah memisahkan antara ciptaaan yang satu dengan ciptaan yang lain di dalam ruang/tempat berbeda.
Eksistensi Allah menjadikan Teologi penciptaan menjadi sebuah Teologi yang patut dipertahankan dan patut untuk dipercayai. Allah sudah eksis dan eksistensi Allah tidak muncul secara tiba-tiba. Tidak seorangpun manusia ketika lahir kedunia sebagai bayi, maka dia mampu berbuat sesuatu yang besar. Bayi hanya bisa melakukan hal-hal yang berkenaan dengan keadaannya seperti : menangis, berada dipelukan ibunya, tidur dan sebagainya. Berbeda dengan Allah. Allah eksis dengan segala keAllahNya yang sudah baik dan Allah tidak mengalami perubahan sifat-sifat. Dia tidak bisa semakin lebih baik atau semakin tidak lebih baik. Kualitas dan eksistensi-Nya sudah bertahan sejak kekekalan sampai kekalan.
Pengetahuan kita akan Allah
Sesuatu yang menyebabkan suatu hal terjadi maka pasti ada benda, zat atau hal yang menyebabkan itu. aksi sama dengan reaksi. ketika Allah berkata “Allah berfirman, jadilah terang, maka terang itu jadi. mengapa? di dalam pasal pertam kita sudah diberikan petunjuk Teologi yaitu “pada mulanya Allah….” ada Allah inilah dasar mengapa kata “menciptakan menjadi sangat penting, karena kata menciptakan melekat erat di dalam diri Allah. Allah sebagai pencipta adalah sumber kreativitas dan sumber segala yang ada.[16]
Natur dari Pencipta ialah “TUHAN”
Di dalam bab yang membicarakan tentang penyataan Tuhan Allah telah dikemukakan, bahwa segera Israel mengenal Tuhan Allah sebagai Sekutunya, segera terdengarlah kesaksian Israel bahwa Tuhan Allah yang Mahakuasa juga di dalam alam semesta. Pengenalan Israel tentang Tuhan Allah sebagai Pencipta alam semesta ditimbulkan oleh pengenalannya akan Tuhan Allah sebagai Juruselamat sebagai sekutunya.[17] Penciptaan merupakan ajaran yang sangat hakiki dan berperan penting dalam ke-Kristenan. bahkan sering terdengar di dalam pesan-pesan Natal bahwa “pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” sudah merupakan slogan yang cukup memikat hati para orang percaya.





BAB IV
Penciptaan Adalah Karya Allah

Penciptaan Bumi adalah Tindakan Allah
Evolusi berkata bahwa bumi ini sudah merupakan hasil yang sangat panjang, suatu rentang waktu yang sangat jauh. Teori-teori muncul untuk menandingi teori Penciptaan. Para ilmuan memiliki titik tolak yang berbeda dan mengembangkan secara berbeda pula. Sedangkan Alkita sangat jelas bahwa Kejadian Pasal 1 mengisahkan tentang Penciptaan alam semesta, bumi dan isinya, dan enam hari secara literal (1x24 jam). Seperti pengakuan iman Rasuli berkata : “Aku percaya kepada Allah Mahakuasa, pencipta langit dan bumi” Komunitas Pengakuan iman “Allah adalah pencipta dunia” 

Studi Kata
Kejadian 1 :1 “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” 
KJV “In the beginning God created the heaven and the earth.” 
NIV  “In the beginning God created the heavens and the earth.” Kata menciptakan/create di dalam Bahasa Ibrani dipakai istilah בָּרָא (Bara). Penulis Kejadian pasal 1 menggunakan kata Ibrani “bara”  menciptakan, suatu kata dalam Perjanjian Lama yang hanya dipakai untuk Allah saja tanpa menyebut sama sekali bahan yang dipakai untuk menciptakan.[18]  Kalau kata ini dipakai untuk Allah saja, maka sangat benar kalimat dalam Kejadian pasal 1 ayat 1 yang berbunyi  “pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Allah sebagai pelaku dan sebagai subjek di dalam tindakan melakukan penciptaan. Kata ini tidak menggambarkan pekerjaan yang tidak ada kesamaannya dengan perkerjaan manusia dan tidak dapat diterjemahkan  dengan istilah  seperti ‘membuat’ atau membangun.[19] Kaum Evolusionis berkata bahwa bumi dan segala isinya terjadi karena proses yang sangat panjang dan terjadi jutaan tahun yang lalu.
Oknum Penciptaan tampak jelas di dalam Kitab Kejadian. Alkitab menjadi saksi yang paling otototatif dan yang paling handal dibandingkan dengan kesaksian sains dan Ilmu Teknologi apalagi Filsafat. Allahlah yang dibelakang semua ini. Kitab Kejadian tidak mencatat bahwa terjadi suatu Big Bang (Ledakan Besar), bahkan tidak menyebutkan kalau Manusia ada bukan melalui proses dari satu bentuk/sel ke bentuk yang lain. Teori Darwin sama sekali tidak mampu untuk melihat dengan konsepsi yang sama dalam Kitab Kejadian. Hartono berkata dalam bukunya Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta :
Menurut teori ledakan besar jagat raya berawal dari adanya suatu massa yang sangat besar dengan berat jenis yang besar pula dan mengalami ledakan yang sangat dashyat karena adanya reaksi pada inti massa. Ketika terjadi ledakan besar, bagian-bagian dari massa tersebut berserakan dan terpental menjauhi pusat dari ledakan. Setelah miliaran tahun kemudian. bagian-bagian yang terpental tersebut membentuk kelompok-kelompok yang dikenal sebagai galaksi-galaksi dalam sistem tata surya.[20]
Manusia tidak ada secara tiba-tiba juga tidak diciptakan oleh dirinya sendiri (cloning). Alkitab berkata bahwa “Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat”  Kacamata Imanlah yang mampu menerobos misteri ini, bahwa ternyata ada Oknum yang adikodrati yang memiliki Kuasa sedemikian rupa untuk mengkreasi bumi dan ciptaan lainnya, hingga 6 hari Penciptaan dalam Kejadian pasal 1. Kata Kerja bara ‘menciptakan’ terdapat 5 kali di dalam Kejadian 2:4 & 4:7. Allah selalu menjadi subjek dan kata kerja ini tidak pernah disebut adanya bahan yang digunakan ketika Allah menciptkan sesuatu.[21]
Teori Evolusi sangat berbeda dengan teori Penciptaan yang ada di dalam Kitab Kejadian. Penciptaan berhubungan langsung kepada Allah. Allah berfirman maka langit dan bumi jadi. Kata Kunci di dalam Kitab Kejadian ialah bara menciptakan.[22] Kata ini menjadi solusi yang sangat memukul teori Evolusi yang mendasarkan bahwa dunia ini tidak diciptakan oleh Allah.
Penciptaan manusia.
Seluruh kisah penciptaan ditujukan pada penciptaan manusia. Tempat hunian telah diciptakan lebih dulu. Di mana manusia akan tinggal. Waktu juga sudah diciptakan sebagai ukuran, dengan keadaan seperti maka manusia dapat mengatur hidupnya. Segala sesuatu disiapkan Tuhan maka Allah menciptakan laki-laki dan perempuan. Manusia menjadi puncak penciptaan Allah, bahkan manusia diciptakan unik yakni segambar dengan Allah.  Kesebelas bab pertama Kitab Kejadian disebut “sejarah awal mula”, karena bab-bab itu membicarakan sejarah umat manusia, bukan khusus sejarah umat Israel saja.[23]
Allah secara sengaja menciptakan Dunia dan segala isinya. Di dalam Kejadian penciptaan merupakan tindakan yang memiliki tujuan.[24] Dia berfirman, untuk mengahasilkan sesuatu. Segala ciptaan bersumber dari dia. Ciptaan yang dihasilam oleh melalui kreasi ialah terjadi tanpa perubahan yang disebabkan jutaan tahun.












BAB V
Penutup
Teologi Penciptaan ditentukan oleh beberapa aspek, yaitu bahwa semua ciptaan dihasilkan dari satu kata kunci yaitu Bara (menciptakan). Kata ini hanya dipakai khusus untuk Allah. Evolusi tidak memberikan bukti yang kuat bahwa dunia merupakan hasil evolusi yang merupakan proses yang cukup panjang. Namun Penciptaan menurut Kejadian memberikan jawaban bahwa Allah adalah pelaku tunggal di dalam penciptaan. Allah tidak pernah menciptakan dunia dengan menggunakan teori Evolusi.
Dunia dan segala isinya merupakan Karya Allah karena merupakan hasil dari kreasi Allah sendiri. Dia adalah Mahakuasa. Segala ciptaan adalah baik dan sangat baik melewati tahap evaluasi dari Allah. Teori evolusi sangat bertolak belakang dengan kesaksian dalam Kejadian pasal 1.  Sehingga sangat benar bahwa Allah adalah pencipta dan Dia menciptakan segala sesuatu melalui Firman-Nya. Apa yang diciptakan Allah terjadi sesuai dengan apa yang diucapkan-Nya, tidak ada yang salah dan tidak ada yang keliru.








DAFTAR PUSTAKA

-          Fritz Ridenour  Dapatkah Alkitab Dipercaya Jakarta: BPK, 2000
-          Dister,Nico Syukur. Teologi Sistematika 1: Allah Penyelamat Yogyakarta: Kanisius, 1999
-          David Ray Griffin Pustaka Filsafat Tuhan & Agama Dalam Dunia Post Modern Yogyakarta: Kanisius, 2005
-          Wahono, S. Wismoady. Di Sini Kutemukan: Petunjuk Mempelajari Dan Mengajarkan Alkitab Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1986
-          Rosman Yunus, Bambang Haryanto, Hoirul Abadi dan Arief Muhajir Teori Darwin Dalam Pandangan Sains dan Islam Jakarta: PRESTASI, 2006
-          Ralph O. Muncaster Creation Vs. EvolutionC Oregon : Harvest House Productions, 2000
-          Futuyma, Douglas J. Evolution. Sunderland, Massachusetts: Sinauer Associates, 2005. 
-          Jack Cottrell. The Faith Once for All: Bible Doctrine for Today  United States of America: The Lockman Foundation, 2006
-          Nathan MacDonal Genesis and Christian Theology Michigan:Grand Rapid, 2012
-          Alister E. McGrath Christian Theology: An Introduction Singapore: Blackwell Publishing, 2011
-          Keith B. Miller Perspectives on an Evolving Creation Grand Rapids: Michigan, 2003
-          Stephen Tong, Iman, Rasio dan Kebenaran Jakarta: Institut Reformed-Stephen Tong Evangelistic Ministries International, 1996
-          Anton Wessels Memandang Yesus  Jakarta: BPK, 2001
-          Harun Hadiwijono Iman Kristen Jakarta: BPK, 2007
-          W.S. Lasor Pengantar Perjanjian Lama 1 Taurat & Sejarah Jakarta:BPK, 2011
-          Harton Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta Bandung: Citra Praya, 2007
-          Pengenalan Pentateukh Malang:Gandum Mas,2004
-          James E Smith. The Pentateuch Tanpa Kota Penerbit: Baker Book House2006
-          Dianne Berganti, CSA & Robert J. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama Yogyakarta: Kanisius, 2002
-          Gunton Doctrine of Creation London: T&T Clark, 2004.





[1]Fritz Ridenour  Dapatkah Alkitab Dipercaya (Jakarta: BPK, 2000) 178
[2]Dister,Nico Syukur. Teologi Sistematika 1: Allah Penyelamat . (Yogyakarta: Kanisius, 1999.) 41.
[3]David Ray Griffin Pustaka Filsafat Tuhan & Agama Dalam Dunia Post Modern (Yogyakarta: Kanisius, 2005) 100.
[4]Wahono, S. Wismoady. Di Sini Kutemukan: Petunjuk Mempelajari Dan Mengajarkan Alkitab . (Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1986) 79.
[5]Rosman Yunus, Bambang Haryanto, Hoirul Abadi dan Arief Muhajir Teori Darwin Dalam Pandangan Sains dan Islam (Jakarta: PRESTASI, 2006) 20.
[6]Ibid.  Rosman Yunus, Bambang Haryanto, Hoirul Abadi dan Arief Muhajir Teori Darwin Dalam Pandangan Sains dan Islam (Jakarta: PRESTASI, 2006) 20.
[7]Ralph O. Muncaster Creation Vs. EvolutionC (Oregon : Harvest House Productions, 2000) 8.
[8]Futuyma, Douglas J. Evolution. Sunderland, Massachusetts: Sinauer Associates, 2005. 
[9] Ibid. Rosman Yunus,Bambang Haryanto,Choirul Abadi,Arief Muhajir  Teori Darwin Dalam Pandangan Sain dan Islam (Depok:Prestasi,2006) 20.
[10] ibidRosman Yunus,Bambang Haryanto,Choirul Abadi,Arief Muhajir  Teori Darwin Dalam Pandangan Sains dan Islam (Depok:Prestasi,2006) 20 21.
[11]  Jack Cottrell. The Faith Once for All: Bible Doctrine for Today (United States of America: The Lockman Foundation, 2006) 101.
[12] Nathan MacDonal Genesis and Christian Theology  (Michigan:Grand Rapid, 2012) 157
[13]Alister E. McGrath Christian Theology: An Introduction (Singapore: Blackwell Publishing, 2011) 215
[14]Keith B. Miller Perspectives on an Evolving Creation (Grand Rapids: Michigan, 2003) 3.
[15]Stephen Tong, Iman, Rasio dan Kebenaran (Jakarta: Institut Reformed-Stephen Tong Evangelistic Ministries International, 1996) 2.
[16]Anton Wessels Memandang Yesus  (Jakarta: BPK, 2001) 142,
[17]Harun Hadiwijono Iman Kristen (Jakarta: BPK, 2007) 143
[18]W.S. Lasor Pengantar Perjanjian Lama 1 Taurat & Sejarah (Jakarta:BPK, 2011) 122.
[19]Ibid. W.S. Lasor Pengantar Perjanjian Lama 1 Taurat & Sejarah (Jakarta:BPK, 2011) 122
[20]Harton Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta (Bandung: Citra Praya, 2007) 28.
[21]Pengenalan Pentateukh (Malang:Gandum Mas,2004) 24.
[22] James E Smith. The Pentateuch (Tanpa Kota Penerbit: Baker Book House2006) 49.
[23]Dianne Berganti, CSA & Robert J. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama (Yogyakarta: Kanisius, 2002) 34.
[24]Gunton Doctrine of Creation  (London: T&T Clark, 2004) 22. 

0 Response to "“TEOLOGI PENCIPTAAN SEBAGAI SEBUAH JAWABAN TERHADAP PARA EVOLUSIONIST”"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel