MENAFSIR FIRMAN TUHAN DENGAN TEPAT "GORDON D. FEE"

INTRODUKSI

Menafsir adalah kegiatan manusia yang sudah biasa dilakukan. Agaknya sangat sulit untuk tidak melakukan seni menafsir ini dalam kehidupan sehari-hari. Menafsir membutuhkan takaran, ukuran, bahkan arti yang saksama dalam segi hidup ini. Segala sesuatu terkadang masih membutuhkan penafsiran (penjelasan) walau sudah terlihat jelas dan gamblang.

Marilah kita katakan dari dari permulaan dan mengulanginya dalam dalam seluruh buku ini bahwa tujuan penafsiran yang baik bukanlah keunikan.

Saudara tidak menafsirkan Alkitab; bacalah saja, dan laksanakan apa yang dikatannya. Biasanya, ucapan semacam itu mencerminkan sanggahan orang awam terhadap cendekiawan yang Profisonal, pendeta guru sekolah Minggu, yang dengan cara penafsiran, agaknya membuat Alkitab seolah-olah berada diluara jangkauan.

Begitulah cara mereka mengatakan bahwa Alkitab itu bukanlah buku yang tidak jelas artinya. Penafsiran yang mengarah pada atau menyukai hal-hal yang unik biasanya dapat dihubungkan kesombongan (usaha untuk melebihi kepandayan orang lain di dunia)

Dengan pengertian yang keliru mengenai kerohanian (yang menggangap bahwa Alkitab penuh dengan kebenaran-kebenaran yang dalam yang sedang menunggu untuk digali oleh orang yang peka secara rahani yang memiliki pengertian yang istimewa),

Penafsiran yang unik biasanya kelilu. Bukan maksud kami hendak mengatakan bahwa pemahaman yang tepat mengenai suatu ayat Alkitab tidak akan tampak unik baru seseorang yang baru mendengarnya untuk kali yang pertama pengertian yang jelas dari teks itu.

Dan faktor yang paling penting dapat kita sediakan untuk tugas itu ialah pikiran sehat yang sudah diterangi Tuhan. patokan untuk penafsiran yang baik ialah bahwa penafsir itu membuat teks tersebut dapat dimengerti dengan baik. Oleh karena itu, penapsiran yang tepat akan melegakan pikiran dan sekaligus menempelak atau mendorong hati


Pembaca Sebagai Penafsir

Alasan Pertama mengapa kita perlu belajar bagaimana menafsir adalah setiap pembaca pada waktu yang sama juga menjadi penafsir, apakah ia mau atau tidak. Banyak dari kita yang mengharap sewaktu kita membaca bahwa kita juga memahami apa yang kita baca. Kita juga cenderung berpikir bahwa pengertian kita itu sama dengan maksud Roh Kudus atau maksud pengarang manusia itu. Namun kita selalu menghayati sesuatu teks sesuai dengan keadaan kita, dengan semua pengalaman, kebudayaan, pengertian akan kata-kata serta gagasan yang telah kita miliki sebelumnya.

Ketika Paulus berkata, Dan janganlah merawat tubuhmu untuk untuk keinginannya (Rm.13: 14), orang-orang dalam banyak kebudayaan berbahasa inggris condong berpikir bahwa kata tubuh berarti tubuh jasmani dan karenanya Paulus sedang tentang keinginan tubuh.

Hal ini menyebabkan kita memperhatikan selanjutnya bahwa bagaimanapun juga pembaca Alkitab bahasa Inggris sudah terlibat dalam penafsiran. Karena terjemahan itu sendiri merupakan suatu bentuk penafsiran (yang perlu). Oleh karenai itu, penerjemah yang baik mempertimbangkan masalah perbedaan bahasa kita. Namun tugas ini tidak mudah. Sekarang cukuplah sudah untuk menunjukan bagaimana fakta penerjemahan itu sendiri sudah melibatkan seseorang dalam tugas penafsiran.

Kebutuhan untuk menafsirkan juga diperoleh dengan memperhatikan apa yang terjadi di sekitar kita. Dan mereka yang menegaskan Untuk beberapa orang Alkitab mengajarkan dengan jelas bahwa orang-orang percaya hendaknya dibabtis dengan cara penyelaman; sedangkan orang lain percaya bahwah mereka dapat mengemukakan alasan alkitabiah untuk babtisan kanak-kanak. Ia mengatakan bahwa yang penting bukanlah apa yang pada hemat kita telah dikatakan Alkitab, tetapi apa yang benar-benar dikatakannya.

Akan tetapi, sebagaimana yang telah kita lihat hal itu adalah pilihan yang keliru. Penangkal untuk penafsiran yang buruk bukanlah tidak ada penafsiran yang buruk bukan tidak ada penafsiran yang baik, didasarkan pada pedoman baik didasarkan pada pedoman pikiran yang sehat. Apa yang kamiharapkan akan dicapai karya ini menambah kepekaan pembaca terhadap persoalan-persoalan khusus yang menjadi sifat setiap gaya penulisan, mengetahui mengapa berbagai pilihan itu ada dan bagai mana mengadakan pertimbangan berdasarkan pikiran sehat, dan khususnya sanggup membedakan penafsir yang baik dan yang tidak terlalu baik- serta mengetahui apa yang menjadikannya demikian.

Sifat Firman Tuhan

Alasan yang lebih penting untuk kebutuhan menafsirkan terletak dalam sifat Firman Tuhan itu sendiri. Menurut sejarah, gereja telah memahami sifat dasar Firman Tuhan sama seperti gereja memahami oknum Kristus - pada saat yang sama Alkitab mempunyai sifat manusia dan ilahi. Sudah dikatakan dengan tepat bahwa, Alkitab adalah Firman Allah yang diberikan di dalam bahasa (manusia) dalam sejarah. Sifat rangkap inilah yang menuntut kita untuk melakukan penafsiran.

Oleh karena Alkitab adalah Firman Allah, maka ia selalu relevan. Alkitab berbicara kepada seruruh umat manusia, dalam segala zaman dan dalam semua kebudayaan. Oleh karena Alkitab itu Firman Allah, kita harus mendengarkannya – dan mentaatinya. Akan tetapi, karena Allah memilih untuk mengucapkan Firman-Nya melalui bahasa manusia dalam sejarah, maka setiap buku dalam Alkitab juga memiliki keistimewaan historis.

Sebaliknya, ada orang-orang yang berpikir yang berpikir mengenai Alkitab hanya dari segi relevansi kekalnya. Bagaimanapun juga Alkitab bukanlah serangkaian dasar pikiran dan perintah. Tetapi untunglah, bukan demikian cara Allah berbicara pada kita. Ia lebih suka mengutarakan kebenaran-kebenaran-Nya yang kekal di dalam keadaan dan pristiwa khusus dalam sejarah manusia. Ini juga yang memberikan pengharapan untuk kita.

Kenyataan bahwa Alkitab memiliki segi kemanusiaan merupakan dorongan dan tantangan serta menjadi alasan mengapa kita perlu menafsirkannya. Dalam hal ini ada dua hal yang perlu di perhatikan.

1. Salah satu segi kehidupan manusia yang paling penting dari Alkitab ialah bahwa untuk menyampaikan menyampaikan Firman-Nya kepada semua keadan manusia, Allah memilih untuk menggunakan hampir setiap macam komunikasi yang ada cerita sejarah, silsilah keturunan, tarikah bermacam-macam hukum, aneka jenis syair, Amsal, nubuatan, teka-teki,drama, riwayat hidup singkat, perumpamaan surat, khotba, dan wahyu.

2. Ini merupakan alasan utama mengapa kita perlu belajar menafsirkan Alkitab. Jika Firman Allah mengenai perempun yang memakai pakayan laki-laki, Jadi, tugas penafsiran melibatkan pelajar atau pembaca pada dua tingkat. Pertama, orang harus mendengar Firman yang mereka dengar; saudara harus berusaha mengerti apa yang dikatakan kepada mereka pada waktu itu (eksegese). Kedua saudara harus belajar untuk mendengar Firman yang sama pada waktu sekarang (hermenetik).


Tugas Pertama Eksegese

Tugas pertama penafsir disebut Eksegese adalah hal yang mempelajari Alkitab secara sistematis dan teliti untuk menemukan arti asli yang dimaksudkan. Suatu usaha untuk mendengar Firman sebagaimana penerima yang mula-mula mendengarkannya, untuk menemukan apa maksud mula-mula dari perkataan Alkitab. Tugas pertama ini sering memerlukan seorang alih, seorang yang pendidikannya telah menolong dia untuk memahami bahasa dan keadaan-keadaan yang asli yang melatarbelakangi teks Alkitab. Kami akan memberikan sedikit keterangan mengenai masing-masing hal ini:

a. Walaupun setiap orang kadang-kadang mengunakan eksegese, dan walaupun sering eksegesa tersebut dilakukan dengan baik, ada kecenderungan untuk memakainya hanya bila mana ada persoalan nyata di antara teks Alkitab dengan kebudayaan moderen. Oleh karena penafsiran eksegesis harus digunakan untuk teks-teks demikian, kami mendesak supaya itu menjadi langkah pertama dalam membaca setiap teks. 

Mula-mula tidaklah mudah untuk melakukannya. Tetapi belajar eksegese akan mendatangkan keuntungan besar dalam mengerti Alkitab dan bahkan akan membuat kegiatan membaca Alkitab, dan juga studi Alkitab, menjadi suatu pengalaman yang jauh lebih menyenangkan. Utuk kesalahan-kesalahan demikian orang harus belajar berpikir secara eksegesis, yaitu mulai dari masa lampau, dan melakukan hal yang sama untuk setiap teks.

b. Lalu Ia menambahkan Lebih mudah sekor unta melewati lobang jarum daripada seorang kaya masuk kedalam kerajaan Allah. Maksud penafsiran ini ialah bahwa seekor unta sebenarnya bisa masuk melalui Lobang jarum itu. Akan tetapi masalah dengan eksegese ini ialah bahwa hal ini tidak.


Belajar Melakukan Eksegese

Bagaimana kita belajar melakukan eksegese yang baik dan pada saat yang sama menghindari lubang-lubang perangkap sepanjang jalan? Bagian pertama dari kebanyakan pasal dalam buku ini akan menerangkan bagaimana orang harus melakukan tugas eksegese untuk setiap gaya sastra khususnya. 

Namun, sudara dapat melakukan eksegesis yang baik, walaupun sudara tidak mempunyai semua kecakapan dan peraratan ini. Akan tetapi, untuk melakukan, sudara harus mula-mula belajar apa yang dapat sudara lakukan dengan kecakapan saudara sendiri, dan kedua saudara harus belajar menggunakan karya orang lain.

Kunci kepada eksegesis yang baik, dan demikian kepada pembaan Alkitab yang lebih bijaksana, ialah belajar membaca teks dengan teliti dan mengajukan pertanyaan yang tepat tepat mengenai teks itu. 

Untuk membaca dan menelah Alkitab dengan cerdas diperlukan pembacaan yang teliti dan hal itu meliputi belajar menanyakan pertanyaan-pertaanyaan yang tepat mengenai teks.

Konteks Historis

Konteks historis, yang akan berbeda-beda dari kitab ke kitab, berubungan dengan beberapa hal: waktu dan kebudayaan pengarang serta para pembacanya, yaitu faktor-faktor geografis, dan politis yang relevan dengan lingkungan pengarang; topografis, dan politis yang rerevan dengan lingkungan pengarang; dan peristiwa penulis buku, surat. Mazmur, firman nubuat, atas gaya sastra yang lain.


Akan tetapi, pertanyaan yang lebih penting mengenai konteks historis ada hubungannya dengan peristiwa dan tujuan setiap kitab dalam Alkitab dan atau berbagai bagiannya. Tetapi buatlah pengamatan saudara sendiri lebih dahulu.

Konteks Sastra

Pertama berarti bahwa kata-kata hanya mempunyai arti di dalam susunan kalimat, dan kedua bahwa kalimat-kalimat di Alkitab sebagian besar hanya mempunyai arti yang jelas dalam hubungan dengan kalimat-kalimat sebelum dan sesudahnya. Apa maksudnya? Kita harus mencoba menelusuri jalan pikir penulis.


Pertanyaan ini akan berbeda dari gaya sastra yang satu ke gaya sastra yang lain, selalu merupakan pertanyaan yang penting sekali. 

Itu sebabnya sangat penting bahwa kita belajar mengenal kesatuan-kesatuan pikiran, apakah itu terdapat dalam paragrap (untuk prosa) atau dalam baris-baris dan bagian-bagian (untuk puisi).


Pertanyaan Mengenai Isi

Setiap teks berkenaan dengan isi sebernarnya dari penulis. Isi adalah hubungannya dengan arti kata-kata, hubungan tata bahasa dalam kalimat, dan pilihan teks asli di mana manuskrip-manusia (tulisan tangan) berbeda satu sama lain. 

Isi juga meliputi sejumlah pokok yang disebut sebelumnya di bawah sub-bagian konteks historis misalnya, arti dinar, atau perjalanan pada hari sabat, atau panggung (TL) atau bukti pengorbanan (TB) dan lain sebagainya.

Kami telah menyebutkan empat alat sedemikian: kamus Alkitab yang baik, buku pengantar Alkitab yang baik, terjemahan Alkitab yang baik, dan berapa buku tafsiran yang baik. 

Tentulah ada alat-alat jenis lain, khususnya untuk penelaahan yang berhubungan dengan topik atau tema. Tetapi untuk membaca atau mempelajari Alkitab buku demi buku, maka pelalatan di atas ini adalah yang paling perlu.

Tugas yang kedua: Hermenetik

Pertanyaan-pertanyaan hermeneutik tidaklah mudah sama sekali Barang kali itulah sebabnya begitu sedikit buku yang ditulis menurut segi ini dari pokok bahasan kita. 

Juga tidak semua orang sependapat tentang caranya kita harus melaksanakan tugas itu. Tetapi inilah bidang yang sangat penting sekali, dan orang-orang percaya perlu belajar berbicara satu dengan yang lain mengenai pertanyaan-pertanyaan ini-dan mendengar.


ALAT UTAMA TERJEMAHAN ALKITAB YANG BAIK

Itu berarti bahwa bagi saudara, alat utama untuk membaca serta mempelajari Alkitab adalah suatu terjemahan Alkitab-Alkitab yang baik dalam bahasa Inggris dan terjemahan Inggris (Indonesia) yang baik.

Pertama, barangkali tindakan yang baik ialah hanya menggunakan satu terjemahan, asalkan itu benar-benar yang baik. Ini akan membantu dalam pengafalan, dan juga akan memberikan kemantapan. Akan tetapi, saudara untuk mempelajari Alkitab saudara harus mengunakan beberapa terjemahan yang terpilih dengan baik. 

Yang paling baik ialah menggunakan terjemahan-terjemahan yang telah kita tahu akan cenderung berbeda. Hal ini akan menyeroti di mana letaknya banyak persoalan eksegestis yang sulit.

Ilmu Penerjemahan

Ada dua macam pilihan yang harus dibuat oleh seseorang penerjemah: tekstual linguistik (yang berkenang dengan ilmu bahasa). Jenis pertama berkenang dengan suasana kata-kata yang sebenarnya dari teks asli. Yang kedua berkenang dengan teori penerjemahan seorang.

Soal Teks pertama seorang penerjemah ialah memastikan bahwa teks Ibrani dan Yunani yang digunakan sedekat mungkin kepada susunan kata yang asli yang ditulis oleh tangan-tangan penulisnya (atau tangan panitra yang menulis apa yang didiktekan). Sebenarnya ada lebih dari lima ribu manuskrip Yunani dari sebagian atau seluruh.


SURAT-SURAT KIRIMAN BELAJAR BERPIKIR SECARA KONTEKSTUAL

Bentuk surat-surat kiriman umumnya terdiri dari 6 bagian:

1) Nama penulis
2) Nama penerima
3) Salam
4) Doa harapan atau ucapan Syukur
5) Tubuh
6) Salam Penutup

Satu-satunya unsur yang tak tepat dari daftar di atas adalah no 4. Tampaknya Surat-surat Kiriman Perjanjian Baru yang tidak memiliki unsur-unsur formal 1-3 atau 6 tidak termasuk Surat-surst yang benar walaupun bentuknya sebagian bersifat Surat Kiriman, Contonya Surat Ibrani dan Surat Pertama Yohanes.

Sifat taak berkalah dari Surat-surat itu seharusnya diperhatika Sungguh-Sungguh. 

Sifat taak berkalah Surat-surat Kiriman itu juga berharti bahwa surat-surat itu bukanlah Pertama-tama risalah teologis yang tersirat didalam Surat-surat itu, tetapi itu selalu merupakan teologis tugas.

Hal pertama yang harus dilakukan dengan setiap Surat Kiriman ialah membentuk rekonstruksi yang sementara namun arif dari situasi yang sedang dihadapi oleh penulis. Perlu ditekankan mengenai betapa pentingnya untuk belajar berpikir secara Paragraf.

Beberapa garis Pedoman:

1) Dalam banyak kasus, alasan mengapa berbagai teks Alkitab begitu sukar bagi kita ialah karena teks-teks itu tidak ditulis bagi kita.

2) Kita perlu belajar menyanyakan hal yang dapat dikatakan secara pasti tentang suatu teks dan hal yang mungkin tetapi tidak pasti.

3) Walaupun seandainya kita tidak yaking seluruhnya beberapa seluk-beluk, sering kali maksud seruruh bagian masih dapat kita mengerti


SURAT-SURAT KIRIMAN SOAL-SOAL HERMENEUTIK

Ada Suatu Kekurangan yang besar dalam hermeneutik umum kita. Dengan tidak disengaja, Kita membawa warisan teologis Kita, tradisi-tradisi gereja Kita, norma-norma Kebudayaan Kita, atau soal-soal eksitensial Kita terhadap Surat-surst kiriman itu Waktu Kita membacanya.

Sebagai suatu Peraturan dasar Pertama yaitu bahwa suatu teks tidak dapat mempunyai arti yang tidak pernah dimaksudkan oleh Para Penulis atau para pembacanya. 

Peraturan dasar kedua kapan saja kita mengalami fakta-fakta yang sebanding (yaitu, situasi kehidupan Khusus yang Serupa) dengan keadaan abat pertama, maka Firman Allah Kepada kita adalah sama dengan Firman-Nya Kepada mereka. Misalnya imbauan Paulus untuk tunduk kepada etika Yesus yang taak suka membalas dendam berlaku sampai pada saat ini.

Persoalan relavitas Kebudayaan merupakan bagian terbesar dari Kesulitan dan perbedaan pada masa kini. Sering kali ada orang yang telah mencoba gagasan relativitas kebudayaan sama sekali, yang sedikit banyak menyebabkan mereka mengusulkan untuk menerima seruruh Kebudayaan abad pertama sebagai norma ilahi.


Garis-garis pedoman yang disarankan Stuart dan Fee adalah sebagai berikut:

1) Kita harus lebih dahulu membedakan pokok utama pesan Alkitab dan apa yang bergantung pada pokok itu atau yang tak mengenai pokok itu.

2) Kita harus siap untuk membedakan diantara apa yang oleh perjanjian Baru dianggap sebagai bersifat moral

3) Kita seharusnya memencamkan secara khusus Pokok-pokok itu dimana Perjanjian Baru sendiri mempunyai Kesaksian yang seragam dan tepat dimana perjanjian Baru memperlihatkan Perbedaan-perbedaannya.

4) Pentinlah untuk dapat membedakan antara prinsip dan penerapan Khusus dalam Perjanjian Baru.

5) Mungkin juga Penting untuk menetapkan Pilihan-pilihan Kebudayaan yang terbuka kepada penulis Perjanjian Baru

6) Kita harus tetap berjaga-jaga terhadap perbedaan-perbedaan Kebudayaan yang munkin ada di antara abad pertama dan abat kedua puluh satu yang kadang-kadang tidak segera tampak.

7) Akhirnya, kita harus mempraktekkan kemurahan hati Kristen pada saat. Mengenai Teologis tugas, kita mengakui bahwah Sering kali teologi Seorang penulis tercantum dalam berbagai par-anggapan dan anjurannya maupun dalam penyataan yang tegas.


Artikel ini diringkas dari buku karangan
Gordon D. Fee








0 Response to "MENAFSIR FIRMAN TUHAN DENGAN TEPAT "GORDON D. FEE""

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel