PRINSIP DAN METODE KHUSUS PENAFSIRAN ALKITAB



1. BAHASAN KIASAN PENDEK

Bahasa kiasan berguna untuk meningkatkan efek pernyataan atau penggambaran karena bahasa kiasan dipakai secara luas dalam Alkitab dan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pemakaian bahasa-bahasa kiasan ada sebab akibat dalam menggunakannya ialah kurangnya perbendaharaan kata yang asli dimaknai dengan makna yang lain.

Tetapi, dalam pemakaian bahasa kiasan memang efektif dalam hal menjelaskan hal-hal yang abstrak atau yang sulit dipahami namun seorang penafsir dalam memahami bahasa tersebut membuat teliti dalam menerapkan prinsip dan metode penafsiran yang baik.

Dalam pemahaman tentang pemakaian bahasa kiasan dalam melakukan penafsiran ada beberapa yang menjadi perdebatan para tokoh sejarah yaitu:

Beberapa Jenis Bahasa Kiasan Pendek

Dalam bahasa kiasan pendek ada beberapa jenis atau macam-macamnya yaitu bersifat perbandingan ibarat, metafora, bersifat asosiasi metonimia, sinekdoke, bersifat personofikasi, apostrophe, bersifat menekankan suatu makna yang sebaliknya, ironi, bersifat kata ungkapan yang kurang menyenangkan dan yang berfokus kepada sebuah ide.
Hal ini merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam menafsirkan Alkitab agar apa arti yang sebenarnya ditulis dalam Alkitab tidak dikurangi.

Hal-HAL Yg Perlu Diperhatikan Dalam Penafsiran

Dalam malakukan penafsiran yang berbentuk bahasa kiasan pendekt ada beberapa yang perlu diperhatikan ialah: memastikan ragam sastra bagian kaitab yang ditafsir, memastikan jenis bahasa kiasan pendek, waspada terhadap subjektivitas diri penafsir, berupaya mengenal makna harafia bahasa kiasan pendek dan selalu memperhatikan konteks.

PERUMPAMAAN

Perumpamaan yang tercatat dalam Alkitab merupakan cerita yang bertujuan menjelaskan kebenaran rohani atau ajaran moral tertentu dengan menghubungkan hal-hal dalam cerita yang sama dengan kebenaran atau ajaran itu. Perumpamaan merupakan ragam sastra yang terpenting dalam PB tetapi yang menjadi masalah dalam perumpamaan tersebut
banyak penafsir yang tidak akurat untuk menjelaskan disebabkan karena perumpamaan tersebut dijelaskan dengan penafsiran yang alegoris.

Sumber Perumpamaan

Sumber atau bahan perumpamaan merupakan hal yang berasal dari pola kehidupan sehari-hari pada zaman itu. Perumpamaan yang telah diberikan Tuhan Yesus membuktikan sumber perumpamaan berasal dari lingkungan, kejadian dan kebiasaan yang ada disekitarnya dan apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus memiliki hubungan erat dengan PL.

Tujuan Perumpamaan

Peranan penting dalam perumpamaan adalah untuk mengajar suatu kebenaran atau ajaran yang fungsinya adalah membantu pendengar memahami dan mengingat kebenaran tentang ajaran itu.

Struktur Perumpamaan

Pada umumnya bagian kitab yang mencantumkan perumpamaan terdiri atas tiga subbagian yaitu sebab atau latar belakang diberikannya perumpamaan itu, perumpamaan dan ajaran atau penjelasan atau penutup.

Dalam memahami subbagian latar belakang dapat ditemukan pada awal bagian kitab terkait atau pada konteksnya, subbagian mengenai ajaran atau penjelas atau penutup biasanya diberikan setelah perumpamaan disampaikan hal ini mencatat komentar mengenai perumpamaan yang dapat menolong penafsir untuk memahami isi perumpamaan tersebut.

Dalam memahami lebih dekat perumpamaan maka seorang penafsir harus membaca dengan teliti akan apa yang segera ditafsirkan sehingga dapat mengenal dengan baik proses perjalanan alur cerita atau perumpamaan tersebut.

Teologi perumpamaan dalam PB

Tema perumpamaan yang diberikan olehg Tuhan Yesus berkisar pada kerajaan Allah atau kerjaan surga berbeda dengan ajaran para rabi pada zaman itu yang menekankan hukum taurat.

Pada umumnya ada dua macam pandangan tentang kerajaan Allah dan kerajaan surga yang pertama berpendapat kedua hal tersebut tidak sama tetapi yang keduanya disebut sebagai sinonim.

Dalam kedua hal ini merupakan hal yang sama jika dibandingkan satu dengan yang lainnya karena dalam pemberitaan Tuhan Yesus menegaskan kerajaan Allah sudah dekat agar setiap orang yang mendegar segera bertobat dan percaya kepada injil Yesus.

Menurut A. M. Hunter teologi kerajaan Allah mengambil tempat yang sangat penting dalam perumpamaan karena pelayanan Kristus merupakan tindakan eskatologis yang beras dari Allah melalui Allah mengunjungi dan menyelamatkan umat-Nya dari hukuman dosa.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penafsiran

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penafsiran dengan perumpamaan-perumpamaan dalam PB yaitu:
a. Selalu menaruh perhatian pada subbagian sebab atau latar belakang.
b. Selalu menaruh perhatian pada subbagian ajaran atau penjelasan atau penutup.
c. Penafsir perlu melakukan penyelidikan yang jauh dalam konteks yang akan ditafsirkan.
d. Mulainnya sebuah perumpamaan sering ditandai dengan format tertentu.
e. Penafsir perlu menguasai isi perumpamaan yang ditafsirnya.
f. Penafsir perlu memahami terlebih dahulu makna harfiah kata-kata yang dipakai dalam perumpamaan.
g. Biasanya sebuah perumpamaan mempunyai satu tujuan utama.
h. Tafsirlah perumpamaan dengan penjelasan yang sederhana.
i. Perumpamaan bukan dasar yang baik untuk membangun doktrin.
j. Hindarilah penafsiran alegoris.

ALEGORI

Kata alegori tidak pernah dipakai dalam PL tetapi hanya dipakai satu kali di surat Galatia 4:24 pemakaian ini untuk menunjukan salah satu macam ragam sastra, tetapi hal ini tidak sama dengan pemakaian alegoris namun berupa penafsiran.

Pengenalan

Alegori merupakan suatu hal yang lebih panjang dan terperinci disbanding dengan perumpamaan atau kiasan tetapi alegori mempunyai hubungan dengan perumpamaan.
Dengan hal tersebut buku-buku hermeneutik menempatkan kedua topik ini berdekatan karena para dasarnya alegoris merupakan metafora yang lebih jelas sedangkan perumpamaan merupakan ibarat yang lebih panjang.

Hal-hal yang perlu dipakai dalam penafsiran

a. Alegori memiliki persamaan dengan metafora, perumpamaan dan ibarat.
b. Untuk memahami alegori penafsir perlu terlebih dahulu menanggapi tujuan utama alegori tersebut.
c. Perhatikan konteks alegori yang ditafsirkan.
d. Banyak alegori dapat dipahami dari penjelasan yang tercantum di dalam kitab yang terkait.
e. Untuk menguasai isi sebuah alegori penafsir dapat membuat daftar yang mencantumkan informasi yang diberikannya.
f. Perhatikan bagian lain dalam Alkitab yang mungkin memberi informasi tambahan.
g. Sebagai salah satu jenis bahasa kiasan alegori jangan ditafsirkan dengan makna harfiah saja.

SIMBOL

Simbol menunjuk hal yang dipakai dalam menyampaikan arti yang dapat melebihi makna yang umum atau biasa dekat pada hal tersebut.

Jadi, simbol merupakan tanda yang memberi makna yang khusus dan bukan hanya ditemukan dalam Alkitab tetapi dalam kehidupan sehari-hari, dalam pengenalan tentang simbol tidak dibatasi oleh waktu dan tempat karena setiap simbol dapat melambangkan makna tertentu pada masa-masa yang tidak sama.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengenalan tentang simbol yaitu:

Ciri-ciri simbol

a. Hal yang dijadikan simbol selalu bermakna harfiah
b. Simbol dipakai untuk menyampaikan sebuah makna atau ajaran
c. Simbol memiliki hubungan dengan makna yang disampaikan
d. Dalam Alkitab simbol yang sama memberikan dua bahkan lebih makna yang berbeda
e. Penafsir perlu waspada dalam penulisan yang menggunakan kata symbol

Pembagian simbol menurut jenisnya

Dalam pembagian simbol ada beberapa jenis yang ada di dalamnya sehingga dapat terjadi pembagian simbol yaitu benda, peraturan atau upacara, tindakan, angka, warna, nama, penglihatan dan mujizat dalam beberapa hal inilah terjadi pembagian simbol menurut jenisnya.

Hal-hal yang diperhatikan dalam penafsiran

a. Dalam penafsiran simbol tidak ada hukum yang berlaku atas setiap kasus.
b. Penafsir perlu ekstra hati-hati ketika menafsir warna, angka, logam ataupun permata.
c. Berilah perhatian kepada ciri-ciri umum, utama dan sebuah symbol
d. Selalu memperhatikan latar belakang yang berkaitan dengan symbol
e. Dalam banyak kasus tafsiran yang sederhana dan natural justru yang lebih baik

TIPE

Mengenal Tipe

Dalam konteks penafsiran atau teologi tipe menunjuk bayangan suatu kebenaran yang dicatat dalam PL sedangkan perwujudannya yaitu antitipe yang dicatat dalam PB sehingga dengan hal itu tipologi menunjukkan studi yang menemukan korespondensi dalam satu atau beberapa aspek di antara tokoh dan peristiwa yang ada dalam PL yang sezaman dengan penulisan PB.

Dalam pengenalan tipe memiliki perbedaan dengan simbol diantaranya yaitu:

1. Tipe biasanya lebih rumit dan mencantumkan lebih banyak informasi sedangkan simbol biasanya dipakai dengan satu makna saja.
2. Tipe dan antitipe adalah tokoh peristiwa atau benda di dalam sejarah sedangkan simbol tidak selalu demikian.
3. Tipe hanya terdapat dalam Alkitab sedangkan simbol dapat ditemukan dalam semua bahasa dan susastra.

Ciri-Ciri Tipe

Selain dari apa yang telah diterapkan di atas maka dalam pengenalan tentang tipe masih memiliki beberapa ciri-ciri yang khusus yaitu:

1. Tipe yang ada dalam PL mirip dengan antitipe dalam PB dalam beberapa hal.
2. Tipe bersifat nubuat dan antitipe selalu berkisar pada Yesus Kristus khusus-Nya karya-Nya menebus manusia yang jatuh di dalam dosa.
3. Baik tipe maupun antitipe sama-sama memiliki posisi, fungsi, dan makna dalam sejarah penyelamatan.
4. Baik tipe maupun antitipe harus memiliki hubungan yang dirancang atas mereka.
5. Bagi sarjana yang berpendirian yang lebih lunak mengenai tipe dalam Alkitab terdapat tipe yang mempunyai dua makna.

Beberapa Macam Pandangan Mengenai Tipe

Dalam proses penafsiran ada empat macam pandangan mengenai tipe ialah:

1. Kelompok yang menemukan terlalu banyak tipe dalam Alkitab.
2. Kelompok yang menolak tipologi.
3. Kelompok yang mengambil sikap yang sangat hati-hati terhadap tipologi.
4. Kelompok yang mencoba menafsir tipe dengan sikap hati-hati tetapi jangan terlalu kaku.

Pembagian Tipe

Dalam pembagaian tipe memiliki 6 macam bagian yang selalu ditemukan ialah:

1. Tokoh: contohnya Adam, Melkisedek, Musa dan Daud.
2. Peristiwa: contohnya air bah dan perjalanan bangsa Israel di padang gurun.
3. Benda: contohnya kemah suci beserta peralatan di dalamnya atau domba.
4. Jabatan: contohnya raja, nabi dan imam.
5. Lembaga: contohnya hari raya paskah, hari sabat dan upacara menyembahkan korban.
6. Tempat: contohnya Kanaan dan Yerusalem
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penafsiran
8. Penafsiran terlebih dahulu perlu memastikan apakah hubungan tipologis itu sungguh ada.
9. Berkenan dengan butir pertama penafsiran tipe sebaiknya dimulai dari PB; Selidikilah setiap kasus dengan teliti; Baik tipe maupun antitipe perlu diselidiki dengan teliti sebagai fakta historis;

Tipe selalu berhubungan dengan Kristus khususnya karya penyelamatan-Nya; Tipe yang dicatat PL tidak mungkin merupakan sesuatu yang kurang baik; Jangan membangun doktrin atas hubungan tipologis yang tidak begitu jelas.

SYAIR

Syair adalah ragam sastra yang mengambil sepertiga bagian tempat dalam PL yang ditemukan pada kitab yang dikenal sebagai kitab puitis, misalnya kitab Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah dan Kidung Agung.

Syair merupakan pembahasan yang sangat luas dalam memahaminya sehingga dengan hal tersebut pembahasan tentang syair hanya dibahas dalam PL walaupun ada sebagai yang ditemukan dalam PB, tetapi dalam pembahasan ini di fokuskan pada PL saja.

Ciri Syair PL

Bahasa Ibrani yang mempunyai ciri emosional sangat cocok dalam penyampaian yang bersifat puitis dan tidak sering ide yang abstrak dapat disampaikan dengan kata-kata yang benar-benar, indah dan hidup.
Tetapi, dari ciri tersebut ada beberapa ciri yang lain dalam syair bahasa Ibrani walaupun tidak selalu demikian jarang dan tidak pernah memakai tata bahasa tertentu di antaranya:

1. Kata sandang.
2. Prefiks yang menandakan kasus akusatif.
3. Kata penghubung yang biasanya diterjemahkan dengan kata “dan”.
4. Kata ganti penghubung yang biasanya diterjemahkan dengan kata “yang”.
5. Verba yang berbentuk waw konsekutif.

Fungsi Dan Jenis Syair

Syair dalam PL dapat dibagi dengan beberapa cara, ada yang membaginya menjadi dua kelompok besar yaitu yang bersifat liris dan yang bersifat mendidik.

Kitab Mazmur, Kidung Agung dan kitab Rapatan termasuk kelompok yang penuh perasaan dan dapat dinyanyikan sedangkan kitab Amsal dan Pengkhotbah termasuk yang bersifat mendidik.

Dari kedua pembagian ini merupakan hal yang memuat suatu pengelompokan agar dapat lebih mudah dalam mengenal tentang fungsi dan jenis kitab-kitab syair.

Ciri-Ciri Syair Dalam PL

Unit-Unit Yang Membentuk Sebuah Syair

Yang unit paling mendasar adalah verba, nomina dan sejenisnya unit ini merupakan kumpulan kata-kata yang berisi tentang ide, tekanan dan biasannya jatuh pada kata kunci.

Paraletisme

Salah satu ciri yang sangat menonjol dalam syair orang Ibrani adalah paralelisme yang mempunyai ciri yang tidak sama dengan bahasa lain karena syair Ibrani tidak memiliki hukum irama fenotik atau matra yang ketat dan jelas.

Pengaturan Fenotik Dan Kata

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa syair Ibrani tidak memiliki hukum irama fenotik atau matra yang ketat dan jelas, tetapi hal ini tidak berarti bahwa orang Ibrani tidak memperhatikan fenotik dan syair-syair yang biasa dibaca dengan suara yang nyaring.

Mengenal Kitab Mazmur

Penulis Mazmur

Kitab Mazmur ditulis karena pengalaman pribadi penggubah mazmur dan juga karena penderitaan yang dialami dinegeri asing oleh penulis. Nama penulis kitab Mazmur tercatum dengan jelas dalam kitab ini sendiri adalah Daud yang telah menulis 73 buah mazmur dan lain-lain.

Pengumpulan dan pembagian kitab Mazmur

Dalam pengenalan kitab Mazmur pembaca masa membagi atas lima bagian, yaitu Mazmur 1-41 (Jilid I), 42-72 (Jilid II), 73-89 (Jilid III), 90-106 (Jilid IV), dan 107-150 (Jilid V) tetapi dalam pembagian kelima kitab ini tidak secara jelas waktu dan sebab pembagiannya dilakukan. 

Namun, pembagian ini mendapat dukungan dari midras kitab Mazmur yang disusun pada abad ke-10 yang membandingkan lima pembagian ini dengan lima kitab Musa.

Keterangan yang terdapat pada bagian awal Mazmur dan Sela

Total ada 116 Mazmur yang mencantumkan keterangan dibagian awalnya sama dengan PL bahasa Ibrani yang dalam terjemahan bahasa Indonesia mencetak keterangan ini sebagai ayat yang pertama bahkan sampai ayat kedua.

Karena penyelidikan yang dipakai dalam keterangan bagian ini awal mazmur sangat penting dan menarik, tetapi hal ini masih belum mamadai sehingga tidak ada kesimpulan yang dapat diterima oleh semua pihak.

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penafsiran

Selain prinsip-prinsip yang telas dibahas pada bab III penafsir juga perlu memperhatikan beberapa hal yang ada dalam penafsiran yaitu:

1. Penafsir terlebih dahulu perlu memastikan bagian yang ditafsirnya merupakan sebuah syair.
2. Penafsir perlu memperhatikan fungsi atau corak syair yang ditafsirkan.
3. Penafsir memperhatikan pembagian syair atau bait syair terkait.
4. Syair perlu ditafsirkan berdasarkan ciri-cirinya.
5. Jangan melalaikan sifat dasar bahasa figuratif.
6. Konteks merupakan unsur penting dalam penafsiran syair.
7. Penyelidikan latar belakang syair harus memperhatikan beberapa aspek.
8. Topik dan isi syair berhubungan dengan pengalaman penulis syair atau kehidupannya sendiri.
9. Memperhatikan tujuan utama penulis syair atau pengutipannya.

NUBUAT

Dalam Alkitab khususnya perjanjian lama merupakan kitab yang banyak ditemukan golongan kitab para nabi yaitu kitab yang bercorak nubuat dan kitab yang termasuk kelompok ini ialah mulai dari kitab Yesaya sampai pada kitab Maleakhi.

Dalam melakukan penafsiran secara nubuat bukan saja karena jumlah ayat-ayat yang bersifat nubuat sangat besar, tetapi karena ayat-ayat yang sulit ditafsirkan dan sering menimbulkan perdebatan yang sengit.

Fungsi Nabi

Makna kata dalam PL yang paling sering dipakai adalah makna orang yang memanggil atau orang yang mengumumkan. Dalam PB kata nabi adalah sebelum atau untuk yang berarti mengatakan dan makna dalam bahasa Yunani adalah mengatakan sebelumnya yang menunjuk meramal atau mangatakan untuk yang berarti menyampaikan berita kepada rakyat demi Allah. 

Dalam hal ini yang menjadi fungsi seorang nabi adalah untuk menyampaikan kabar tentang kedatangan Mesias dan memberikan motivasi kepada semua orang agar sabar menanti kedatangannya.

Klasifikasi Berita Nabi

Pada mulanya tugas seorang nabi adalah menyampaikan berita dalam bentuk lisan dan kemudian setelah beberapa lama berita lisan disampaikan secara tertulis, tetapi dalam penulisannya dapat ditulis oleh nabi sendiri dan orang lain. Dalam PL pembagian nubuat para nabi dibagi atas tiga kelompok yaitu:

1. Nubuat yang membicarakan hari depan orang Israel.
2. Nubuat yang membicarakan penolong orang Israel yaitu Mesias.
3. Nubuat yang membicarakan akhir zaman yaitu kerajaan Allah.

Beberapa ciri nubuat

a. Ciri progresif
b. Ciri berulang-ulang dan pararel
c. Ragam sastra
d. Tata bahasa yang tidak lazim dan
e. Harapan mesianik

Beberapa Masalah Dalam Penafsiran Nubuat
a. Apakah nubuat dicatat setelah peristiwa terjadi
b. Apakah nubuat harus ditafsir secara harfiah atau kiasan
c. Apakah dipenuhinya sebuah nubuat bergantung pada kondisi tertentu dan
d. Apakah nubuat dipenuhi sekali atau dua kali

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penafsiran

a. Penafsir memastikan bahwa yang ditafsirkan merupakan sebuah nubuat
b. Dalam menafsirkan sama dengan menafsir Alkitab menerapkan prinsip-prinsip umum
c. Kitab nabi tidak hanya menulis sejarah
d. Penafsir memperhatikan perbedaan tipologi dan nubuat
e. Memastikan sifat nubuat yang akan ditafsirkan
f. Jangan melewati ciri-ciri nubuat
g. Memperhatikan penekanan kristologi dalam penafsiran nubuat
h. Pilih tafsiran yang sederhana dan wajar.

SUSASTRA APOKALIPTIK

Apokaliptik adalah konsep-konsep dasar yang telah berkembang disekitar Palestina yang beredar kira-kira antara abad ke-2 SM dan abad pertama, perkembangan ini sangat populer di antara orang Yahudi yang kemudian masuk dalam kekristenan. Dengan hal tersebut beberapa ciri dari apokaliptik yaitu:

Ciri-Ciri Umum Susastra Apokaliptik

a. Ekatologis
b. Dualism
c. Determinisme
d. Bersifat esoteris
e. Penulisan simbolisme dan
f. Nama samaran

Asal Usul Susastra Apokaliptik

Menurut G. E. Ladd ada tiga hal yang menyebabkan munculnya susastra apokaliptik yang pertama timbulnya kelompok-kelompok yang melihat diri mereka adalah orang benar yang tersisa salah satunya adalah komunitas Qumran, kedua timbul karena kejahatan yang menjadi-jadi kesan ini timbul dari dalam hati orang Yuhudi karena menurut mereka Allah tidak lagi menghukum orang jahat dan memberkati orang baik, dan yang ketiga adalah orang Yahudi tidak lagi mendengarkan nubuat sehingga dari hal inilah penulis apokaliptik bangkit dan mengisi kekosongan tersebut.

Perbedaan susastra apokaliptik umum dengan susastra apokaliptik biblikal

a. Penulis susastra apokaliptik biblikal tetap sadar akan statusnya sebagai nabi tetapi tidak demikan dengan penulis susastra apokaliptik umum.
b. Penulis susastra apokaliptik biblikal menunjukkan nama aslinya sedangkan penulis susastra apokaliptik umum tidak.
c. Penulis susastra apokaliptik umum bersikap pesimistis terhadap dunia sekarang penulis susastra apokaliptik biblikal lebih seimbang.
d. Penulis susastra apokaliptik umum melihat zaman sekarang jahat dan tidak ada makna sebaliknya penulis susastra apokaliptik biblical percaya Allah memulai lembaran baru dalam sejarah melalui karya penebusnya.
e. Susastra apokaliptik biblikal lebih bersifat nubuat yang menekankan ajaran moral dan nasihat untuk kehidupan sehari-hari tetapi tidak demikian dengan susastra apokaliptik umum.

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENAFSIRAN

a. Memang ada sejumlah perbedaan antara nubuat dan susastra apokaliptik biblikal namun dalam banyak aspek mereka sangat dekat.
b. Susastra apokaliptik biblikal banyak membicarakan ajaran eskatologi.
c. Penafsiran masa kini perlu memperhatikan ciri susastra apokaliptik umum dan biblikal.
d. Memperhatikan selalu ciri bahasa kiasan yang penuh perasaan.
e. Memberikan perhatian kepada bagian-bagian pararel dan nubuat yang dicatat dalm PL.

SURAT

Tulisan yang berbentuk surat jarang ditemukan pada tulisan kuno orang Yahudi yang biasanya dalam PL tetapi hanya beberapa pucuk surat.

Tetapi dalam PB penulisan kitab kebanyakan dalam bentuk surat jika dihitung dengan pengertian surat yang agak jelas jumlahnya mencapai 23 pucuk dan jumlah ini dihitung mulai dari injil Lukas, Kisah para rasul hingga Yudas.

Jenis surat

Salah satu pelopor dalam penyelidikan surat zaman kuno adalah Adolf Dissmann yang pada awal abad ke-20 ia telah memulai memperhatikan bahwa surat-surat pada masa kuno yang ditulis pada papirus dapat menjadi dua kelompok besar, yang pertama adalah surat umum dan yang kedua adalah surat pribadi.

Surat umum merupakan tulisan yang bertujuan berdiskusi dan berdebat di depan umum yang isinya mencakup filsafat, politik dan moral, sedangkan surat pribadi lebih dekat dengan surat sekarang yang isinya berhubungan dengan perdagangan atau urusan rumah tangga.

Struktur Surat Abad Pertama

Surat pada abad pertama pada umumnya terdiri atas tiga bagian yaitu:

a. Bagian awal isinya mencakupa
b. Nama,dan panggilan atau jabatan penerima surat.
c. Nama, dan panggilan atau jabatan penulis surat.
d. Salam.
e. Ucapan terima kasih dan doa.
f. Batang tubuh surut isinya mencakup
g. Pembukaan.
h. Pokok pembicaraan.
i. Penutup, atau informasi mengenai perjalanan dan sejenisnya.
j. Bagian akhir isinya mencakup
k. Pesan akhir.
l. Salam.
m. Pujian dan berdoa.

Pembagian Surat-Surat Dalam PB

Dalam surat-surat PB terjadi berbagai pembagian-pembagian yang dikelompokan dengan beberapa bagian yaitu:

a. Surat yang bersifat pribadi (contohnya surat Filemon).
b. Surat yang bersifat pribadi dengan tujuan memenuhi suatu kebutuhan, namun juga mencantumkan diskusi yang terdapat dalam surat umum (contohnya surat Galatia).
c. Surat yang bersifat pribadi yang merupakan sebuah korespondensi, nmaun juga menuliskan uraian yang panjang lebar (contohnya surat 1 Tes dan 1 Kor).
d. Yang berada di antara surat pribadi dan surat umum (contohnya surat 2 Tes dan Yudas).
e. Yang bersifat umum (contohnya surat Roma dan Ibrani).

KUTIPAN-KUTIPAN PL YANG ADA DALAM PB

Hubungan PL dalam PB sangat erat dan tidak dapat dipisahkan karena apa yang telah tertulis dalam PL dipenuhi dalam PB melalui Yesus Kristus yang datang kedunia.

Hubungan PL dengan PB juga ditegaskan oleh para penulis PB karena ada kutipan-kutipan PL yang ada dalam PB yang terdiri dari 224 kutipan sehingga hal tersebut membuktikan bahwa kitab PL dan kitab PB tidak akan pernah dapat berpisah.

Batas Sebuah Kutipan

Dalam hal menentukan penafsiran tentang jumlah kutipan PL yang dibuat para penulis PB sampai saat ini masih belum ada kesepakatan karena ada beberapa kutipan yang tidak jelas dan tidak dapat dibaca sebagai kutipan dengan standar pada masa kini.

Tetapi, dalam hal ini tidak mengherankan karena para penulis PB yang hidup pada abad pertama tidak mengenal pola dalam membuat kutipan zaman yang modern.

Mengapa hal itu terjadi karena dalam sebuah kutipan karena penyampaian tentang hal-hal tersebut hanya secara lisan disebabkan karena alat yang digunakan untuk menulis sangat mahal sehingga yang diandalkan untuk megenal kutipan tersebut adalah dengan cara menghafal sehingga terjadi beberapa kesulitan.

Salinan Atau Terjemahan Alkitab Yang Dipakai Penulis-Penulis PB

Penyebab lain yang membuat kutipan PL yang ada dalam PB tidak seragam atau dengan salinan masorete adalah penulis PB memakai salinan kuno atau terjemahan PL. Dengan hal tersebut pada abad yang pertama ada tiga macam jenis salinan kuno atau terjemahan penting yaitu:

a. Salinan kuno PL bahasa Ibrani non-masorete atau pra-masorete (contohnya salinan kuno laut mati).
b. Salinan kuno atau terjemahan PL bahasa Yunani yang bersumber dari versi septuaginta atau yang dekat dengannya yang terjamahannya populer di antara para penulis PB dan gereja masa awal.
c. Salinan kuno atau terjamahan Pl versi targum (bahasa Arab).

Penafsiran Penulis-Penulis PB

Menurut R. H. Gundry penerjemahan Alkitab orang Yahudi ke dalam bahasa Aram yang disertai dengan komentar penafsiran telah mempengaruhi gereja-gereja pada masa awal karena menurutnya kutipan PL yang ditulis dalam Matius merupakan terjemahan yang bercorak targum.

Tetapi, sejarah awal gereja dalam melakukan penafsiran memakai berbagai macam penafsiran yang dibuktikan dari beberapa kutipan-kutipan yang telah ditemukan.

Nubuat Dalam PL Dipenuhi Dalam PB

Nubuat yang ada dalam PL merupakan nubuat yang dipenuhi dalam PB. Beberapa nubuat yang dipenuhi secara langsung pada zaman PB hal ini dapat ditemukan dalam injil Matius 2:6 yang memenuhi nubuat yang tercatat di dalam kitab Mikha 5:1. Dan dalam pemenuhan itu ada yang secara tipologis dan yang dicocokan.

Fungsi Kutipan PL

Menurut M. S. Terry seorang ahli hermeneutik pada abad ke-19 kutipan PL mempunyai beberapa tujuan dan fungsi ailah:

a. Menunjukkan bahwa nubuat dalam PL sudah dipenuhi.
b. Membangun sebuah doktrin.
c. Membantah atau menegur orang yang berposisi dengan, atau yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus.
d. Menunjukkan bahwa PL merupakan kitab yang mempunyai otoritas ilahi.
e. Dipakai dengan tujuan retorik atau sebagai ilustrasi.

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penafsiran

a. Penafsir atas kutipan PL yang dibuat penulis PB harus dilakukan kasus per kasus.
b. Penafsir perlu menyelidiki salinan kuno atau terjemahan PL yang dipakai penulis PB khususnya salinan masorete.
c. Bagi penulis PB banyak hal tidak hanya terbatas pada kata-kata dalam PL dipenuhi secara ajaib.
d. Perhatikan konteks dekat dan jauh sebuah kitipan dalam PL dan PB.






DIRINGKAS DARI BUKU "PRINSIP DAN METODE PENAFSIRAN ALKITAB"
OLEH HASAN SUTANTO

0 Response to "PRINSIP DAN METODE KHUSUS PENAFSIRAN ALKITAB"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel