JANGAN PERNAH MERAGUKAN KAPASITAS ALLAH


Pernahkah anda Membaca dan perhatikan bahwa ada perbedaan yang agak membingungkan mengenai apa yang Allah perbuat melalui malaikat-Nya kepada Zakharia dan Maria di dalam Injil Lukas 1:5:38? Tentu bagi yang memerhatikan dengan saksama, akan tampak sedikit kejanggalan mengenai apa yang dialami oleh imam Zakharia jika dibanding dengan apa yang dialami oleh Maria (ibu Yesus)

Kisah Zakharia
Kisahnya dimulai dari seorang imam yang bernama Zakharia (Luk. 1:5). Dia mendapat giliran untuk mempersembahkan  ukupan di hadapan Tuhan di dalam Bait Suci (Luk. 1:8-9). Ketika dia (Zakharia) sedang melakukan tugas pembakaran ukupan, maka Malaikat Allah menampakkan diri, berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan (ay.11). reaksi dari Zakharia ialah “takut dan terkejut” (ay. 12).

Ternyata Malaikat tersebut memiliki pesan khusus sebagai seorang utusan Allah. Malaikat hanya menyampaikan pesan yang “membahagiakan” Zakharia dan isterinya itu, bahwa mereka akan mendapatkan seorang anak. Malaikat berkata bahwa isterinya akan melahirkan dan mendapatkan anak laki-laki, serta anaknya harus dinamai “Yohanes”. Malaikat menjelaskan secara ringkas padat dan jelas, mengenai alasan kedatangan dan seperti apa anak ini kelak.
Malaikat berkata bahwa anak ini nantinya akan berjalan mendahuli Tuhan (Yesus). Pada titik inilah seluruh pesan Malaikat tertuang dan mencapai kulminasi.

Sekarang mari kita lihat sejenak, bagaimana dan apa respons dari Zakharia. Di dalam ayat 18 dia berkata : “Bagaimana aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya.” Atas reaksi spontan dari Zakharia mengenai pesan dan isi pesan Allah melalui Malaikat itu, maka Malaikat itu berkata : “Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu, sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang akan nyata kebenarannya pada waktunya

Ayat 22 dari pasal 1 ini berkata bahwa ketika Zakharia keluar dari Bait Suci, dia tidak dapat berkata-kata, dia memberi isyarat kepada teman-temannya (rombongan imam) karena ia bisu.
Sepintas kita membayangkan, apakah yang yang diperbuat oleh Zakahria? Dosa apa yang diperbuatnya yang setara dengan apa yang diterimanya? Bukankah dia orang benar? (ay. 6) bukankah dia hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat? 

Saya katakan, iya! dia adalah orang yang memiliki karakter yang baik dan integritas yang tinggi. Dia adalah seorang Imam, menunjukkan bahwa dia dari kalangan rohaniwan dan seorang pelayan Tuhan dan dipercaya oleh Tuhan, dan menjadi perantara antara Allah dan manusia. Lantas mengapa dia bisa bisu ? mari kita tahan sejenak, kita akan bandingkan dengan kisah Maria di ayat-ayat berikut, sebab akan lebih jelas jika dikomparasikan dengan kisah Maria.

Kisah Maria
Berawal dari setengah tahun berikutnya setelah Malaikat Gabriel menampakkan diri kepada Zakharia, maka dia menampakkan diri lagi kepada Maria (kerabat mereka) Ayat 26 merupakan “lokasi penampakan” atau bahasa keren sekarang dipakai istilah “TKP” yaitu sebuah kota di Galilea yaitu Nazaret. Ayat 27 Alkita mencatat bahwa perempuan ini (Maria) adalah seorang yang masih perawan (ay. 27), yang sudah menjalin hubungan yang serius kepada seorang lelaki yakni Yusuf (nantinya ayah dari Yesus).

Ayat 28 Malaikat itu masuk ke rumah Maria dan memberikan salam “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Atas perkataan dari Malaikat itu Maria bereaksi dengan terkejut dan bertanya apakah arti dari salam Malaikat tersebut.
Ayat 30-33 Atas reaksi dari Maria, Malaikat itu berkata: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.  Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya,  dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."

Ayat 34  Maria merespons : “Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"
Ayat 34 -37 Malaikat berkata “Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.  Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.  Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."
Ayat 38 adalah reaksi final dari Maria : “Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia”.
Ayat selanjutnya dikisahkan bagaimana Maria pergi mengunjungi Elizabeth dan Zakharia. Tidak ada kisah serupa yang dialami oleh Zakharia. Tidak ada pengalaman-pengalaman yang ganjil yang dialami oleh Maria terhadap pesan dan penampakan tersebut. Kembali kepada pertanyaan di atas mengapa Zakharia akhirnya bisu setelah menerima Pesan Malaikat tersebut? Dan mengapa Maria tidak? Kita akan coba telusuri kisah dari si Zakharia terlebih dulu

ANALISIS TERHADAP TEKS DAN KONTEKS

Pertama, kita lihat reaksi dari Zakharia terhadap pesan dari Malaikat di dalam Lukas 1:13, “Tetapi malaikat itu berkata kepadanya: "Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. Lalu kata Zakharia kepada malaikat itu: "Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya."

Kalau dilihat isi pesan dan respons Zakharia maka kita akan melihat ada perbedaan dengan respons Maria. Malaikat berkata bahwa istri Zakharia akan melahirkan seorang anak, sementara Zakharia “tampaknya meragukan kejadian itu apakah sungguh-sungguh bisa terjadi”. Makanya dia menjawab “Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya." Tentu dia sudah mengalami tahun demi tahun yang tidak kunjung hamil dan mendapatkan tanda-tanda punya anak. Zakharia sudah terkondisikan dengan situasi semacam itu dan itu adalah wajar dan logis.

Oleh sebab itu Zakharia berangkat dari sebuah titip poin “bagaimana/how” dia ingin mengetahui cara kerja Allah atas semua kemustahilan yang dia sedang alami. Sebenarnya Zakharia sudah paham kisah PL (yaitu nenek moyangnya Abraham dan Ishak) bahwa Allah juga melakukan hal yang sama. Jadi minimal Zakharia sudah tahu dan mengerti bahwa Allah sanggup melakukan sesuatu yang mustahil menjadi kenyataan.

Apa yang salah dengan Zakharia? Bukankah dia memang benar dan berkata apa adanya? Saya jawab: "iya" memang Zakharia tidak berdusta mengenai keadaannya.
Namun jawaban/sikap yang diberikan olehnya yang jadi masalah. Why? Siapa yang berfirman? Tuhan melalui malaikat-Nya! Apakah Allah berdusta? Tentu tidak! Apakah Allah tidak sanggup? tentu tidak! Lantas mengapa? Alasan yang paling mendasar ialah bahwa Zakharia tidak memberikan tempat yang semestinya bagi Allah, Zakharia pada akhirnya meragukan "kekuasaan dan kedaulatan Allah" Walaupun tampaknya jawaban Zakharia keliahtan polos dan tulus, tetapi tetap hal itu sama sekali tidak menunjukkan dia benar-benar percaya bahwa Allah sanggup, dan mampu serta belajar percaya walau hal itu mustahil;  jadi pada akhirnya dia mempertanyakan "Kapasitas Allah" di dalam berbuat sesuatu yang tidak mungkin. Dia ingin tahu, bagaimana Allah bertindak atas semua kemustahilan yang dia haadapi dan bagaimana hal itu bisa berlangsung.

Berbeda dengan Maria, memang dia (Maria)  menjawab bagaimana hal itu terjadi karena dia belum bersuami, ini sangat wajar dan benar, karena dengan alasan pertama, Allah menghormati pernikahan yang sah, dan jawaban Maria hanya menyatakan kemustahilan dari segi Hukum (norma Agama/kesusilaan) jadi Maria tidak mempertanyakan kuasa dan perbuatan Allah yang adikodrati tsb. Buktinya maria berkata "sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu."

Kedua, wajar kalau Maria bertanya “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Allah tidak mungkin melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kehendak-Nya yakni kekudusan. Maria memang melihat hal itu mustahil, namun reaksi Maria yang merupakan keunikan yang tidak dimiliki oleh Zakharia yaitu bahwa Maria adalah hamba Tuhan dan hasrat Maria yang terdalam ialah tertuang di dalam respons imannya "sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu."

Maria tahu sebagai Hamba Tuhan, tidak ada pilihan kedua selain percaya dan pasrah serta bersandar kepada Tuhan. Opsi yang tersedia hanya  percaya, berharap walau itu adalah sesuatu yang mustahil. Maria melakukannya dan Maria tidak mempertanyakan wibawa dan otoritas Allah. Dia sudah tahu bahwa Allah adalah Allah yang sanggup melakukan hal yang mustahil menjadi kenyataan. Berbeda dengan Zakharia, seorang imam (pelayan) seorang perantara antara Allah dan manusia, namun masih meragukan cara kerja Tuhan.

Jika seorang anak kecil, kita perintahkan untuk membangun sebuah rumah, tentu hal itu adalah sesuatu yang mustahil. Dan tentu kita adalah “orang yang kurang waras jika menuntut hal seperti itu. Namun pesan ini bersumber dari Allah  melalui Malaikat-Nya, tentu Allah tahu bahwa hal itu pasti sanggup untuk dikerjakannya, karena Dia adalah Tuhan yang Maha Kuasa. Jadi tidak perlu untuk meragukan dan mempertanyakan kapasitas. Yang diperlukan ialah “percaya dan bersandar kepada Allah tanpa sedikitpun keraguan yang muncul, baik dari mulut maupun bahasa tubuh kita”

APLIKASI
Pertama, kita tidak perlu meragukan janji Tuhan walau itu sulit untuk dicerna dan dipahami, bahkan sulit untuk menjelaskan. Karena Tuhan punya rencana dan cara sendiri di dalam menggenapiNya
Kedua, mari kita percaya, bukan saja mulut kita, namun cara kita bereaksi dan menanggapi merupakan ungkapan hati kita. kita percaya, maka bahasa tubuh kita pun harus mengikuti hati kita.

TUHAN YESUS MEMBERKATI. AMIN






0 Response to "JANGAN PERNAH MERAGUKAN KAPASITAS ALLAH"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel