HERMENEUTIKA SPIRAL "MASALAH MAKNA"






1. Masalah Pembacaan Teks
Masalah penafsiran dimulai dan diakhiri dengan kehadiran pembaca, karena setiap penafsir memiliki sudut pandang atau perspektif yang cukup berbeda serta penggunaan istilah-istilah yang sama namun dengan isi yang berbeda dalam teks. 

Perbedaan penafsiran ini disebabkan oleh orang-orang yang membaca kitab suci didalam paradigma pembacaan yang didominasi oleh dominasi tempat mereka menjadi anggotanya, akibatnya mereka bukan lagi mencari kebenaran melainkan peneguhan atas posisi teologis yang mereka pikirkan, sehingga fokus perhatian telah beralih dari teks kepada diri sendiri, dan signifikansinya pembaca terlihat sebagai pencipta makna ketimbang teksnya dan tindakan  menuju kepemahaman merupakan penemuan diri individual daripada proses penguraian makna tekstual.

a.      Hermeneutika yang berpusat pada penulis
Friedrich Schleiermacher (1758-1834) adalah bapak hermeneutika modern. Menurutnya, tujuan penafsiran adalah merekonstruksikan kembali pesan asli dari penulis dan para penafsir melalui perenungan historis dan kritis mengenai teks serta menempatkan diri pada sisi makna teks. 

Seorang penafsir harus menempatkan dirinya kedalam pikiran penulis dan menciptakan kembali seluruh pemikiran dari suatu teks sebagai bagian dari kehidupan penulis. Adapun yang harus di perhatikan dalam hermeneutika yang berpusat pada penulis, yaitu tata bahasa dan psikologis yang berhubungan dengan dua bidang pengetahuan yaitu aturan linguistik yang eksternal dan internal.

1.     Pergerakkan menjauh dari teks-penulis: Gadamer

Menurut Georg Gadamer bahasa berakar di dalam keberadaan kita ketimbang hanya di dalam alam pikiran yang memiliki kehidupan masing-masing. 

Memahami bukanlah terutama yang berarti membawa pemikiran seseorang kembali ke masa lalu, tetapi suatu keterlibatan masa kini dalam apa yang dikatakan, sebab teks tidak meminta dipahami sebagai suatu ungkapan kehidupan subjektivitas para penulisnya melainkan apa yang pasti dalam tulisan itu telah melepaskan dirinya dari ketergantungan asalnya dan penulisnya serta menjadikan dirinya bebas untuk hubungan-hubungan yang baru.

2.     Strukturalisme

Sturukturalisme merupakan suatu jalan bagi para penafsir untuk mempertimbangkan kehadiran sinkronis (sastra) dari suatu teks sebagai satu keutuhan, karena hanya berpusat pada masalah sejarah ketimbang perkembangan genre atau plot, sehinga menghasilkan suatu jalan buntu dimana penafsir tidak mampu melintasi jurang yang ada antara makna dan signifikansi. 

Kaum strukturalis menyusun suatu pemikran melalui suatu sistem tanda-tanda atau sandi yang tertutup yang ditata menurut pola-pola universal di dalam otak, karena pola ini menghubungkan budaya satu dengan budaya lain dan secara mendasar menentukan pandangan penulis tentang realitas atau wawasan dunia.

3.     Postrukturalisme

Postrukturalisme adalah suatu tindakan untuk mencari makna mengapa teks yang diamati mengkomunikasikan dirinya kepada pembaca, sehingga adanya penilaian ulang untuk mendapatkan pemahaman lebih dalam lagi akan makna yang ditanamkan dalam teks.

4.     Kritik respons-pembaca

Kritik respon-pembaca adalah suatu respon untuk menjauhi penulis atau teks dan mendekati pembaca. Kritik respon pembaca melampaui kaum postrukturalis dengan bukan hanya mengajukan otonomi dari teks tetapi perpaduan yang nyata antara teks dan pembaca pada momen respon. 

Teks adalah objek  hanya dalam pengertian secara fisik saja karena maknanya hanya ada di benak pembaca, sebab itu respon menggabungkan pribadi dengan teks dalam suatu tindakan yang subjektif untuk memproduksi makna melalui suatu dialog mengenai teks.

5.     Dekonstruksi

Dekonstruksi berusaha membebaskan bahasa dan retorika dari hambatan-hambatan pemikiran filosofis karena filsafat mendekmendekonstruksi dirinya sendiri, sebab wacan bersifat sementara dan tidak stabil. Filsafat mengklaim diri logis, tapi pada kenyataanya filsafat bersifat retoris dan ilusi atau penipuan. 

Dekontruksi adalah suatu proses “desentralisasi” tempat lokus sentral dari suatu struktur yang memberinya makna, hubungan dan kehadiran yang telah dihancurkan dan telah menjadi suatu nonlokus atau tempat sejumlah tanda penggantian  yang tidak terbatas bermain di dalamnya.

Kehadiran metafisika dalam pemikiran Barat telah dididekonstruksi oleh konsep tanda, dimana yang diterangkan diidentifikasikan dengan mengeluarkan yang menerangkan dirinya sendiri, namun kehadiran di dalam bahasa lisan mengemukakan bahwa tulilsan memiliki prioritas atas ucapan serta ketidak hadiran dan perbedaan mewarnai bahas karena tulisan merupakan tempat turunnya makna diluar dirinya. Jadi dekonstruksi terjadi karena perbedaan prioritas bahasa lisan atas bahasa tertulis di dalam filsafat, sehingga harus didesntralisasi.

6.     Kesimpulan

Masalah yang didapat untuk mendapat pencarian suatu alur kelanjutan di luar konsep tradisional tentang hermeneutika sebagai  suatu pencarian historis atas maksud penulis yang diawali dengan fenomenologi dan struktural dalam penekanan teks telah bergeser jauh dari kemungkinan untuk mendapat makna asli secara ontologis oleh pembaca yang berhadapan dengan teks.

Pergeseran tersebut memuncak dalam kritik respons-pembaca, tempat pembaca menciptakan kembali teksnya sendiri dalam dekonstruksi, pembaca dan teks didekonstruksi di dalam keterbukaan yang diakibatkan oleh perbedaan. Ada empat ilusi dari objektivisme tektual, yaitu:

1.      Secara hermeneutika, fenomena pemahaman memberi pengaruh yang sangat besar dalam tindakan penafsiran karena elemen subjektif tidak dapat disangkal.
2.      Secara linguistik, komunikasi menuntut suatun titik temu antara pengirim dan penerima suatu pesan dan menjadi penghalang utama untuk memulihkan makna suatu teks karena situasi-situasi yang berbeda dari para pendengar yang menghapus kemungkinan didalam penafsiran yang objektif murni
3.      Masalah-masalah diperbesar pada tingkat komunikasi sastra, tempat faktor-faktor lain seperti narasi, perkembangan plot, penokohan dan dialog masuk kedalam adegan.

A.           Posisi-posisi Tengah

1.     Paul Ricoeur

Paul Ricoeur mendukung dan sependapat dengan para pemikir fenomologis bahwa bahasa membetuk inti dari keberadaan, sebab tindakan pembaca atau memahami ungkapan simbolisis dari suatu teks tentang momen memahami diri dan pengalaman mengenai suatu peristiwa makna di dalam tindakan pembaca mengijinkan seseoranng untuk melampaui keterbatasan. 

Jadi, lingkaran  hermeneutika bukanlah suatu yang saling keterkaitan antara penulis dan pembaca, melainkan suatu diakletika antar penyingkapan suatu dunia dan pemahaman diri di hadapan dunia yang ontologism.

2.     Pendekatan-pendekatan kritik-kanon

Berikut ada beberapa pendekatan-pendekatan kritik kanon, yaitu:

a.   Menyamakan makna harafiah dengan makna historis akan mengahancurkan integritas dan signifikansi dari makna harafiah karena makan harafiah tergantung pada riset sejarah saja.
b.   Keasyikan terhadap asal-usul  sangat spekulatif, dikendalikan oleh rekontruksi teoritis yang jumlahnya tidak terbilang.
c.   Komunitas iman yang membentuk tradisi ini telah hilang
d. Celah antara rujukan sejarah dan relevansi modern tidak dapat dijembatani, karena teks sepenuhnya berasal dari masa lalu.

3.     Wittgenstein dan para pengikutnya

Suatu pendekatan menuju sentralitas dari penulis atau teks untuk mencari makna dengan menggambarkan dialog antara bahasa empiris atau objektif dan bahasa lazim atau subjektif dalam menggapai pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman yang subjektif serta menyediakan data yang membuat pengalaman itu dipahami.

4.     Kembalinya sang penulis

Suatu proses sentralitis dari penulis teks dalam proses berhermeneutika yang memisahkan tindakan memahami suatu teks atas seluruh medan makana dengan menyisipkan makna kedalam konteks yang berbeda, sehingga mendorong adanya keinginana untuk mendasarkan  makna secara khusus dalam  maksud penulis  dengan mempunyai dasar filosofis dan metodologis serta dapat  membedakan penafsiran yang objektif atau eksposisi dan penafsiran subjektif atau pengenaan makna.

B.           Rangkuman

Dalam apendiks ada suatu pendekatan yang sintesis untuk memperlihatkan dua arah pergerakan hermeneutika narasi yaitu pendekatan  penyelidikan dengan  meletakan dasar yang baru dalam mengembangkan suatu hermeneutika yang berorientasi-pembaca. 

Pada sisi lainya adanya reaksi terhadap hilangnya penulis teks dengan melakukan metode-metode diakronis murni kritik historis atau berinteraksi secara positif dengan mengambil hasil dari pemikiran sebelumnya.

MASALAH MAKNA: MENUJU SOLUSI

Makna dan Rujukan: Sumbangsih Filsafat Analitis
Bahasa merupakan serangkaian hubungan sintaksis yang formal dan harus di analisis untuk menemukan validilitas logisnya, sebab suatu data hanya dapat dibuktikan dengan data empiris dari dunia fisik. Sehingga, membuang metafisik dan theology namun masalahnya adalah prinsip pembuktian tidak dapat dibuktikan serta pandangan yang membatasi bahasa pada sintaksis atau kontekstualhanya yang tidak memadai. 

Untuk itu diperlukan ujian pembuktian sesuai dengan kegunaan bahasa didalam konteksnya sendiri. Para penulis mempunyai pandangan bahwa ada banyak fungsi dari suatu teks dan yang dapat menghasilkan satu tipe atau banyak makna, namun bukan berarti penafsiran bebas melainkan didasarkan pada apa yang teks itu sendiri maksudkan. Sehingga, tidak ada rujukan atau masalah dalam memahami atau mendeskripsikan makna teks atau bahasa yang digunakan.

B. Sosiologi Pengetahuan, Struktur Paradigma, dan Intensionalitas

1.     Sosiologi pengetahuan

Sosiologi pengetahuan menyatakan bahwa tidak ada tindakan  menuju pemahaman dapat terlepas dari kekuatan formatif dari latar belakang dan paradigma komunitas tempat penafsir berasal. Karena sosiologi pengetahuan mengakui pengaruh dari nilai-nilai kemasyarakatan pada semua persepsi mengenai realitas, sebab sosiologi pengetahuan merupakan faktor yang terpenting untuk mengerti tempat dari prapemahaman di dalam proses penafsiran. Pentingnya hermeneutika secara sosiologi mendukung tiga bidang pengetahuan yaitu:

a. Ilmu, sebagai keterangan teknisi yang diperoleh secara langsung atau secara anlitis dari dunia indra
b. Sejarah, sebagai penafsir bahasa sesuai dengan gadamer
c. Ilmu sosial, sebagai perenungan untuk membebaskan atau meng-emanisipasi orang-orang dari dominasi kekuatan –kekuatan sejarah.

2.     Perubahan paradima dan komunitas-komunitas paradigma

Suatu paradigma menunjukkan rangkaian keyakinan dan asumsi yang dimiliki bersama oleh komunitas ilmiah tertentu. Perubahan paradigma disebabkan oleh ketidakmampuan di dalam model-model yang ada dibandingkan dengan superioritas dari model-model yang baru karena komunitas-komunitas ilmiah tersebut lebih terlibat dengan penyelesaian masalah dari pada adanya upaya untuk membuka jalur. 

Perubahan-perubahan terjadi ketika komunitas para ahli dengan nilai-nilai yang dimiliki  bersama mencapai konsensus mengenai vadilitas dari paradigma yang baru. 

 3. Intensionalitas
Intensionalitas adalah isu atau masalah yang terdapat didalam karya tulis yang menyebabkan intenasionalitas menolak dirinya sendiri, karena rancangan atau maksud dari penulis tidak tersedia dan juga tidak diinginkan sebagai suatu standar untuk menilai keberhasilan dari suatu karya seni sastra.

4.     Teori probabilitas

Teori probabilitas merupakan sebuah teori yang mengemuka dalam pembahasan-pembahasan mengenai transfer makna dan klaim-klaim kebenaran untuk mendukung prioritas dari teori probilitas melebihi pencarian pengetahuan yang diperlukan.

5.     Realisme kritis

Realisme adalah suatu keyakinan bahwa di dalam teks ada sesuatu yang real untuk ditemukan den pencarian tersebut harus ditentukan melalui riset yang kritis. Proses dari realisme kritis dapat dilihat sebagai serangkaian kriteria koherensi, keserasian data dari luar dan dalam teks, konsistensi, kriteria ketahanan dan komprensif.

Kebenaran Proposisional dan Logika Narasi

Kebenaran proposional adalah suatu dimensi dari luar dari keyakinan religius di peroleh dari penerimaan atas proposisi-proposisi dan tanpa kandungan proposisi karena adanya semiotika yang tidak memperhatikan masalah tentang perujukan kepada realitas di dalam alkitab dan meremehkan natur dasar dari keyakinan religius sehingga pembaca harus memperhatikan sumbangsih yang positif dari kritik redaksi yang memperlihatkan kaitan antara dunia narasi dengan pernyataan teologis yang dimaksud dari setiap penulis. 

Solusinya adalah adanya suatu trialog antara penulis sebagai pemberi  makna teks untuk dipahami pembaca, teks sebagai penuntun pembaca dan pembaca dapat memahami arti dari teks tersebut dengan menempatkan dirinya dengan tekstual dan proposisional.

C. Pendekatan Lapangan Pada Hermeneutika

Aspek utama dalam hermeneutika adalah penulis-teks dan teks-pembaca. Penulis lawan teks  lawan pembaca sebagai kekuatan yang menghasilkan makna karena itu semua tidak berkontradiksi melainkan bagian  yang saling bergantung dari suatu keutuhan untuk menciptakan pengertian.

Isi proposional, pengertian dan rujukan, makna yang dimaksudkan semuanya itu merupakan komponen yang diperlukan dalam hermeneutika dengan pola hermeneutika tersebut menambahkan praksis kepada teori.

1. Suatu pembacaan yang teliti atas teks dan tidak dapat dilakukan tanpa adanya suatu perspektif yang disediakan oleh prapemahaman seseorang. Prapemahaman merupakan komponen utama yang positif dan prapemahaman menjadi negative hanya jika ia merosot menjadi pola priori yang menentukan makna dari suatu teks bahkan sebelum tindakan membaca dimulai.

2. Membedakan presuposisi dari prasangka dengan menempatkan diri “di hadapan teks” ketimbang “dibelakang teks” sehingga teks memiliki prioritas dan dapat ditentukan tipe-tipe prapemahaman yang valid dan teks yang menantang, membentuk ulang dan mengarahkan presuposisi pembaca.

3. Mencari kendali-kendali agar memampukan untuk bekerja dengan preuposisi-preuposisi yang positif ketimbang didominasi oleh prasangka yang negatif.

4. Mengijinkan prinsip-prinsip hermeneutika yang baik untuk membentuk eksegesis serta mengendalikan kecendrungan untuk memaksakan prasangka-prasangka ke dalam teks. Sehingga harus mempertimbangkan genre atau tipe dari sastra, struktural dari perikop, riset simentik, latar belakang, penulis yang tersirat dan pembaca tersirat di dalam teks serta vertifikasi-verifikasi terhadap kemungkinan dalam penafsiran. 

Disadur dari buku "Spiral Hermeneutika" karya Grant R. Osborne

0 Response to "HERMENEUTIKA SPIRAL "MASALAH MAKNA" "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel