INTRODUKSI KITAB AYUB


















KITAB AYUB


1. Pendahuluan

Kitab Ayub berbicara tentang penderitaan orang benar yang hidup kira-kira 4000 tahun yang lalu. Ayub kehilangan segala sesuatu, dia kehilangan harta benda, anak-anak dan mengalami sakit penyakit yang sangat mengerikan dalam suatu peristiwa yang terjadi secara beruntun dan dalam waktu yang singkat.

Kitab ini dimulai dengan suatu “perdebatan sorgawi” antara Allah dan Setan yang bergerak atau berkesinambungan ke arah perdebatan antara Ayub dengan sahabat-sahabatnya di bumi serta ditutup dengan serangkaian pertanyaan Ilahi. Ayub yang percaya kepada Allah (1-2)  berubah dan akhirnya mengeluh dan berkembang untuk membenarkan dirinya sendiri (3-31 band.32:1 dan 40:8), tetapi pertobatannya membawanya kepada pembaharuan (42:7-17). Pencobaan-pencobaan yang dialaminya membawanya kepada pembaharuan hidupnya, Dia menjadi manusia yang sangat berbeda sesudah proses pencobaan dibandingkan sebelum mengalami pencobaan.

Kitab Ayub dapat dibagi ke dalam tiga bagian:

      1. Ujian/Perdebatan Allah vs Iblis (1-2)
2. Perdebatan Ayub vs Sahabat-nya (4-37)
3. /jawaban Allah (38-42)



1.      UJIAN/PERDEBATAN ALLAH VS IBLIS (1-2)

Secara logika Ayub sebenarnya bukan orang yang mudah putus asa (1:1,8), integritas moral dan imannya kepada Tuhan sudah teruji dan mendapat penilaian dari Allah.  Tragedi yang dialami oleh Ayub dimulai dalam suatu scenario, setan (pencoba) memberikan tuntutan kepada Allah, “bahwa tidak seorangpun yang mencintai Allah dengan motivasi yang murni, melainkan hanya karena berkat-berkat pemberian Allah” (1:10). Untuk membuktikan persepsi dan tuduhan setan, Allah mengijinkan setan untuk mencobai Ayub dalam batasan batasan yang diberikan oleh Allah sendiri.

Dalam dua episode, setan mencobai Ayub melalui kematian Anak-anaknya, kehilangan harta benda dan sakit penyakit yang sangat menjijikkan serta ditinggalkan oleh orang-orang yang dikasihi. Ayub meratapi hari kelahirannya (3), tetapi dalam kesemuanya itu Ayub tidak menolak Allah (1:21, 2:10)


2. PERDEBATAN AYUB VS SAHABAT-SAHABATNYA (4-37)

Meskipun penghibur-penghibur datang dengan kesimpulan dan pandangan yang salah, tetapi mereka adalah sahabat-sahabat Ayub. Apa yang mereka katakan hanya apa yang mereka lihat tanpa memahami latar belakangnya. Mereka ikut berkabung selama tujuh hari bersama-sama Ayub sebagai tanda simpati mereka.
Setelah masa perkabungan (tujuh hari), dimulai tiga babak perdebatan antara Ayub dengan sahabat-sahabatnya. Keseluruhan perdebatan itu disimpulkan dalam suatu tema yang sama, Ayub menderita karena dosa-dosanya”. Ayub meresponi pandangan sahabat-sahabatnya yang menghakiminya dan meminta kepada Allah sebagai hakimnya dan tempat perlindungannya.

Ayub mengajukan tiga pengaduan kepada Allah :
  1. Allah tidak mendengarnya (13:3, 24,19:7, 23:3-5)
  2. Allah menghukumnya (6:4, 7:20, 9:17)
  3. Allah mengijinkan Ayub kehilangan segala sesuatu yang dimilikinya (2:1-7)

Argumentasi yang diberikan oleh Ayub lebih panjang daripada argumentasi-argumentasi yang diberikan oleh sahabat-sahabatnya, mempertahankan ketidakbersalahannya serta mencari kebenarannya sendiri.
Sesudah lima pasal terakhir (27-31), Elihu membawa angin segar dengan pandangan yang lebih akurat dari pandangan ketiga sahabatnya yang terdahulu (32-37). Elihu mengatakan bahwa Ayub harus merendahkan diri dihadapan Allah dan taat kepada proses pemurnian hidupnya melalui penderitaan.


3. DIAGNOSA/ JAWABAN ALLAH  (38-42)

Allah sendiri mengakhiri perdebatan Ayub dan sahabat-sahabatnya dengan berbicara dari dalam badai. Dalam percakapan yang pertama, Allah menyatakan kekuatan-Nya dan hikmat-Nya sebagai Allah pencipta dan pemelihara dari alam semesta dan dunia binatang. Ayub meresponi dan menghormati pernyataan Allah dan mengakui keberdosaannya.

Dalam percakapan yang kedua, Allah menyatakan kedaulatan otoritas-Nya dan menjelaskannya kepada Ayub melalui gambaran kekuasan-Nya untuk mengontrol yang tidak dapat dikontrol oleh manusia. Pada waktu Ayub meresponi apa yang dikatakan oleh Allah, melalui pertobatannya. Ayub tidak memahami jalan-jalan Allah dalam dunia fisik, bagaimana ia dapat memahami jalan-jalan Allah secara rohani? Allah tidak memberikan referensi kepada penderitaan-penderitaan Ayub dan perdebatan-perdebatan Ayub dengan sahabat-sahabatnya, tetapi ketika Ayub mengakui kedaulatan Allah dalam hidupnya, ia mengalami pembaharuan dan mendapatkan dua kali lipat dari apa yang pernah dia miliki.

Melalui percakapan dengan Allah, Ayub sampai kepada puncak pencahariannya dan dia merendahkan hati, menghargai kebesaran dan kemuliaan Allah. Ayub mendoakan ketiga sahabat-sahabat yang telah salah dalam menilainya.




2. LATAR BELAKANG SEJARAH KITAB AYUB

A. Pribadi Ayub

i. Nama
Ada dua kemungkinan arti nama dari Ayub, jika nama itu diambil dari bahasa arab itu dapat berarti, “seseorang yang berbalik atau bertobat”. Jika itu berasal dari bahasa Ibrani, Ayub dapat berarti, “yang dianiaya, atau menderita”. Kedua arti nama tersebut diatas direfleksikan dalam pengalaman Ayub yang dilaporkan dalam kitab Ayub.

ii. Biografi

Ayub adalah pribadi  historis bukan fiksi seperti yang dijelaskan dalam Yeh.14:14-20 dan Yak.5:11. Dalam  kitab ini kita menerima informasi tentang kehistorisitasan  Ayub :

-     Ayub tinggal di tanah Uz (1:1), wilayah sebelah Barat laut Palestina dekat dengan padang gurun (1:19), kemungkinan diantara kota Damaskus dengan sungai Ephrat (sekarang perbatasan antara Arab Saudi dengan Irak). Dalam 1:3 disebut, Ayub disebut tinggal di sebelah di Timur

-  Ayub kemungkinan hidup sebelum Abraham, hal ini nampak dari isi kitab yang tidak menyinggung atau menjelaskan hubungan Allah dengan Israel, yang di dalam sejarah Israel berakar kepada panggilan Abraham (Kej.12). Dalam kitab ini juga tidak ada referensi tentang hal-hal pokok yang berhubungan denga institusi Israel seperti Hukum Taurat dan Tabernakel. Dalam Kitab Ayub dijelaskan ibadah atau Mezbah keluarga (1:5) yang merupakan pola ibadah sebelum zaman Musa, dimana kepala keluarga berfungsi sebagai Imam. Berdasarkan observasi tersebut di atas, kemungkinan  Ayub hidup di antara peristiwa Menara Babel dan panggilan Abraham atau segera sesudah itu.

-       Kira-kira Usia Ayub 60 tahun, ketika peristiwa tersebut di atas ditulis, berapapun usianya, kita tidak mengetahui awal hidupnya, siapakah orang tuanya, dari mana Ia mendengar tentang Allah, dan bagaimana kesaksian tentang-nya tersebar luas.

-       Ayub sangat kaya (1:3,10) Ayub dan anak-anaknya memiliki rumah masing-masing di tengah-tengah kota (1:4,29:7). Salah satu yang menjadi ciri-ciri Patriakh adalah ukuran kekayaannya yang diukur berdasarkan banyak ternak yang dimilikinya.(bnd.Abraham)

-       Ayub memakai karakteristik Patriakh dalam penyebutan Allah dengan istilah “Shadday”, “yang Maha Kuasa”. Dalam kitab Ayub dipakai 31 kali, dan hanya dipakai 17 kali pada kitab-kitab PL yang lain.

-   Ayub adalah seorang yang disegani, hakim yang terkenal dan seorang dermawan bagi masyarakat di sekitarnya (29:7-25)

-        Seorang yang benar di mata Allah (1:6,8 band. Yeh.14:14-20 dan Yak.5:11). Apa yang tertulis dalam 1:5, memberikan gambaran tentang hubungan Ayub dengan Allah yang sangat harmonis.

-          Ayub hidup dalam usia yang panjang. Jika Ayub berusia 60 tahun ketika pencobaan pertama (pasal 1), maka paling tidak Dia berumur 200 tahun ketika ia mati. (42:16-17) bandingkan usia para Patriakh yang dicantumkan dalam Kej.11:10-20 dan Kej.25:7

-          Isu-isu theologis: Siapakah Ayub ?


B. Kitab

i. Nama,

Nama kitab ini diberikan sesuai dengan karakter tokoh utamanya, bukan penulisnya (bandingkan kitab Rut)

ii. Penulis dan tanggal

Tidak diketahui dan tanggalnya juga tidak pasti. Tetapi berdasarkan data-data tersebut di atas, kitab Ayub dapat ditempatkan pada zaman Patriarkh atau tidak lama sesudahnya.
Beberapa teori yang diajukan untuk menjelaskan tentang penulis kitab ini antara lain:
-          kitab ini ditulis segera sesudah peristiwa yang dilaporkan dalam kitab itu terjadi dan kemungkinan ditulis oleh Ayub atau Elihu
-          kitab ini ditulis oleh Musa di Median tahun 1485 BC-1445 BC
-          kitab ini ditulis pada zaman Salomo (kira-kira tahun 950 BC) hal ini didasarkan atas persamaan-persamaan dalam kitab Ayub dengan literatur-literatur hikmat pada waktu itu. Bandingkan pujian  dalam Ayub 28 dengan Ams.8. tetapi problemnya ialah jangka waktu keduanya mencapai 1000 tahun.
-          Kemungkinan kitab ini ditulis pada masa pembuangan

iii. Tema dan Tujuan

Pertanyaan mendasar dalam kitab Ayub adalah, “mengapa orang benar menderita, jika Allah adalah Allah yang maha kasih dan maha kuasa”. Penderitaan itu sendiri bukan tema sentral, tetapi apa yang di dengarkan Ayub dari penderitaannya, yaitu kedaulatan Allah atas seluruh ciptaan-Nya. Perdebatan dalam pasal 3-37 adalah dimana Allah mengijinkan penderitaan terjadi kepada seseorang yang tidak bersalah. Persepsi dan solusi yang berlebih-lebihan yang diberikan oleh sahabat-sahabatnya tidak mencukupi “mengapa Ayub menderita?”.

Elihu mengklaim bahwa Allah dapat memakai penderitaan untuk memurnikan orang benar dan itu menjadi salah satu tanda yang sering dialami .

Konklusi yang diberikan oleh Allah dari dalam badai adalah suatu fakta tentang kedaulatan Allah,  kekuasaan-Nya meskipun diluar keadaan yang dipikirkan dan diharapkan oleh orang benar itu. Fakta tentang kedaulatan Allah menjelaskan kepada kita, bahwa Ia layak disembah dalam segala keadaan yang diijinkannya terjadi.

Ayub mendengar dan percaya kepada kebaikan dan kuasa Allah meskipun di luar yang diharapkan.. Di dalam “ketidakbersalahan” manusia, (1:1) dibutuhkan pertobatan ketika manusia itu menjadi bangga dan membenarkan dirinya sendiri. 

Ayub diajar bahwa Allah adalah Tuhan, di Surga, di bumi dan di bawah bumi (Fil.2:10). Dia adalah Allah yang maha tahu, maha kuasa dan Allah yang baik. Jalan jalan-Nya kadang-kadang tak dapat dimengerti manusia, tetapi Ia adalah Allah yang selalu dapat dipercayai.  Jika dilihat dari prespektif Ilahi, peristiwa yang dialami oleh Ayub merupakan suatu misteri yang nyata.  Ayub tidak dapat memahami pasal 1-2, tetapi dia tetap percaya kepada Allah dalam segala sesuatu.

Penderitaan tidak selalu dihubungkan dengan dosa, tetapi Allah berdaulat memakai penderitaan untuk menguji dan mengajar orang yang dikasihi-Nya

C. Kontribusi kepada Alkitab

Ayub adalah suatu kitab Puisi yang dramatis, yang keindahan dan kedalaman maknanya tak tertandingi. Kitab Ayub banyak memakai paralel yang sinonim, antitesis dan sintesis. Melalui setting (situasi), Ayub menyajikan suatu pandangan tentang kebudayaan non Yahudi pada masa Patriakh. Ciri-ciri universalnya cocok untuk tema universal yang dibangun di dalamnya.

Penderitaan yang dialami oleh Ayub merupakan salah satu cara yang dipakai oleh Allah untuk mendidik umat-Nya seperti juga yang direfleksikan dalam kitab Ulangan:
      1.   Untuk merendahkan diri (22:29, Ul.8:2)
  1. Untuk menguji kita (2:3, Ul.8:2)
  2. Untuk mengatur kembali prioritas kita (42:5-6, Ul.8:3)
  3. Untuk mendisiplinkan kita (5:17, Ul.8:5)
  4. Untuk menyiapkan kita menerima berkat yang akan datang (42:10,Ul;8:7)

Kitab Ayub memiliki relasi dengan kitab-kitab lain dalam Alkitab sebagaimana nampak dalam pararel-paralel: (slide)

Pasal 38-42 memberikan survey tentang penciptaan yang sangat intensif di dalam Alkitab. Di antara kitab yang lain, Ayub mengajar bahwa bumi digantung Allah di atas kekosongan (26:7) dan bahwa bumi adalah bulat (22:14)

D. Kristus dalam kitab Ayub

Ayub mengakui seorang penebus (19:25-27) dan berteriak kepada seorang Mediator (9:33, 33:23). Dalam kitab ini muncul persoalan dan pertanyaan yang dijawab sempurna di dalam Kristus yang diidentikkan dengan penderitaan kita (band.Ibr.4:15). Kristus adalah hidup, pembebas, mediator dan pembela kita.


3. POKOK-POKOK PENTING DALAM KITAB AYUB

1. Allah

Sejak Permulaan kitab sampai denganm akhir kitab ini, Allah yang tidak terbatas  (transendental) adalah Allah menyatakan diri dan kehadiran-Nya tidak dibatasi oleh tempat dan waktu dalam seluruh ciptaan-Nya. Kisah tokoh Ayub dimulai dengan kedaulatan Allah yang tidak terbatas yang sulit dipahami oleh pikiran manusia. Babak demi babak percakapan tokoh-tokoh  dalam kitab Ayub menunjukkan dengan jelas keterbatasan manusia untuk dapat memahami kuasa dan kedaulatan Allah yang tidak terbatas.
Kitab Ayub diakhiri dengan jawaban Allah kepada hikmat manusia yang memiliki hikmat yang  terbatas.

1. Setan atau Iblis

     Setan merupakan fakta historis, bukan hanya nama tetapi pribadi  yang merupakan musuh Tuhan dan anak anak-Nya. Dalam kitab Ayub nampak pribadi dan pekerjaan setan yang berusaha menghancurkan anak-anak Tuhan dengan segala tipu muslihatnya. Iblis memiliki konsep yang salah terhadap sikap anak-anak Tuhan kepada Tuhannya. Dia memakai berbagai cara untuk tujuan menjauhkan manusia dari Allah, tetapi ia memiliki batasan-batasan yang ada dalam kedaulatan Allah.

2. Penderitaan

Mengapa orang benar menderita ?, apakah penderitaan itu dan apa tujuannya?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas sering dijawab dalam suatu kesimpulan yang salah. Pertanyaan tersebut dapat juga dijawab dengan pertanyaan yang sering kita dengar dalam ungkapan, apakah Allah ada?, apakah Allah benar-benar mengasihi kita? Jika Allah ada mengapa hal ini terjadi? Banyak orang yang mempersalahkan Tuhan, karena ia memiliki persepsi yang salah.

Dalam kitab Ayub, kita belajar tentang penderitaan baik dalam persepsi yang salah maupun dalam persepsi yang sebenarnya. Konsep iblis tentang penderitaan  salah, dia beranggapan bahwa kasih seseorang terhadap Allah diukur dari kecukupan materi. Apakah demikian ? itulah proses yang dialami oleh Ayub
Sahabat-sahabat Ayub melihat penderitaan itu sebagai akibat dosa dan pelanggaran Ayub, sehingga ditengah-tengah penderitaan yang dialami oleh Ayub, mereka bukan sebagai penghibur tetapi hanya sebagai “penghibur-penghibur sialan” dan “hakim yang menjatuhkan hukuman”

Disisi yang lain, salah seorang sahabat Ayub melihat penderitaan itu dari perspektif pemurnian dan ujian iman bagi orang benar. Dari kitab Ayub kita belajar :
  1. Penderitaan tidak selalu akibat dosa, orang benar dapat menderita (tidak kebal). Penderitaan merupakan sarana ujian yang dipakai oleh Allah dalam mempersiapkan diri menerima berkat yang akan datang.
  2. Bentuk-bentuk penderitaan mencakup seluruh segi kehidupan orang benar seperti yang dialami oleh Ayub :
-          Fisik, à kekayaan, anak-anak, sakit penyakit (1:13-14, 2:8-10) terjadi dalam waktu singkat.
-      Jiwa,  à mengalami tekanan dari orang-orang yang dikasihi, termasuk merasa ditinggalkan oleh Tuhan,depresi (23:8,9,15)
-          Sosial, à dijauhkan dari sahabat-sahabat  dan statusnya tidak dihargai (2:7-10, 19:13-19


3.IMAN YANG TEGUH (ILUSTRASI DETECTOR IMAN)

Ayub lulus ujian oleh karena keteguhan imannya yang tidak dapat dilunturkan oleh pencobaan-pencobaan yang dialaminya. Penderitaan-penderitaan yang dialami oleh Ayub tidak membuat dia mempersalahkan Allah, tetapi didalam ketidakmengertiannya, ia mengakui kedaulatan Allah. Ayub menerima upahnya dari Allah dua kali lipat dari apa yang dimilikinya sebelumnya.




0 Response to "INTRODUKSI KITAB AYUB"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel