PERUMPAMAAN YESUS TENTANG "GARAM"



"PERUMPAMAAN-PERUMPAAN YESUS"















Matius 5:13 (TB)  

"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.

Matthew 5:13 (NET)  

“You are the salt of the earth. But if salt loses its flavor, how can it be made salty again? It is no longer good for anything except to be thrown out and trampled on by people.


Markus 9:50 (TB)  

Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."

Mark 9:50 (NET)  

Salt is good, but if it loses its saltiness, how can you make it salty again? Have salt in yourselves, and be at peace with each other.”



Lukas 14:34-35 (TB)  

Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?
Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun untuk pupuk, dan orang membuangnya saja. Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"

Luke 14:34-35 (NET)  

“Salt is good, but if salt loses its flavor, how can its flavor be restored? It is of no value for the soil or for the manure pile; it is to be thrown out. The one who has ears to hear had better listen!”


Di sepanjang sejarah garam sudah digunakan untuk mengawetkan dan memberi rasa terhadap makanan. Garam merupakan salah satu kebutuhan hidup yang mendasar. 

Kegunaannya bersifat universal dan kelihatannya persediaan garam tidak ada habis-habisnya. Garam selain memiliki kualitas yang menguntungkan, garam juga bisa merusak. Garam bisa mengubah tanah yang subur menjadi tanah yang tandus (Lihat Ulangan 29:22-23; Hakim-hakim 9:45; Ayub 39:6; Mazmur 107:34; Yeremia 17:6; Zefanya 2:9)

Contohnya, wilayah di sekitar Laut Mati.

Di zaman modern ini tidaklah masuk akal bagi kita bahwa garam bisa kehilangan keasinannya. Sodium klorida (nama zat kimia untuk garam meja) merupakan susunan zat yang tidak berubah. Zat ini sama sekali tidak dicemari oleh apapun. Tetapi pada zaman Israel dahulu, garam di proses dengan cara menguapkan air yang berasal dari Laut Mati. 

Air tersebut mengandung bermacam-macam zat lain selain garam. Proses penguapan air tersebut menghasilkan kristal-kristal gar am dan juga potasium klorida dan magnesium.

Kristal-kristal garam itu dikumpulkan dan menghasilkan garam yang relatif murni, karena pada saat proses penguapan, yang pertama kali terbentuk adalah kristal-kristal garam. 

Namun, apabila gar am yang dihasilkan melalui proses penguapan itu tidak segera dipisahkan, dan kristal-kristal garam kemasukkan embun, larut dan luluh, maka apa yang tersisa akan kehilangan rasa asin dan menjadi tidak berguna (Lihat Jeremias, Parables, 169; I.H.  Marshal, The Gospel of Luke (Grand Rapids: Eerdmans, 1978), 596; Hauck, TDNT, I:229)

Apa yang bisa Anda lakukan dengan garam yang tidak asin? Tidak ada gunanya. Seorang petani tidak menghendaki zat-zat kimia semacam itu di atas tanahnya karen a akan merusak tanaman. Membuang zat sisa di atas tumpukan pupuk juga tidak akan berguna, karena sering kali pupuk dikumpulkan dan disebarkan di atas tanah untuk menyuburkan.

Satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah membuangnya keluar di mana orang-orang bisa menginjak-injaknya (Lihat E.P. Deatrick "Salt Soil Savior" mengutip karya Lamsa yang menyebutkan pada zaman Israel modern "garam yang tidak ada rasanya" disebarkan di bumbungan atap yang datar yang ditutupi dengan tanah. Karena garam itu, tanah akan mengeras. bumbungan atap digunakan sebagai tempat untuk mengumpulkan dan tempat bermain.)

Apabila garam telah kehilangan sifat dasarnya, yaitu rasa asin, maka ia tidak dapat dibuat asin kembali.


Dalam Khotbah di bukit, Tuhan Yesus berbicara kepada orang banyak dan murid-murid-Nya: "Kamu adalah garam dunia." Sebagaimana halnya garam yang memiliki karakteristik mencegah pembusukan, maka orang Kristen seharusnya dapat memberikan pengaruh moral di tengah masyarakat di mana ia berada. Perkataan dan perbuatan mereka seharusnya bisa mencegah pencemaran dalam hal moral dan spiritual.

Seperti halnya garam yang tidak kelihatan (contohnya, di dalam roti) tetapi memiliki pengaruh yang kuat. Demikian pula halnya dengan orang Kristen yang di tengah masyarakat tidak selalu terlihat dan diperhitungkan, tetapi mereka baik secara individu maupun kelompok bisa mempengaruhi masyarakat dan melakukan pencegahan di tengah dunia yang kotor dan cemar ini.

Tuhan Yesus bersabda: "Hendaklah kamu selalu mempunyai garam di dalam dirimu, dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain" (Markus 9:50). Dia mendorong pengikut-pengikut-Nya untuk mempromosikan perdamaian dengan menggunakan sumber spiritualnya, pertama di negerinya dan kemudian di luar negeri.

Orang Kristen akan kehilangan keefektifannya di dunia ini jika mereka tidak dapat hidup damai di antara sesama orang Kristen sendiri. Banyak orang yang tidak pernah membaca Alkitab, tetapi mereka dengan teliti memperhatikan kehidupan orang-orang yang membaca Alkitab. 

Di gereja Kristen mula-mula, sekali waktu Chrysostom yang fasih berbicara mengatakan, bahwa apabila orang Kristen hidup sebagaimana mestinya, maka orang tidak percaya tidak akan ada lagi.




SUMBER :

LITERATUR SAAT, Perumpamaan-Perumpaan Yesus, Simon J. Kistemaker. 
Hal. 3-5

0 Response to "PERUMPAMAAN YESUS TENTANG "GARAM""

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel