"AKU AKAN MEMBERKATI ENGKAU KARENA ABRAHAM TELAH MENDENGARKAN FIRMAN-KU"
UCAPAN SULIT
DALAM PERJANJIAN LAMA 12
“AKU AKAN MEMBERKATI ENGKAU KARENA ABRAHAM
TELAH
MENDENGARKAN FIRMAN-KU”
Kejadian
26:3-5
“Tinggallah
di negeri ini sebagai orang asing, maka Aku akan menyertai engkau dan
memberkati engkau, sebab kepadamulah dan kepada keturunanmu akan Kuberikan
seluruh negeri ini, dan Aku akan menepati sumpah yang telah Kuikrarkan kepada
Abraham, ayahmu. Aku akan membuat banyak keturunanmu seperti bintang di langit;
Aku akan memberikan kepada keturunanmu seluruh negeri ini, dan oleh keturunanmu
semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena Abraham telah mendengarkan
firman-Ku dan memelihara kewajibannya kepada-Ku, yaitu segala perintah,
ketetapan dan hukum-Ku."
Apakah Allah mengaruniakan berkat-berkat
kepada Abraham berdasarkan perbuatannya? Haruskah kita beranggapan bahwa urnat
Perjanjian Lama memperoleh keselamatan seperti cara Smith-Barney yang kuno
berkata "Mereka layak memperolehnya"?
Istilah karena
dalam Kejadian 26:3-5 itulah yang
menyebabkan kita mengernyitkan alis dan melihatnya sebagai suatu pernyataan
yang sulit.
Di sini ada kerenggangan antara penawaran Janji yang bebas dan tak
bersyarat kepada Abraham dengan janji bersyarat berdasarkan ketaatan Abraham
pada segala perintah, ketetapan dan hukum Allah. Sebenarnya hukum dan kasih
karunia merupakan bagian yang saling bertentangan dalam teologi.
Ada lima bagian penting yang perlu dikutip
untuk memperiihatkan bahwa patriakh Abraham memenuhi tuntutan-tuntutan Allah
dan sebagai imbalannya Allah menawarkan kepadanya perjanjian kekal sebagai
pemberian atas ketaatannya: Kejadian
12:1; 17:1, 9-14; 22:16; 26:3-5.
Ada yang menambahkan perintah-perintah
tambahan atas daftar ini. namun secara umum semuanya ini tidak langsung
berkaitan dengan rencana-perjanjian sebagaimana yang telah dikutip dari kelima
bagian tadi.
Kesulitan yang ada dalam perdebatan
mengenai persyaratan dan perolehan janji itu adalah penekanan yang dibuat oleh
bacaan tentang Allah yang secara aktif menganugerahkan perjanjian ini pada
Abraham.
Dalam salah satu adegan paling dramatis dalam hidup patriakh itu, Kejadian 15:12-21 menggambarkan Abraham
sebagai pihak yang pasif belaka dalam perjanjian yang akan diteguhkan,
sedangkan Tuhan, tampil sebagai "perapian yang berasap beserta suluh yang
berapi" lewat di antara potongan-potongan daging itu saat mengadakan
perjanjian dengan Abraham.
Perlu kita perhatikan bahwa hanya Allah yang lewat
di antara potongan-potongan daging tersebut dan dengan demikian Ia mewajibkan
diri-Nya sendiri. Jika perjanjian ini adalah perjanjian bilateral yang
bergantung secara seimbang pada kedua pihak yang menggenapi bagian-bagian
persetujuan mereka, seharusnya Allah maupun Abraham harus berjalan di antara
potongan-potongan daging hewan yang dibagi dua bagian dan mengatakan, "Kiranya
ini terjadi padaku apa yang telah terjadi pada hewan-hewan ini jika aku tidak
memegang teguh bagian persetujuanku dari perjanjian ini."
Jadi bagaimanakah kita menjelaskan
perbedaan yang seolah-olah ada yang kini kelihatannya mengganggu, yang menuntut
ketaatan dari Abraham jika perjanjian itu akan dipelihara? Jawabannya adalah
ini: Janji dan berkat tetap mendahului perintah untuk taat dan melaksanakan
segala perintah Allah.
Ketaatan tidak lebih dari syarat bagi Abraham dan juga
bagi gereja yang hidup di bawah perintah, "Jikalau kamu menuruti
perintahKu, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku" (Yohanes 15:10) atau "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan
menuruti segala perintah-Ku" (Yohanes
14:15).
Janji tersebut tidak bertentangan dengan
hukum Allah, baik perjanjian berkat kepada Abraham maupun berkat hidup kekal
bagi kita. Pemberi janji yang memprakarsai perjanjian dengan para patriakh ini
adalah sosok yang sama itu yang memberikan perintah, hukum dan ketetapan.
Maka, ketaatan bukan syarat untuk menerima berkat yang dijanjikan dari Allah
melainkan merupakan bukti peran-serta sesungguhnya dalam perjanjian yang sama
tersebut.
Karena Allah setia, para patriakh dimungkinkan menerima berkat-berkat
yang dijanjikan sekalipun mereka sendiri tidak berperan-serta melalui
kepercayaan mereka.
Bahkan mereka yang bukan peserta pribadi
dalam berkat-berkat perjanjian ini tetap harus meneruskan berkat-berkat ini
kepada mereka yang lahir dalam garis keturunan para patriakh ini. Kepercayaan
tersebut paling mudah diwujudkan dengan cara taat kepada Allah, sama seperti
yang Yohanes tuliskan dalam Injil bagi komunitas umat percaya pad a masa
Perjanjian Baru.
Itu sebabnya unsur-unsur persyaratan yang
diragukan dalam perjanjian Abraham (dan Daud) tak pernah mengurangi elemen-elemen
pokok d ari perjanjian itu, juga tak menambah syarat-syaratnya.
Hal tentang
kewajiban atau ketaatan, yang terkait erat dengan perjanjian itu, adalah hasil
atau kelanjutan dan bukan prasyarat untuk menjadi peserta dalam segala
berkatnya melalui iman.
Bacaan yang paling terkenal yang
mengungkapkan bentuk tak bersyarat dari perjanjian adalah Imamat 26:44-45, "Namun
demikian [dosa ketidaktaatan], ... Aku tidak akan menolak mereka dan tidak akan
muak melihat mereka, sehingga Aku membinasakan mereka dan membatalkan
perjanjian-Ku dengan mereka. Untuk keselamatan mereka Aku akan mengingat
perjanjian dengan orang-orang dahulu ..." Yang pasti, kedengarannya
seakan-akan itu adalah benar-benar suatu perjanjian tak bersyarat!
Sumber
:
“Ucapan yang Sulit dalam Perjanjian
Lama” Walter C Kaiser, Jr. LITERATUR
SAAT, 2015, halaman 45-47
0 Response to ""AKU AKAN MEMBERKATI ENGKAU KARENA ABRAHAM TELAH MENDENGARKAN FIRMAN-KU""
Post a Comment