KAIN BERSETUBUH DENGAN ISTRINYA






UCAPAN SULIT DALAM PERJANJIAN LAMA 7

“KAIN BERSETUBUH DENGAN ISTRINYA” 


Kejadian 4:17

Kain bersetubuh dengan isterinya dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Henokh; kemudian Kain mendirikan suatu kota dan dinamainya kota itu Henokh, menurut nama anaknya.”

Langsung kita ingin tahu, dari mana Kain mendapatkan istrinya. Sampai bahasan ini kita hanya tahu tentang Kain dan Habel.


Pertanyaan seperti ini telah sering diajukan sehingga layak mendapatkan tempat dalam Biblical Hall of Famous Questions.

Jawaban yang paling jelas seharusnya adalah bahwa Adam dan Hawa memiliki anak-anak lain selain mereka yang sejauh ini tersurat, termasuk anak-anak perempuan. Memang, Kejadian 5:4 dengan jelas mengatakan demikian, "[Adam] memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan." Masalahnya adalah bahwa Kain pasti telah menikahi saudara perempuannya. 


Namun dengan mengakuinya berarti memunculkan kesulitan berikutnya. Apakah ia melakukan kesalahan inses jika ia menikahi saudara perempuannya sendiri?

Paling sedikit ada dua hal yang dapat dikatakan menanggapi hal yang memalukan ini. 


Pertama, jika umat manusia berkembang biak dari satu pasang saja, sebagaimana kita percaya bukti menyatakan demikian, perkawinan-perkawinan antarsaudara semacam itu tidak dapat dihindarkan. Jika kita menuntut harus ada cara lain untuk memulai umat manusia maka itu merupakan pengharapan yang tidak pada tempatnya.

Yang Kedua, pendapat tentang inses haruslah diselidiki dengan lebih saksama. Mula-mula dosa inses dihubungkan dengan hubungan seksual antara orangtua dengan anak-anak. 


Baru sesudah itulah pendapat tentang inses diperluas menjadi hubungan-hubungan antar saudara sekandung.

Pada zaman Musa ada hukum-hukum yang mengatur segala bentuk inses (Imamat 18:7-17; 20:11-12, 14,17,20-21; U1. 22:30; 27:20, 22, 23). Hukum-hukum ini dengan jelas menyebutkan bahwa hubungan seksual atau perkawinan dilarang terjadi dengan seorang ibu, ayah, ibu tiri. saudara perempuan, saudara lelaki, saudara lelaki tiri, cucu perempuan, menantu perempuan, menantu lelaki, bibi, paman atau istri dari saudara lelaki.

Sementara itu Alkitab juga mencatat bahwa Abraham menikahi Sarai, saudara tirinya (Kejadian 20:12). Itu sebabnya. fenomena ini bukan tidak dikenal dalam Kitab Suci. Sebelum zaman Musa, inses dalam berbagai bentuknya yang kemudian diharamkan tersebut tidak dianggap salah. 


Saat itu, bahkan ayah Musa sendiri, yaitu Amram, menikahi seorang bibi muda, yaitu saudara perempuan ayahnya, yakni Yokhebed (Keluaran 6:19). 



Di Mesir, perkawinan rutin antar saudara sekandung di kalangan Firaun yang berjalan hingga abad kedua membuat hukum Musa menjadi suatu pembedaan yang radikal dengan masa silam mereka di Mesir.


Alasan-alasan genetik yang melarang inses tidak selalu menyolok. Perkawinan antar keluarga dekat pada masa-masa purba terjadi tanpa kerusakan genetik yang serius. Sekarang ini, resiko kerusakan genetik sangatlah tinggi. 


Karena kemungkinan-kemungkinan genetik Adam dan Hawa sangat baik, maka tidak ada alasan biologis untuk melarang pernikahan sebatas itu yang di kemudian hari perlu dilarang.


Sumber :

“Ucapan yang Sulit dalam Perjanjian Lama”  Walter C Kaiser, Jr. LITERATUR SAAT, 2015, halaman 24-25

0 Response to "KAIN BERSETUBUH DENGAN ISTRINYA"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel