ENGKAU AKAN BERAHI KEPADA SUAMIMU






UCAPAN SULIT DALAM PERJANJIAN LAMA 6

“ENGKAU AKAN BERAHI KEPADA SUAMIMU” 


Kejadian 3:16

Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu."

Bagian kedua dari hukuman atas perempuan berkisar sekitar penerjemahan atas dua kata yang sangat penting yang memiliki sejarah terjemahan yang mengagumkan, yaitu "berahi" dan "akan berkuasa". 

Jarang terjadi ada sedemikian banyak keinginan berbuat jahat yang telah disebabkan oleh sejarah kesalahan penerjemahan yang telah disahkan.

Benarkah karena Kejatuhan, kaum wanita secara alamiah menunjukkan berahi seksual yang besar kepada suami-suami mereka? Dan jika memang demikian, apakah pada saat yang sama Allah memerintahkan para suami untuk menerapkan kekuasaan diatas istri-istri mereka? Tampaknya kita berhadapan dengan "kesalahan penterjemahan" yang begitu lama ada dan diikuti secara turun-temurun. 

Dalam satu dan lain bentuk, para penafsir yang paling konservatif menjawab kedua pertanyaan ini dengan ya yang tegas dan memakai Kejadian 3:16 sebagai dasar bagi jawaban mereka. Namun apakah bacaan itu sendiri layak bertanggung jawab atas pernyataan-pernyataan yang sedemikian pentingnya itu?

Istilah Ibrani tesyuqah, yang kini memang secara umum diterjemahkan sebagai "berahi", tadinya dianggap sebagai "berpaling". Istilah tersebut muncul dalam Perjanjian Lama berbahasa Ibrani hanya sebanyak tiga kali: Yaitu dalam Kejadian 3:16 ini, Kejadian 4:7 dan Kidung Agung 7:10. 

Dari kedua belas versi kuno yang terkenal (Septuaginta Yunani, Peshitta Siria, Pentateukh Samaria, Latin Kuno, Sahid, Bohairi, Etiopia, Arab, Yunani Akquila, Yunani Symrnachus. Yunani Theodotion dan Vulgata Latin), hampir semuanya (dua puluh satu dari antara dua puluh delapan kali) menerjemahkan ketiga pemakaian tesyuqah sebagai "berpaling", bukan "berahi".

Demikian juga, para bapa gereja (Clement dari Roma. lrenaeus. Tertullian, Origen, Epiphanius dan Jerome, berikut Philo. seorang Yahudi yang wafat pada tahun 50 TM) kelihatannya mengabaikan makna lain untuk istilah tesyuqah kecuali terjemahan "berpaling". 

Selanjutnya, terjemahan bahasa Latin adalah conversio dan bahasa Yunani apostrophe atau epistrophe, istilah-istilah yang artinya "berpaling".

Dengan kesaksian yang kuat dan umum yang lebih menyukai "berpaling" ini, bagaimanakah gagasan berahi dapat masuk ke dalam agenda penerjemah? Sekali lagi, adalah Katherine C.Bushnell yang menjadi perintis dalam menyelidiki permasalahan ini, Beliau menelusuri asal mulanya pada seorang biarawan Dominika Italia yang bernama Pagnino yang menerjemahkan Alkitab Ibrani. 

Pagnino, menurut seorang kritikus Alkitab yang tidak terkenal yang bernama Richard Simon, "terlalu banyak mengabaikan versi-versi kuno Kitab Suci sehingga mengenakan pada dirinya ajaran-ajaran dari para rabbi." Versi Pagnino diterbitkan di Lyons pada tahun 1528, tujuh tahun sebelum terbitnya Alkitab Coverdale dalam bahasa Inggris. 

Dewasa ini, kecuali Wycliffe versi bahasa lnggris tahun 1380 dan Alkitab Douay pada tahun 1609, yang keduanya dibuat dari Vulgata Latin, setiap versi bahasa lnggris sejak Pagnino hingga sekarang telah memakai penafsiran Pagnino atas Kejadian 3:16 ini.

Alkitab-Alkitab berbahasa lnggris yang lebih kuno, meniru Pagnino, menerjemahkan ayat tersebut sebagai berikut: "Berahimu akan menjadi milik suamimu." ("Thy lust [or lusts] shall pertayne [pertain] to thy husband.") Maka jelaslah, makna yang diberikan oleh Pagnino dan para pengikutnya kepada istilah tersebut adalah libido atau hasrat seksual. Satu-satunya tempat di mana Bushnell dapat menemukan konsep seperti ini adalah dalam "Ten Curses of Eve" (Sepuluh Kutukan atas Hawa) dalam Talmud.



Sudah tiba waktunya gereja kembali pada makna yang sejati dari istilah ini. Makna dalam Kejadian 3:16 hanyalah ini: Sebagai akibat dari dosanya, Hawa akan berpaling dari ketergantungannya semata-mata pada Allah dan kini berpaling kepada suaminya. Akibat-akibat tersebut samasekali takkan menyenangkan, demikian Allah memperingatkan, saat Ia mengumumkan kutukan ini.

Tidak ada bacaan yang mengajarkan, dan menurut pengamatan kita alam juga tidak menegaskan, bahwa kini ada kecenderungan bagi wanita untuk dikendalikan oleh hasrat hubungan seksual dengan suaminya atau dengan pria-pria lainnya. 

lni adalah salah penafsiran terhadap bacaan tersebut dan juga adalah fantasi tentang pria yang timbul dari sejumlah sumber yang lain dari Alkitab atau alam manusiawi. Bahkan sekalipun jika istilah tersebut diperhalus sehingga hanya berarti suatu kecenderungan, kita tidak boleh melanjutkan lebih jauh.

Penerjemahan -penerjemahan ini tetap kehilangan makna dalam bahasa lbraninya. -Dalam bahasa Ibrani terbaca: "Engkau berpaling [dari Allah!] kepada suamimu, dan [sebagai akibatnya] ia akan berkuasa atasmu [mengambil keuntungan darimu]."

Sekalipun bacaan ini hanya meramalkan bagaimana sejumlah suami akan mengambil keuntungan dari para istri mereka, jika para istri berpaling kepada suami-suami mereka sesudah berpaling dari Allah, ada yang berargumentasi bahwa kata kerja kedua ini seharusnya diartikan "ia akan berkuasa atasmu". 

Ini akan membuat pernyataan tersebut menjadi mandat keras atas perintah yang ditujukan kepada semua suami untuk berkuasa atas istri-istri mereka.

Tata bahasa Ibrani sekali lagi takkan mengizinkan tatanan seperti ini. Kata kerjanya berisi suatu pernyataan yang sederhana tentang masa mendatang; tidak ada petunjuk adanya kewajiban atau pengkaidahan dalam kata kerja ini. 

Mengajukan argumentasi yang berbeda berarti sarua logisnya dengan menuntut satu kata kerja dalam ayat 18 yang seharusnya diartikan: "tanah akan menghasilkan" semak duri dan rumput duri . 

Oleh karena itu, semua petani Kristen yang menggunakan pembasmi rumput liar akan dikutuk sebagai orang-orang yang tidak taat kepada Allah yang menuntut bahwa tanah memiliki semak duri dan rumput duri seperti itu.

Jawaban yang sering diulang atas argumentasi akan berkuasa ini beranjak ke Kejadian 4:7, “Dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.” 

Tidak diragukan lagi bahwa baik istilah tesyuqah (berpaling) maupun kata kerja berkuasa ditemukan dalam konteks tersebut. Namun apa yang selama ini diperdebatkan adalah cara terbaik untuk menerjemahkan istilah Ibraninya.

Ada beberapa gagasan yang mengesampingkan penafsiran tradisional yang menekankan suatu pengertian kewajiban pada kata kerja "berkuasa". 

Siapapun boleh memperkirakan bahwa Kain, yang kini diperintah oleh dosa dan digambarkan sebagai makhluk pemangsa yang sedang mengintip di depan pintunya, akan berkuasa atasnya (saudaranya, Habel). Namun, ini bukanlah apa yang dimaksudkan oleh penulis.



Suatu cara yang lebih disukai dalam menangani kalimat ini adalah memperlakukannya sebagai suatu pertanyaan. (Tidak adanya partikel yang menyatakan pertanyaan adalah suatu gambaran yang terlihat dalam sekitar separuh dari pertanyaan-pertanyaan bahasa Ibrani). 

Oleh karena itu kita akan menerjemahkannya, "Namun engkau, akankah engkau menguasainya?" atau "Maukah engkau menjadi majikannya?" (Penafsiran ini juga lebih disukai oleh H.Ewald, C.R. Castellino dan, masih ada lagi, yaitu Claus Westermann).

Sekalipun banyak yang berpegang pada keyakinan bahwa I Korintus 14:34 merujuk pada Kejadian 3:16 tatkala di sana tercatat: "perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. 

Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh Hukum Taurat ",saya tidak sependapat. 

Ketika Jemaat di Korintus merujuk pada Hukum Taurat (nampaknya Paulus sedang menjawab suatu pertanyaan yang sebelumnya mereka tulis kepadanya), itu berarti merujuk pada hukum bangsa Yahudi yang ditemukan dalam Talmud dan Misyna. 

Di sana diajarkan bahwa seorang wanita tidak boleh berbicara dan bahwa ia harus berdiam diri, namun hal itu tidak diajarkan dalam PL!

Satu-satunya cara yang memungkinkan seseorang menghubungkan Kejadian 3:16 dengan 1 Korintus 14:34-35 adalah jika bacaan dalam Kejadian mengatakan para suami harus berkuasa atas istri mereka, Karena pengartian semacam itu telah dibuktikan mustahil, maka rujukan ini harus rela dipasrahkan. 

Kita tidak boleh meletakkan beban yang lebih berat pada umat Allah lebih daripada apa yang ditegaskan dalam Firman Allah.

Dalam penyataan Allah pada bagian berikutnya, Tuhan kita akan menegaskan suatu susunan tugas dalam hubungan perkawinan, dan suami harus bertanggung jawab di hadapan Allah atas ke sejahteraan istri dan keluarganya. Sekalipun demikian , Kejadian 3:16 samasekali tidak mengandung pengertian-pengertian ini.

Maka kita boleh menyimpulkan, bahwa tesyuqah tidak berarti hasrat atau selera seksual dari seorang wanita pada seorang pria. tesyuqah merupakan "hasrat untuk menguasai". Karena Kata kerja "berkuasa" (masyal) atasnya menyatakan perintah Allah bagi para suami dalam hubungan mereka dengan istri-istri mereka.



Sumber :
“Ucapan yang Sulit dalam Perjanjian Lama”  Walter C Kaiser, Jr. LITERATUR SAAT, 2015, halaman 19-23

0 Response to "ENGKAU AKAN BERAHI KEPADA SUAMIMU"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel