ORANG YANG BERPEGANG PADA KETETAPAN-KU AKAN HIDUP KARENANYA




UCAPAN SULIT DALAM PERJANJIAN LAMA 21

“ORANG YANG BERPEGANG PADA KETETAPAN-KU AKAN HIDUP KARENANYA”


Kejadian 18:5
“Sesungguhnya kamu harus berpegang pada ketetapan-Ku dan peraturan-Ku. Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya; Akulah TUHAN.”


Perkataan ini penting karena muncul dalam konteks-konteks selanjutnya seperti Yehezkiel 20:11, Lukas 10:28, Roma 10:5 dan Galatia 3:12. Namun ucapan tersebut sulit dipahami. Bacaan tersebut kelihatannya menawarkan suatu metode lain untuk memperoleh hidup kekal, sekalipun itu cuma teoritis. 

Apakah benar, baik dalam Perjanjian Lama maupun Baru, bahwa orang bisa mendapatkan hidup kekal dengan menaati hukum Allah dengan sempurna? Dengan kata lain, bisakah kita mengartikan perkataan tadi: "Lakukanlah ini maka engkau akan memiliki hidup (kekal)"?

Sayangnya, terlalu banyak pengajar Kitab Suci secara tidak kritis menyimpulkan kata-kata hidup karenanya dengan arti "hidup kekal didapatkan dengan mempelajari hukum-hukum Allah." Oleh karenanya, jika orang diharuskan menaati segala perintah ini dengan sempurna, maka ketaatan ini merupakan hidup kekal.

Namun pernyataan ini mengabaikan sejumlah besar bukti yang sebaliknya , terutama bahwa berkat-berkat rencana perjanjian Allah kepada umat percaya dalam Perjanjian Lama tidak ditentukan pada apapun, termasuk ketaatan. Pengertian seperti ini akan memutar-balik ucapan berkat tak bersyarat yang Allah berikan kepada Abraham, Ishak, Yakub, dan Daud.

Ada yang menyanggah, tetapi bagaimana dengan pernyataan-pernyataan "jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku" dari Keluaran 19:5, Imamat 26:3-13, dan Ulangan 11:13-15 dan 28: 1? Tidakkah bacaan-bacaan tersebut dengan jelas menyatakan bahwa tanpa ketaatan mustahil ada keselamatan?

Istilah jika memang bersyarat. namun syarat terhadap apa? Ini memang bersyarat hanya untuk kenikmatan menerima berkat sepenuhnya dari hubungan yang dimulai dengan iman dan diberikan dengan cuma-cuma oleh Allah. 

Israel harus menaati suara Allah dan memperhatikan perjanjian dan perintah-perintah-Nya. bukan "supaya" memperoleh hidup barunya dalam Allah, melainkan "sehingga" (Ul. 5:33) Israel bisa mengalami sepenuhnya hidup baru ini yang berawal dalam iman.

Konteks dari ayat ini sebenarnya menolak pengupayaan keselamatan. Pertama, Imamat 18 mulai dan berakhir (ayat 2 dan 30) dengan pandangan teologis bahwa para pendengar memiliki Tuhan sebagai Allah mereka, Jadi, perintah ini lebih berkaitan dengan pengudusan daripada pembenaran.

Kedua, "Hal-hal tersebut" yang tak boleh mereka lakukan yang adalah kebiasaan dan tata adat; intinya, penyembahan dewa asing dari rakyat Mesir dan Kanaan. Ini sangat berbeda dari hal keselamatan. 

Ketiga, tak pernah ada dalam Perjanjian Lama atau Baru yang berkenan kepada Allah yang terbentuk dari penampilan tindakan-tindakan eksternal; tindakan-tindakan ini mengandung bukti sikap hati yang ada sebelumnya. 

Misalnya, sunat jasmani tanpa sunat hati merupakan usaha yang sia-sia. Buktinya, Tuhan kita menyandingkan tindakan dan hati tatkala orang banyak berjanji, "Semua yang Tuhan katakan, kami akan lakukan." 

Sebagian kalangan menyebut janji yang terburu-buru ini sebagai kesombongan, dan menilai bangsa itu bodoh karena ditipu oleh suatu tawaran yang takkan pernah sanggup mereka jalani itu.

Namun Tuhan kita bukan melihatnya demikian. Melainkan sebaliknya, Ia mengatakan dalam kalimat panjang, "Oh itu karena ada suatu hati dalam diri mereka sehingga mereka akan senantiasa takut akan Aku dan memelihara segala perintah-Ku." Tuhan kita menghubungkan "perbuatan" mereka dengan "hati". 

Ia tak pernah menegur mereka dengan berkata, "Oh, bangsa yang licik! Menyimak sejarahmu, bagaimana mungkin kamu pernah berharap untuk masuk surga-Ku dengan memelihara hukum-hukum-Ku?" Tak ada satu kata pun yang mengandung makna ini. 

Itu sebabnya, ayat ini tak bisa dikatakan sebagai ayat yang mengajar tawaran keselamatan oleh perbuatan-perbuatan yang bersifat hipotesa.

Mungkin ada yang bersikeras bahwa perkataan hidup karenanya, yang dikutip dalam Roma 10:5 dan Galatia 3:12, dalam konteks-konteks tersebut pasti berarti bahwa keselamatan adalah "dengan penggunaan dari" perbuatan-perbuatan (kata depan yang menunjukkan sarana). 

Saya ingin menanggapi bahwa ungkapan ini seharusnya diterjemahkan sebagai hidup di dalam situasinua (kata depan yang menunjukkan ruang).

Itu sebabnya, Musa bukan menggambarkan sarana-sarana untuk mencapai keselamatan melainkan hanya batas suasana yang di dalamnya harus dijalani kehidupan yang duniawi dan yang saleh.


Sumber :
“Ucapan yang Sulit dalam Perjanjian Lama”  Walter C Kaiser, Jr. LITERATUR SAAT, 2015, halaman 75-77


0 Response to "ORANG YANG BERPEGANG PADA KETETAPAN-KU AKAN HIDUP KARENANYA"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel