ENGKAU AKAN MELIHAT BELAKANG-KU TETAPI WAJAH-KU TIDAK AKAN KELIHATAN
UCAPAN SULIT
DALAM PERJANJIAN LAMA 20
“ENGKAU AKAN MELIHAT BELAKANG-KU TETAPI WAJAH-KU TIDAK AKAN
KELIHATAN”
Keluaran 33:19-23
“Tetapi
firman-Nya: "Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan
menyerukan nama TUHAN di depanmu: Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa
yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani." Lagi
firman-Nya: "Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang
yang memandang Aku dapat hidup."Berfirmanlah TUHAN: "Ada suatu tempat
dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu; apabila
kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu dan
Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat. Kemudian
Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku
tidak akan kelihatan."
Jika tak seorangpun yang bisa melihat Allah
dan bertahan hidup, bagaimanakah kita menafsirkan bacaan-bacaan yang
kelihatannya menafsirkan sebaliknya, termasuk bacaan ini yang menunjukkan
"belakang" Allah?
Disatu pihak, sejumlah bacaan mengatakan
Allah sudah terlihat. Kejadian 32:30 mencatat: Keluaran 24:9-10 Dan naiklah Musa dengan Harun, Nadab dan
Abihu dan tujuh puluh orang dari para tua-tua Israel …. "melihat Allah
Israel": Keluaran 33:11
menegaskan catatan akrab lain : TUHAN
berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada
temannya; Kitab Hakim-hakim 13:22,
menyatakan bahwa Manoah berkata kepada istrinya, : "Kita
pasti mati, sebab kita telah melihat Allah.” Selanjutnya Yesaya 6:1
mencatat : Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta
yang tinggi dan menjulang.
Akhirnya Daniel
7:9 menegaskan : “Sementara aku terus
melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya;
pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba;
kursi-Nya dari nyala api”. Semua bacaan-bacaan ini nampak menyatakan bahwa ada
kalanya Allah bisa dilihat dan sudah terlihat.
Namun, ada bagian-bagian lain yang nampak
membantah bahwa adalah mustahil jika melihat Allah. Diantaranya yang paling
keras membantah adalah : Lagi firman-Nya: "Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang
memandang Aku dapat hidup."
Demikian pula dalam ayat ini yang memberi
peringatan : Hati-hatilah sekali -- sebab kamu tidak melihat sesuatu rupa pada
hari TUHAN berfirman kepadamu di Horeb dari tengah-tengah api. Yang lebih telak
lagi adalah Yohanes 1:18, yang menulis tidak seorangpun melihat Allah : Tidak
seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di
pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.
Dan ada lagi dalam Yohanes 5:37 menulis senada : “Bapa
yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah
mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat," Sesungguhnya
Allah digambarkan dalam 1 Timotius 1:17 sebagai "Raja segala zaman, Allah
kekal, yang tak nampak." Yaitu yang seorangpun tak pernah melihat Dia dan
memang manusia tak dapat melihat Dia"
(1 Tim. 6:16)
Untuk menjelaskan dilema ini, perhatikanlah
terlebih dahulu bahwa beberapa dari penampakan ini adalah pengelihatan seperti
dalam kasus Yesaya dan Daniel. Dalam bagian lain, istilah nampak menegaskan
penampakan langsung. Misalnya, dalam Keluaran 24:9-11, Musa, Harun, Nadab,
Abihu, dan ketujuh puluh tua-tua Israel makan dan minum di hadapan Allah namun
mereka menggambarkan hanva kaki-Nya dan apa yang dipijak-Nya.
Mungkin mereka tidak diizinkan untuk
menatap wajah Allah. Dalam contoh lain, hubungan langsung Yakub dengan Allah
digambarkan sebagai "muka dengan
muka", serupa dengan persahabatan Musa dengan Allah yang terjadi
kemudian. (Perbedaannya mungkin timbul dari cara penggunaan istilah wajah Allah
dalam berbagai konteks.
Dalam satu konteks, mengungkap keakraban melebihi
penglihatan-penglihatan atau penampakan-penampakan ilahi sebelumnya; di bagian
lain, istilah itu berarti mengenal Allah yang melampaui kemampuan dan
pengharapan kita.) Konteks lain, seperti Manoah dan istrinya, mengalami suatu
Khristofani atau Theofani, yang berarti penampakan Kristus atau Allah melalui
penglihatan atau penampakan pra-inkarnasi.
Yang Musa minta dalam Keluaran 33:18, "Perlihatkanlah
kiranya kemuliaan-Mu kepadaku", itu merupakan suatu permintaan yang
lebih daripada yang Allah mau berikan demi kebaikan Musa sendiri. Sekalipun
demikian, Allah memperbolehkan "kegemilangan"-Nya lewat di hadapan
Musa dan menyerukan "nama"-Nya di depan Musa.
Dengan demikian, sebagai ganti menunjukkan
pribadi-Nya dan menggambarkan penampakan-Nya kepada Musa, Allah memberi suatu
gambaran mengenai siapa diri-Nya kepada Musa "Nama" Allah mencakup
natur, sifat-Nya (Mazmur 20:2; Lukas 24:47; Yohanes 1 :12), doktrin (Mazmur.
22:22; Yohanes 17:6,26) dan standar hidup yang benar (Mikha 4:5). Roma 9:15
mengutip dari Keluaran dan mengartikannya sebagai kedaulatan Allah.
Sesudah Allah menyerukan nama dan
kedaulatan-Nya, la menjanjikan kepada Musa suatu penampakan aspek-aspek
tertentu d ar i keilahian-Nya. Aspek-aspek apa saja masih diperdebatkan, ini
tid aklah penting, jika seseorang memahami arti yang luas untuk kata belakang
atau konteks pemakaiannya.
Allah menempatkan Musa di lekukan gunung batu,
mungkin seperti rekahan yang menyerupai gua, dan kemudian Ia melewatkan
kemuliaan-Nya.
Kemuliaan Allah terutama menunjukkan pada keringanan dan realita
kehadiran-Nya. Kehadiran Allah akan datang dekat Musa dalam pengertian ruang.
Namun Musa takkan mampu bertahan menatap
-kemurnian, kemilau, dan realita yang luar biasa dari kemuliaan Allah sendiri.
Sebaliknya, Allah melindungi Musa terhadap bahaya (sesungguhnya, fatal) melihat
kemuliaan tersebut.
Itu sebabnya, dalam suatu antropomorfisme (yaitu
penggambaran realita Allah dalam pengertian atau analogi yang bisa dimengerti
makhluk hid up), Allah melindungi Musa dari pengaruh menatap langsung pada
kemuliaan Allah dengan menudungkan tangan-Nya pada wajah Musa sampai segenap
kemuliaan Allah lewat.
Ini merupakan suatu gaya bahasa dari
pengaruh ganda atas lewatnya Allah dan pada waktu lewat melindungi Musa dengan
"tangan" ilahi-Nya. Hanya sesudah kemuliaan atau kehadiran-Nya lewat
Allah menarik "tangan"-Nya yang penuh kasih karunia dan perlindungan
itu. Maka Musa melihat apa yang Allah telah izinkan.
Namun apa yang masih tersisa bagi Musa
untuk dilihat? Para penerjemah mengatakannya sebagai belakang Allah. Namun
karena Allah itu Roh (Yesaya 31:3; Yohanes 4:24) dan tak berwujud, apakah yang
dimaksudkannya? Istilah belakang bisa dengan mudah diartikan sebagai pengaruh
sesudahnya dari kemuliaan yang lewat itu.
Ini bisa cocok dengan konteks maupun
cakupan makna istilah Ibrani yang dipakai. Musa tidak melihat kemuliaan Allah
secara langsung, namun begitu kemuliaan tersebut lewat, Allah memperbolehkan
Musa melihat akibat-akibat, sisa kemilau, yang telah dihasilkan oleh
kehadiran-Nya itu.
Sumber
:
“Ucapan yang Sulit dalam Perjanjian
Lama” Walter C Kaiser, Jr. LITERATUR
SAAT, 2015, halaman 71-74
0 Response to "ENGKAU AKAN MELIHAT BELAKANG-KU TETAPI WAJAH-KU TIDAK AKAN KELIHATAN"
Post a Comment