DUA EKOR BERUANG MENCABIK-CABIK 42 ANAK





UCAPAN SULIT DALAM PERJANJIAN LAMA 32

“DUA EKOR BERUANG MENCABIK-CABIK EMPAT PULUH DUA ANAK”



2 Raja 2:23-24

2:23 Elisa pergi dari sana ke Betel. Dan sedang ia mendaki, maka keluarlah anak-anak dari kota itu, lalu mencemoohkan dia serta berseru kepadanya: "Naiklah botak, naiklah botak!" 2:24 Lalu berpalinglah ia ke belakang, dan ketika ia melihat mereka, dikutuknyalah mereka demi nama TUHAN. Maka keluarlah dua ekor beruang dari hutan, lalu mencabik-cabik dari mereka empat puluh dua orang anak.

Hidup Kristen - Cara orang-orang memahami bagian ini adalah suatu ejekan ringan oleh sejumlah anak-anak yang tak berdosa berubah menjadi satu kasus besar oleh karena seorang nabi tua yang berambut pendek (atau memang tidak berambut) saat ia dicemooh.

Penghukuman yang tak disukai dalam insiden di jalan menuju ke Betel ini telah mendatangkan lebih banyak kritik terhadap Alkitab dibandingkan narasi lainnya.

Bila dipertajam, keluhan ini berbunyi: Bagaimana aku bisa percaya kepada Allah yang akan mengirimkan beruang-beruang untuk mencabik anak-anak karena hanya menggoda seorang tua yang penampilannya mungkin aneh bahkan untuk masa itu?

Pada kesan pertama, sang nabi secara kebetulan terlihat oleh anak-anak yang sedang bersukaria bermain di pinggiran kota Betel.

Melihat orang yang nampak aneh ini, mereka mulai bersajak dengan gembira, "Naiklah botak, naiklah botak!" Nabi tua itu bukannya melihat bagaimana duduk perkara yang sebenarnya, malahan ia menjadi marah (seperti yang diceritakan sebagian orang), kemudian berpaling, dan dengan mata yang memancarkan murka, meneriakkan kutukan dalam nama Tuhan.

Namun ini adalah rekonstruksi yang keliru dari peristiwa itu. Permasalahannya dimulai dari dua kata Ibrani untuk istilah anak-anak (kecil), yang oleh banyak terjemahan yang lebih tua diterjemahkan sebagai remaja.

Jika kita harus menjelaskan insiden yang membingungkan ini, maka usia dan kemampuan bertanggung jawab dari anak-anak ini harus utamakan. Anak-anak (kecil) adalah terjemahan yang tak tepat.

Ungkapan dalam bahasa Ibrani qetanim na'arim paling cocok diartikan sebagai lelaki muda atau pria muda. Dari sekian banyak contoh dalam Perjanjian Lama di mana usia disebutkan, kita tahu bahwa mereka ini adalah anak-anak laki-laki berusia dua belas hingga tiga puluh tahun.

Salah satu dari kata ini menggambarkan Ishak dalam peristiwa pengorbanan dalam Kejadian 22:12, ketika Ishak masih berusia awal dua puluhan. Kata ini menggambarkan Yusuf dalam Kejadian 37:2 ketika ia berusia tujuh belas tahun.

Bahkan, kata yang sama menggambarkan para pengiring kepah-kepala daerah (orang-orang muda) dalam 1 Raja-raja 20:14-15.

Jika ada yang berkeberatan, boleh-boleh saja, namun istilah qetanim [yang diterjemahkan kecil dalam beberapa versi] membuat perbedaan dalam konteks ini, kami akan menjawab bahwa yang terbaik adalah diterjemahkan agak muda, bukan kecil, Lebih lanjut, istilah-istilah ini memiliki cakupan yang luas.

Misalnya, Samuel bertanya kepada Isai, "Inikah anakmu semuanya [na'arim]?" Namun Isai menjawab, "Masih tinggal yang bungsu [qatan]." Jadi Daud, yang merupakan "anak bungsu", yang menurut terjemahan lama, sudah cukup usia untuk menggembalakan domba dan tak lama kemudian berkelahi dengan seorang raksasa (1 Sam. 16:11-12).

Jadi, anak-anak tidak berarti anak-anak kecil atau bahkan murid usia sekolah dasar; orang-orang atau anak-anak muda ini usianya bervariasi antara dua belas hingga tiga puluh tahun!

Namun apakah Elisa adalah manula yang tidak penyabar dan tak punya rasa humor? Tuduhan ini juga tak sesuai, sebab Elisa hampir dipastikan berusia tidak lebih dari dua puluh lima tahun saat peristiwa ini terjadi. 

Ia hidup hampir enam puluh tahun sesudah peristiwa ini, kita bisa mempelajari bahwa ia datang segera seusai kenaikan Elia ke surga.

Ada yang mengatakan bahwa Elia naik ke surga sekitar tahun 860 Sebelum Masehi dan kematian Elisa berkisar tahun 795 Sebelum Masehi. 

Sementara pelayanan Elia berlangsung kurang dari satu dekade, maka pelayanan Elisa terbentang sedikitnya lima puluh lima tahun, semasa pemerintahan Yehoram, Yehu, Yoahas, dan Yoas.

Apakah Elisa kehilangan kesabarannya? Apa yang salah bila menyebutnya "botak" sekalipun ia mungkin tidak botak, karena berusia kurang dari 30 tahun?

Istilah botak merupakan satu istilah makian dalam Perjanjian Lama (Yes. 3:17, 24). Kebotakan alami sangat jarang terjadi dalam dunia Timur Dekat purba. Sedemikian jarangnya kebotakan itu sehingga kebotakan itu mendatangkan kecurigaan penyandang lepra.

Apakah Elisa botak sebelum waktunya atau tidak, jelas bahwa julukan itu dipakai sebagai penghinaan berat, sebagai sebuah istilah untuk meremehkan yang menyatakan dirinya sebagai orang yang hina.

Namun karena sangat tak mungkin bahwa Elisa botak sebelum waktunya, penghinaan ini tidak terlalu ditujukan kepada sang nabi, melainkan pada Allah yang telah mengutusnya. Hal ini jelas dari kalimat lain. "Naiklah, botak," seru mereka riuh rendah. "Naiklah!" Ini bukan petunjuk topografi jalan mendaki yang menuju Betel.

Sebaliknya, anak-anak muda itu menyinggung masalah kenaikan Elia ke surga. Ini berarti mereka tidak percaya atau tidak mengakuinya sebagai karya Allah di tengah-tengah mereka. Dalam istilah modern, mereka menertawakan, "Meluncurlah! Melesatlah! Pergilah juga. Keluar dari sini.

Kami muak pada kalian berdua." Orang-orang Betel yang kasar ini menggunakan kata kerja Ibrani yang sama dengan yang memulai pasal 2 dari 2 Raja-raja untuk menggambarkan kenaikan Elia ke surga. Kaitan tersebut tak bisa diabaikan.

Kenyataannya, berita tentang kenaikan Elia ke dalam kemuliaan tersebar di tempat dekat maupun jauh namun disambut dengan ketidakpercayaan yang bernada meremehkan oleh banyak orang, termasuk kelompok anak-anak muda ini. Pengejekan tersebut tertuju pada Allah, bukan pada nabi-Nya.

Elisa tidak memakai kenajisan dalam menempatkan kutukan terhadap anak-anak muda ini. Ia hanya mengutip hukum Allah yang dikenal baik oleh para penduduk Betel ini. Musa pernah mengajarkan, "Jikalau hidupmu tetap bertentangan dengan Daku dan kamu tidak mau mendengarkan Daku ... Aku akan melepaskan kepadamu binatang liar yang akan memunahkan anak-anakmu" (Im. 26:21-22).

Elisa tidak menganiaya anak-anak muda ini, juga tidak menyumpahi mereka; ia puas membiarkan pekerjaan penghukuman itu pada Allah. Ia mengumumkan suatu penghukuman atas mereka dan meminta Allah yang bertindak seperti yang pernah Ia janjikan jika nama-Nya, maksud-Nya, dan firman-Nya mengalami serangan.

Tak diragukan lagi bahwa anak-anak muda ini hanya mencerminkan apa yang mereka dengar di meja makan setiap sore tatkala penduduk itu berjalan semakin jauh dan semakin jauh dari Allah.

Kekejaman binatang-binatang liar cukup brutal, namun ini ringan bila dibandingkan dengan kekejaman terkenal dari bangsa Asyur yang tampil untuk melengkapi penghukuman Allah pada tahun 722 Sebelum Masehi.

Bencana kejatuhan Samaria seharusnya bisa dihindari jika umat mau bertobat sesudah penyerangan oleh beruang dan peningkatan penghukuman ilahi yang keras berikutnya. Namun mereka bukan berpaling kepada Allah, Israel, sebagaimana Yehuda di kemudian hari, "mengolok-olok utusan-utusan Allah itu, menghina segala firman-Nya, dan mengejek nabi-nabi-Nya. Oleh sebab itu murka TUHAN bangkit terhadap umat-Nya, sehingga tidak mungkin lagi pemulihan" (2 Taw. 36:16).

Penyerangan beruang itu bukan untuk mempertunjukkan pelampiasan kekejaman melainkan menunjukkan Allah yang berulangkali berupaya membawa umat-Nya kembali kepada diri-Nya sendiri melalui hukuman-hukuman yang lebih kecil hingga dosa umat ini terlalu besar dan hukuman yang diberikan harus keras.


Sumber :

“Ucapan yang Sulit dalam Perjanjian Lama”  Walter C Kaiser, Jr. LITERATUR SAAT, 2015, halaman 118-122

0 Response to "DUA EKOR BERUANG MENCABIK-CABIK 42 ANAK"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel