UCAPAN SULIT PL - YOSIA TIDAK TIDAK MENGINDAHKAN PESAN ALLAH?
UCAPAN SULIT DALAM PERJANJIAN LAMA 36
“YOSIA TIDAK
MENGINDAHKAN KATA-KATA NEKHO, YANG MERUPAKAN PESAN ALLAH”
2 TAWARIKH 35:22
“Tetapi Yosia tidak
berpaling dari padanya, melainkan menyamar untuk berperang melawan dia. Ia
tidak mengindahkan kata-kata Nekho, yang merupakan pesan Allah, lalu berperang
di lembah Megido.”
Hidup Kristen - Beberapa peristiwa dalam kehidupan Israel dan Yehuda memang
sepilu yang satu ini. Jarang ada kerajaan suatu bangsa yang dengan tulus
berhasrat melayani Allah. Bahkan ketika Yosia memulai pemerintahannya pada usia
rawan, delapan tahun, ia bermaksud untuk mengikuti jalan Daud dan bukan seperti
ayahnya yang jahat, Amon, dan kakeknya, Manasye.
Yosialah yang memulai reformasi besar di Yehuda. Ini
terjadi sesudah ditemukannya Kitab Hukum Taurat saat Bait Allah disucikan pada
tahun kedelapan belas dari masa pemerintahannya, yaitu tahun 621 Sebelum
Masehi.
Ketika berusia dua puluh enam tahun untuk pertama kalinya
Yosia menyuruh orang membacakan baginya hukum Allah, ia mengoyakkan jubahnya
dalam kesedihan dan pertobatan yang tulus di hadapan Allah. Di sinilah hadir
salah satu tokoh sejarah yang besar. Hatinya menanggapi Allah, dan ia tidak
ragu-ragu merendahkan diri di hadapan Allah (2 Taw. 34:27).
Namun pada tahun 609 Sebelum Masehi, ketika raja yang
berpotensi untuk melanjutkan kerajaan Allah ini masih berusia tiga puluh
sembilan tahun, ia dikalahkan oleh satu tindakan besar ketidaktaatan yang
bodoh.
Dalam 2 Raja
23:25-38, malapetaka itu dijelaskan sebagian: Sekalipun Yosia telah
mengikuti Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan dan telah menaati Hukum
Musa sehingga tak ada raja yang seperti dia, namun Allah tidak berpaling dari
murka-Nya yang besar terhadap Yehuda.
Allah tetap mau menghancurkan Yehuda sebab dosa raja
Manasye dan pertobatan rakyatnya yang pura-pura (lihat pasal 33). Penjelasan seperti ini memperlunak tekanan tragedi yang
sedang berlanjut.
Namun, dalam catatan Tawarikh, tak tercatat adanya hubungan
yang pendidikan seperti itu. Sebaliknya, hanya ketaatan Yosia yang saleh yang
mengawali peristiwa akhir yang tragis: "Kemudian dari pada semua ini,
setelah memperbaiki rumah TUHAN" (2
Taw. 35:20). Ini kelihatannya menegaskan bahwa Yosia mengabdi kepada Bait
Allah hingga akhir hayatnya.
Adegan berakhirnya Yosia kini dimulai. Raja Asyur, yaitu
Asshur-uballit, telah mendirikan sebuah ibukota baru di Karkemis pada tahun 610
Sebelum Masehi. Bangsa Mesir tertarik untuk membantu bangsa Asyur, sebab mereka
takut bahwa keberhasilan-keberhasilan Babel akan mengganggu keseimbangan
kekuasaan di Timur Dekat.
Jadi, pada musim panas tahun 609 Sebelum Masehi sepasukan
Mesir yang besar bergerak menuju pesisir Palestina untuk bergabung dengan
bangsa Asyur dalam suatu serangan balasan yang besar.
Suatu frase dalam 2
Raja-raja 23:29 yang adakalanya diterjemahkan "Nekho pergi pada raja
Asyur" lebih baik diterjemahkan sebagai "Nekho pergi demi raja Asyur,
ke sungai Efrat." Jika diterjemahkan dengan benar, ayat ini menjelaskan
alasan Yosia untuk melawan Nekho.
Yosia menganggap majunya Nekho sebagai suatu ancaman bagi
rancangannya untuk mempersatukan wilayah bangsa Ibrani. Yosia berpikir bahwa
siapa pun yang berkawan dengan bangsa Asyur yang dibenci itu pastilah musuhnya.
Itu sebabnya dengan berani ia mengabaikan segala peringatan
nubuat yang sebaliknya dan yang mencampuri urusan internasional ini, dengan
berusaha menghalang pasukan Mesir untuk bergabung dengan bangsa Asyur.
Cukup mengherankan, dalam kasus ini nubuat yang bersifat
memperingatkan tidak datang dari para nabi tradisional Israel melainkan dari
seorang Firaun kafir yang memperingatkan Yosia agar menghentikan usaha
mencampuri misinya.
Nekho mengklaim bahwa "Allah memerintahkan aku supaya
segera bertindak. Hentikanlah niatmu menentang Allah yang menyertai aku, supaya
engkau jangan dimusnahkan-Nya!" (2
Taw.35:21).
Kemudian diikuti dengan perkataan yang penuh duka dan
menakjubkan dari penulis yang diilhami ini: "Tetapi Yosia tidak berpaling dari padanya, melainkan menyamar untuk
berperang melawan dia. Ia tidak mengindahkan kata-kata Nekho, yang merupakan
pesan Allah, lalu berperang di lembah Megido. Maka pemanah-pemanah menembaki
raja Yosia ... kemudian matilah ia" (2 Taw. 35:22-24),
Ini sebenarnya merupakan salah satu pernyataan yang paling
aneh dalam Kitab Suci, yang mau kita singkirkan sebagai propaganda Mesir jika
tidak ditegaskan penulis yang diilhami bahwa Allah memang memakai suatu
kerajaan kafir untuk memperingatkan Yosia dan membantu bangsa Asyur.
Allah pernah berbicara kepada para raja kafir sebelumnya
tanpa menyiratkan bahwa mereka telah menjadi nabi Israel atau bertobat dan
menyembah kepada Allah sejati yang esa itu (lihat Kej. 12:17-20; 20:3-7; & Dan. 4:1-3).
Sarana bukanlah fokus nubuat; yang penting isinya. Allah
pernah juga berbicara melalui mulut keledai (Bil. 22:28-31) dan kemudian melalui seorang Imam Besar yang najis
(Yoh. 11:51). Namun raja Yosia tidak
menyadari bahwa Allah sanggup memakai seorang seperti Firaun sebagai sarana.
Dalam suatu tindakan seperti raja Ahab, Yosia menyamar dan
masuk kancah pertempuran yang sebenarnya tidak boleh dimasukinya. Anak panah
menemukan sasarannya, dan Yosia dibawa pergi lalu mati pada usia tiga puluh
sembilan tahun.
Namun rencana Allah tetap berjalan. Sebagaimana yang telah
dinubuatkan oleh Hulda, Yosia dikumpulkan kepada nenek moyangnya dan "dikebumikan ke dalam kubur dengan damai"
(2 Taw. 34:28). "Mata[-nya] tidak akan melihat segala
malapetaka yang akan [Allah] datangkan atas tempat [itu] dan atas penduduknya"
(ayat 28).
Peristiwa ini sungguh tragis hingga membuat nabi Yeremia
menuliskan syair ratapan untuk Yosia. Namun biarpun ada syair-syair ratapan
ini, dengan kejam bangsa itu berjalan menuju kehancuran dalam waktu dua puluh
tiga tahun setelah Yosia mati.
Bahkan, tak lebih dari tiga tahun sesudah kematiannya,
bangsa Babel, yang kelihatannya disukai Yosia, melakukan penawanan bangsa
Ibrani untuk pertama kalinya pada tahun 606 Sebelum Masehi termasuk nabi Daniel
dengan ketiga kawannya.
Pada tahun 597 Sebelum MasehiYehezkiel dibawa ke dalam
pembuangan. Akhirnya seluruh kota jatuh dan musnah dibakar, termasuk Bait
Allah, pada tahun 586 Sebelum Masehi.
Karena satu kesalahan besar, berakhirlah seluruh karir
seorang pemimpin. Juga, anugerah tidak diam dalam dosa ini atau menganggap
seluruh masalah disebabkan oleh dosanya. Sebaliknya dianggap sebagianbesar
penyebabnya adalah kakeknya, Manasye. Lagipula, catatan kehidupan Yosia
berakhir dengan indah bukan catatan kelemahan dan ketidaktaatan sang raja,
melainkan dengan kenangantentang "tindakan pengabdian" Yosia atau
"perbuatan-perbuatannya yang saleh" (2 Tawarikh 35:26).
Pujian Allah adalah, "Baik sekali perbuatanmu, hai hamba yang baik dan setia." Jadi
lepas dari tragedi, Allah tetap mengerjakan tujuannya. Apa yang kelihatannya merupakan
akhir yang mengerikan bagi raja-hamba Allah yang setia sebenarnya merupakan
anugerah. Dia tidak perlu melihat kengerian tentang pemusnahan segala sesuatu
yang telah dibangun oleh bangsa itu dan oleh Allah di Yehuda selama 1500 tahun.
Sumber :
“Ucapan
yang Sulit dalam Perjanjian Lama” Walter
C Kaiser, Jr. LITERATUR SAAT, 2015, halaman 133-136
0 Response to "UCAPAN SULIT PL - YOSIA TIDAK TIDAK MENGINDAHKAN PESAN ALLAH?"
Post a Comment