UCAPAN SULIT PB - IA TIDAK MEMPERBOLEHKAN SETAN-SETAN ITU BERBICARA
UCAPAN SULIT PERJANJIAN BARU (2)
IA
TIDAK MEMPERBOLEHKAN SETAN-SETAN ITU BERBICARA
Markus
1:34
Ia menyembuhkan banyak orang yang
menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak
memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia.
Hidup Kristen - Masing-masing
Injil ditulis untuk memberitakan Yesus, yaitu memperkenalkan Dia kepada dunia.
Gagasan yang ada di balik pernyataan Injil semacam ini adalah setelah seseorang
men genal Yesus, mereka akan menyerahkan diri kepada-Nya dan menjadi murid-Nya.
Tetapi
dalam kitab Injil, khususnya dalam Kitab Markus, terdapat fenomena yang ganjil
di mana Yesus meminta banyak orang untuk tidak menceritakan kepada orang lain
tentang diri-Nya.
Jika
Yesus ingin orang percaya kepada-Nya, mengapa Dia tidak mengizinkan orang-orang
yang benar-benar mengenal-Nya untuk memberitakan-Nya secara terbuka? Dalam
masalah orang yang kerasukan setan, tidakkah ini merupakan saat yang tepat bagi
setan untuk mengatakan yang sebenarnya? Mungkinkah hal ini berarti Yesus
memiliki keragu-raguan mengenai siapa diri-Nya? Masalah inilah yang disebut
sebagai rahasia mesianis dalam Kitab Markus.
Dalam
menanggapi masalah semacam ini kita harus melihat pada bukti. Yesus
memerintahkan manusia untuk diam dalam tiga hal. Yang pertama sehubungan dengan
setan, yang "mengenal-Nya."
Yang
kedua sehubungan dengan orang-orang yang telah disembuhkan, yang mungkin tidak
mengenal-Nya, tetapi dapat menceritakan apa yang telah dilakukan-Nya.
"Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada
siapa pun," kata Yesus kepada seorang berpenyakit kusta yang telah
disernbuhkan-Nya (Markus 1 :44;
bandingkan 5:43).
Yang
ketiga sehubungan dengan murid-rnurid-Nya setelah mereka mengakui-Nya sebagai
"Kristus" (8:30; 9:9).
Mengapa semua itu harus dirahasiakan? Masing-masing situasi di atas memiliki
penjelasan yang agak berbeda. Kita akan mendiskusikannya dengan urutan
terbalik.
Murid-murid
itu. yang keyakinannya dinyatakan secara tegas oleh Petrus dalam Markus 8:29, mengenal Yesus setelah
cukup lama bersama-Nya. Mereka tclah mengikuti-Nya berkeliling, mendengar
pengajaran-Nya, melihat mujizat-mujizat-Nya dan melaksanakan perintah-Nya untuk
melakukan hal yang sama.
Keyakinan
mereka telah tumbuh selama waktu itu. Yang lebih penting, Yesus telah
menjelaskan kepada mereka pandangan¬Nya mengenai misi-Nya sendiri. Meskipun
pemahaman mereka masih jauh dari sempurna (apa yang akan terjadi di kayu salib
masih merupakan misteri bagi mereka), ketaatan mereka membuat mereka dapat
dengan mudah menganggap Yesus sebagai "Kristus ", atau
"Mesias" ("Kristus" adalah bahasa Yunani untuk kata
"Mesias": kedua istilah tersebut berarti "yang diurapi").
Sayangnya,
agama Yahudi tidak memiliki pandangan yang sama jelasnya mengenai Mesias dan
misi-Nya. Beberapa kelompok bangsa Yahudi tidak mencari Mesias. Zaman keemasan
telah mereka alami dengan kemenangan bangsa Makabe pada tahun 164 Sebelum
Masehi.
Selama
Bait Allah masih berfungsi, pembebasan tidak diperlukan. Yang lainnya (misalnya
mereka yang menulis Gulungan Kitab Laut Mati) percaya bahwa ada dua Mesias.
Salah satu dari mereka adalah keturunan Raja Daud yang akan memerin tah sebagai
raja, sedang yang lainnya adalah keturunan Harun yang akan menjadi imam besar
dan menyucikan ibadah di Bait Allah.
Bagi
kedua kelompok di atas, Kitab Suci dan pengalaman raja-imam Hasmonean mulai
tahun 164-63 Sebelum Masehi telah membuktikan bahwa tugas sebagai penguasa dan
imam tidak dapat disatukan. Beberapa kelompok lainnya mencari seorang raja yang
akan membebaskan mereka dari bangsa Romawi.
Sesungguhnya,
beberapa orang mengajukan diri sebagai cal on untuk menduduki jabatan tersebut (Kisah Para Rasul 5:36-37 hanya
mencatat sebagian dari calon tersebut). Seorang dari mereka, yakni Simeon Ben
Kosiba, membawa bangsa Yahudi pada kekalahan besar pada tahun 135 Sesudah
Masehi.
Itulah
sebabnya julukan "Kristus" atau "Mesias" merupakan julukan
yang berbahaya. Julukan itu secara spontan akan membangkitkan gambaran yang
telah ada sebelumnya mengenai apa yang seharusnya dilakukan tokoh tersebut.
Julukan itu akan menonjolkannya sebagai pemimpin pemberontak terhadap bangsa
Romawi.
Dan
julukan itu akan membuat orang tidak menerima definisi Yesus sendiri mengenai
peranan-Nya. Itulah sebabnya Yesus selalu menyebut diri-Nya sendiri sebagai
"Anak Manusia ." Dalam Kitab Yehezkiel kata tersebut berarti
"rnanusia."
Dalam
bahasa Aram Palestina julukan tersebut mungkin semata-mata merupakan cara yang
sederhana untuk menyatakan " Aku" (mirip dengan kesederhanaan Paulus
dalam 2 Korintus 12:2-3).
Tetapi
kata Anak Manusia juga muncul dalam Daniel
7:13 dan menunjukkan makhluk yang menerima kuasa dan wewenang dari Allah.
Karena itulah kata tersebut memiliki tiga kemungkinan arti, dan hanya konteks
yang dapat menentukan arti mana yang dimaksudkan.
Karena
adanya kesimpangsiuran arti, orang harus mendengarkan Yesus untuk mengetahui
bagaimana Dia menggunakan istilah tersebut, bukan menghubungkan kata tersebut
dengan pengertian yang sudah ada dalam pikiran mereka sebelumnya.
lnilah
yang sesungguhnya dikehendaki Yesus sampai Dia telah menyelesaikan segala
sesuatu yang harus dil akukan-Nya. Karena itulah Yesus meminta murid-rnurid-Nya
untuk tidak mengatakan apapun sampai Dia "bangkit dari kematian": Dia
tidak membutuhkan pertolongan mereka untuk menjelaskan siapa diri-Nva dengan
pemahaman yang tidak sempurna.
Orang-orang
yang disembuhkan oleh Yesus merupakan masalah lain. Dalam hal ini masalahnya
antara lain ad alah kerendahan hati, karena Yesus tidak mencari pengikut dengan
cara membuat mujizat. Demikian pula Dia tidak ingin "rnencari
kernasyhuran." lnilah yang terjadi dalam Markus 5:43.
Banyak
orang mengetahui bahwa anak kepala rumah ibadat itu sudah mati. Mereka mengakui
adanya mujizat segera setelah mereka melihatnya bangun dan berjalan-jalan di
rumah. Dalam peristiwa tersebut Yesus tidak ingin orang mengundang-Nya ke
pemakaman untuk menghidupkan anak itu! Karena itu "dengan sangat la
berpesan kepada mereka, supaya jangan seorang pun mengetahui hal itu."
Motif
yang sama dapat kita lihat pada peristiwa sebelumnya. Yesus menolak orang
Gerasa itu mengikuti-Nya dan berkata, "Pulanglah ke rumahmu ...
beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan
atasmu ... " (Markus 5:19).
Ketika orang itu memberitahu "segala sesuatu yang telah diperbuat oleh
Tuhan atasnva." Yes us telah membuatnya memberikan pujian kepada Allah dan
bukan kepada diri-Nya sendiri.
Hal
kedua yang membuat Yesus memerintahkan orang yang disembuhkan-Nya untuk diam
adalah masalah publisitas. Dalam peristiwa orang Gerasa, Yesus meninggalkan
wilayah tersebut sehingga publisitas tidak menjadi masalah.
Tetapi
orang lepra yang disernbuhkan-Nya dan diminta-Nya untuk diam (Markus 1:44) menimbulkan masalah yang
nyata ketika "orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan
menyebarkannya ke mana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan
masuk ke dalarn kota.
Ia
tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi" (Markus 1:45). [1] Popularitas buruk bagi Yesus karena dua hal.
Seperti kita lihat dalam Markus 6:31,
popularitas membuat hidup menjadi suIit. Situasinya menjadi sangat sulit bagi
keluarga-Nya sehingga mereka ingin mengambil Dia (3:20-21)!
Sesungguhnya
peristiwa semacam itu membuat pelayanan menjadi semakin sulit, karena sering
kali kerumunan orang menjadi penghalang bagi mereka yang berusaha mendekati
Yesus (2:2-4).
Selain
itu popularitas menarik perhatian para penguasa, dan hal tersebut dapat
menimbulkan bahaya (6:14). Jadi
larangan di atas menunjukkan kerendahan hati Yesus sendiri mengenai aktivitas
penyembuhan-Nya.
Sekarang
kita beralih pada orang yang kerasukan setan. Setan memang benar-benar mengenal
Yesus. Sesungguhnya, setan lebih mengenal Yesus daripada murid-murid-Nya,
karena setan menggunakan kata "Anak Allah" sampai akhir kitab Injil (15:39).
Tidak
ada penjelasan mengapa setan-setan itu berteriak; hal tersebut mungkin
semata-mata merupakan reaksi spontan karena merasa terkejut bertemu dengan
tandingan mereka, atau mungkin mereka memiliki tujuan yang lebih jahat. Yesus
selalu dapat membungkam mereka, apapun motif mereka.
Meskipun
Yesus sendiri tidak pernah mengatakan mengapa Dia melakukan hal itu, kita dapat
menyimpulkan dari bacaan bahwa Yesus memiliki beberapa alasan untuk membuat
setan-setan itu diam. Pertama, "para ahli Taurat" menyebut Yesus
sebagai Beelzebul, "penghulu setan " (3:22). Setiap perilaku yang menunjukkan bahwa Yesus mau menerima
setan akan memberikan lebih banyak bukti mengenai hal itu kepada para
lawan-Nya.
Kedua,
menerima kesaksian setan mengenai diri-Nya sendiri akan memberikan contoh
kepada para pengikut Yesus untuk menerima (atau bahkan mencari) kesaksian setan
dalam masalah-masalah lain. Hal ini dapat menimbulkan ancaman dan membuat
gerakan Yesus menjadi gerakan okuItisme.
Masalah
ini serupa dengan kisah tentang pencobaan dalam Kitab Matius dan Lukas: Yesus
tidak bersedia menerima kerajaan dunia ini dari IbIis (4:9-10), demikian pula Dia tidak akan menerima pertolongan dari
para pembantu Iblis dalam misi-Nya.
Yang
ketiga dan terpenting, misi Yesus secara keseluruhan merupakan panggilan
terhadap iman berdasarkan bukti, bukan kesaksian yang otoriter. Yesus
memberitakan Kerajaan Allah dan hidup sesuai dengan nilai-nilai kerajaan itu.
Setiap
orang yang mau mengambil risiko untuk beriman dan menyerahkan diri akan menjadi
murid-Nya dan belajar lebih banyak. tetapi yang lain hanya akan mendapatkan
pengajaran dalam bentuk perumpamaan yang sulit untuk dimengerti (4:11-12, 33-34).
Ketika
Yohanes Pernbaptis meminta lebih banyak informasi, Yesus hanya mengatakan
kepada para utusan Yohanes untuk melaporkan setiap peristiwa yang mereka lihat (Matius 11:4-6; Lukas 7:21-23). Hanya
dalam peristiwa pengadilan-Nya di depan Sanhedrin Yesus membuat pernyataan
langsung mengenai diri-Nya sendiri.
Itulah
sebabnya setan mematahkan seluruh metodologi Yesus. Perintah-Nya yang tegas
kepada mereka adalah "diam!" Undangan-Nya kepada orang banyak adalah,
"Lihat dan percayalah bahwa Kerajaan Allah telah datang."
Note :
[1]
B. Malina, The New Testament World (Atlanta: John Knox, 1981), hal. 122,
berargumentasi bahwa hal ini disebabkan karena orang yang telah disembuhkan
akan mengatakan Yesus telah menyentuhnya, dan dengan demikian Dia juga menjadi
tercemar. Jika demikian maka Yesus terpaksa tinggal di luar desa, yang menjadi
tempat tinggal orang-orang yang tercemar. Meskipun penafsiran ini mungkin
benar, bacaan Markus 1:46 yang menyatakan bahwa banyak orang berkumpul untuk
mendatangi-Nya dan secara tidak langsung mengatakan bahwa Yesus segera kembali
ke Kapernaum setelah kerumunan itu bubar, membuat penafsiran di atas perlu
dipertanyakan.
Sumber:
Peter H. Davids, Ucapan Yang Sulit Dalam Perjanjian Baru,
SAAT Malang 2013, hal. 18-24
0 Response to "UCAPAN SULIT PB - IA TIDAK MEMPERBOLEHKAN SETAN-SETAN ITU BERBICARA"
Post a Comment