BERBAHAGIALAH ORANG YANG MEMECAHKAN ANAK-ANAKMU PADA BUKIT BATU
UCAPAN SULIT DALAM
PERJANJIAN LAMA 48
“BERBAHAGIALAH ORANG YANG MEMECAHKAN
ANAK-ANAKMU PADA BUKIT BATU”
Mazmur
137:8-9
Hai puteri Babel, yang suka
melakukan kekerasan, berbahagialah orang yang membalas kepadamu
perbuatan-perbuatan yang kaulakukan kepada kami! Berbahagialah orang yang
menangkap dan memecahkan anak-anakmu pada bukit batu!
Banyak orang
percaya berhati lembut yang telah membaca kata-kata ini dengan terkejut dan
kesal. Mereka benar-benar tak bisa menjelaskan bagaimana seseorang bisa
membicarakan apa yang ternyata adalah kekejaman, keinginan membalas dendam dan
bersukaria atas penderitaan-penderitaan orang lain.
Bagaimana mungkin
kelembutan dari ayat-ayat pembukaan Mazmur ini diserasikan dengan seruan
pembalasan dendam yang sedemikian kejam dalam ayat-ayat terakhir?
Mazmur
ini hanyalah salah satu dari keenam mazmur yang secara umum tergolong sebagai
mazmur kutukan. Mazmur-mazmur tersebut adalah Mazmur 55, 59, 69, 79,109, dan
137. Tak ada penulis atau judul untuk Mazmur 137; namun, adegan yang
digambarkan sebagai terjadi "di tepi sungai-sungai Babel".
Mazmur 79
ditulis oleh Asaf; sisanya keempat-empatnya merupakan goresan pena Daud,
menurut judul-judul mazmur kuno. Sebutan kutukan mungkin mengecohkan jika tidak
dipakai untuk menyatakan pengertian penggunaan yang lebih tepat untuk memohon
hukuman, malapetaka atau kutukan dalam seruan kepada Allah yang adalah hakim
atas segala makhluk.
Tetapi
kini, Anda bertanya, dapatkah dibenarkan berharap atau berdoa bagi kehancuran
atau hukuman atas orang lain sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian besar
dari mazmur ini? Bolehkah seorang Kristen menyukai doa semacam itu?
Seruan
permohonan ini tidak hanya merupakan semburan semangat yang penuh dendam;
sebaliknya, doa-doa ini ditujukan kepada Allah. Permohonan yang tulus kepada
Allah ini meminta agar Ia campur tangan dan memperbaiki banyak masalah yang
sudah sangat diputarbalikkan, sehingga jika pertolongan-Nya benar tidak datang
maka lenyaplah segala pengharapan akan keadilan.
Perkataan-perkataan
yang sulit ini merupakan ungkapan logis dari orang-orang kudus dalam Perjanjian
Lama bagi pembuktian kebenaran yang hanya bisa dihadirkan oleh keadilan Allah.
Ini bukanlah pernyataan pembalasan dendam pribadi, melainkan merupakan ungkapan
yang sungguh-sungguh demi kerajaan Allah dan kemuliaan-Nya.
Yang pasti,
serangan-serangan yang menyebabkan doa-doa ini bukan berasal dari musuh-musuh
pribadi; sebaliknya, serangan-serangan tersebut dengan benar dinilai sebagai
serangan terhadap Allah dan terutama para wakil-Nya dalam garis keturunan Sang
Mesias.
Jadi, Daud dan jabatannya menanggung pukulan terberat dari
serangan-serangan ini, dan ini berarti juga serangan terhadap Allah dan
kerajaan-Nya!
Sungguh
menakutkan kalau menyadari bahwa seorang yang benar mungkin, dari waktu ke
waktu, berada di hadapan kejahatan dan hanya sedikit atau tidak bereaksi terhadap
kejahatan itu. Namun dalam mazmur-mazmur ini kita melihat kebalikan dari
situasi tersebut.
Doa-doa ini merupakan rasa sangat jijik terhadap dosa dari
mereka yang ingin melihat nama Allah dan menyebabkan kemenangan. Jadi, mereka
yang ditentang oleh orang-orang kudus dalam doa-doa ini adalah wujud-wujud
kefasikan yang mengerikan.
Karena
Daud adalah penulis mazmur kutuk lebih banyak daripada siapa pun, perlu juga
diperhatikan bahwa Daud menyatakan kebalikan dari keinginan untuk membalas
dendam atau semangat pendendam dalam hidupnya sendiri.
Ia pribadi berkali-kali
disergap oleh yang seperti Simei, Doeg, Saul yang licin, dan Absalom putranya
sendiri. Tak pernah sekalipun ia berusaha melakukan balas dendam atau
mengangkat tangannya untuk melaksanakan apa yang mungkin dianggap banyak orang
sebagai haknya sebagai penguasa.
Bahkan,
walaupun sejumlah mazmur di mana ia dan orang lain berdoa kepada Allah agar
dengan segera menyatakan kebenaran demi kehormatan dan nama-Nya sendiri, Daud,
dan para pemazmur lain yang berdoa dengan cara yang serupa, menyatakan bahwa
mereka mempunyai pikiran yang baik terhadap pelaku-pelaku kejahatan yang sama
ini.
Jadi dalam Mazmur 35:12-14, Daud meratap, "Mereka membalaskebaikanku
dengan kejahatan; perasaan bulus mencekam aku. Tetapi aku, ketika mereka sakit,
aku memakai pakaian kabung; aku menyiksa diriku dengan berpuasa, dan doaku
kembali timbul dalam dadaku, seolah-olah temanku atau saudarakulahyang sakit,
demikianlah aku berlaku; seperti orang yang berkeluh kesah karena kematian ibu,
demikianlah aku tunduk dengan pakaian kabung."
Akhirnya,
permohonan pengutukan ini hanya diulangi dalam doa yang telah Allah nyatakan di
mana-mana akan menjadi nasib dari mereka yang telah berlaku kejam dan yang
terus-menerus melawan Allah dan kerajaan-Nya.
Dalam hampir semua contoh, tiap
ungkapan yang dipakai dalam doa-doa mohon kutukan ini bisa ditemukan dalam
pernyataan-pernyataan prosa yang gamblang tentang apa yang akan terjadi pada
orang-orang berdosa tersebut yang bersikeras melawanAllah. Bandingkanlah,
misalnya ungkapan-ungkapan seperti yang terdapat dalam Mazmur 37:2,9-10, 15,
35-36, 38; 55:23; 63:9-10; dan 64:7-9.
Namun
marilah kita menerapkan prinsip-prinsip ini pada masalah-masalah khusus dalam
Mazmur 137:8-9, yang dianggap oleh banyak orang sebagai yang tersulit dari
semua mazmur mohon pengutukan. Pertama, istilah berbahagia dipakai seluruhnya
dua puluh enam kali dalam Kitab Mazmur.
Istilah ini dipakai hanya untuk para
pribadi yang percaya kepada Allah. Ungkapan ini bukanlah pernyataan sukacita
yang bersifat sadis atas kehancuran atau kehancuran orang lain.
Istilah-istilah
memecahkan anak-anakmu pada bukit batu biasanya dianggap sebagai sangat
bertentangan dengan ajaran Perjanjian baru sehingga kurang perlu membahas
masalah ini lebih lanjut. Cukup mengherankan, bahwa istilah-istilah yang sama
ini diulangi dalam Perjanjian Baru tak lain oleh Tuhan kita, dalam Lukas 19:44.
Bahkan, kata kerja dalam bentuk bahasa Yunaninya ditemukan yang hanya terdapat
dalam Mazmur 137:9 (dalam Septuaginta, terjemahan Yunani dari teks Ibrani) dan
dalam ratapan Tuhan kita atas Yerusalem dalam Lukas 19:44. Ini mungkin
merupakan bukti terjelas bahwa Tuhan kita sengaja mengutip mazmur ini.
Lagipula, Tuhan kita tak menemukan kesulitan mengutip mazmur ini dibandingkan
dengan jika la mengutip dua mazmur lain yang sebagian besar berisi doa-doa
mohon pengutukan, yaitu Mazmur 69 dan 109.
Allah
"menghancurkan musuh" di Laut Teberau (Keluaran 15:6) dan Ia akan terus
melakukan yang sama melalui kemenangan Putra-Nya tatkala Ia "akan
memerintah mereka dengan tongkat besi" dan "meremukkan mereka hingga
seperti tanah liat" (Wahyu 2:26-27; 12:5; 19:15).
Istilah
yang diterjemahkan sebagai anak-anak sebenarnya menyesatkan. Istilah
dalam bahasa Ibrani tidak menyatakan usia tertentu, sebab istilah itu bisa
berarti anak yang sangat muda dan yang sudah remaja. Istilah ini menekankan
pada hubungan dan bukan pada usia; menunjukkan kenyataan bahwa dosa-dosa dari
para bapa ternyata diulangi dalam generasi berikutnya.
Bahwa
pemazmur menempatkan takhta pengadilan Allah di Babel bukan hanya untuk
menunjukkan bahwa mazmur ini diubah ketika Yehuda berada dalam pembuangan di
Babel melainkan juga bahwa ada unsur-unsur penggambaran yang terkandung di
dalam mazmur ini.
Satu hal yang tak dimiliki Babel adalah cadas atau
bukit-bukit batu yang bisa dihancurkan apa saja. Kenyataannya tidak ada batu
yang tersedia untuk bangunan, samasekali berbeda dengan tanah berbatu cadas di
sebagian besar wilayah Palestina.
Semua bangunan harus tergantung pada produksi
bata lumpur yang dikeringkan di bawah terik matahari dan penggunaan
"tér" (aspal) untuk campuran semen. Itu sebabnya ketika pemazmur
berbicara tentang "memecahkan anak-anak pada bukit batu", berarti ia
sedang berbicara secara penggambaran dan metafora. Berdekatan dengan penggunaan
metafora atas kalimat yang sama adalah dalam Mazmur 141:7, "Apabila mereka
diserahkan kepada hakimhakimnya."
Namun Mazmur yang sama menambahkan,
"maka mereka akan mendengar bahwa perkataan-perkataanku menyenangkan [pengertian
secara harfiah adalah manis]." Jika para penguasa secara harfiah
dihempaskan pada bukit batu, maka pastilah mereka mengalami masa-masa sulit
mendengarkan apapun!
Lalu,
apakah makna dari "Berbahagialah orang yang membalas kepadamu
perbuatan-perbuatan yang kaulakukan kepada kami yang menangkap dan memecahkan
anak-anakmu pada bukit batu!"? Kalimat ini berarti bahwa Allah akan
menghancurkan Babel dan keturunannya karena penghinaannya yang congkak terhadap
Allah dan kerajaan-Nya.
Namun mereka yang percaya kepada Allah akan diberkati
dan berbahagia. Bagi mereka yang meratap di bawah tangan yang menakutkan dari
para penawan mereka di Babel ada harapan kemenangan ilahi yang manis yang akan
menjadi bagian mereka sebagai anak-anak Allah yang hidup.
Demikianlah, ini merupakan
doa yang boleh juga dipanjatkan oleh umat Kristen, sejauh disadari bahwa yang
dipertaruhkan itu bukan reputasi diri atau musuh pribadi kita, melainkan nama
besar dan kerajaan Tuhan kita.
Jadi
masalahnya adalah: mazmur-mazmur pengutukan ini tidak berisi permohonan atau
hasrat "yang jahat" atau "tak bermoral". Mazmur-mazmur ini
hanya memohon kepada Allah agar Ia tak membiarkan jabatan Mesias atau kerajaan
Mesias diinjak-injak oleh para penganiaya yang congkak dari mereka yang terus
mempertahankan jabatan dan takhta tersebut.
Sumber :
“Ucapan
yang Sulit dalam Perjanjian Lama” Walter
C Kaiser, Jr. LITERATUR SAAT, 2015, halaman 170-174
0 Response to "BERBAHAGIALAH ORANG YANG MEMECAHKAN ANAK-ANAKMU PADA BUKIT BATU"
Post a Comment