ORANG KRISTEN BERUTANG, BOLEHKAH ?
Mungkin yang terlintas dalam benak anda untuk pertama kali
adalah, ‘siapa sih yang tidak pernah berutang’?, tunggu dulu, karena
apakah memang semua orang melakukan hal tersebut? Pertama-tama kita akan
mencari tahu definisi utang dalam kamus, sehingga kita dapat membahas topik
utang dengan baik.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata utang
artinya ‘uang yang dipinjam dari orang lain: kewajiban membayar kembali apa
yang sudah diterima:’ sedangkan arti kata berutang ialah ‘mempunyai utang' (kepada)’
Menurut arti kamus
di atas bahwa kata berutang tidak melulu hanya sebatas meminjam uang saja,
namun kewajiban untuk membayar apa yang sudah diterima. Utang bisa saja utang
budi, bisa saja utang nyawa.
Singkatnya bahwa
kata utang ialah bahwa kita pernah menerima sesuatu dari orang lain yang
harusnya kita bayar atau kita kembalikan kepada orang yang meminjamkan atau
memberikannya kepada kita.
Ada orang Kristen
berkata bahwa ‘kita tidak boleh berutang’ berdasarkan apa yang tertulis di
dalam Roma 13:8 “Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu
saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah
memenuhi hukum Taurat.”
Ayat ini memang
berbunyi bahwa “tidak boleh berutang
kepada siapapun” sehingga ada sebagian orang Kristen yang menafsirkan
bahwa, tidak boleh berutang apa-apa.
Bahkan penerapan
di dalam kehidupan nyata karena memahami ayat tersebut ialah bahwa orang
Kristen tidak boleh membeli motor secara kredit, karena termasuk utang. Bahkan
meminjam uang kepada orang lain pun tidak boleh, karena termasuk praktik dari
penerapan ayat ini.
Benarkah orang
Kristen tidak boleh berutang apa-apa? Sebelum menjawab ini, pertama-tama kita
harus menuntaskan teks di dalam Roma 13:8, benarkan bahwa “kita tidak boleh berutang apa-apa?”
KONTEKS AYAT ROMA 13:8 TIDAK BERBICARA TENTANG UTANG BIASA
Menafsirkan ayat
Alkitab adalah salah satu tugas penting bagi para Pendeta atau bagi seorang
Kristen. Gagal dalam memahami atau menafsirkan arti sebuah teks kitab Suci,
tentu akan berdampak kepada iman.
Perlu kita ketahui
bahwa dalam menafsirkan atau menginterpretasikan ayat Alkitab memiliki caranya
sendiri. Beberapa kitab dalam Alkitab memiliki genre (jenis) penulisan
masing-masing.
Ada yang berbentuk
cerita, sejarah, puisi, nubuat dan ada juga yang berbentuk perumpaan seperti
yang diajarkan oleh Yesus. Singkatnya bahwa dalam menafsirkan salah satu teks
dalam Alkitab sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Namun dari sekian
faktor tersebut, satu hal yang pasti bahwa “arti sebuah ayat sangat bergantung
kepada konteks ayat tersebut”. Ini artinya bahwa tidak semua teks yang bunyinya
mirip, maka artinya sama di beberapa teks yang berbeda.
Misalnya saja
tentang ‘ular’, perlu kita ketahui bahwa ular dalam Kitab Kejadian berbeda
dengan ular yang menggigit tangan rasul Paulus yang ceritanya ada dalam Kisah
Para Rasul. Ular yang dikisahkan oleh Musa juga berbeda dengan ular yang di
dalam kitab Kejadian dan Kisah Para Rasul.
Ini dikarenakan
bahwa arti atau makna sebuah teks tergantung pada konteksnya. Oleh sebab itu
penting untuk mengetahui bahwa konteks ayat dalam Roma 13:8, bukan berbicara
soal meminjam uang.
Kalau kita cermati
bahwa ayat-ayat sebelum ayat 8, yakni ayat 6 dan 7 berbunyi demikian “Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah
pelayan-pelayan Allah. Bayarlah
kepada semua orang apa yang harus kamu
bayar: pajak kepada orang yang
berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat
kepada orang yang berhak menerima hormat.”
Dua ayat ini tentu
sangat berkaitan erat dengan ayat 8 yang kita sudah bahas di atas. Ayat-ayat
sebelum dan sesudah adalah berkaitan dengan teks yang sedang kita ingin
tafsirkan, itulah yang dinamakan konteks (secara sederhana)
ROMA 13:8 BERBICARA TENTANG MELAKUKAN
KEWAJIBAN KEPADA PEMERINTAH
Kalau kita cermati
dengan serius pada ayat 1 hingga ayat 7 sebagai latarbelakang ayat 8 dalam Roma
pasal 13, maka akan tampak jelas bahwa, orang Kristen diminta oleh Paulus untuk
takluk (menundukkan diri) kepada yang namanya Pemerintah (ayat 1).
Ayat 2 menjelaskan
ayat 1 bahwa pemerintah tersebut adalah berasal dari Allah, karena ditetapkan
langsung oleh Allah. Ayat yang paling populer yang sering kali muncul dan
dikhotbahkan bahkan diajarkan ialah ayat 4 yang berbunyi “Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika
engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah
menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah
atas mereka yang berbuat jahat.”
Namun ayat ini
memiliki penerapan dalam kehidupan sehari-hari, sebagai Pemerintah yang
mengawasi masyarakat yang ditetapkan oleh Tuhan. Pemerintah memilik peran untuk
menjaga tatanan masyarakat dan mengontrolnya, dan menjaga tatanan tersebut
supaya tertib.
Salah satu
kewajiban masyarakat yang harus dipenuhi oleh masyarakat ialah pada ayat 6 dan
7 yakni "membayar pajak”.
Pemerintah sangat pantas untuk mendapatkan tersebut dan sekali lagi bahwa
sebagai orang Kristen pun harus tunduk dengan tatanan yang sudah Allah buat
melalui pemerintah sebagai wakil Allah di bumi.
Oleh sebab itu, ketika
bunyi teks dalam Roma 13:8 “Janganlah kamu berhutang apa-apa
kepada siapapun juga, tetapi
hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia,
ia sudah memenuhi hukum Taurat.”
Maka akan tampak
jelas bahwa bukan berarti orang Kristen tidak boleh meminjam uang, bahkan
membeli barang elektronik dengan sistem kredit. Larangan “jangan berutang
apa-apa kepada siapapun menunjuk kepada, apa yang seharusnya kita beri, kita
harus beri, apa yang seharusnya kita hormati, kita harus menghormati”
Orang Kristen
sudah menikmati pelayanan dari Pemerintah, semisal listrik, air dan sebagainya,
jadi kalau kita disuruh untuk membayar pajak, maka hal tersebut adalah
kewajiban yang harus dilakukan.
Kalau Pemerintah
menempatkan Polisi atau Tentara untuk menjaga keamanan, maka kita sebagai orang
Kristen, layak untuk memberi rasa takut dalam arti menghargai dan menaati
mereka.
Jadi ayat dalam
Roma 13:8 tidak sedang melarang orang Kristen untuk tidak boleh berutang
(meminjam uang, meminjam barang, kredit mobil, motor atau kulkas dan
sebagainya).
Ayat ini dengan
jelas berbicara tentng kewajiban orang Kristen sebagai warga negara yang baik,
yang menghargai pemerintah di atas mereka sebagai wakil Allah untuk kebaikan
kita.
ORANG KRISTEN BOLEH BERUTANG KEPADA
SIAPAPUN
Jika kita sudah
mengetahui arti dari teks Roma 13:8 bahwa kata “jangan berutang apa-apa kepada siapapun juga” bukan untuk melarang
kita tidak boleh untuk berutang. Namun lebih kepada membayar apa yang wajib
kita bayar dan memberi penghormatan kepada merka yang layak mendapt hormat dari
kita.
Jadi, bolehkah
meminjam uang kepada orang lain? Misalnya kepada tetangga? Bank? Kenalan? Atau kredit?
Maka jawabannya ialah ‘boleh’. Lantas apakah yang tidak boleh? Tentu pertanyaan
inilah yang harus penting kita jawab.
Kalau anda
berutang kepada orang lain dengan meminjam uang atau barang, maka kewajiban
anda adalah “membayar utang” atau mengembalikan barang” yang anda pinjam.
Intinya kalau anda
meminjam uang, pastikan bahwa anda membayar dan mengembalikan benda atau barang
yang anda pinjam, karena itu adalah ‘utang’.
Kalau anda
menikmati listrik, air dari Pemerintah, maka kewajiban anda ialah membayar
pajak, karena ada sudah menikmati apa yang sudah diberi oleh pemerintah.
Seandainya semua
orang Kristen tidak membayar pajak, padahal mereka menikmati fasilitas dari
pemerintah, tidakkah sistemnya akan jadi kacau? Kalau semua orang Kristen tidak
bayar pajak, bukankah Pemerintah bisa jadi rugi?
Kalau kita tidak memberi apa
yang wajib kita beri kepada Pemerintah, bukankah kita jadi orang Kristen yang
melawan Allah? Sebab Pemerintah adalah wali Allah di dunia ini?
Jika anda membeli
motor atau barang elektronik apa pun, pastikan anda mampu membayar cicilan per
bulannya sesuai yang disepakati, karena kalau tidak, anda akan kena denda dan
bahkan anda tidak layat menjalankan kredit lagi atas barang apa yang anda beli.
Namun jika anda
ingin berutang dengan meminjam uang kepada Bank, maka anda harus membayar
sesuai dengan yang disepakati baik total utang dan bunga per bulan yang
dikenakannya.
Alangkah tidak
eloknya, jika kita sudah menikmati listrik, air, gas dan fasilitas lainnya,
namun kita tidak membayar kewajiban kita. Yesus juga mengajarkan murid-muridNya
untuk tetap membayar pajak kepada Kaisar, karena Kaisar sebagai Pemerintah,
layak untuk menerima pajak (Matius 22:18-21; Markus 12:13-17; Lukas 20:20-26).
Kesimpulannya ialah,
bahwa orang Kristen boleh berutang kepada orang lain. Orang Kristen juga boleh
meminjam uang atau barang kepada orang lain, sepanjang orang lain mau
meminjamkannya kepada anda. Jika anda berutang, maka anda harus berusaha untuk melunasi
dan menepati janji anda.
Berutanglah sesuai
kemampuan yang anda miliki dan pinjamlah uang atau barang sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan anda. Jika anda sebagai masyarakat yang sudah menikmati
fasilitas negara, maka anda punya kewajiban mutlak yaitu membayar pajak.
Jika anda taat
kepada Pemerintah, maka anda sedang menghormati Tuhan sebagai wakil Allah di
bumi, dengan demikian, anda adalah pelaku Firman Tuhan juga. Sekian artikel
tentang “bolehkah orang Kristen berutang atau tidak. Tuhan memberkati anda.
0 Response to "ORANG KRISTEN BERUTANG, BOLEHKAH ?"
Post a Comment