5 KESALAHAN PENGKHOTBAH DI MIMBAR
Tugas pengkhotbah di atas mimbar tentu
memainkan peran penting dalam mendemonstrasikan kuasa Allah melalui Firman
Tuhan yang disampaikan. Pengkhotbah bukan saja penceramah yang menyampaikan
Firman Tuhan kepada jemaat, namun juga orang yang menunjukkan wibawa Allah
kepada umat.
Namun seringkali saat pengkhotbah di
atas mimbar, tentu ada saja hal-hal yang perlu diperbaiki dan perlu dibenahi.
Pengkhotbah adalah seseorang yang menginterpretasikan pesan Allah kepada umat
Tuhan.
Jemaat diarahkan dan dibimbing melalui
khotbah yang disampaikan dan diperdengarkan setiap kali tampil di mimbar.
Berikut beberapa kesalahan para
pengkhotbah di atas mimbar
1.BERKHOTBAH TIDAK MEMAKAI TEMA
KHUSUS
Ada Pengkhotbah ketika menyampaikan
Firman Tuhan di atas mimbar, selalu memberi tema khotbah, yakni topik mengenai
apa yang disampaikan kepada para pendengar.
Misalnya saja, pengkhotbah memberi tema
atau judul khotbah “Melayani sesama dengan sukarela”. Tentu jika tema khotbah
adalah 4 kata tersebut, maka hal pertama yang si pengkhotbah akan bahas ialah ‘apa
itu melayani atau pelayanan’. Kedua, ‘tentang sesama’ dan ketiga mengenai ‘sukarela’.
Singkatnya, jemaat sudah mulai
diarahkan untuk fokus kepada topik ini yakni tentang bagaimana “melayani sesama
dengan sukarela”. Namun jika seandainya si pengkhotbah tidak memberi tema atau
topik khusus, maka tentu penjelasan pun akan luas, bisa saja menjadi bias dan
terlalu umum.
Ada nilai positif yang dapat diambil,
jika khotbah memiliki tema tertentu. Selain sudah memetakan hal apa yang hendak
dibahas atau disampaikan kepada jemaat, di lain pihak, para pendengar pun,
terbantu fokus untuk topik tersebut.
Jika isi khotbah terlalu luas dan tidak
fokus, maka jemaat pun akan dibebani dengan “mengingat terlalu banyak topik”
yang bertebaran dan berhamburan.
Sebaliknyaa, jika si pengkhotbah
memberi tema khusus, maka selain menolong si pembicara fokus kepada topik,
demikian juga jemaat akan lebih memusatkan pikiran dan hati dengan tidak
terlalu memaksa untuk mengingat bahasan yang terlalu luas
2.PENGGALIAN YANG DANGKAL TERHADAP
TEKS ALKITAB
Pengkhotbah di mimbar adalah sosok yang
bertugas dan dipercaya oleh Tuhan dan diakui jemaat untuk menjelaskan apa
kehendak Tuhan dalam hidup mereka.
Ketika berkhotbah di mimbar, si
Pengkhotbah bukan berbicara mengenai dirinya, bukan pula mengenai orang lain,
bukan pula mengenai dunia, melainkan mengenai Firman Tuhan. Si pengkhotbah
punya kontrak khusus di atas mimbar, yakni menyampaikan pesan Allah kepada
umat.
Tentu jemaat akan dibacakan beberapa
bagian dalam nats Alkitab atau teks kitab Suci. Jika teks kitab suci
disampaikan dengan begitu dangkal, maka hal yang didengar jemaat pun akan sama.
Sebaliknya, jika penggaliannya mendalam
maka ada hal-hal baru yang akan menggugah hati jemaat, sehingga mereka
terperanjat ketika mendengar bagian kitab Suci yang dibacakan dan dijelaskan.
Khotbah yang menekankan penggalian teks
yang mendalam, tentu akan menghasilkan poin-poin penjelasan yang sangat
memberkati, menguatkan dan akan menginspirasi orang lain.
Cobalah lebih memberikan waktu terhadap
penggalian teks kitab Suci yang hendak anda sampaikan kepada jemaat. Coba baca-baca
buku tafsiran, mengenai teks tersebut.
Baca jugalah, mengenai latarbelakang
dari ayat tersebut, hal-hal apa yang terjadi, di masa teks tersebut ditulis dan
anda bisa mengaitkan kisah tersebut dengan kondisi zaman di mana anda melayani.
Tentu jika anda sudah melakukan hal
tersebut, maka ada lebih terbantu dan lebih dapat memusatkan penjelasan pada
teks kitab Suci dengan mendalam bukan sekadar membacakan saja kepada jemaat.
3.KHOTBAH TIDAK ‘MENDARAT’ BAGI
PENDENGAR
Jemaat yang mendengar khotbah, tentu
bukan saja disuguhi ayat-ayat Alkitab namun juga apa yang hendak diterapkan
atau diaplikasikan dalam hidup sehari-hari.
Khotbah, pada prinsipnya haruslah dapat
dipahami oleh dunia pendengar. Khotbah yang baik adalah, mereka dapat
melakukannya dalam kehidupan di mana mereka berada.
Misalnya saja jemaat rata-rata adalah
petani dan pedagang, maka tentu jemaat perlu menerapkan isi khotbah yang
disampaikan di mimbar, dalam konteks kehidupan mereka yakni seputar pekerjaan
di ladang atau sawah dan seputar dagangan, jual beli dan pelanggan.
Baca Juga: Bolehkah Orang Kristen Mengganti Nama?
Jika anda pengkhotbah yang rutin
bertugas dalam sebuah gereja atau komunitas, pasti ada sudah tahu siapa
pendengar anda. Mengenal siapa pendengar kita adalah hal yang teramat penting.
Jika anda memaksakan istilah-istilah
keren dan beken di zaman sekarang, padahal pendengar anda rata-rata jemaat di
pedesaan atau pedalaman, maka tentu akan sulit untuk dipahami, apalagi untuk
diterapkan.
Membuat khotbah bisa ‘mendarat’ baik
kepada telinga pendengar, adalah tugas penting yang harus diingat oleh setiap
pengkhotbah di mimbar.
Jika anda lalai mengenal siapa pendengar anda, maka
sesungguhnya, pesan yang anda sampaikan akan kurang dipahami dengan baik.
Khotbah yang baik adalah khotbah yang
sederhana, praktis. Jika jemaat tahu apa yang mereka lakukan dari isi khotbah
anda, itu artinya anda berhasil membuat khotbah anda ‘mendarat’.
Namun jika, khotbah anda selalu ‘melangit’
dan selalu membahas hal-hal yang sulit dimengerti baik dari istilah-istilah dan
topik-topik yang dibahas, maka pendengar pun akan sulit untuk meng-grab apa yang akan dibawa pulang ke
rumah dan dilakukan dalam kehidupan mereka.
4. DURASI KHOTBAH YANG SANGAT PANJANG
Sebenarnya khotbah yang sehat dan baik
ialah bukan khotbah yang durasinya panjang. Jika anda berkhotbah terlalu lama,
maka jemaat pun akan kesulitan untuk fokus terhadap semua penjelasan yang anda
sampaikan.
Memang tidak ada kesepakatan mengenai
durasi khotbah yang baik. Namun jika anda berkhotbah terlalu lama, maka khotbah
bisa saja bias dan out of topic dan
di sisi lain, jemaat sudah sangat kesulitan untuk mencerna penjelasan anda
karena sudah terlalu panjang.
Khotbah yang efektif adalah, khotbah
yang bisa menjelaskan apa makna isi teks dengan baik dan teologis, dan
menjelaskan apa yang akan dilakukan oleh jemaat terhadap nats Alkitab yang
dibacakan.
Bukan berarti jika khotbah panjang,
maka akan bagus. Bukan berarti kalau khotbah singkat maka khotbah juga bagus. Khotbah
yang panjang bagus, memang tidak masalah, namun seringkali taruhannya jemaat.
Baca Juga: 6 Kesalahan Worship Leader Di dalam Gereja
Jika rata-rata jemaat anda sudah
lansia, dan andapun berkhotbah hingga satu jam, maka mereka pasti kelelahan dan
kalau sudah capek, maka akan mengalami gangguan dalam menyerap Firman Tuhan yang
anda jelaskan.
Sebenarnya khotbah 30 hingga 45 menit sudah
sangat cukup. Anda sudah dapat waktu yang sangat cukup sekali untuk
mendemonstrasikan Firman Tuhan kepada jemaat. Anda sudah dapat menjelaskan apa
kehendak Tuhan bagi mereka yang mendengar anda.
Anda juga sudah dapat menyampaikan
kerinduan hati anda dan juga apa yang harus dilakukan umat Tuhan dalam hidup
mereka melalui khotbah yang anda bawakan.
Ada baiknya, jika anda sudah rutin tiap
minggu dalam bertugas, melakukan hal ini, yakni berkhotbah dengan waktu yang
proporsional.
Jangan merasa bahwa ketika anda berkhotbah belum satu jam, maka
khotbah anda tidak bagus. Jangan pula anda merasa, bahwa anda harus berkhotbah
sejam, supaya khotbah anda bagus.
5. KHOTBAH TANPA MEMAKAI ILUSTRASI
ATAU CERITA/KISAH HIDUP
Sebenarnya Yesus juga melakukan metode
ini yakni bercerita dalam menyampaikan Injil kepada orang banyak. Dia beberapa
kali menggunakan perumpamaan, yang notabene orang-orang Yahudi sudah paham,
karena bertalian dengan kehidupan mereka sehari-hari.
Jika khotbah, hanya memberika pemaparan
tentang Alkitab memang sudah bagus, namun alangkah baiknya, jika berkhotbah
juga dengan menyisipkan ilustrasi.
Anda bisa berbicara kisah nyata, anda
dapat bercerita tentang masa lalu anda yang diubahkan, anda dapat berbicerita
tentang tokoh-tokoh di dunia nyata, bagaimana kisah hidup mereka dan
sebagainya.
Carilah cerita-cerita yang memiliki nilai moral di
dalamnya. Jika anda dapat mengaitkan dengan khotbah yang anda sampaikan, maka
khotbah akan terasa variatif, tidak monoton dan tidak kaku.
Baca Juga: Menjadi Orang Kristen Harus Kaya Raya?
Jemaat disuguhi cerita hidup, karena membahas
hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan mereka. Ilustrasi bukanlah firman
Tuhan, namun sangat memainkan peran penting, dalam berkhotbah.
Pengkhotbah dapat menghidupkan imajinasi mereka dan
mereka masuk di dalamnyaa, dan merasa bahwa mereka juga berada dalam cerita
tersebut.
0 Response to "5 KESALAHAN PENGKHOTBAH DI MIMBAR "
Post a Comment