TUHAN BUKAN UNTUK DIPAHAMI, TAPI UNTUK DIPERCAYAI

Image: ebartsng.org


Seorang anak kecil yang sedang berada di tepi pantai, sedang bermain pasir dengan sebuah alat sekop plastik sederhana disertai sebuah ember kecil.

Dia pun menggali pasir kira-kira sedalam 30 cm dan kira-kira luasnya mencapai 60 cm. Tiba-tiba seorang pria lewat di depan anak ini, dan bertanya, “nak, kenapa kamu menggali pasir ini hingga sedalam ini dan seluas ini?”.

Si anak pun menjawab dengan polosnya pertanyaan pria yang sedang bertanya kepadanya, “aku ingin memindahkan air laut, ke tempat yang saya gali ini, jawab si anak”.

Sepintas anda mungkin berpikir, bahwa mana mungkin air laut bisa memuat tempat (pasir) yang digali anak tersebut.

Begitu jugalah pikiran manusia di hadapan Tuhan. Otak manusia yang kecil, tidak akan sanggup untuk memahami Allah yang besar.

Allah itu bukan untuk kita pahami dengan kemampuan pikiran kita yang terbatas, namun Allah itu untuk kita percayai. Siapakah kita manusia berdosa yang bisa memahami Allah.

Paulus sendiri berkata bahwa “tidak ada yang benar, seorang pun tidak, tidak ada yang mencari Allah, bahkan tidak ada yang berakal budi, semua orang telah menyeleweng” (Roma 3:10-13).

Yesaya sendiri pun mengungkapkan fakta bahwa rencana manusia itu sangat berbeda jauh dari rencana Allah.

Gambaran yang dipakai oleh Yesaya ialah seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah perbedaan antara rancangan manusia dengan Allah.

Hal ini sangat wajar, karena memang Allah adalah kudus (Mazmur 99:1, 3, 5; Yesaya 5:16) sedangkan manusia adalah ciptaan yang terbatas (Kejadian 2:7; 3:9; Pengkhotbah 12:7).

Jika kita tidak dapat mengerti semua jalan-jalan Tuhan dalam hidup kita, hal tersebut bukanlah sesuatu yang aneh dan janggal, melainkan adalah sesuatu yang lumrah.

Di dalam perjalanan kerohanian kita, pasti ada banyak hal yang sulit untuk kita pahami dengan otak kita dan logika kita.

Jika banyak orang meragukan mukjizat-mukijzat yang dilakukan oleh Yesus, itu karena mereka tidak percaya kepada Tuhan.

Logika yang belum percaya kepada Tuhan adalah logika yang akan berakhir kepada sebuah kebuntuan yang tidak akan terlesaikan.

Namun Logika orang yang percaya kepada Tuhan, dia akan tunduk kepada kebenaran sekalipun dia tidak memahami semua apa yang terjadi.

Amsal 3:5 mengingatkan kita bahwa manusia harus percaya kepada TUHAN dengan segenap hati, dan tidak boleh bersandar kepada kemampuan manusia yang sangat terbatas.

Jika anda banyak mengalami lika liku hidup yang sulit untuk dicerna dan dipahami, cobalah untuk percaya kepadaNya.

Percaya kepada Tuhan, tidak secara otomatis kita memahami segala peristiwa dan hal-hal yang sukar dipahami oleh banyak orang.

Namun dengan percaya kepada Tuhan, kita menundukkan pikiran kita kepada pikiran Allah. Kita belajar melihat dengan cara Allah. Kita belajar menilai dengan cara Allah.

1 Korintus 2:14-15 memberikan satu fakta bahwa “kita sebagai manusia rohani bisa menilai segala sesuatu”. Tentu bukan berarti kita bisa memahami segalanya dengan otak kita, namun kita bisa mengerti dari perspektif Allah.

Satu peristiwa penting yang dialami oleh para murid Yesus ialah, ketika mereka melihat orang yang buta sejak dari lahir. 

Para murid menyangka bahwa, kesalahan pasti berada di antara orang tua atau orang buta tersebut (Yohanes 11:1-41).

Namun apa yang paling mengejutkan adalah, justru jawaban Yesus, tentang apa yang mereka lihat pada orang buta tersebut.

Yesus dengan tenang berkata “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia” ( Yohanes 11:2-3).

Pikiran manusia seringkali melihat apa yang di depan mata, dalam konteks sebab dan akibat, namun Yesus meihat jauh di balik peristiwa tersebut.



Percayalah bahwa, sebagai orang Kristen, kita tidak akan dapat memahami segala yang terjadi di dalam hidup kita.

Kita akan banyak melihat fenomena-fenomena dalam hidup yang tidak sejalan dengan pikiran, hati, perasaan dan keinginan kita.

Namun jika kita percaya kepada Allah, maka kita akan diberi hikmat untuk bisa mencerna dan memproses kejadian dan hal-hal yang sulit untuk ditangkap oleh pancaindera kita.

Allah itu bukan untuk dipahami dan dimengerti oleh pikiran kita yang lemah, terkontaminasi, buruk, salah, keliru dan sempit. Allah itu untuk kita percayai dan kita taati.

Hiduplah menjadi seorang Kristen yang benar-benar memercayai Allah di setiap segi kehidupan kita. 

Percayalah kepada Allah dan semua keputusan dan tindakan Allah yang sekalipun sulit dipahami manusia. Amin. Tuhan memberkati.

0 Response to "TUHAN BUKAN UNTUK DIPAHAMI, TAPI UNTUK DIPERCAYAI"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel