MELIHAT TUHAN DI DALAM BADAI
Pasti setiap
orang Kristen pernah mengalami pasang surut dalam kehidupan rohaninya.
Terkadang kita bisa kuat, karena mendengar pesan Firman Tuhan yang menguatkan
kita.
Namun,
tidak sedikit juga kita mengalami hal yang berbanding terbalik dari hal
tersebut. Menjadi orang Kristen yang taat, tentu juga akan mengalami hal yang
sama, yang dialami oleh orang yang belum percaya Kristus.
Orang
percaya juga, masih bisa meneteskan air mata, tatkala orang yang kita kasihi pergi
mendahului kita. Kita juga bisa lemah, karena satu atau dua penyakit yang kita
derita.
Kita juga
bisa stress barangkali karena urusan pekerjaan di kantor yang menumpuk dan
segera harus diselesaikan dengan teggat waktu yang sudah mepet.
Seorang ibu
juga bisa lelah dan stress karena memberi perhatian yang begitu intens terhadap
anak yang masih balita. Seorang anak pun bisa mengalami kejenuhan di dalam
studi yang dia sedang tempuh.
Apalagi jika
anak menerima perlakukan bullying (perundungan)
di sekolah dari teman-temannya, pasti akan memberi dampak yang cukup buruk
secara mental bagi si anak.
Orang percaya
yang benar-benarmengasihi Tuhan, pasti juga paham bagaimana situasi di lembah
(direndahkan, dihina, dikucilkan, tidak dihargai, difitnah dan sebagainya).
Orang
percaya tidaklah pribadi yang kebal terhadap penderitaan apalagi dosa. Orang percaya
bisa saja jatuh dan tergeletak. Namun yang berbeda dari orang percaya ialah,
ketika dia jatuh, dia bisa bangkit lagi.
Tuhan
tidak akan pernah membiarkan kita jatuh dan terkapar sehingga kita tidak bisa
bangkit lagi dari kelemahan dan kejatuhan kita (Mazmur 37:24; 121:3; 55:22
Amsal 24:16).
Sekalipun
kita terjatuh, maka ada tangan kuat yang akan selalu hadir yang siap sedia
kapanpun, jika kita percaya Dia sanggup untuk menolong kita.
Jika kita
melihat tokoh-tokoh di Alkitab, tentu kita kagum akan iman mereka. Sebut saja
Abraham, Musa, Yosua, Paulus dan murid-murid Yesus yang lain.
Kepercayaan
Abraham pun diuji oleh Tuhan, untuk mengetahui apakah dia benar-benar percaya
kepada Allah yang berjanji kepadanya (Kejadian 22:12).
Abraham
menjadi teladan iman bagi kita bahwa, iman kita suatu saat akan diuji, dengan
sebuah ujian yang akan mengeluarkan sifat asli siapa kita sebenarnya di
hadapanNya.
Abraham
melampaui kelemahan dan batasan yang dia miliki, dengan bersandar penuh kepada
Allah (Roma 4:18). Musa pun menghadapi persoalan yang tidak kalah jauh dan
lebih sulit.
Menjadi pemimpin
jutaan orang di padang belantara, dengan kualitas manusia yang buruk yakni
tidak percaya dan meragukan Allah bahkan menggerutu terhadap Musa.
Bahkan
Musa pernah mendapat ancaman yang keras dari Allah, bahwa Dia tidak akan
menyertai umat yang dipimpin oleh hambaNya Musa.
Mendengar ancaman ini umat Israel sedikit berubah kepada Allah dengan berkabung kepadaNya. (Keluaran 33:1:23)
Mendengar ancaman ini umat Israel sedikit berubah kepada Allah dengan berkabung kepadaNya. (Keluaran 33:1:23)
Tidak mudah
untuk menjadi seorang pemimpin, walaupun memimpin umat Tuhan (umat yang sudah mengenal
TUHAN yang benar).
Namun Musa, selalu memohon penyertaan Tuhan atas umatnya yang keras kepala tersebut (Keluaran 33:12-6).
Namun Musa, selalu memohon penyertaan Tuhan atas umatnya yang keras kepala tersebut (Keluaran 33:12-6).
Musa
seoalah tidak memedulikan dirinya, asal umat Tuhan bisa mendapatkan pengampunan
dan pertolongan serta bimbingan Tuhan, itu sudah cukup baginya.
Musa bisa
melihat TUHAN yang dia sembah dan Tuhan yang dia percayai sekalipun di dalam
badai. Musa melihat Tuhan dengan imannya.
Paulus
pun demikian, seorang rasul yang memberikan seluruh hidupnya untuk Tuhan, namun
tidak lepas dari yang namanya penderitaan yang begitu hebat.
Orang-orang
yang dahulu menghargainya dan menghormatinya, sudah berbalik menyerang dan
hendak membunuh Dia karena Kristus. (Kisah Para Rasul 9:23-25).
Paulus
juga pernah menghadapi jeruji besi (Kisah Para Rasul 16:19-23). Paulus pernah
dilempari batu, karam kapal dan bahkan terkatung di lautan, diancam oleh orang
lain, lapar, kedinginan, bahkan tidak tidur (2 Korintus 11:25-28).
Namun
jika, Paulus masih dapat berkata bahwa semua hal yang dilaluinya adalah
semata-mata karena Kristus, maka sudah jelas, bahwa Dia bisa melihat Kristus di
tengah badai yang sedang bergelora.
Dia
berkata bahwa “segala perkara dapat ku
tanggung di dalam dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13).
Bisakah kita
melihat Tuhan di dalam badai? Mampukah iman kita menembusi pekat dan hitamnya
langit yang berubah menjadi gelap? Bisakah kita mengangkat tangan, ketika kita sudah
mulai goyah?
Bisakah kita
tetap meraih dan menggapai tangan TUHAN yang diulurkanNya kepada kita? Dapatkah
kita melangkahkan kaki kita hingga kita bertemu secercah sinar terang yang
makin menerangi hati kita?
Jika pandanganmu
kini mulai kabur karena peliknya masalah yang engkau hadapi, lihatlah terus
kepadaNya? Jika tanganmu tidak bisa menggapai seolah ada yang melilit kita,
ulurkanlah terus tanganmu padaNya.
Jika
mulut kita seoalah berat untuk berkata-kata, berucaplah di dala hati kita, bahwa
kita butuh Dia dan mengasihi Dia.
Jika pikiran kita penat, buntu, serasa dada ini sesak, maka berbisiklah padaNya, katakan “Aku mengasihi Engkau Tuhan” katakana padaNya “Aku butuh Engkau dalam hidupku”.
Jika pikiran kita penat, buntu, serasa dada ini sesak, maka berbisiklah padaNya, katakan “Aku mengasihi Engkau Tuhan” katakana padaNya “Aku butuh Engkau dalam hidupku”.
Masalah
boleh ada, bahkan datang silih berganti menerpa dan menghempaskan kita bahkan
menjatuhkan kita, namun kita harus terus melihat kepada Allah.
Berharap dan
terus percaya padaNya, satu waktu kelak sesuai dengan janji dan waktuNya, kita
pun akan mendapatkan pertolongan yang ajaib dari Dia.
Hanya, lihatlah Tuhan sekalipun kita berada di dalam badai. Amin. Tuhan Yesus memberkati.
Hanya, lihatlah Tuhan sekalipun kita berada di dalam badai. Amin. Tuhan Yesus memberkati.
0 Response to "MELIHAT TUHAN DI DALAM BADAI"
Post a Comment