MELIHAT TUHAN DI DALAM BADAI


Image: wallhere.com


Pasti setiap orang Kristen pernah mengalami pasang surut dalam kehidupan rohaninya. Terkadang kita bisa kuat, karena mendengar pesan Firman Tuhan yang menguatkan kita.

Namun, tidak sedikit juga kita mengalami hal yang berbanding terbalik dari hal tersebut. Menjadi orang Kristen yang taat, tentu juga akan mengalami hal yang sama, yang dialami oleh orang yang belum percaya Kristus.

Orang percaya juga, masih bisa meneteskan air mata, tatkala orang yang kita kasihi pergi mendahului kita. Kita juga bisa lemah, karena satu atau dua penyakit yang kita derita.

Kita juga bisa stress barangkali karena urusan pekerjaan di kantor yang menumpuk dan segera harus diselesaikan dengan teggat waktu yang sudah mepet.

Seorang ibu juga bisa lelah dan stress karena memberi perhatian yang begitu intens terhadap anak yang masih balita. Seorang anak pun bisa mengalami kejenuhan di dalam studi yang dia sedang tempuh.

Apalagi jika anak menerima perlakukan bullying (perundungan) di sekolah dari teman-temannya, pasti akan memberi dampak yang cukup buruk secara mental bagi si anak.

Orang percaya yang benar-benarmengasihi Tuhan, pasti juga paham bagaimana situasi di lembah (direndahkan, dihina, dikucilkan, tidak dihargai, difitnah dan sebagainya).

Orang percaya tidaklah pribadi yang kebal terhadap penderitaan apalagi dosa. Orang percaya bisa saja jatuh dan tergeletak. Namun yang berbeda dari orang percaya ialah, ketika dia jatuh, dia bisa bangkit lagi.

Tuhan tidak akan pernah membiarkan kita jatuh dan terkapar sehingga kita tidak bisa bangkit lagi dari kelemahan dan kejatuhan kita (Mazmur 37:24; 121:3; 55:22 Amsal 24:16).

Sekalipun kita terjatuh, maka ada tangan kuat yang akan selalu hadir yang siap sedia kapanpun, jika kita percaya Dia sanggup untuk menolong kita.

Jika kita melihat tokoh-tokoh di Alkitab, tentu kita kagum akan iman mereka. Sebut saja Abraham, Musa, Yosua, Paulus dan murid-murid Yesus yang lain.

Kepercayaan Abraham pun diuji oleh Tuhan, untuk mengetahui apakah dia benar-benar percaya kepada Allah yang berjanji kepadanya (Kejadian 22:12).

Abraham menjadi teladan iman bagi kita bahwa, iman kita suatu saat akan diuji, dengan sebuah ujian yang akan mengeluarkan sifat asli siapa kita sebenarnya di hadapanNya.

Abraham melampaui kelemahan dan batasan yang dia miliki, dengan bersandar penuh kepada Allah (Roma 4:18). Musa pun menghadapi persoalan yang tidak kalah jauh dan lebih sulit.

Menjadi pemimpin jutaan orang di padang belantara, dengan kualitas manusia yang buruk yakni tidak percaya dan meragukan Allah bahkan menggerutu terhadap Musa.

Bahkan Musa pernah mendapat ancaman yang keras dari Allah, bahwa Dia tidak akan menyertai umat yang dipimpin oleh hambaNya Musa.

Mendengar ancaman ini umat Israel sedikit berubah kepada Allah dengan berkabung kepadaNya. (Keluaran 33:1:23)

Tidak mudah untuk menjadi seorang pemimpin, walaupun memimpin umat Tuhan (umat yang sudah mengenal TUHAN yang benar). 

Namun Musa, selalu memohon penyertaan Tuhan atas umatnya yang keras kepala tersebut (Keluaran 33:12-6).

Musa seoalah tidak memedulikan dirinya, asal umat Tuhan bisa mendapatkan pengampunan dan pertolongan serta bimbingan Tuhan, itu sudah cukup baginya.

Musa bisa melihat TUHAN yang dia sembah dan Tuhan yang dia percayai sekalipun di dalam badai. Musa melihat Tuhan dengan imannya.

Paulus pun demikian, seorang rasul yang memberikan seluruh hidupnya untuk Tuhan, namun tidak lepas dari yang namanya penderitaan yang begitu hebat.

Orang-orang yang dahulu menghargainya dan menghormatinya, sudah berbalik menyerang dan hendak membunuh Dia karena Kristus. (Kisah Para Rasul 9:23-25).

Paulus juga pernah menghadapi jeruji besi (Kisah Para Rasul 16:19-23). Paulus pernah dilempari batu, karam kapal dan bahkan terkatung di lautan, diancam oleh orang lain, lapar, kedinginan, bahkan tidak tidur (2 Korintus 11:25-28).

Namun jika, Paulus masih dapat berkata bahwa semua hal yang dilaluinya adalah semata-mata karena Kristus, maka sudah jelas, bahwa Dia bisa melihat Kristus di tengah badai yang sedang bergelora.

Dia berkata bahwa “segala perkara dapat ku tanggung di dalam dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13).

Bisakah kita melihat Tuhan di dalam badai? Mampukah iman kita menembusi pekat dan hitamnya langit yang berubah menjadi gelap? Bisakah kita mengangkat tangan, ketika kita sudah mulai goyah?

Bisakah kita tetap meraih dan menggapai tangan TUHAN yang diulurkanNya kepada kita? Dapatkah kita melangkahkan kaki kita hingga kita bertemu secercah sinar terang yang makin menerangi hati kita?



Jika pandanganmu kini mulai kabur karena peliknya masalah yang engkau hadapi, lihatlah terus kepadaNya? Jika tanganmu tidak bisa menggapai seolah ada yang melilit kita, ulurkanlah terus tanganmu padaNya.

Jika mulut kita seoalah berat untuk berkata-kata, berucaplah di dala hati kita, bahwa kita butuh Dia dan mengasihi Dia. 

Jika pikiran kita penat, buntu, serasa dada ini sesak, maka berbisiklah padaNya, katakan “Aku mengasihi Engkau Tuhan” katakana padaNya “Aku butuh Engkau dalam hidupku”.

Masalah boleh ada, bahkan datang silih berganti menerpa dan menghempaskan kita bahkan menjatuhkan kita, namun kita harus terus melihat kepada Allah.

Berharap dan terus percaya padaNya, satu waktu kelak sesuai dengan janji dan waktuNya, kita pun akan mendapatkan pertolongan yang ajaib dari Dia.

Hanya, lihatlah Tuhan sekalipun kita berada di dalam badai. Amin. Tuhan Yesus memberkati.


0 Response to "MELIHAT TUHAN DI DALAM BADAI"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel