Allah Itu Bagaikan Dokter Bedah, Dia Melukai Dan Membalut Luka-Luka Kita
Seorang Ayah menghajar anaknya yang
masih berusia 6 tahun, hingga dia menangis sekencang-kencangnya.
Ayahnya melakukan hal itu lantaran
seminggu sebelumnya, ada seorang anak yang meninggal karena ditabrak kereta, tepatnya di
belakang rumah mereka.
Ayahnya dan warga sekitar, sudah
memperingati para orang tua, supaya anak-anak, tidak bermain-main di sekitar rel, karena hal tersebut, sangatlah berbahaya.
Melihat anaknya yang masih bermain
di seputaran rel kereta, membuat ayahnya naik pitam hingga memukul paha anaknya
hingga merah.
Ayahnya melakukan itu, supaya
anaknya belajar apa itu kondisi yang berbahaya dan menakutkan, hingga bisa mengancam nyawa.
Ayahnya berkata, “nak, papa terpaksa memukul kamu, bukan
karena papa benci, tapi papa gak mua kehilanganmu, seperti kejadian yang
terjadi beberapa hari yang lalu”.
Terkadang sebagai orang Kristen,
kita merasa bahwa apa yang kita lakukan sudah benar di mata kita, namun belum
tentu benar di mata Allah.
Alkitab mencatat bahwa “Allah
menghajar orang yang dikasihiNya” (Ibrani 12:6).
Orang Kristen bisa saja bertindak
menurut apa yang mereka pandang baik, namun sebenarnya hal tersebut tidaklah
baik menurut Allah.
Manusia hanya bisa melihat apa yang
di depan mata mereka. Manusia tidak bisa melihat sesuatu yang tidak dapat
dilihat oleh mata.
Manusia terkadang menduga dan
mengambil kesimpulan sendiri, namun hasilnya belum tentu baik.
Allah akan menghajar kita, karena
Dia menganggap kita sebagai anak-anakNya. Dia mengasihi kita, sehingga Dia akan
mendisiplin kita, supaya kita kembali ke jalan yang benar.
Jika Allah melihat kita keras
kepala, berjalan semaunya dan bertindak sesuka hati, Allah bisa bertindak
menurut caraNya.
Israel adalah bangsa yang tegar
tengkuk, yang berkali-kali dihajar oleh Allah. Allah melakukan hal demikian,
karena mereka adalah umatNya.
Seorang Ayah tidak akan mendidik
anak orang lain, kendatipun mereka nakal dan perilaku mereka jahat. Seorang
Ayah hanya akan mendidik anaknya.
Tuhan pun melakukan hal yang sama,
Dia mengasihi kita, karena Dia akan menghajar kita, tatkala kita berusah
mengeraskan hati.
Memang hati kita bisa terluka dan
menderita ketika Allah mendisiplin kita. Bukankah obat yang justru mujarab
adalah obat yang pahit?
Disiplin dari Allah mungkin tidak
mengenakkan bagi kita, namun itu menyehatkan kita.
Dia melukai, namun Dia juga yang
membalut luka-luka kita. Allah bagaikan seorang dokter bedah, yang membawah
pisau yang tajam, untuk menyayat kulit kita.
Dia mengoperasi kita, supaya kita
disembuhkan dan ditolong olehNya.
Percayalah bahwa didikan Tuhan itu
untuk kebaikan kita dan untuk keselamatan kita.
Jika saat ini anda sedang menerima
hal itu, itulah bukti bahwa Dia sayang dan mencintai kita anak-anakNya.
Ayub 5:18 mencatat, “Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang
membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tanganNya menyembuhkan pula.” Amin.
Tuhan memberkati.
0 Response to "Allah Itu Bagaikan Dokter Bedah, Dia Melukai Dan Membalut Luka-Luka Kita"
Post a Comment