Bertumpulah Dalam Kekuatan Tuhan Yang Mengalir Deras Di Dalam Dirimu
Image: pexels.com/mart production |
Seorang ayah menginginkan anak-anaknya sukses seperti
dirinya menjadi seorang pengacara sukses.
Ayahnya mencarikan tutor yang berkelas dan mahal hanya
untuk memastikan nilai mereka bagus dan dapat bermacam-macam penghargaan di sekolah.
Sang Ayah pun membuat sebuah ruangan khusus untuk mereka
belajar, dan menghukum mereka kalau tidak memenuhi apa yang ayahnya
perintahkan.
Tahukah anda bahwa Paulus tidak pernah menutup-nutupi
kelemahan dan kesusahan yang ia alami?
Ia tidak sungkan dan malu hingga mengaku berkata “kami ditindas, habis akal, dianiaya dan
dihempaskan” (2 Korintus 4:8-9).
Bisa saja Paulus mengganti kata yang lain dan menceritakan
ulang dengan gaya bahasa yang berbeda.
Namun dalam hal ini Paulus terang-terangan membuka fakta
di lapangan, apa saja yang ia alami.
Mungkin ekspektasi orang sangat tinggi terhadap kita,
hingga berharap bahwa kita akan sukses, berhasil dan memperoleh capaian-capaian
yang hebat.
Namun ternyata sebaliknya kita malah gagal dan tidak
memperoleh apapun dari target yang sudah direncanakan.
Satu hal yang unik bahwa Paulus tidak menganggap apa yang
ia alami sebagai malapetaka dan bencana.
Sekalipun apa yang dialami Paulus bertaruh nyawa, ia tetap
merasa dikuatkan oleh Tuhan.
“Tetapi harta ini kami
punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang
melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. (ayat
7).
Paulus sadar bahwa kekuatan dan kesanggupan yang ia
peroleh bukan dari dirinya, sehingga tidak perlu berbangga.
Sebagai manusia biasa, kita bisa saja kalah dan jatuh
hingga menimbulkan luka yang serius.
Kita tidak perlu merasa harus sempurna karena kita punya
kelemahan. Kita tidak harus selalu berhasil di dalam segala hal.
Sebagai orang Kristen, kita harus sadar bahwa tanpa Tuhan
kita bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa.
Paulus tidak merasa dia ditinggal dan diabaikan oleh Tuhan
di dalam kesusahan yang sedang dia alami.
Mungkin anda ditekan karena anda salah dan keliru, namun
ingatlah bahwa kita harus menjadikan hal tersebut sebagai pembelajaran di masa
mendatang.
Siapakah Paulus tanpa Tuhan? Siapakah kita tanpa Tuhan?
Bagi Paulus Yesus adalah segala-galanya.
Siapakah Yesus bagi kita kita? Segala-galanya atau separuh atau bahkan sama sekali bukan siapa-siapa?
Seorang Dosen beberapa kali berkata kepada mahasiswanya
"Kelas adalah tempatnya orang bisa
salah, karena kita masih belajar dan terus belajar".
Kita pun sama, bahwa kita masih berada di dalam "sekolah kehidupan" yang entah kapan
lulusnya adalah berada di dalam kedaulatan Tuhan.
Kalau kita pun berpotensi untuk jatuh, berpeluh, pilu, ngilu, gagal, 'sial',
kalah, parah, dan salah itu karena kita adalah manusia biasa.
Dunia tidak sedang runtuh bila kita kalah bahkan lemah.
Hidup yang berkemenangan bukanlah orang yang secara maksimal dan optimal memakai kekuatannya, namun orang yang menaruh dan meletakkan segalanya dan berjalan di dalam kekuatan Tuhan.
Jangan menghukum dirimu untuk sempurna dan menekan dirimu
selalu berhasil. Kita hanya perlu belajar lebih baik dari kemarin.
Bukanlah sebuah hal yang ganjil dan aneh jika kita gagal dalam hidup ini. Siapapun bisa mengalami kegagalan dan kekalahan.
Adalah lebih baik bagi kita menyadari untuk selalu
bergantung kepada kemurahan Tuhan, sama seperti apa yang dilakukan oleh Paulus.
Teruslah berserah dan berharap kepada Tuhan di dalam
kerentanan dan kelemahan yang kita miliki. Amin. Tuhan memberkati.
0 Response to "Bertumpulah Dalam Kekuatan Tuhan Yang Mengalir Deras Di Dalam Dirimu"
Post a Comment