Percayalah, Bahwa Allah Tidak Memanggilmu Hanya Untuk Gagal
Image: pexels.com |
Siapakah
manusia yang tidak pernah memiliki sebuah rencana dalam hidupnya, walau itu
tampaknya sederhana?
Seorang
pengusaha membuka Café untuk pertama kalinya, namun betapa tidak beruntungnya
dia, masa Pandemi justru memorak porandakan impiannya.
Sudah
terlanjur buka tempat, keluar modal banyak untuk beli peralatan bahan-bahan,
namun merugi karena situasi yang tidak terkontrol yang juga dialami oleh masyarakat
Indonesia ketika covid-19 melanda.
Tahukah
anda apa yang dialami oleh Yusuf di usianya yang masih muda, bukanlah tergolong
persoalan yang sepele.
Sukses
di negeri orang lain dan menjadi pemimpin nomor dua di Mesir ia raih bukan
tanpa suka dan duka.
Ketika
seseorang cukup dewasa baik secara usia dan pikiran, akan jauh lebih mudah
untuk menghadapi dan menyikapi masalah dan segala tantangan hidup.
Namun
tidak bagi seorang Yusuf yang masih berusia 17 tahun (Kejadian 37:2). Yusuf
sebagai seseorang yang sudah terbiasa disayang oleh Yakun ketimbang
saudara-saudaranya, namun harus menerima reaksi yang tidak baik bahkan yang
tragis dari keluarganya sendiri.
Niat
yang harus ia terima dari orang terdekatnya yaitu justru ingin membunuhnya
dengan memasukkan ia ke sumur, bukanlah sesuatu yang mudah untuk diterima (Kejadian
37:18-19).
Namun
apa yang tidak saudara-saudara Yusuf pahami ialah bahwa Allah mengawasi dan
terus mengawal hidup Yusuf. Yusuf tentulah tidak terbiasa dengan perilaku dari
saudaranya, seolah ini adalah pengalaman yang sudah biasa.
Namun
Yusuf tetaplah pasrah dan menjalani nasib yang baginya tidak jelas dibawa
kemana dan oleh siapa. Terpisah dari ayah yang sangat mengasihinya, bukanlaha
hal yang mudah baginya.
Namun
secara perlahan Allah sedang memonitor hidup Yusuf melalui serangkaian
peristiwa demi peristiwa ketika dia berada jauh di negeri orang asing.
Yusuf
sekali lagi, bukanlah orang yang sudah terbiasa dengan situasi yang berat,
mencekam dan sulit, karena ia masih muda dan untuk pertama kalinya jauh dari
pengawasan orang tua.
Namun
Alkitab mencatat bahwa Allah justru bersamanya dan menyertai perjalanan dan
petualangannya yang ia sendiri tidak dapat pahami dengan baik (Kejadian 39:2).
Yusuf
dulu sewaktu usia 17 tahun bukanlah Yusuf yang sama ketika ia sudah
bertahun-tahun dibentuk dan diproses oleh Tuhan dengan segala macam situasi
yang tidak menguntungkannya.
Namun
Yusuf bisa melalui berbagai kondisi itu tidak lepas dari campur tangan dan
pemeliharaan Allah.
Ia
bahkan tidak tahu scenario yang Allah sudah rancang dalam hidupnya, bahwa
nantinya melalui dialah keluarganya terpelihara dengan baik di masa kesusahan
yang akan datang.
Inilah
misteri kehidupan yang semua manusia alami dan jalani, bahwa kita tidak tahu
pasti kita dibawa kemana dan menuju ke arah mana.
Asalkan
saja bahwa kita tetap bersama Tuhan dan terus dikawal dan dituntun oleh Tuhan,
maka, perjalanan panjang apapun adalah sebuah perjalanan yang punya tujuan dan
rencana di balik berbagai peristiwa yang pahit yang mungkin sementara kita
lalui.
Mampukah
Yusuf melalui semua cobaan yang tidak biasa itu, jika tanpa Allah bersama dan
menyertainya? Bukankah karena Allah di pihak kita, membela dan menjaga, kita
memiliki keyakinan dan pengharapan?
Seringkali
rasa putus asa dan menyerah. akan siap saja untuk memasuki pikiran kita dan
mengendalikannya sehingga kita justru terpuruk.
Namun
Yusuf menjadi contoh bagi kita, bahwa seberat dan spearah apapun jalan yang
sementara kita lalui, kita harus tetap tegar, kuat dan tetap yakin bahwa ada
ujung dari penderitaan kita.
Allah
tidak pernah memanggil kita hanya untuk gagal dan kandas di tengah jalan. Allah
yang memanggil dan memilih kita, maka Dia jugalah yang akan terus memberikan
bimbingan dan pertolongan.
Kita
hanya perlu bersabar sembari kita bertahan dan kuat, terutama di saat-saat
pencobaan itu semakin kuat menerkam dan menerjang kita. Panggilan Allah tidak
mungkin keliru, seolah Ia salah sasaran dan salah alamat.
Apa
yang dialami dan semua proses panjang yang dilalui oleh Yusuf bukanlah tanpa
sebab. Allah justru memiliki rencana yang indah di balik semua
kejadian-kejadian yang tidak terduga yang ia alami.
Teruslah
berharap dan percaya kepada Tuhan. Jangan pernah menyesali pilihanmu bila
engkau mengawali dan memulai bersama dengan Tuhan. Bertahan dan kuatlah walau
badai silih berganti dalam hidup kita. Amin. Tuhan Yesus memberkati.
0 Response to "Percayalah, Bahwa Allah Tidak Memanggilmu Hanya Untuk Gagal"
Post a Comment