Hidup Saling Merendahkan Diri Bukan Saling Menggigit & Menelan
Image: pexels.com/alex green |
Negara
Jepang terkenal dgn budaya OJIGI yaitu
"membungkuk badan" kpd org lain. (Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=OqDREFDN8Lo)
Ada 4
Macam Ojigi dalam budaya Jepang, yaitu budaya membungkuk kepada orang lain.
Pertama. Eshaku
yaitu membungkuk sekitar 15° menyapa teman yaitu seumuran.
Kedua, Keirei
yaitu membungkuk sekitar 30° ditujukan kepada atasan, guru, klien dsb ini yang
paling sering dilakukan di mall, pertokoan, dan restoran.
Ketiga,
Saikeirei yaitu membungkuk sekitar 45° menandakan ungakapan terimakasih, minta
maaf & mohon bantuan. Semakin besar kesalahan, maka akan semakin lama utk
membungkuk.
Keempat. Zarei
yaitu membungkuk hingga kepala menyentuh lantai (bersujud) dan ini dilakukan
kalau melakuan kesalahan yang sangat besar dan menunjukkan seberapa dalam kita
meminta maaf.
Efesus
5:21 mencatat “dan merendahkan diri satu sama lain dalam takut akan Kristus.”
Kebenaran Firman Tuhan ini bukan berarti kemanapun kita pergi dan siapapun kita
temui kita harus menerapkan budaya yang Ojigi yang seperti masyarakat Jepang.
Apa yang
Paulus sedang bicarakan dan ungkapkan kepada jemaat di Efesus tidaklah sedang
berbicara postur tubuh orang percaya. Apa yang Paulus sedang coba sampaikan
kepada orang percaya ialah tentang bagaimana sikap hidup orang Kristen.
1.Pentingnya
Memiliki Kerendahan Hati
Kerendahan
hati (rendah hati) adalah salah satu sikap dari sekian banyak sikap yang Tuhan
inginkan dari orang percaya. Paulus ingin menanamkan sifat ini kepada jemaat di
Efesus dan juga kepada semua pengikut Kristus.
Berbicara
kerendahan hati bukan berarti kita harus mengingkari jati diri, dan bahwa orang
Kristen tidak boleh bangga, gembira atas pencapaian, prestasi, nilai, kerja
keras yang mereka sedang raih dalam hidup ini.
Paulus juga tidak sedang melarang orang percaya dan mengenghentikan niat-niat untuk tidak memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi, mimpi yang tinggi, harapan yang besar, dan juga visi yang besar.
Ia juga tidak tidak sedang mempersoalkan soal
pakaian harus sederhana, tanpa make-up, bahkan sekalipun untuk tampil ke
pesta seseorang harus tampil natural, rambut tidak boleh disasak sampai orang
lain hampir-hampir tidak mengenali kita. Ayat yang Paulus sampaikan ini tidak
berurusan dengan hal-hal fisik dan jasmani di atas.
Kata
"rendahkanlah" dalam bahasa Yunani dipakai kata hupotassomenoi, kata
ini dipakai hanya 2 kali di dalam seluruh Perjanjian Baru, satu lagi terdapat
di dalam 1 Petrus 2:18 "tunduklah kepada tuanmu...."
Makna
kata hupotassomenoi adalah "to place or rank under, to subject "berada
di bawah" "tunduk" (Sumber: biblehub.com). Secara umum,
"hupotassomenoi" dapat merujuk pada tindakan dengan sukarela
menempatkan diri di bawah otoritas atau kendali seseorang atau sesuatu. Ini
adalah sebuah tindakan secara sukarela atau sadar memilih untuk tunduk atau
menghormati otoritas yang lebih tinggi.
Adapun
akar katanya hupotassomenoi yaitu terdiri dari kata hupo, yang artinya
di bawah dan kata tasso artinya mengatur. Sehingga kata ini memiliki makna
secara sengaja mengatur diri di bawah.
Jadi,
dalam bahasa Yunani, partisip middle voice digunakan untuk menggambarkan
subjek yang terlibat dalam tindakan dan pada saat yang sama menerima dampak
dari tindakan tersebut. Hal ini memberikan nuansa yang lebih kaya dalam
pengungkapan tindakan dan hubungan antara subjek dengan tindakan yang dilakukannya.
Partisip
middle voice ini digunakan untuk menggambarkan subjek yang terlibat dalam
tindakan tunduk atau menghormati satu sama lain. Dalam konteks ayat ini,
partisip "hupotassomenoi" mengarahkan kita untuk saling tunduk
atau menghormati satu sama lain.
Dunia
sekarang ini terlalu banyak menyajikan tentang kekerasan, sikap saling melawan,
saling melapor, mencemarkan nama baik, saling menusuk, menggigit dan menelan
saling konfrensi press (Press Conference) untuk melakukan klarifikasi
tentang isu-isu yang sudah merebak kepada khalayak umum, apalagi kasus
perceraian artis yang adalah orang Kristen, yang seakan tidak ada rasa sungkan,
malu, hormat, respect lagi terhadap pernikahan.
Orang
Kristen hidup di dunia di mana yang kuat selalu menelan yg lemah, yang pintar/cerdas
membodohi mereka yang kurang paham sehingga ada tindakan untuk menipu dan
korupsi.
Bahkan
segelintir orang tidak lagi sungkan untuk menekan orang-orang yang tidak
berdaya, kurang mampu ketika sedang bermasalah satu dengan yang lain. Bahkan
Pendeta pun bisa kena tipu dengan siasat-siasat yang terus mereka perbarui
seiring dengan perkembangan zaman.
Apa yang
Paulus inginkan ialah supaya jemaat di Efesus belajar untuk merendahkan diri,
menghormati, menghargai sesame mereka. Merendahkan diri berarti ada yang perlu
‘diturunkan, ditanggalkan, dicopot dari dalam diri kita ketika bersosialisasi
kepada orang-orang lain. Bisa berupa jabatan, posisi. pangkat dan apapun yang
membuat orang percaya tidak dapat untuk merendahkan diri kepada orang lain.
Jika seseorang
selalu dengan bebas untuk melampiaskan amara dan emosi yang tidak terkendali,
Paulus ingin supaya emosi itu bisa ditempatkan di kondisi yang benar.
Hupotassomnoi berarti
merendahkan diri "dilakukan tanpa paksaan melainkan kesadaran dan sukarela
dari setiap orang percaya"
Beberapa
ciri-ciri orang yang merendahkan diri: Pertama, Dia belajar mendengarkan dgn
penuh perhatian (tidak terburu2 memotong pembicaraan) Kedua, mengakui
kesalahan/kekurangan (ia mampu mengenali dirinya tdk sempurna, dan mampu belajar
dari kesalahan. Ketiga, bersedia belajar (terbuka utk belajar, merasa superior,
merasa tahu segalanya). Keempat, melayani dgn sukarela. Orang yg merendahkan
dirinya/hati ia mau melayani dan siap memberikan bantuan. Kelima, tidak sombong
& arogan (tdk merasa menggurui org lain, ia mengerti apa yg namanya
"batasan" dan juga merendahkan
org lain. Keenam, mengakui kelebihan orang lain. Ini adalah sesuaut yang sangat
tidak mudah untuk dilakukan apalagi kepada sesama kolega dan orang yang
memiliki level atau posisi yang setara.
2
Memiliki Sikap Saling Memberi
Paulus
tidak hanya berkata “dan rendahkanlah
dirimu” dan berhenti sampai di situ saja. Paulus menyertakan frase seorang
kepada yang lain. Kata yang dipakai untik kalimat "seorang kepada yang
lain/to one another" yaitu allelois.
Paulus
sedang memaksudkan bahwa tidankan merendahkan diri harus dulakukan secara
timbal balik di antara jemaat Efesus. Seakan Paulus menyuruh orang percaya
untuk saling memberi dan bertindak atau bersikap satu dengan yang lain.
Dengan
demikian ia ingin perbuatan merendahkan diri, saling menghormati, saling tunduk
kepada sesama anggota tubuh, pelayan Tuhan, hamba Tuhan dilakukan oleh
masing-masing pribadi, bukan secara sepihak.
Artinya
bahwa merendahkan diri dilakukan oleh tiap-tiap orang, sehingga tidak ada lagi
ditemukan di lapangan praktik “menjilat bos atau pimpinan” hanya di depan
mereka saja, untuk memperoleh penghargaan, nilai dan juga apresiasi.
Paulus
tidak ingin memberikan rasa hormat kepada orang yang cukup berpengaruh, secara
berlebihan, dan tidak secara natural atau lebih kepada dibuat-buat. Juga tidak
memberikan service/layanan yang tidak pada tempatnya atau tidak secara umum,
namun kepada pribadi dan orang-orang khusus saja.
Paulus
sedang memberitahu kita tidak perlu saling menunggu,, siapa yang lebih bersedia
untuk merendahkan diri, setiap orang punya kewajiban yang sama untuk hidup
saling merendahkan diri dengan cara saling memberi seorang kepada yang lain.
Mungkin
jika ada yang bertanya, di manakah patokan dan ukuran serta batasan seseorang
untuk melakukan tindakan "dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang
lain?"
Seseorang
memang bisa bertanya-tanya tentang standarnya orang Kristen menghormati dan
menghargai bahkan tunduk kepada orang lain. Kira-kira berapa derajat postur
tubuh seseorang membungkuk kepada sesamanya?
Konteks
ini apabila diterjemahkan lagi dalam kehidupan sehari-hari, kira-kira, sampai
kapan seseorang harus sabar saja dan direndahkan? rasanya tidak adil hanya satu
orang saja yang harus bersikap baik, dan yang harus selalu mengalah.
Paulus
bermaksud bahwa tindakan “merendahkan diri seorang kepada yang lain” ini
dilakukan dengan cara bahwa "Tidak
boleh memaksa orang lain untuk menghormati kita, tidak boleh menuntut orang
lain untuk melakukan sikap ini".
Tindakan
yang Paulus maksudkan untuk jemaat Efesus lakukan dan orang percaya perbuat
ialah bahwa sikap itu harus dilaksanakan dengan dorongan sendiri, inisiatif
sendiri. Hupotassomenoi itu haruslah dilakukan dengan sukarela oleh
masing-masing individu.
Mungkin
seseorang bisa saja menganggap, rasanya bisa tidak adil bukan, kalau semua
orang beriman atau orang tertentu saja dituntut untuk merendahkan diri kepada
yang lain?
Sebenarnya
kalau diperhatikan dengan saksama teks yang Paulus sampaikan ini tidak berhenti
di situ saja, tetapi ia menambahkan atau melanjutkan satu frase lagi yaitu
"di dalam takut akan Kristus"
3
Memiliki Rasa Takut Akan Tuhan
Teks
Efesus 5:21 ini bisa akan secara bias, liar diterapkan, dan membabi buta dipahami oleh banyak orang. Bisa
saja seseorang mampu untuk tunduk atau merendahkan diri di awal-awal saja, akan
tetapi bisa mengalami kegagalan di tengah perjalanan, karena hanya disuruh
saling merendahkan diri saja di antara sesama orang Kristen atau orang percaya
atau teman sepelayanan.
Namun,
saling merendahkan diri di antara orang percaya, di antara orang Kristen, di
dalam anggota keluarga, dalam pekerjaan, harus didasari di dalam takut akan
Kristus.
Saling
memahami posisi dan peran masing-masing di dalam rasa hormat akan Tuhan. Patokannya
adalah di dalam Kristus, "en phobo Christou" di dalam takut
akan Kristus. Tidaklah mulia menghormati orang lain dengan cara kotor. Tidaklah
benar memberikan rasa hormat di depan seseorang, namun ia menusuknya di
belakang. Tidaklah tepat, untuk saling menjatuhkan dan melumpuhkan satu sama
lain.
Gagal
paham di dalam memahami ayat 21 ini akan berimbas kepada lembaga, institusi,
yang Allah bangun yaitu keluarga (suami dan istri). Bila diteruskan apa yang
Paulus tuliskan di ayat 22 dan 25, maka merendahkan diri seorang kepada yang
lain, di dalam takut akan Kristus, haruslah berlangsung secara bersamaan.
Istri
tunduk bukan ketika suami mengasihinya terlebih dulu, dan sebaliknya, suami
mengasihi bukan karena istri tunduk kepadanya terlebih dulu, barulah ia
mengasihi sang istri.
Ayat 21
ini adalah ayat transisi (peralihan) di mana ayat ini punya akibat di pasal 6 yaitu tentang sikap orang tua
kepada anak-anak, dan anak-anak kepada orang tua, dan juga hubungan antara tuan
dan hamba.
Itulah
mengapa sebelumnya Paulus berkata "hendaklah kamu penuh dgn Roh"
Kehidupan yang selalu diisi dengan Roh Kudus, ia akan dimampukan untuk
melakukan tindakan merendahkan diri ini.
Paulus
ingin orang percaya, tidak hanya kelihatan tunduk tapi sebenarnya menanduk.
Kelihatan merunduk namun sebenarnya sedang melawan dan memberontak. Itu
bukanlah cara hidup yang Paulus inginkan, melainkan itu adalah cara duniawi.
Kalau tiap orang di bawah kendali/pengaruh Roh Kudus, atau kalau hidupnya
selalu dipimpin oleh Roh Kudus, maka merendahkan diri di hadapan orang lain
bukanlah sebuah pertunjukam atau show 1 jam atau 2 jam saja.
Kehidupan
orang yang bertumbuh dalam hikmat Allah, ialah mereka yang bisa melakukan
kehendak Allah dan menaati Allah. Hikmat tidak diukur seberapa pintar
seseorang, bukan juga seberapa kaya seseorang apalagi seberapa banyak orang
yang ia kenal dan punyai.
Namun
bertumbuh dalam hikmat ialah, bahwa dalam kehidupan ini tiap-tiap orang mau
diproses untuk semakin melakukan apa yang Tuhan inginkan dengan hidup sesuai
dengan apa yang Allah inginkan.
Kesimpulan
Pertama, marilah
saling belajar merendahkan diri, menghormati satu dengan yang lain, tunduk
kepada otoritas yang ada, ini sikap yang harus dimiliki & dilestarikan oleh
setiap orang percaya dalam konteks apapun.
Kedua, marilah
saling mendahului satu dengan yang lain di dalam merendahkan diri, tidak perlu
saling menunggu, tunggu tanda-tanda, dan menunggu arahan.
Ketiga, saling merendahkan diri harus di dalam
bingkai, kerangka, di dalam pola takut akan Kristus, bukan lagi hanya show di
depan orang-orang tertentu, akan tetapi di hadapan banyak orang, ini adalah
atitude/sikap orang yang mau bertumbuh di dalam hikmat Allah.
"Seharusnya
tidak ada yang boleh mengalahkan/mengungguli cara kita untuk saling memberi
rasa hormat, menghargai, merendahkan diri, mengalah, tunduk, selain di dalam
cara kita mengasihi dan takut akan Tuhan. Sikap dan cara takut kita kepada
Allah sangat menentukan kita bisa saling merendahkan diri seorang kepada yg
lain." Amin
0 Response to "Hidup Saling Merendahkan Diri Bukan Saling Menggigit & Menelan"
Post a Comment