Kisah Seorang Pemuda Yang Terpuruk Dan Ditolak Oleh Gereja

 

Image: pexels.com/lachlan ross


Inilah kisah seorang pemuda yang terdiagnosis mengidap penyakit HIV namun ditolak oleh Gereja.

 

Saya sejak kecil berasal dari keluarga non Kristen yang broken dan lekat dengan dunia okultisme (magis). Ayah saya sempat menghilang (kabur) sejak saya masih belum lahir. Ayah saya sempat muncul dalam beberapa hari sewaktu saya masih SD (Sekolah Dasar) yang di mana memaksa saya untuk meminta uang ke mama saya. Singkat cerita karena kondisi perekonomian yang kurang baik, saya akhirnya tinggal dan dirawat oleh nenek saya, sehingga saya memiliki ikatan emosional dengan nenek. Terus terang, saya bukan Gay sejak kecil, bahkan sebenarnya sewaktu SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yaitu pada kelas 10, saya sudah terima dan mengenal Yesus. Kejadian itu tepatnya pada sebuah acara retreat, di mana saya mengalami pelayanan pelepasan (dilayani secara khusus) dan dari dunia okultisme yang ada dalam tubuh saya. Pada saat lulus SMK, saya justru jatuh dalam dunia homoseksual (Gay). Saya di satu titik merasa kesepian dan karena sangat ingin merasakan kehadiran dan punya sosok seorang ayah, saya malah berusaha untuk explore (mencari-cari) pria yang seumuran dengan ayah saya dan di situ saya terjebak hubungan sejenis (homoseksual) dengan beberapa orang. Saya akhirnya tenggelam dalam hubungan sesama jenis hingga mengidap penyakit HIV yang saya dapatkan dari pasangan sesama “pria”. Di situlah muncul sebuah kesadaran bahwa ternyata saya sudah jauh tenggelam dalam dosa ini. Melalui kejadian ini saya berusaha untuk bertobat dan berbalik kepada Kristus. Akan tetapi dalam perjalanan pertobatan saya dari Gay kembali ke jalan yang benar, saya malah kecewa dengan Gereja. Saya berusaha untuk terbuka ke Gereja mengenai masa lalu dan kondisi saya yang mengidap HIV. Saya malah rindu ingin dimentori hingga iman saya sehat kembali, namun Gereja justru seolah-olah berusaha untuk menyingkirkan saya sejauh mungkin. Di situ saya sangat kecewa terhadap sikap Gereja. Sampai sekarang saya selalu pindah dari gereja satu ke gereja yang lain, karena ketika mereka tahu kondisi saya yang sebenarnya, saya malah langsung disudutkan oleh mereka. Apakah benar bahwa saya memang sudah tidak layak datang ke Gereja karena dosa saya?

 

Melalui kesaksian jujur dari pria yang mengidap HIV tersebut, pelajaran apakah yang harus kita petik darinya?

 

Pertama, Gereja akan diperhadapkan kepada situasi atau kondisi satu atau dua jemaat/orang percaya maupun orang yang mau beribadah (menjadi anggota Gereja) yang memiliki kasus khusus (HIV). 


Bagaimanakah sikap Gereja? langsung menendangnya? menolak? berpikir atau merekomendasikan kepada orang atau gereja yang lebih kompeten dalam menangani kasus tersebut?

 

Tentu ini pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab. Apabila seseorang yang beribadah dengan kondisi normal, tentu tidak sulit untuk menerimanya bukan? Anggaplah ini sebagai sebuah tantangan yang perlu diselesaikan atau dijawab oleh Gereja masa kini.

 

Kedua, Gereja adalah tempat orang-orang untuk dipulihkan, diperbaiki, disucikan, kecuali Gereja adalah tempat berkumpulnya orang-orang yang sudah sempurna, baik, kudus saja.

 

Apabila Gereja adalah tempat untuk orang-orang mengenal Tuhan, bukankah Gereja harus berusaha untuk meng-upgrade diri untuk pertama-tama tidak bertindak bertentangan dengan firman Tuhan? Setidaknya ada usaha untuk memberikan usulan, opini dan mendoakan cara apakah yang terbaik untuk ditempuh dalam kasus semacam itu?

 

Ketiga, Bagaimana apabila pria atau wanita dengan kasus yang hampir mirip dengan persoalan tersebut, datang ke Gereja, dan lalu ditolak terus-menerus, hingga tidak ada yang dapat menerimanya kembali?

 

Memang tidaklah mudah untuk mengatasi persoalan ini, akan tetapi bersiaplah untuk kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi di masa depan, apakah nanti ada kasus sebaliknya seorang wanita yang terjebak dalam hubungan sesama jenis, apakah seorang yang terlibat narkoba, dan pergaulan buruk lainnya.

 

Gereja haruslah tempat di mana seseorang mendapatkan anugerah pengampunan, pertolongan, perhatian, kepedulian. Benteng apa lagikah yang mana orang-orang lemah, sakit, kecewa, putus asa bisa mengadu selain kepada Gereja yang adalah wakil Allah di bumi?

 

 

Sumber:

Kisah didapat dari persetujuan Admin IG IDeclare, sehingga semakin banyak orang yang mau peduli dan terbuka.

 

 


0 Response to "Kisah Seorang Pemuda Yang Terpuruk Dan Ditolak Oleh Gereja "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel