BERIMAN ATAU PERCAYA? MANA TERLEBIH DULU
Orang
Kristen tidak terlepas dengan yang namanya iman, bahwa iman itu seperti kitab
Ibrani menyebutkan bahwa iman itu ialah dasar dari segala sesuatu yang kita
harapkan, dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr.11:1).
Agaknya orang Kristen yang menyangkali imannya tidaklah logis. Karena istilah
orang beriman sangat erat kaitannya dengan mengikut Kristus. Bahkan secara
keseluruhan kitab Ibrani pasal 11 khusus membahas pahlawan iman, seperti
Abraham, Nuh, Samuel dan sebagainya.
Tidak bisa
dipungkiri iman itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hidup orang
percaya.
Tetapi yang
kita perlu diskusikan dengan sangat hati-hati ialah di mana terlebih dulu
beriman atau mengerti? Sebab kalau tidak mengerti apakah bisa kita beriman?
Atau kalau seseorang sudah tahu apakah sudah jaminan seseorang pasti beriman?
Iman bukanlah karya manusia, melainkan iman itu karya Allah. Ketika orang beriman maka dia sedang berhubungan dengan sesuatu yang ilahi itulah Tuhan. tetapi rasio atau akal juga dipakai untuk memberikan respons terhadap kebenaran.
Iman bukanlah karya manusia, melainkan iman itu karya Allah. Ketika orang beriman maka dia sedang berhubungan dengan sesuatu yang ilahi itulah Tuhan. tetapi rasio atau akal juga dipakai untuk memberikan respons terhadap kebenaran.
Bahkan
Agustinus berkata bahwa “Ia mengerti bahwa iman kepercayaan tidak meniadakan
fungsi rasio, melainkan justru menggali, memimpin kembali, menjernihkan, dan
mengarahkan fungsi rasio. Dan dari dia pulalah kita mendapatkan prinsip
integrasi percaya dan mengerti: “Aku percaya, maka aku mengerti; dan agar aku
bisa mengerti aku harus menetapkan aku percaya.”
Sangat jelas bahwa rasio juga sangat penting di
dalam hidup orang beriman. Iman tidaklah kontradiktif dengan rasio atau akal
manusia, justru sebaliknya dengan iman, maka rasio dapat digunakan untuk
memahami karya Allah, sejauh yang Tuhan izinkan.
Iman selalu hubungannya dengan kebenaran, sedangkan rasio atau akal manusia hanyalah ciptaan Tuhan yang selanjutnya dikembangkan dengan adanya pengetahuan, dan rasio manusia terbatas di dalam memahami semua apa yang terjadi di alam semesta ini. memang iman harus memimpin rasio manusia, dan dasar bagi rasio orang percaya
Iman selalu hubungannya dengan kebenaran, sedangkan rasio atau akal manusia hanyalah ciptaan Tuhan yang selanjutnya dikembangkan dengan adanya pengetahuan, dan rasio manusia terbatas di dalam memahami semua apa yang terjadi di alam semesta ini. memang iman harus memimpin rasio manusia, dan dasar bagi rasio orang percaya
“…..Aku
Tahu Siapa Yang Aku Percaya….” Inilah nada ungkapan rasul Paulus kepada anak
didiknya yakni Timotius. Paulus benar-benar tidak picik di dalam memahami kedua
hal ini yaitu antara rasio dan iman. (2 Tim.1:12.
Bagian
awal dari perikop ini, Paulus menekankan pentingnya iman yang dimiliki oleh
Timotius yang dimulai oleh neneknya Lois dan ibunya Eunice dan yang sekarang
ada pada Timotius. Apakah
artinya judul diatas? Apakah rasio (Aku tahu) bisa berdampingan dengan iman?
Siapakah yang lebih superior dan yang lebih tinggi tingkatannya?
1. IMAN LEBIH MENDAHULUI DARIPADA
RASIO.
Manakah
yang lebih superior? Iman atau rasio? Paulus sebelum menuliskan kalimat diatas,
mendahului dengan tulisan mengenai iman. Itu berarti iman harus lebih dahulu
daripada rasio. Di bagian lain dari Alkitab, Paulus menuliskan “Orang benar
akan hidup melalui iman.”
Iman
menempati urutan yang teratas, bagian yang primer, lebih penting daripada
segala sesuatu. Jadi mengerti ayat diatas adalah dalam konteks iman yang lebih
mendahului dari pada rasio.
Pada setiap pembahasan rasul Paulus mengenai iman
tidak pernah bernilai destruktif dan
tidak harmonis dengan ayat atau tulisan yang lain, bahkan dia adalah orang yang
sangat berpendidikan dan mengerti persoalan iman dan pengetahuan.
Bahwa
Allahlah yang menciptakan rasio manusia untuk dipakai di dalam memahami karya
Allah dan melayani Allah. Itulah sebabnya Yesus berkata bahwa manusia harus
mengssihi Allah bukan saja dengan hati dan jiwa tetapi dengan akal budi (Ulang
6:5)
2. IMAN HARUS DAPAT
DIPERTANGGUNGJAWABKAN DI HADAPAN MANUSIA.
Iman memang mendahului rasio dan
menjadi pondasi bagi rasio, namun iman itu harus dapat dipertanggungjawabkan
dengan rasio yang dapat dimengerti dengan sungguh-sungguh. Untuk inilah orang
Kristen berapologetika, yaitu memberikan pertanggungjawaban atas Iman Kristen yang mereka miliki.
Iman itu tidak terlihat oleh manusia
dan dengan imanlah manusia berdiri dihadapan Tuhan. Tetapi ketika manusia
berdiri dihadapan Tuhan, disaat yang sama manusia juga berdiri di hadapan
manusia lainnya. Imannya kepada Allah yang tidak terlihat oleh manusia, harus
dinyatakan kepada manusia sekitarnya dengan rasio.
Manusia harus memberikan alasan
kepada manusia lainnya mengapa ia berdiri di hadapan Tuhan. Jadi, dengan
pengetahuan, kita mengerti mengapa kita berdiri dihadapan Tuhan dan dengan
pengetahuan sejati itu juga kita dapat membagi-bagikan iman yang murni kepada
setiap orang lainnya.
3. RASIO TIDAK BOLEH DIBUNUH OLEH
IMAN.
Rasio
dicipta oleh Tuhan sebagai suatu yang penting. Manusia disebut sebagai manusia
karena memiliki unsur rasio, emosi dan kemauan. Ketiga hal itulah yang menjadi
pembentuk dasar manusia. Karena rasio diciptakan oleh Allah, maka rasio tidak
boleh dibunuh. Menghancurkan dan membunuh ciptaan Allah artinya melawan Allah
juga.
Jadi proses pembunuhan rasio oleh iman merupakan proses perlawanan kepada
Allah juga yang menciptakan rasio. Bahkan tidak wajar kalau iman menghancurkan rasio,
sebab rasio merupakan ciptaan Allah dan alat memiliki nilai guna yang sangat
luar biasa bagi manusia di dalam memahami apa yang akan Allah nyatakan dan yang
sudah Allah nyatakan.
4. RASIO TIDAK BOLEH MEMBUNUH IMAN.
Ada
kalanya rasio bertemu dengan kesulitan untuk mengerti kebenaran Allah, maka
disinilah rasio harus tahu bagaimana menempatkan dirinya. Rasio tidak boleh
membunuh iman dengan mengatakan bahwa ini tidak sesuai dengan apa yang rasio
miliki.
Atau ini tidak sesuai dengan rasio saya. Pembunuhan iman dengan rasio
juga merupakan pembunuhan akan masa depan kita juga. Karena iman adalah
bagaimana kita berdiri dihadapan Allah. Pembunuhan iman berarti merupakan
peruntuhan kaki kita untuk berdiri tegak dihadapan Allah.
1. Ibrani 11: 3 berkata bahwa karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat berasal dari apa yang tidak dapat kita lihat. “By faith we understand that the universe was formed at God's command, so that what is seen was not made out of what was visible” Alkitab memberi kesimpulan bahwa melalui iman kita mengerti.
Kata melalui atau “ through” artinya suatu jalan proses di mana sesuatu itu terjadi. Bahwa imanlah yang berperan terlebih dulu barulah rasio, dan posisi iman di atas rasio manusia. Jadi saya memberi kesimpulan bahwa manusia diselamatkan harus beriman dulu baru mengerti bahwa rasio juga mengikuti aktivitas iman.
2. Alkitab tidak mencatat bahwa oleh rasio, manusia diselamatkan, melainkan hanya iman. Iman dibutuhkan untuk menanggapi kebenaran dan tuntutan Tuhan terhadap iman itu begitu tinggi. Tuhan ingin bahwa manusia melakukan segala sesuatu di lakukan dengan iman. Tetapi rasio tetap dibutuhkan dan dibangun di atas iman, dan bukan sebaliknya iman di bangun di atas rasio.
3. Bahwa iman dan rasio memiliki korelasi yang tidak bisa dipisah. Dari fakta yang ada, bahwa orang-orang yang disembuhkan oleh Tuhan Yesus, ketika pelayananNya di bumi ungkapan ini sering muncul yaitu “jadilah kepadamu menurut imanmu" tidak dikatakan bahwa rasio atau harus mengerti dulu proses bahwa dia disembuhkan, melainkan ketaatan iman kepada kebenaran dan di dukung rasio maka ada mukjizat.
4. Jika pernyataan “harus mengerti dulu baru percaya” maka, tanggapan kepada kebenaran sama sekali tidak membutuhkan iman, melainkan hanya pengetahuan saja. Maka orang-orang yang rasionalis, akan tumbuh subur. Alkitab adalah logis tetapi banyak hal yang tidak bisa diterima oleh akal, karena sifatnya bukan tidak masuk akal, melainkan karena melampaui akal (transenden).
5. Jika syarat untuk diselamatkan berdasarkan rasio atau harus mengerti dulu, maka kemungkinan orang yang tidak percaya akan perkara rohani yang sama sekali tidak terlihat, akan mencapai klimaks yaitu mandek atau stagnan.
1. Ibrani 11: 3 berkata bahwa karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat berasal dari apa yang tidak dapat kita lihat. “By faith we understand that the universe was formed at God's command, so that what is seen was not made out of what was visible” Alkitab memberi kesimpulan bahwa melalui iman kita mengerti.
Kata melalui atau “ through” artinya suatu jalan proses di mana sesuatu itu terjadi. Bahwa imanlah yang berperan terlebih dulu barulah rasio, dan posisi iman di atas rasio manusia. Jadi saya memberi kesimpulan bahwa manusia diselamatkan harus beriman dulu baru mengerti bahwa rasio juga mengikuti aktivitas iman.
2. Alkitab tidak mencatat bahwa oleh rasio, manusia diselamatkan, melainkan hanya iman. Iman dibutuhkan untuk menanggapi kebenaran dan tuntutan Tuhan terhadap iman itu begitu tinggi. Tuhan ingin bahwa manusia melakukan segala sesuatu di lakukan dengan iman. Tetapi rasio tetap dibutuhkan dan dibangun di atas iman, dan bukan sebaliknya iman di bangun di atas rasio.
3. Bahwa iman dan rasio memiliki korelasi yang tidak bisa dipisah. Dari fakta yang ada, bahwa orang-orang yang disembuhkan oleh Tuhan Yesus, ketika pelayananNya di bumi ungkapan ini sering muncul yaitu “jadilah kepadamu menurut imanmu" tidak dikatakan bahwa rasio atau harus mengerti dulu proses bahwa dia disembuhkan, melainkan ketaatan iman kepada kebenaran dan di dukung rasio maka ada mukjizat.
4. Jika pernyataan “harus mengerti dulu baru percaya” maka, tanggapan kepada kebenaran sama sekali tidak membutuhkan iman, melainkan hanya pengetahuan saja. Maka orang-orang yang rasionalis, akan tumbuh subur. Alkitab adalah logis tetapi banyak hal yang tidak bisa diterima oleh akal, karena sifatnya bukan tidak masuk akal, melainkan karena melampaui akal (transenden).
5. Jika syarat untuk diselamatkan berdasarkan rasio atau harus mengerti dulu, maka kemungkinan orang yang tidak percaya akan perkara rohani yang sama sekali tidak terlihat, akan mencapai klimaks yaitu mandek atau stagnan.
0 Response to "BERIMAN ATAU PERCAYA? MANA TERLEBIH DULU"
Post a Comment