"POLA PENAFSIRAN PADA MASA AWAL KEKRISTENAN"

Perkembangan penafsiran alegoris

Dalam kekristenan pada awalnya memiliki fondasi yang kuat dari para rasul penulis PB, tetapi pada zaman itu tidak mendapatkan kesempatan dalam menyelidiki surat-surat yang ditulis oleh para penulis PB. Namun.
Dalam hal tersebut kekristenan tetap memiliki semangat dan tidak merasa terbeban dalam masalah-masalah yang timbul, dengan hal tersebut kekristenan menghasilkan sebuah karya yang dapat menolong mereka dalam melakukan penafsiran yang mantap yaitu apologetika yang bersifat polemis. 

Dengan karya tersebut dapat menghasilkan suatu perubahan dalam melakukan penafsiran yang baik dan dalam menghadapi berbagai macam penafsiran yang ingin menantang apa yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus dalam menafsirkan PL ke PB.

Beberapa penafsiran terkenal masa itu

Dalam hal penafsiran ada beberapa tokoh yang dikenal sebagai penafsir yang terkenal yaitu: Clemens dari Roma, Flavius Yustinus, Clemens dari Aleksandria dan Origenes. 

Dari beberapa tokoh penafsiran ini merupakan tokoh-tokoh yang terkenal sejak lama dalam bidang penafsiran yang walaupun ada yang melakukan penafsiran dengan cara alegoris, namun tetap merupakan tokoh yang terkenal sebagai penafsir pada zaman itu.

Penafsiran harafiah pada abad-abad pertama

Dalam abad yang pertama pandangan semua orang dalam melakukan penafsiran adalah bersifat penafsiran yang alegoris karena pada zaman itulah mulainya perkembangan alegoris yang luar biasa sehingga seluruh orang memandang bahwa semua proses penafsiran bersifat alegorisasi.

Tetapi, tidak secara keseluruhan para tokoh yang mengembangkan atau melakukan penafsiran bersifat demikian tetapi mengikuti apa yang telah diterapkan oleh Tuhan Yesus Kristus. Seorang tokoh itu ialah Ignatius dari Antiokhia ia adalah seorang penafsir yang menyinggung PL tetapi tidak mengutip secara langsung.

Pola penafsiran bapa-bapa gereja latin dan abad pertengahan

Dalam penafsiran yang dilakukan oleh bapa-bapa gereja merupakan hal yang diambil dari antara aliran Aleksandria dan aliran Antiokhia karena mereka menekankan otoritas gereja dalam penafsiran Alkitab. Sehingga dengan hal tersebut penafsiran Alkibat makin menuju ke arah penafsiran yang resmi yang diberikan oleh gereja.

Bapa-Bapa Gereja Latin

Bapa-bapa gereja latin terdiri dari tiga orang tokoh, yaitu Ambrosius, Hieronimus dan Agustinus. Ketiga tokoh ini merupakan bapa-bapa gereja yang mengembangkan pola penafsiran yang tidak sama satu dengan yang lainnya. Sehingga ketiganya saling memiliki pemahaman yang berbeda agar proses dalam pola-pola penafsiran memiliki perkembangan dan kemajuan dengan baik.

Abad Pertengahan

Dalam abad pertengahan sangat sulit dalam menelitinya karena memiliki sejarah yang panjang, tetapi masa itu memikili satu ciri yang sangat menonjol yaitu pemakaian secara luas penafsiran alegoris.

Dalam mengenal ciri tersebut harus mengenal sejarah perkembangan pada abad pertengahan karena pada masa itu skolastisisme membagi arti Alkitab dalam dua bagian yang besar yaitu makna rohani dan makna harfiah. Dalam perkembangannya makna rohani merupakan makna yang lebih penting yang dibagi menjadi tiga bagian menjadi:
a. Makna alegoris atau penjelasan yang menggabungkan penafsiran tipologi dan alegoris.
b. Makna tipologis atau moral
c. Makna analogis yaitu analogi antara gereja sekarang dan gereja eskatologis.

Aliran Mistis

Pada abad pertengahan aliran mistis merupakan aliran yang memiliki hubungan dengan pikiran skolastik yang menerapkan kitab Kidung Agung yang terpenting bagi kehidupan mereka masa itu. 

Karena dalam penafsiran yang mereka terapkan adalah hubungan kasih dalam kitab tersebut sebagai hubungan Allah dengan umat-Nya dan sukacita yang dilukiskannya adalah sukacita dalam hubungan itu. 

Dalam penafsiran ini merupakan penafsiran yang tidak salah karena mereka melakukan penafsiran Alkitab dalam pengertian rohani, sehingga apa yang telah mereka lakukan merupakan suatu hal yang dapat diteladani. 

Tetapi, aliran mistis yang ekstrem sering melalaikan doktrin yang benar sehingga menimbulkan bidah-bidah.

Pola penafsiran pada masa renaisans (Renaisance) reformasi dan pascareformasi
masa renaisans

Masa renaisans merupakan masa yang penuh dengan perubahan-perubahan karena dalam hal melakukan penafsiran dimulai dari penyelidikan penafsiran sekitar reformasi dari renaisans di susul para reformator masa pascareformasi pada ke-18.
Dalam masa ini merupakan suatu hal yang baru yang menghasilkan tumbuhnya ilmu pengetahuan modern dalam melakukan penafsiran yang secara sehat. Beberapa tokoh yang disinggung dalam masa ini ialah Yohanes Reuchlin, Yohanes Colet dan Desiderius Erasmus ketiga tokoh ini merupakan tokoh yang disinggung dalam perkembangan penafsiran pada masa itu.

Masa reformasi

Dengan latar belakang renaisans khusunya masa humanisme dimulailah masa reformasi para reformator terkenal dengan sikap yang sangat menghormati Alkitab (Sola Scriptura). Dalam masa ini para tokoh berpandangan bahwa segala yang diajarkan dalam gereja Alkitablah yang menentukannya karena Alkitab adalah firman Allah yang tidak pernah salah dan memiliki otoritas yang tertinggi. Dengan hal tersebut dua tokoh yang patut dibahas dalam perkembangan pada masa ini yaitu:

1) Martin Luther (1483-1516)
Menurut F.F. Bruce Martin Luther adalah penafsir abad ke-16 yang paling berpengaruh yang memiliki beberapa prinsip dalam penafsiran yaitu:
a. Mengutamakan iman dan peneragaan Roh Kudus
b. Alkitab memiliki otoritas tertinggi yang lebih tinggi dari pad gereja
c. Luther percaya Alkitab dapat dimengerti dan isinya bersifat konsisten
d. Setiap orang Kristen dapat mengerti Alkitab tanpa pertolongan atau petunjuk dari gereja.
e. Kristus adalah pusat Alkitab setiap prinsip harus diuji apakah membawa orang Kristen kepada kristus.
f. Penafsiran perlu membedakan Tauran dan Injil.

g. Yohanes Calvin (1509-1564)
Dalam kalangan teologi Calvin dinilai sebagai penafsir yang paling baik pada zaman reformasi. Dialah yang dipuji sebagai penafsir pertama dalam sejarah gereja yang sanggup menafsir Alkitab secara ilmiah, tafsirannya hamper mencakup seluruh kitab sehingga merupakan karya yang sangat bernilai.

Dalam penerapan penafsiran yang dilakukan oleh Calvin merupakan penafsiran yang menjadi teladan yang berpedoman dari apa yang telah dilakukan oleh Luther sehingga ia memegang apa yang menjadi prinsip-prinsip penafsiran Luther bahkan melampauhi apa yang telah diterapkan oleh Luther. Dengan hal tersebut beberapa prinsip yang diungkapkan oleh Calvin ialah:
a. Penafsiran perlu mengutamakan penerangan Roh Kudus. Kepandaian manusia tidak dapat menggantikan penerangan-Nya.
b. Calvin menolak sama sekali penafsiran alegoris
c. Alkitab harus ditafsirkan berdasarkan Alkitab
d. Calvin sangat berhati-hati dalam penafsiran nubuat tentang Mesias
e. Calvin sangat menghormati Alkitab, kitab yang diilhamkan oleh Allah
Calvin dipuji karena tafsirannya mampu menjelaskan Alkitab dengan hidup dan memberi kesimpulan yang secara khusus dari ajaran umum sehingga apa yang dijelaskannya jelas dan memberikan perhatian yang konteks pada bagian Alkitab berdasarkan makna harfiah.

Masa pascareformasi (abad ke-17 sampai abad ke-18)
Dalam masa pascareformasi merupakan suatu masa yang menjelaskan tentang terjadinya perpecahan dan mulai munculnya beberapa ajaran-ajaran bidah dalam gereja.

Dengan tujuan untuk mengokohkan pendirian aliran masing-masing para pemimpin gereja dalam menuliskan kredo (Pengakuan iman) hingga disetiap kota penting untuk memiliki kreso yang harus diimani. 

Sehingga pada masa itulah ada beberapa macam penafsiran yang ada pada masa itu ialah: gereja Roma Katolik, aliran Anabaptis, gerakan pietisme (Pietism) dan golongan rasionalisme.

Dan beberapa ciri penafsiran yang diterapkan pada abad ke-18 yaitu: digairahkan dalam membangun kerohanian dalam penyelidikan Alkitab yang intensif dan disisi yang lain dikacaukan dengan serangan rasionalisme. Dalam perkembangan abad ini ada dua aliran yang besar yang dibahas ialah aliran tata bahasa dan aliran sejarah dalam kedua aliran ini dijelaskan perkembangan pada itu.

POLA PENAFSIRAN PADA ABAD KE-19

Pola penafsiran pada abad ke-19 menurut para sarjana Alkitab merupakan kitab yang tidak berototitas karena mengandalkan rasio manusia sehingga mengkritik Alkitab. Penafsiran sarjana aliran ini memiliki beberapa ciri yang sama yaitu:

a. Alkitab harus diukur dengan metode akademis dan moral manusia zaman modern.
b. Mereka memberikan definisi yang baru untuk ilham atau wahyu.
c. Hal supranatural diartikan sebagai sesuatu yang melampaui hal yang bersifat materiil misalnya etika.
d. Mereka menerapkan evolusi atas agama dan kitab agama.
e. Penulis Alkitab hanya menggunakan konsep dan cara penyampaian yang terdapat pada zamannya.
f. Aliran sarjana ini berpendapat bahwa agama terus berkembang dan dengan hal tersebut Alkitab sering meminjam atau berbaur dengan konsep-konsep agama lain.
g. Penafsiran sarjana rasionalisme sangat dipengaruhi oleh filsafat yang populer pada zaman itu.

POLA PENAFSIRAN PADA TUJUH DEKADE PERTAMA ABAD KE-20

Dalam tujuh dekade yang pertama umat manusia sangat memiliki perubahan yang sangat dahsyat dan tidak mudah dalam menuliskan semua perubahan tersebut dengan singkat.

Karena dalam zaman ini terjadi dua perang dunia yang pertama golongan konservatif tidak menunjukan kemajuan dalam melakukan sesuatu dan setelah selesai perang dunia kedua mulai ada perubahan dalam kekristenan sehingga mulai menaruh perhatiannya kepada Alkitab dan menjalankan firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga pada abad ini Kristen mulai memahami ajaran yang berasal dari dunia dan teknologi tidak dapat memberikan suatu perubahan dalam kehidupan dan juga karena kurangnya gereja-gereja Eropa yang masuk sehingga dapat mengalami perubahan.

Sehingga dalam perkembangan ini mucullah beberapa aliran diantaranya, yaitu aliran neoortodoks, aliran hermeneutik baru, aliran sejarah agama, aliran permulaan semangat universal, aliran sejarah keselamatan, aliran eskatologis dan aliran kontekstualisasi. Aliran-aliran inilah yang memberikan suatu pemahaman yang baru dalam kekristenan pada zaman itu sehingga menghasilkan beberapa perubahan didalamnya.

POLA PENAFSIRAN PADA TIGA DEKADE TERAKHIR ABAD KE-20
Dalam perkembangan penafsiran biblikal pada abad ini sangat pesat dinamis dan kompleks karena dalam perkembangan ini ada yang berkaitan dengan kemajuan disiplin tertentu baik yang dekat dengannya maupun yang jauh.

Sehingga dengan hal tersebut beberapa pola penafsiran yang dilakukan dengan fleksibel yang dikelompokan ke dalam salah satu pola penafsiran yang sering dipakai oleh pola yang lain, yaitu strukturalisme dan dekonstruksionisme, analisis retorikal, analisis berdasarkan ilmu sosial, analisis sosiolinguistik, analisis yang berorientasi pada pembaca dan analisis kanonikal.

Dari beberapa pola penafsiran ini merupakan suatu hal yang memberikan pengaruh dalam melakukan penafsiran pada zaman itu.

BEBERAPA MACAM ANALISIS YANG SELAMA INI DIPAKAI SECARA LUAS

Dalam perkembangan yang dilakukan dalam analisis beberapa macam jenis yang dipakai dalam menganalisi yang secara luas. 

Dalam mulainya perkembangan analisis ini tidak secara bersamaan begitu juga dengan popularitasnya diantaranya ialah analisis salinan kuno, analisis sumber, analisis tata bahasa, analisis latar belakang, analisis kesusastraan, analisis ragam sastra dan analisis redaksi.

Beberapa analisis ini merupakan analisis yang memberikan penjelasan tentang perkembangan dalam melakukan suatu analisis yang secara baik dan lengkap tidak dipengaruhi oleh faktor yang lain tetapi dari analisis itu sendiri.



DIRINGKAS DARI BUKU "PRINSIP DAN METODE PENAFSIRAN ALKITAB"
OLEH HASAN SUTANTO

0 Response to ""POLA PENAFSIRAN PADA MASA AWAL KEKRISTENAN""

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel