HERMENEUTIKA "PRINSIP DAN METODE UMUM PENAFSIRAN ALKITAB"


Dalam melakukan suatu penafsiran harus dimulai dengan kreatif seorang penafsir sehingga pada akhirnya dapat menemukan pendekatan yang inovatif dalam melakukan penafsiran Alkitab. Beberapa macam jenis analisis yang dipakai dalam melakukan penafsiran Alkitab yaitu:

Analisis salinan kuno

Dalam kekritenan sampai hari ini tidak ada naskah yang asli sehingga dengan hal tersebut dalam menafsirkan Alkitab harus mempelajari salinan-salinan kuno yang dibuat secara manual untuk mendapatkan data yang lebih dekat dengan naskah yang aslinya. 

Dengan hal tersebut tidak semua salinan kuno dapat menjelaskan apa yang telah tertulis pada saat sebelumnya, tetapi ada salinan kuno yang hanya mencantumkan sebagian kitab, sebuah kitab, sebagian PL dan PB atau mencantumkan seluruh PL dan PB. Dengan hal tersebut bagi seorang yang melakukan penafsiran terlebih dahulu harus mengenal salinan kuno karena

merupakan langkah yang pertama dalam menafsirkan Alkitab. Dari pengertian tersebut salinan kuno memiliki manfaat tertentu yaitu:

a. Pertama pada umumnya pemakai analisis salinan kuno tidak meragukan otoritas Alkitab karena merupakan hasil salinan dari naskah yang asli.
b. Kedua pemakaian analisis salinan kuno tidak meraba-raba di dalam kegelapan.
c. Ketiga tidak ada imam kepercayaan kekristenan yang didirikan berdasarkan atas ayat-ayat yang diragukan.
d. Keempat penyalinan PL dan PB dilakukan dengan sangat teliti.
e. Kelima dengan alasan yang tidak sama, semua kitab ditulis pada zaman yang agak kuno tidak meninggalkan naskah aslinya.
Dari kelima manfaat tersebut di atas pada akhirnya dijadikan sebagai latihan yang bermanfaat bagi umat Tuhan yaitu:

Analisis salinan kuno PL
a. Sejarah singkat PL diterima sebagai kanon sejarah kanon PL
b. Bahasa-bahasa yang dipakai PL
c. Bahan dan bentuk buku zaman PL
d. Sejarah singkat salinan-salinan kuno PL
e. Salinan dan terjemahan kuno PL yang penting
f. Penyebab terjadinya perbedaan pada salinan-salinan kuno PL
g. Metode analisis salinan kuno PL
h. Contoh salinan-salinan PL

Analisis salinan kuno PB
a. Sejarah singkat PB diterima sebagai kanon sejarah PB
b. Bahasa-bahasa yang dipakai PB
c. Bahan dan bentuk buku zaman PB
d. Mengenali salinan-salinan kuno PB
e. Salinan dan terjemahan kuno PB yang penting
f. Pembagian salinan PB zaman kuno
g. Penyebab terjadinya perbedaan pada
h. Salinan kuno PB
i. Metode analisis salinan kuno PB
j. Contoh salinan-salinan kuno PB

A. Analisis isi Alkitab

Kelemahan yang sering ditemukan dalam melakukan penafsiran pada awalnya adalah kurangnya menguasai isi dari Alkitab itu sendiri. Karena Alkitab merupakan kitab yang tebal dan sulit untuk dimengerti dengan hal tersebutlah seorang penafsir yang baik sebelum melakukan penafsiran harus menguasai dan membaca Alkitab dengan baik sehingga dapat membuat suatu hal yang dapat dimengerti.

Dengan demikian seorang penafsir harus meneliti dengan benar pasal yang akan ditafsirkan dan bagian pasal yang berkaitan karena tidak dapat dipisahkan dari pasal kitab tersebut. Dengan hal tersebut beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang penafsir Alkitab yang baik ialah:

Pembaca yang efektif

Dalam hal ini ada beberapa yang harus dikuasai oleh seorang penafsir hingga dapat melakukan penafsiran dengan maksimal yaitu: membaca Alkitab dengan penuh konsentrasi, memakai hal-hal baru dalam pembacaan Alkitab, menaruh perhatian kepada hal-hal kecil, jangan mencari hal-hal yang sebenarnya tidak penting, memperhatikan apa yang tidak tertulis dalam Alkitab, memperhatikan bagian yang sejajar, dan memperhatikan bagian yang tidak sama yang ada dalam Alkitab. 
Dari beberapa hal inilah yang dapat membuat seorang penafsir mendapatkan pengertian yang baik.

Persiapan

Setelah menguasai isi Alkitab tugas seorang penafsir ialah mencari informasi introduksi kitab yang bersangkutan sehingga dapat memahamai dengan benar apa yang tertulis dalam pasal atau ayat tersebut, sehingga pada akhirnya dapat membuat kesimpulan terhadap tafsiran tersebut.

Dalam suatu penafsiran pasti ada yang menjadi masalah dari kalimat yang akan ditafsirkan dengan hal tersebut seorang penafsir harus mengetahui faktor dari hal tersebut, yaitu apakah plot dalam cerita itu sudah komplet, apakah ide dan ajaran perumpamaan tersebut sudah lengkap ditulis, apakah ada perpisahan lokasi, apakah bagaian itu cukup panjang bagi suatu analisis, apakah ada format dan tanda yang menunjukkan bagian tertentu berbeda dengan bahan di sekitarnya.

Kitab pembaca kitab Penulis kitab tanggal dan tempat penulisan

Dalam menganalisa isi Alkitab seorang penafsiran tidak boleh tidak harus berfokus pada tiga topik yang sangat berkaitan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan pada saat melakukan penyelidikan yang lebih jelas dan lengkap, yaitu penulis kitab, tanggal dan tempat penulisan kitab dan pembaca kitab. Ketiga hal ini yang membuat hasil dalam melakukan analisis dalam isi Alkitab dapat berhasil atau dimengerti dengan jelas.

B. Analisis latar belakang

Dalam melakukan suatu penafsiran yang baik maka dengan hal tersebut seorang penafsir harus mengenal dan meneliti latar belakang kitab tersebut secara keseluruhan dan dalam berbagai bidang tertentu misalnya geografi, waktu, agama, politik, budaya, kebiasaan dan pemerintahan yang berlaku dalam kitab tersebut.

Hal ini sangat menolong penafsir dalam memahami apa yang telah ditulis dalam kitab hidup pada zaman yang tidak sama dan mengenal sejarah terjadinya penulisan kitab tersebut. Dengan hal tersebut dalam melakukan penafsiran Alkitab harus dengan baik dan tidak meragukan akan apa yang telah tertulis dalam Alkitab sebelum dapat membuktikan dan sebaliknya.

a. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis latar belakang yang perlu diperhattiakn oleh seorang penafsir ialah:
b. Analisis latar belakang berhubungan erat dengan identitas penulis kitab dan pembaca pertama kitab yang ditafsir.
c. Data sejarah memang sangat penting, tetapi penafsir yang lebih mengenal sejarah tidak dengan sendirinya lebih mengenal Alkitab.
d. Slogan kembali kepada Alkitab jangan disamakan dengan hidup seperti orang zaman kuno.
e. Pengetahuan mengenal sejarah latar belakang yang dimiliki penafsir Alkitab masih belum lengkap.
f. Alkitab ditulis berdasarkan sejarah dan fakta.
g. Alkitab adalah kitab yang memiliki sifat khusus.
h. Komunikasi orang Yahudi dan orang Kristen relatif tertutup.
i. Alkitab adalah sumber sejarah yang kaya, dapat dipercayai, tua dan tangan pertama.
j. Beberapa bidang informasi yang perlu diperhatikan dalam melakukan penafsiran yaitu: geografis, waktu, agama, politik, budaya dan kebiasaan.

C. Analisis kesusastraan

Analisis kesusastraan adalah suatu hal yang dilakukan mencakup lingkup yang luas dalam pemakaian yang lebih luas karena dalam analisis ini menyelidiki sejarah, penulisan, sumber, ragam sastra dan konteks kitab.

Dan dalam pemakaian yang lebih sempit dipakai untuk menganalisis tujuan, struktur, ragam sastra, modus kitab atau bagian kitab tertentu.

Karena penulisan kitab bukan saja ditulis dengan teliti tetapi ditulis dengan tujuan yang jelas dapat dimengerti oleh pembaca pertama dan juga ditulis dengan

berbagai teknik sastra dan retorik yang sangat kumunikatif untuk pembaca pertama dan sampai sekarang. Dalam menganalisis Alkitab ada beberapa yang harus diketahui yang tidak boleh dilewati oleh seorang penafsir ialah: tujuan kitab, struktur kitab dan ragam sastra.

D. Analisis konteks

Kata “konteks” berasal dari dua kata latin, Con yang berarti bersama-sama atau menjadi satu dan textus yang berarti tersusun. Jadi, konteks berarti menunjukan kalimat atau bagian yang berada disekitar ayat yang ingin ditafsirkan dan juga dapat mencakup seluruh isi kitab tersebut atau seluruh Alkitab.

Dengan hal tersebut konteks dibagi menjadi dua bagian yakni konteks dekat dan konteks jauh.

Analisis Konteks Dekat

Pada dasarnya konteks dekat menunjukkan bagian yang persis sebelum atau setelah ayat yang ingin ditafsirkan dan analisis konteks dekat juga berfokus pada bagian yang berdekatan dengan ayat yang ditafsirkan.

Pentingnya penyelidikan kontek dekat ialah untuk membantu penafsir memastikan bagian Alkitab yang ingin ditafsirkan merupakan unit yang utuh, memastikan makna kata dan tata bahasa dan membantu mengenal modus dan ragam sastra bagian Alkitab yang sedang ditafsirkan.

Dan tujuan yang sangat penting dalam meganalisis konteks adalah berguna untuk menemukan tujuan dan maksud ayat yang akan ditafsirkan.

Analisis Konteks Jauh

Analisis konteks jauh berperan dalam menyelidiki kontek yang lebih jauh atau luas dibandingkan dengan konteks dekat.

Dalam analisis ini tidak berkaitan secara langsung dengan upaya yang menjadi dasar dalam khotbah, makna kata, tata bahasa dan modus, tetapi analisis ini bertujuan untuk menemukan alur pemikiran dari bagian ayat yang akan ditafsirkan.

Analisis biasanya mencakup konteks yang ditemukan pad kitab itu sendiri, namum bila penafsir memperluas penyelidikan mencakup kitab-kitab yang ditulis penulis yang sama, yang ada hubungan dan bahkan seluruh isi Alkitab.

Dengan demikian dalam melakukan analisis konteks jauh ada beberapa yang harus dilakukan ialah: menganalisis kitab itu sendiri, menganalisis kitab-kitab yang ditulis penulis yang sama dan menganalisis kitab-kitab yang ada hubungan dengan kitab yang akan ditafsirkan.
a. Beberapa prinsip umum
b. Suatu bagian Alkitab tidak berdiri tanpa ada hubungan dengan konteksnya. Jadi tanpa memperhatiakan konteks suatu bagian Alkitab tidak dapat dipahami dengan benar.
c. Jangan mencari hubungang konteks bila memang tidak ada.
d. Penafsir perlu meneliti dengan lebih tekun untuk menemukan hubungan konteks.
e. Pembaca yang berulang-ulang dengan disertai obsevasi yang teliti merupakan metode yang ampuh.
f. Memperhatikan kata perhubungan seperti dan, kemudian, maka, tetapi, sementara, karena itu dan lain-lain.
g. Memperhatikan toopik utama atau kata penting.
h. Makin sedikit jumlah ayat yang akan ditafsir maka makin besar kemungkinan melalaikan konteksnya.Konteks kitab yang bersangkutan akan memberikan penjelasan yang paling akurat kepada yang yang ditafsirkan.Dengan membandingkan beberapa terjemahan yang tidak sama penafsir dapat memperoleh gambaran yang berbeda.

E. Analisis Makna Kata

Dalam melakukan penafsiran tugas seorang penafsir yang harus dikuasai ialah dapat memahami setiap makna kata yang akan ditafsirkan karena jika penafsir belum memastikan makna kata maka akan sulit untuk dimengerti maksud kalimat yang ditafsirkan.
Dengan pengertian tersebut maka dalam penafsiran ada tiga analisis yang dapat dilakukan dan berdampingan yaitu

Fonologi

Fonologi adalah salah satu bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya. Dalam penafsiran Alkitab penyelidikan fonologi penting karena ada jumlah kitba yang disampaikan secara lisan sebelum akhirnya ditulis dengan bahasa tertulis. 

Dan juga dapat memnolong penafsir untuk menemukan paronomasia (permainan kata-kat), pantun, dan lain-lain yang dilakukan oleh penulis kitab.

Morfologi

Marfologi adalah salah satu bidang dalam linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya dalam melakukan penafsiran Alkitab yang memiliki makna-makna yang berbeda.

Semantik

Semantik adalah penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya. Ilmu ini dekat dengan leksikologi dalam sebuah cabang linguistic yang menyelidiki kosakata dan maknanya, karena dalam penyelidikan ini berkaitan dengan fonologi dan morfologi. Dalam penyelidikan makna kata beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Dalam ayat yang ingin ditafsir tidak semua kata merupakan kata kunci yang perlu diselidiki dengan intesif.
b. Dalam penafsiran ayat yang ingin ditafsirkan tidak semua mengandung makna teologis.
c. Sebaliknya ada kata yang pada umumnya dianggap kurang bermakna justru dipakai dengan penuh arti.
d. Bersikap hati-hati ketika menyelidiki makna berdasarkan terjemahan Alkitab.
e. Penyelidikan makna kata perlu memperhatikan ragam sastra bagian kitab yang hendak ditafsirkan.

Beberapa prinsip umum
Untuk menganalisis makna kata suatu bagian kitab beberapa prinsip 
yang secara umum yang akan digunakan dalam melakukannya yaitu:

a. Penafsir perlu memastikan kata kunci dalam bagian yang akan ditafsirkan.
b. Pakailah konkordasi yang berdasarkan bahasa asli untuk mengumpulkan ayat-ayat yang memakai kata yang ingin diselidiki.
c. Berdasarkan konkordansi penafsir dapat menemukan ayat-ayat yang memakai kata yang ingin ditafsir.
d. Mencari informasi tambahan dalam kamus Alkitab atau kamus teologi.
e. Seorang penafsir hars mengenal dengan dekat ayat yang akan ditafsirkan.
f. Penafsir menyelidiki dengan lebih lanjut membaca bagian kitab yang ditulis penulis yang sama atau yang sejajar.
g. Membandingkan beberapa terjemahan dengan tujuan menolong penafsir.
h. Penyelidikan makna kata perlu mempertimbangkan unsur ragam sastra.
i. Membandingkan kata yang hendak diselidiki dengan kata sinonim dan antonim.
j. Penafsir dapat menperhatikan terjemahan PL dalam bahasa Yunani yakni septuaginta.
k. Analisis makna kata boleh membandingkan kata yang sama dalam susastra yang sezaman dengan penulis kitab.
l. Etimologi menyelidiki asal usul kata serta perubahan-perubahannya dalam bentuk dan makna.

ANALISIS TATA BAHASA 
Dalam penafsiran sangat perlu dilakukan analisis kata dengan
tujuan untuk menyampaikan berita dengan jelas dan akurat karena
dalam tata bahasa berkaitan erat dengan kaidah tentang struktur
gramatikal yang dipahami oleh penyampaian dan penerima.

a. Beberapa hal yang harus diketahui
b. Tidak mudah menguasai gramatika kedua bahasa utama Alkitab dan bahasa-bahasa yang serumpunnya.
c. Analisis tata bahasa memang penting tetapi tidak berarti seluruh kalimat dianalisis dengan sangat teliti.
d. Pada dasarnya apa yang tercantum dalam buku pegangan tata bahasa merupakan hasil observasi induktif ahli bahasa.
e. Penafsir harus mencocokan informasi gramatika bagian kitab yang ditafsirkan.

Beberapa metode umum

a. Dasar penafsiran adalah kalimat sehingga dengan hal tersebut seorang penafsir memastikan bagian yang ditafsirkan menjadi sebuah kalimat yang utuh.
b. Dalam kasus tertentu dengan mengubah tanda baca akan berolah kalimat yang baru.
c. Perhatikan sintaksis kata penting dalam kalimat yang ditafsir.
d. Menaruh perhatian pada ragam sastra.
e.Menerjemahkan kalimat berulang kali dengan memperhatikan gramatikanya.
f.Untuk mendapatkan gambaran yang benar penafsir membuat terjemahan yang bersifat harafia atau kata per kata.

INTEGRASI 

Setelah melakukan analisis maka seorang penafsir harus  mengintegrasikan seluruh apa yang telah ditafsirkan sehingga menjadi tafsiran yang utuh, indah, tepat dan mudah dimengerti oleh pendegar.
1. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
2. Komentari baru dibaca setelah penafsiran selesai melakukan tugasnya.
3. Para penulis komentar adalah sarjana-sarjana yang berpengalaman.
4. Penafsir sebaiknya membandingkan beberapa buku tafsiran yang bercorak tidak sama.
5. Setiap komentar unik perlu dibaca dengan cermat.
6. Berhasilnya tahap membuat integrasi ini bergantung pada kerohanian, pendidikan, pengalaman, alur piker dan rasa seni penafsir yang bersangkutan.
7. Penafsir pernah mendapat pendidikan teologis disiapkan dengan lebih baik untuk menafsir Alkitab.
8. Membuat integrasi bukan berarti membuat laporan lengkap yang mencantumkan semua hasil penyelidikan.
9. Tafsiran tidak perlu selalu ditulis dalam format ayat per ayat. Fungsi utama tafsiran adalah menjelaskan Alkitab agar bagian yang kurang jelas dapat dimengerti pembaca.

Beberapa langkah membuat integrasi


Dalam melakukan integrasi merupakan suatu hal yang membutuhkan
proses yang adakala sulit dijelaskan langkah demi langkah
langkah. Tetapi dalam hal tersebut ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh seorang penafsir ialah: menenangkan diri dan
berdoa, membaca ulang semua informasi, menemukan benang merah penghubung, memikirkan pola penyampaian, menyusun bahan tafsiran, penulis tafsiran dan pertimbangan teologis.



DIRINGKAS DARI BUKU "PRINSIP DAN METODE PENAFSIRAN ALKITAB"
OLEH HASAN SUTANTO

0 Response to "HERMENEUTIKA "PRINSIP DAN METODE UMUM PENAFSIRAN ALKITAB""

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel