TOKOH-TOKOH DI SEKITAR ORANG FARISI
Tokoh-tokoh yang ada pada zaman Yesus selain dari Farisi ialah Ahli-ahli Taurat dan orang Saduki. Beberapa ayat menyebutkan bahwa mereka sesekali dan tidak jarang menjadi orang yang dekat dalam konteks pelayanan Yesus. Mereka bahkan secara bersamaan memberikan sejumlah pertanyaan-petanyaan (Mat. 9:3; 12:28;15:1; Mrk. 2:6; 7:1; 12:28; Luk. 5:17; Kis. 23:9).
Mereka berbeda dengan orang–orang Saduki (Kis. 23:8), sedangkan orang Farisi di samping
menaati hukum Taurat mereka ini juga
mengembangkan sejumlah tradisi Lisan dari Taurat ini sama wibawanya dengan Taurat itu
sendiri. [1] Inilah
perbedaaan prinsip yang sangat signifikan dari orang Saduki, yaitu bahwa mereka
tidak menyetujui sikap orang Farisi yang memercayai hukum Lisan lebih berwibawa
daripada hukum Tertulis (taurat Musa).
Di samping kaum Farisi dan Saduki, terdapat
juga banyak kelompok lain dengan pemahaman yang khusus tentang iman Yahudi:
orang-orang Zelot (kaum revolusioner politis), Eseni ( contoh, komunitas Qumran
yang menghasilkan Gulungan Naskah Laut Mati), kaum apokaliptis
(pengajar-pengajar tentang suatu penghakiman terakhir yang di dalamnya
musuh-musuh Allah akan dihancurkan) dan kaum Helenis (pengagum-pengagum
kebudayaan Yunani; Philo dari Alexandria, adalah contoh yang perlu
dicatat. [2]
Konteks zaman ketika Yesus melayani di bumi
bukanlah sebuah konteks dalam situasi politik yang merdeka. Kenyataannya Israel
berada dalam kendali bangsa asing. Kebudayaan yang beragam dan keagamaan yang
variatif tentunya bercampur di dalam zaman Yesus melayani.
The Essenes rigorously observed all the
commandments of the Torah, especially the laws of purity. Because of their
asceticism, they lived apart, isolating themselves in villages and desert,
dwelling in cooperative communities and rejecting personal possessions. They
were an influential sect who conducted themselves in an austere way, disdaining
material advancement. They were not interested in governing the land.
(Orang Eseni secara ketat mengamati segala perintah Torah, terutama hukum
kesucian. Karena asketisme mereka, mereka hidup terpisah, mengisolasi diri di
desa-desa dan gurun, tinggal di komunitas kerjasama dan menolak harta pribadi.
Mereka adalah sekte yang berpengaruh dilakukan sendiri dengan cara yang keras,
meremehkan bahan kemajuan. Mereka tidak tertarik dalam mengatur lahan.) [3]
Orang Eseni memiliki kesamaan dalam hal
mengisolasi diri mereka dari khalayak ramai. Kaum Essene menjauhkan diri dari
dunia dan bertapa dan hidup murni sampai Mesias datang. [4] Namun
tentu tidak sama dalam hal kebiasaan dan kehidupan sosial mereka. Namun orang
Eseni merupakan tradisional, yang tidak menaruh sikap terbuka terhadap dunia
modernisme.
A third faction, the Essenes, emerged out of disgust with the
other two. This sect believed the others had corrupted the city and the Temple.
They moved out of Jerusalem and lived a monastic life in the desert, adopting
strict dietary laws and a commitment to celibacy. The Essenes are particularly
interesting to scholars because they are believed to be an offshoot of the
group that lived in Qumran, near the Dead Sea. (Sebuah faksi
ketiga, Essene, muncul dari rasa jijik dengan dua lainnya. Sekte ini percaya
orang lain telah rusak kota dan Bait Allah. Mereka pindah dari Yerusalem dan
menjalani kehidupan monastik di padang pasir, mengadopsi aturan tentang makanan
yang ketat dan komitmen untuk hidup selibat. The Essene sangat menarik untuk
para sarjana karena mereka diyakini sebagai cabang dari kelompok yang hidup di
Qumran, dekat Laut Mati.) [5]
Kaum Esene juga merupakan menjadi tokoh yang
eksis pada saat itu. Walau sedikit berbeda dari kelompok lain, mereka lebih
kepada orang yang melakukan askese.
AHLI TAURAT
Kelompok yang satu ini sangat mewarnai
kisah-kisah perjalanan pelayanan Yesus. Dalam bahasa Inggris disebut secara
bergantian yakni “the Scribes atau Experts in the Law” [6] di
dalam Perjanjian Lama kata ini muncul di dalam kitab Ezra 7:6, namun dengan istilah
ahli kitab yang mahir dalam Taurat Musa dan juga muncul dua kali saja di
Perjanjian Lama yakni Kitab Ezra ayat 12 dan 21.
Di dalam Perjanjian Baru kata ini muncul
pertama kali di dalam Injil Matius 2:4. Kisahnya berawal dari orang Majus dari
Timur yang sedang bertanya-tanya mengenai kelahiran Yesus (Mat. 2:1). Herodes
Agung yang mendengar hal ini terkejut oleh karena Dia yang dilahirkan ini ialah
raja orang Yahudi (ayat 2). Timbullah reaksi Herodes untuk mengumpulkan ahli
Taurat bangsa Yahudi (Mat. 2:4). Dari kisah ini dapat ditarik sebuah penalaran
logis bahwa eksistensi dari ahli Taurat di tengah-tengah bangsa Yahudi
sudah berawal sebelum kelahiran Yesus.
Ahli Taurat dalam ayat ini menceritakan bahwa
kelahiran sang Mesias adalah sesuai dengan petunjuk kitab nabi. Jadi jelas
bahwa mereka adalah sekelompok orang yang memiliki misi yang spesifik yakni
bahwa mereka ahli (cendikiawan) dalam Taurat Musa. Pada mulanya mereka
ini adalah penyalin dan penyimpan catatan-catatan yang karena kepandaiannya
menduduki jabatan yang lebih tinggi (Mzm. 45:2; Ezr 7:6; Sir 39:1-11; lih. Yer.
8:8) pada zaman Yesus kebanyakan mereka ini, meskipun tidak semua, berasal dari
antara orang Farisi. Bersama dengan para imam kepala dan tua-tua, mereka
membentuk Sanhedrin atau dewan tertinggi di Yerusalem yang terdiri dari 71
anggota. Karena karya mereka menafsirkan dan menerapkan kitab Suci, mereka
disebut ahli hukum (Luk. 7:30).[7]
Injil Markus memberi keterangan mengenai
ahli-ahli Taurat pada zaman Yesus yakni bahwa mereka memiliki kebiasaan suka
berjalan-jalan memakai jubah panjang dan menerima penghormatan dari masyarakat
di pasar ( 12:38-39). Mereka juga adalah pihak yang pernah mengajukan
pertanyaan kepada Yesus ( 12:28). Mereka juga adalah figur yang Yesus pakai
untuk membandingkan kualitas hidup kerohanian (Mat. 5:20), bahkan orang-orang
memberi penilaian bahwa ajaran Yesus berbeda dengan ajaran para ahli
Taurat.
Di sisi lain Yesus juga memberitahukan bahwa
ahli-ahli Taurat salah satu pihak yang akan menyerahkan dan menolak-Nya, bahkan
menjatuhi-Nya hukuman mati (Mat. 16:21; 20:18). Ahli-ahli Taurat juga adalah
orang yang menyaksikan mukjizat yang Yesus perbuat di dalam pelayanan-Nya (Mat.
21:15). Yang lebih mengejutkan ialah bahwa Yesus mengklaim mereka adalah
orang-orang munafik yang tidak membuka jalan bagi orang-orang supaya menerima
kerajaan Surga (Mat. 23:13). Aktivitas mereka juga tidak mulia di pandangan Yesus,
karena mereka terlibat dalam skandal menelan rumah janda-janda, menipu orang
dengan doa yang panjang (Mat. 23:14). Para ahli Taurat ialah penafsir resmi
hukum dan kitab Suci Yahudi. Kebanyakan ahli Kitab ialah anggota partai
Farisi. [8]
Ahli-ahli Taurat sering memiliki sudut
pandang yang sama dalam menilai sikap Yesus, terutama ketika Dia makan dengan
orang-orang berdosa (Mat. 2:16). Di sisi lain ahli Taurat juga memiliki niat
untuk membunuh Yesus dengan bersekongkol dengan Imam-imam ( 11:18).
Boleh dikatakan bahwa ahli Taurat merupakan
aktor utama selain orang Farisi. Ahli Taurat memiliki sorotan yang cukup tajam
dalam menganalisis gerak-gerik Yesus dan ajaran bahkan para pengikut termasuk
murid-murid-Nya.
Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berupaya sedapat mungkin
untuk mencari orang yang bersedia masuk agama Yahudi tetapi bila mereka
berhasil orang itu ternyata tidak menjadi penganut agama Yahudi, tetapi
pengikut aliran yang menerima tafsiran hukum
Taurat ala
Farisi. Dengan demikian orang proselit itu mereka jadikan “orang neraka” (huion
geenes) harfiah “anak neraka” artinya orang yang termasuk lingukngan
neraka.[9]
Ahli-ahli Taurat memiliki semangat dalam
mencari pengikut, tidak begitu mengherankan, karena mereka adalah orang yang
giat dalam mewartakan ajaran mereka di Bait Allah dan juga rumah ibadat
(Sinagoge). Namun Yesus mematahkan pandangan tersebut dengan berkata bahwa
mereka menjadikan pengikut mereka lebih buruk dari pada mereka sendiri (Mat.
23:15). Ketegangan demi ketegangan terjadi karena tampilnya seorang figur yang
sama sekali berbeda dari yang mereka ekspektasikan.
Mereka adalah orang yang dianggap penting
dalam sistem agama Yahudi. When during the Hellenistic period the
leading priests became largely tainted with paganism, the scribes became the
zealous defenders of the law and the true teachers of the common people.
(Ketika selama periode Hellenistik para imam terkemuka menjadi sebagian besar
dicemari dengan penyembahan berhala, ahli-ahli Taurat menjadi pembela hukum
yang giat dan guru sejati dari orang awam). [10] Mereka ibarat penjaga doktrin orang
Yahudi.
Ezra sebagai nenek moyang mereka juga adalah
seorang ahli Taurat, yang telah membuktikan kinerja yang baik dan telah
menorehkan sejarah yang sudah terukir dengan gamblang di depan mata mereka.
Ezra membawa umat untuk kembali kepada hasrat Allah yaitu menaati Taurat yang
sudah diberikan oleh Allah kepada mereka. Ezra membacakan dan menjelaskan apa
yang tertulis di dalam Taurat tersebut. Peran Ezra sebagai imam dan ahli kitab
membangkitkan iman dan harapan spiritual mereka setelah pembuangan yang cukup
lama itu (Neh. 8:1:18).
Ezra sebagai ahli Kitab tampak berbeda dengan
ahli Taurat pada zaman Yesus melayani. The scribes develop an extensive
and complicated system of teaching intended to safeguard the sanctity of the
law. By their practice of making “a fence about the law” they added to its
actual requirments (Matt 23:4; Luke 11:46). (Ahli-ahli Taurat
mengembangkan sebuah sistem yang luas dan kompleks pengajaran dimaksudkan untuk
menjaga kesucian hukum. Dengan membuat "pagar tentang hukum" mereka
menambahkan syarat-syarat aktual (Mat 23: 4; Luk. 11:46)).[11] Ahli-ahli Taurat memiliki kemiripan,
yakni pandangan mengenai tradisi Lisan. Selain hukum Taurat yang perlu untuk
diterjemahkan untuk diterapkan, maka di samping itu tradisi Lisan ikut
menyertai di dalamnya.
Konsentrasi yang tidak lagi terarah kepada
pembangunan iman justru memecah tujuan yang mulai tersebut. The scribes
were a class of learned Jews who devoted themselves to a scientific study of
the Law, and made its exposition their professional occupation. (Ahli-ahli
Taurat adalah golongan pembelajar Yahudi yang mengabdikan diri untuk studi
ilmiah Taurat, dan membuat pemaparannya menjadi jabatan profesional
mereka). [12] Memang
tidak salah jika gelar yang disandang mereka sesuai dengan nama yang
merepresentasikan siapa mereka. Mereka adalah orang-orang yang ahli dalam hukum
Musa.
To teach the Law was also the professional
business of the scribes in order that people should obey the Law, it was
neccesary that they should know it; and an elaborate system of rules such as
was contained in the Jewish tradition could be learned only with the assistance
of the teacher (untuk mengajarkan Hukum, juga
merupakan usaha profesional ahli-ahli Taurat agar orang-orang mematuhi hukum,
sangat perlu supaya mereka tahu hal tersebut; dan sistem terperinci dari aturan
seperti yang terkandung dalam tradisi Yahudi bisa dipelajari hanya dengan
bantuan sang guru).[13]
Tampaknya orang Yahudi sangat memiliki
ketergantungan terhadap kelompok yang satu ini. Tanpa bantuan ahli Taurat belum
tentu orang awam dapat mengerti apa yang diajarkan mereka. Perlu peran sang
Rabi yakni ahli-ahli Taurat dalam menguraikan, menjabarkan bahkan menunjukkan
esensi Taurat kepada orang banyak.
A class of learned men who made the
systematic study of the law and its exposition their professional (Matt 22:35;
Luke 5:17; 7:30; 10:25; 11:45; 14:3; Acts 5:34). They are often associated with
the Pharisees (Matt 5:20; 12:38; 15:1; 23:2, 13; Mark 7:5; Luke 5:21, 30; 6:7;
11:53; 15:2; John 8:3) But they are also mentioned alone and were not
neccesarily Pharisees (Matt. 9:3; Mark 2:6; 3:22; 9:14; Luke 20:39. The
majority of the scribes belonged to the Pharisee party, which recognized the
legal interpretations of the scribes. (Kelas
orang terpelajar yang membuat studi sistematis hukum dan pemaparan yang
profesional mereka (Matius 22:35; Lukas 05:17; 07:30; 10:25; 11:45; 14: 3; Kis
05:34) . Mereka selalu terkait dengan orang-orang Farisi (Mat 05:20; 00:38; 15:
1; 23: 2, 13; Markus 7: 5; Lukas 5:21, 30; 6: 7; 11:53; 15: 2 ; Yohanes 8: 3)
Namun mereka juga disebutkan sendirian dan belum tentu orang-orang Farisi
(Matius 9:. 3; Markus 2:. 6; 03:22; 09:14; Lukas 20:39 mayoritas ahli-ahli Taurat
berasal dari partai Farisi, yang mengakui interpretasi Hukum dari ahli-ahli
Taurat) [14]
Tidak salah lagi bahwa memang ahli-ahli
Taurat adalah pasangan yang serasi dengan orang Farisi. Dua kelompok inilah
yang membenci Yesus dan ajaran-Nya dan yang sering mencobai-Nya dengan beberapa
pertanyaan. Mengintai di setiap tempat dan konteks pelayanan Yesus untuk
menunggu detik-detik di mana Yesus bisa dijerat.
ORANG ZELOT
Tidak banyak catatan mengenai orang Zelot di
dalam Alkitab. Dari kedua belas murid Yesus, salah satunya ialah orang Zelot,
yakni Simon orang Zelot. orang Zelot memiliki pandangan yaitu: Orang-orang
Yahudi berkeyakinan bahwa tunduk kepada pemerintahan asing itu bertentangan
dengan undang-undang Allah. [15]
Kaum zelot merupakan orang-orang yang sering terlibat dalam
tindakan langsung melawan pihak Roma. Mungkin kepercayaan agama
mereka mirip dengan kaum Farisi. Tetapi keyakinan mereka yang terutama ialah bahwa mereka tidak
dapat mempunyai tuan yang lain kecuali Allah, dan juga karena itu orang-orang
Romawi harus diusir dengan cara apapun juga.[16]
Salah satu Kaum yang memperjuangkan
pembebasan orang Israel dari penjajahan Romawi ialah orang Zelot. Bagi Kaum
Zelot pemerintahan Romawi adalah pemerintahan yang korup. Harapan kepada tokoh
pembebas merupakan dambaan mereka sebagai orang Yahudi. David F. Hinson menuturkan
sebagai sebagai berikut:
Kaum Zelot orang-orang Yahudi yang termasuk kelompok yang percaya bahwa
mereka harus memperjuangkan datangnya Kerajaan Allah. Mereka percaya bahwa
pemerintahan Romawi adalah suatu pemerintahan yang jahat dan yang paling buruk
di dalam suatu dunia yang juga sudah rusak oleh dosa dan kejahatan. Mereka
percaya bahwa Mesias akan datang sebagai seorang panglima perang dan dengan
kebijaksanaan serta kekuatan militer ia akan mengalahkan bangsa Romawi.
Kemudian dari dari itu ia akan mendirikan Kerajaan Allah di bumi ini.[17]
Melihat latar belakang kehidupan orang Zelot
yang tidak menyukai kehadiran pemerintahan Romawi, maka kesan kehadiran Mesias
lebih kuat, yaitu untuk segera meruntuhkan kerajaan Romawi. Orang Zelot
memiliki semangat juang yang tinggi akan datangnya kerajaan Allah. Kelompok ini merupakan
kelompok sayap kiri, kelompok nasionalis di Palestina pada abad I. Mereka
menggunakan kekuatan untuk mengusir penguasa Roma dari tanah kelahiran mereka.[18]
Jika dilihat dari sikap mereka yang gigih
untuk menentang penguasa Romawi, maka mereka adalah orang-orang yang memiliki
semangat kemerdekaan yang sangat tinggi. Dari ke-12 murid Yesus, salah satunya
adalah orang Zelot yaitu si Simon.
ORANG SADUKI
Pergolakan politis yang terjadi di bawah
penjajahan Romawi, mengubah banyak segi kehidupan masyarakat orang Yahudi. Di
dalam Injil tercatat bagaimana orang Farisi memiliki relasi dengan orang
Saduki. Injil Sinoptik merekam beberapa peristiwa mengenai tindakan mereka
kepada Yesus. Misalkan ketika mereka mencobai Yesus, dengan meminta tanda dari
Surga (Mat. 16:1). Bahkan ketika Yesus memperingatkan murid-murid-Nya.
Yesus beberapa kali menyinggung orang Farisi dengan orang Saduki (Mat.
16:6, 11). Orang Farisi tentu mengenal siapa itu orang Saduki dan demikian pula
sebaliknya, bahwa orang Saduki juga mengenal orang Farisi.
Orang Saduki tidak setenar orang Farisi. Meskipun mereka sama-sama
terlibat dalam argumentasi yang cukup tegang dengan Yesus,
namun kenyataannya ialah bahwa mereka adalah sebuah kelompok yang cukup eksis
pada zaman itu. Mereka adalah kelompok religius yang memiliki kaitan langsung
dengan tempat ibadah bangsa Israel. Padahal kita tahu kelompok Saduki ini
adalah kelompok Imam-imam yang sangat terkait dengan Bait Allah di Yerusalem.
Tidak seperti halnya kaum Farisi dan ahli Taurat yang terdapat di hampir setiap
pusat para Diaspora, kelompok Saduki ini terkonsentrasi di Yerusalem.[19]
Penyebaran orang-orang Saduki tidak seperti
orang Farisi. Orang Saduki adalah tipe orang yang terpusat di dalam sebuah area
yakni di Yerusalam. Komunitas mereka memang tidak sebanyak orang Farisi, namun mereka
merupakan pihak yang terkadang memiliki tujuan yang sama terhadap Yesus, yaitu
mencobai-Nya (Mat. 16:1). Di dalam banyak hal orang Farisi adalah orang
yang terbaik di seluruh negeri. Jumlah mereka tidak pernah lebih dari 6000
orang.
Mereka dikenal sebagai Kaburah, yaitu persekutuan
para Farisi. Mereka masuk ke dalam persekutuan itu dengan mengucapkan ikatan
janji di hadapan tiga orang saksi, yaitu bahwa mereka akan mematuhi
setiap Hukum kitab Suci sepanjang hidup mereka.[20] Tidak
ada sekte dalam zaman Yesus, yang memiliki rumusan-rumusan doktrin yang solid,
selain orang Farisi. Jika orang Farisi sering
bersitegang leher dengan Yesus, itu karena mereka melihat ada nilai dan warna
yang baru dan yang tidak sesuai dengan ajaran nenek moyang (tradisi Lisan) di
dalam pelayanan-Nya.
Kaum Saduki terutama terdapat di antara keluarga-keluarga imam
yang terkemuka di Yerusalem. Mereka merupakan semacam kaum
bangsawan, yang tidak suka bergaul dengan orang banyak, tidak pula suka
memedulikan masalah ahli-ahli Taurat. Mereka merasa dirinya lebih tinggi, lebih
pandai dari pada banyak orang yang bodoh itu. Mereka tidak memercayai adanya
malaikat tidak memercayai pula kebangkitan orang mati.[21]
Intensitas kisah orang Saduki memang tidak
sebanyak kisah orang Farisi yang tertulis dalam Injil Sinoptik. Namun
dari kisah-kisah perlawanan mereka terhadap ajaran Yesus, mereka juga adalah
golongan yang unik. Ajaran mereka sederhana dan tidak terlalu rumit. Bagi
mereka malaikat itu sesuatu yang tidak dipercayai keberadaannya. Dalam isu ini
terletak sebuah perbedaan yang tajam dengan ajaran orang Farisi. Tidak hanya
sebatas itu saja, ternyata kepercayaan bahwa orang mati akan dibangkitkan,
menjadi ajaran yang tidak dipercayai oleh mereka. Harus diakui ada beberapa hal
yang menarik dan menjadi hak istimewa bagi kelompok ini.
Michael Keene mencatat
seperti berikut:
Ini adalah suatu kelompok kecil tetapi merupakan kelompok tuan
tanah aristoktrat yang berpengaruh besar. Imam besar selalu dipilih dari kaum
ini. Posisi sebagai imam besar, bersama dengan segala keterwakilan mereka
yang luas dalam sandhedrin, merupakan sumber pengaruh mereka. Guna
mempertahankan pengaruh itu mereka selalu siap untuk berkompromi dengan
penguasa roma.[22]
Mereka terutama terdiri dari para imam yang terkemuka di Bait
Allah di Yerusalem dan meliputi hanya golongan-golongan yang paling berada
di masyarakat Yahudi.[23] Hak
prioritas yang mereka dapatkan membuat posisi orang Saduki sangat mapan. Mereka
seolah-olah berada di zona yang ‘basah’. Di dalam persoalan agama, yakni
mengenai kitab Suci, orang Saduki hanya menerima hukum-hukum Tertulis dari
Perjanjian Lama; dan di dalam Perjanjian Lama mereka hanya menekankan pada
hukum Musa dan tidak memerhatikan kitab nabi-nabi.
Pada pihak lain orang-orang Saduki bersikap amat politis. Mereka
merupakan partai yang kaya dan aristokratis. Mereka juga merupakan partai yang
suka bekerjasama dengan pemerintah Romawi. Selama mereka masih diperkenankan
untuk tetap memiliki kekayaan keenakan hidup dan kedudukan dalam kekuasaan
mereka, mereka puas untuk bekerja sama dengan Roma. Dan adalah jelas bahwa para
imamlah yang menguasai persidangan Sanhedrin. Artinya orang Sadukilah yang
banyak bicara.[24]
Bagi Orang Farisi, orang Saduki kurang
mendapatkan sokongan. Keterlibatan mereka dengan pemerintah menjadi pemicu
ketidaksukaan mereka terhadap orang Saduki. Apalagi orang Saduki menginginkan
kenyamanan hidup dan kekuasaaan dari belaian tangan orang Romawi.
The Sadducees were elitists who wanted to maintain the priestly
caste, but they were also liberal in their willingness to incorporate Hellenism
into their lives, something the Pharisees opposed. The Sadducees rejected the
idea of the oral Law and insisted on a literal interpretation of the written
Law; consequently, they did not believe in an after life, since it is not
mentioned in the Torah. The main focus ofSadducee life was rituals associated
with the Temple. The Sadducees disappeared around 70 A.D., after thed
estruction of the Second Temple. None of the writings of the Sadducees has
survived, so the little we know about them comes from their Pharisaic
opponents. These two "parties" served in the Great Sanhedrin, a kind
of Jewish Supreme Court made up of 71 members whose responsibility was to
interpret civil and religious laws. (Orang-orang Saduki adalah kaum elit yang ingin mempertahankan
kasta imam, tapi mereka juga liberal dalam kesediaan mereka untuk memasukkan
kebudayaan Yunani ke dalam kehidupan mereka, sesuatu yang orang-orang Farisi
lawan. Orang-orang Saduki menolak gagasan hukum
Lisan dan bersikeras
pada penafsiran literal hukum Tertulis; karena itu, mereka tidak percaya pada
kehidupan setelah, karena tidak disebutkan dalam Taurat. Fokus utama dari
kehidupan Saduki adalah ritual yang berhubungan dengan Bait Allah. Orang-orang
Saduki menghilang sekitar 70 AD, setelah penghancuran Bait Suci Kedua. Tak satu
pun dari tulisan-tulisan orang-orang Saduki telah bertahan, jadi sedikit kita
tahu tentang mereka berasal dari lawan Farisi mereka. Kedua "pihak"
melayani di Sanhedrin Agung, semacam Yahudi Mahkamah Agung terdiri dari 71
anggota yang bertanggung jawab adalah untuk menafsirkan hukum sipil dan
agama) [25]
Selain tidak disukai oleh orang Farisi,
ternyata orang Saduki juga tidak menyukai orang Farisi, berkenaan dengan hukum
Lisan. Orang Saduki hanya mengakui dan menerima Torah yaitu Hukum Musa. Tingkat
kompromi dengan budaya lain sangat tinggi dan hal ini juga menjadi sumber api
kebencian bagi orang Farisi terhadap orang Saduki.
IMAM
BESAR
Imam Besar pertama dalam Perjanjian Lama
ialah Imam Besar Harun (Kel. 28:1) yang langsung tangkat oleh Tuhan (Yahweh).
Pada zaman Yesus, Imam Besar yang menjabat atau yang berkuasa ialah Imam Besar
Kayafas dan Imam Besar Hanas. (Mat. 26:3; Luk. 3:2; Yoh. 18:13, 24).
Pertama-tama Yesus dibawa ke rumah Hanas, bekas Imam Besar dan mertua Imam
Besar Kayafas. Lima dari putra telah melayani sebagai Imam Besar pada masa
lampau. Meskipun ia sudah pensiunan, namun pengaruhnya amat besar.[26] Ketika
momen penangkapan Yesus, Dia dibawa kepada Imam Besar Kayafas (Mat. 26:57).
Imam Besar juga terlibat di dalam proses
peradilan Yesus dan mengajukan pertanyaan kepada-Nya dan ingin tahu apakah
Yesus benar-benar adalah seorang Mesias. (Mat. 26:62-63; 14:60-66). Namun
jawaban atas pertanyaan Imam Besar tidak cukup memuaskan, sehingga Imam Besar
mengoyakkan jubah-Nya dan memberikan keterangan palus bahwa jawaban Yesus
menghujat Allah. (Mat. 26:65)
Di dalam Perjanjian Lama, Harus menjadi Imam
Besar untuk bangsa Israel yang masa jabatannya seumur hidup (Kel. 28:1; 41;
30:30). Dalam PL para imam adalah perantara antara umat dan Allahnya yang
berkuasa. Fungis utamanya adalah membawakan korban-korban dengan tugas tambahan
mengajarkan hukum Taurat. Demikianlah sampai masa pembuangan. [27]
Di bawah pemerintahan Herodes Agung Imam-Imam
Besar tidak lagi memegang jabatan seumur hidup. Hanas diangkat oleh Kirenius
wali negeri Siria pada 6 M, hingga 15 M. Setelah beberapa masa jabatan yang
singkat Kayafas yang adalah menantu Hanas menjadi Imam Besar dari 18 M hingga
36 M. [28]
IMAM-IMAM KEPALA
Tokoh yang satu ini cukup fenomenal, karena
tampak jelas di dalam Injil Sinoptik. Yesus pernah menyinggung tokoh yang satu
ini sebagai orang-orang yang terlibat di dalam penderitaan-Nya dan menjatuhi
Dia hukuman mati (Mat. 16:21; 20:18; 8:31; Luk. 9:22). Imam-imam kepala
disebut di sini sebagai juru-juru bicara Mahkamah Agama. [29] Imam-imam
kepala juga dalam satu peristiwa mempertanyakan sumber kuasa Yesus dalam
mengadakan mukjizat (Mat. 21:23).
Anggota Imam-imam kepala terutama adalah imam
Besar yang masih menjabat, yang ditunjuk berdasarkan warisan keturunan dari
Aaron. Jabatan ini berlangsung seumur hidup, tetapi di bawah dominasi Roma.
Kedudukan Imam Besar tergantung dari belas kasihan prefek Romawi, yang dapat
mengubahnya sesuka hati mereka. Pemilihan Imam Besar tampaknya tidak bebas dari
praktik korupsi, sebagaimana diutarakan dalam dokumen sezaman. “karena uang
dibayarkan dengan maksud untuk mendapat jabatan Imam Besar, Imam Besar diganti
setiap dua belas bulan.” Namun itu terlalu dibesar-besarkan karena kita tahu
mengapa ada kekecualian, misalnya Hanas. Ia menjadi Imam Besar selama sembilan
tahun, dan Kayafas selama depan belas tahun.[30]
Imam-imam kepala memiliki peran tersendiri
sebagai bangsa Yahudi. Tokoh ini merupakan aktor yang memiliki andil dalam
hukuman Yesus, karena mereka merekalah yang memiliki hasrat membunuh Yesus dan
yang ingin membinasakan-Nya. Ketika Yudas sudah melakukan tugasnya yakni
menyerahkan Yesus kepada orang Yahudi.
Pada akhirnya Yudas (murid Yesus) mengembalikan
30 keping perak kepada imam-imam (Mat. 27:6), namun imam-imam menolak untuk
menerima uang darah tersebut. Imam-imam Kepala ialah para anggota
keluarga-keluarga imam yang paling terpengaruh di kota Yerusalem. Mereka
mengepalai 24 rombongan imam yang secara bergilir bertugas di Bait Suci. Serupa
dengan para nabi, para imam berperan, sebagai juru-juru bicara dan pengantara
antara Allah dan manusia.[31] Imam memiliki peran penting dalam sejarah
bangsa Israel khususnya mengenai persoalan peribadatan.
TUA-TUA
Yesus menjelaskan secara singkat bagaimana
keterlibatan tua-tua bangsa Yahudi di dalam Penderitaan Yesus dan bagaimana Dia
diserahakan ke Mahkamah Agama. (Mat. 16:21) tua-tua juga terlibat di dalam
penangkapan Yesus di taman Getsemani bersama imam-imam kepala (Mat. 26:47)
tua-tua juga ikut dalam rapat untuk mengambil keputusan terhadap sidang Yesus
(Mat. 27:1). Mereka juga adalah tokoh yang membakar omosi banyak orang
untuk lebih memilih Barabas dari pada Yesus untuk dibebaskan (Mat. 27:20)
Di dalam satu kesempatan imam kepala dan
tua-tua bangsa Yahudi dan ahli-ahli Taurat sepakat untuk menghadapkan Yesus ke
Mahkamah Agama. Mereka memiliki harmonisasi yang cukup baik untuk menyerahkan
Yesus kepada hukum orang Yahudi (Mat. 27:1;Luk. 22:66).
[3]Mosheh, Weiss. A
Brief History of the Jewish People (Maryland: Rowman
& Littlefield Publishers, 2004) 42.
[5] http://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/History/sadducees_pharisees_essenes.html Dinduh
tgl 23 April 2015
[6]Peneliti, membandingkan beberapa terjemahan
Alkitab seperti King James Version, New English Translation.
[9]J.T. Nielsen. Tafsiran
Alkkitab Injil Matius Pasal:23-28 (Jakarta: BPK, 2009) 14.
[12]James ,Hastings. Dictionary of Christ and
the Gospels: Volume II (Part Two Profit – Zion Volume 2 ( Hawaii:
University Press of the Pacific, 2004 ) 582.
[20]William, Barclay. Pemahaman
Alkitab Setiap Hari Injil Yohanes Psl 8-21 (Jakarta: Gunung
Mulia,2008 ) 204
[24]William, Barclay. Pemahaman
Alkitab Setiap Hari Injil Yohanes 8 -21 (Jakarta: Gunung Mulia,2009 )
164.
[25]http://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/History/sadducees_pharisees_essenes.html Dinduh
tgl 23 April 2015
[30]Luis, M. Bermejo Selubung Kirmizi,
Jejak-Jejak Penyaliban Al Masih (Yogyakarta: Kanisius, 2008 ) 9
0 Response to "TOKOH-TOKOH DI SEKITAR ORANG FARISI"
Post a Comment