TUJUAN HUKUM TAURAT DIBERIKAN KEPADA ISRAEL



Pemberian hukum Taurat kepada umat-Nya, tentu memiliki tujuan khusus. Ketika bangsa Israel sudah keluar dari Mesir, Allah mengadakan perjanjian dengan orang Israel di Gunung Sinai.


Allah memutuskan dan yang mengawali ide yang gilang gemilang ini. Karena perjanjian Sinai itulah bangsa Israel boleh disebut “bangsa terpilih atau “umat Allah”. 

Israel yang diperbudak selama ratusan tahun dan dibebaskan oleh Allah melalui Musa, merupakan peristiwa akbar sepanjang masa. Di dalam Kitab Kejadian Allah mengikat perjanjian dengan Abraham (Kej. 22:17; 26:4-5;  Kel. 32:13) Allah berjanji akan membuat membuatnya menjadi bangsa yang besar dan memiliki banyak keturunan.


Menjadikan Umat Israel Berbeda Dengan Bangsa Lain

Keluaran pasal 19 merupakan Perjanjian antara Allah dengan Israel. Setelah Israel benar-benar lepas dari perbudakan dan menyeberangi laut Teberau, maka Allah menyatakan perjanjian-Nya dengan umat-Nya. (Kel. 19:5). Janji Allah kepada bangsa Israel ialah “menjadikan mereka harta kesayangan dari antar segala bangsa” (Kel 19:5). 

Dalam hal ini Allah memprioritaskan umat Israel dan menjadikan mereka spesial, yaitu menjadikan mereka milik-Nya. Ketika mereka memiliki hukum Taurat, Israel diberi hak khusus yaitu mereka menjadi bangsa kesayangan dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini. 

Israel akan menjadi umat Allah sendiri, dipisahkan dari bangsa-bangsa lain untuk melayani-Nya, sama seperti imam-imam dipisahkan dari masyarakat umum dan ditandai dengan kekudusan hidup yang sepadan dengan kekudusan Allah.  

Ketika Israel berdosa kepada Tuhan, maka Allah mengingatkan mereka mengenai Perjanjian yang sudah diikrarkan-Nya kepada mereka. Bahkan Allah selalu mengingatkan mereka supaya mereka tetap mematuhi perintah-Nya (Ulang. 4:23; Yos. 7:15; Hak. 2:20-23; 2 Raj. 17:38).

Since the revelation at Mount Sinai, Jews have viewed the Torah as the spiritual adventure of a people seeking and learning how to serve Adonai through moral perfection. Possesing its rules and laws, a Jew can learn to live a disciplined and dedicated life. (Sejak penyataan di Gunung Sinai, orang-orang Yahudi telah melihat Taurat sebagai petualangan rohani dari orang yang mencari dan belajar bagaimana melayani Adonai melalui kesempurnaan moral. Menguasai aturan dan hukum, seorang Yahudi bisa belajar untuk hidup disiplin dan berdedikasi tinggi.) 

Allah selalu berurusan  dengan serius terhadap orang Israel karena mereka adalah anak-Nya secara sah (Kel. 4:22; 4:23; 2 Sam. 7:14; 1 Taw. 17:13; Hos. 11:1;) Allah memerhatikan secara saksama kehidupan bangsa Israel. Sebelum bangsa Israel dan Yehuda di buang ke dalam pembuangan, Allah pun sudah mengutus para nabi untuk berfirman kepada mereka (Yer. 7:25; 35:15; 44:4) supaya mereka kembali dari bentuk dedikasi palsu yaitu penyembahan berhala kepada penyembahan yang tulus kepada Dia. 

Allah selalu dan terus menuntut cara hidup yang berbeda dan rerpons yang baik kepada Allah. Di dalam beberapa ayat Alkitab Perjanjian Lama Allah menggelari mereka mereka sebagai ‘istri’ (Hos. 2:19-20). Tidak ada hubungan yang lebih intim dan intens selain hubungan suami dan istri.

Tidak berlebihan jika desakan untuk hidup dengan kualitas yang berbeda dari bangsa lain, Allah memperlakukan sedemikian terhadap mereka itu karena mereka berbeda dari bangsa di sekitarnya. Mereka memiliki hukum Taurat Tuhan, yaitu bagaimana mereka hidup dan berperilaku. 

Bagaimana orang Israel menjauhi dan menaati perintah-Nya semua tertulis dalam Hukum-Nya yang sudah dibentangkan-Nya kepada mereka. Ada banyak hukum yang digariskan kepada mereka, mengenai kurban, ibadah, hukum tentang perkawainan, penahiran, kekudusan perkawinan dan seterusnya.

Semua hal ini adalah sebagai tanda bahwa mereka harus menghidupi hidup yang berbeda dari bangsa lain (bangsa Kafir), mereka dilarang untuk melakukan kekejian seperti yang dilakukan oleh bangsa sekitarnya. 

Semua aturan dan standar hidup  yang tinggi, hanya memiliki satu tujuan, yaitu memperkenankan Tuhan mereka. Martin Luther mengajarkan bahwa hukum Taurat menyadarkan atas dosanya sehingga hukum Taurat mempersiapkan seseorang untuk menerima kasih karunia Tuhan Allah.


Israel Menjadi Wakil Allah Di Bumi

Israel adalah imam Allah di bumi. Dengan diikatnya perjanjian oleh Allah, maka Israel alat Allah yaitu menjadi Imam. Sama seperti imam yang memiliki tanggung jawab di dalam kemah Allah untuk melaksanakan tugas-tugas keimaman, dengan demikian Israel juga menjadi perantara antara manusia dengan Allah. 

Allah memakai mereka untuk menjadi sarana supaya orang mengenal Allah. Perjanjian itu ditulis dengan memakai istilah yang bersifat pribadi dalam bentuk “Aku – engkau”. 
 
Relasi antara Allah dengan umat-Nya (bangsa Israel) adalah satu bentuk relasi yang sangat kuat. Dengan adanya perjanjian yang dibuat oleh Allah, maka Allah memiliki tanggung jawab yang terus akan dipegang dan akan ditepati. 

Sekalipun bukti sejarah berkata bahwa Israel menyakiti Tuhan dengan berpaling dari perintah-Nya, menyembah Baal. Allah sudah terikat dengan perjanjian yang mulia, maka Allah selalu siap mengampuni dan terus mengangkat derajat umat-Nya dari sebuah situasi yang terpuruk dan korup kepada pemulihan dan kekudusan.

Hubungan antara Allah dan manusia menjadi soal yang sangat serius di dalam agama yang menekankan pentingnya etika monoteistis, seperti agama Yahudi, dengan memilih Israel sebagai umat kesayangan-Nya, maka Israel punya tanggung jawab moral dan spiritual. 

Mereka tetap harus memercayai bahawa hanya ada satu Allah di muka bumi, dan itu yang menjadi tujuan utama mereka dan menjadi misi sejati mereka.


Israel Menjadi Bangsa Yang Kudus

Musa memberikan hukum Taurat, maka Israel jelas memiliki perbedaan yang sangat tajam dengan bangsa-bangsa sekitar. Bangsa yang kudus bukan sebuah ide atau gagasan, namun  merupakan gelar yang akan disandang mereka. Tuntutan hidup kudus bagi Israel, memiliki implikasi bahwa mereka harus berbeda dari bangsa lain. Israel hanya menyembah Allah dan bukan ilah-ilah asing yang terbuat dari batu dan kayu, emas dan perak (Ul. 29:17; Maz. 115:4; 135:15; Yes. 2:20; 31:7)

Memegang dan memelihara Taurat adalah syarat dari Perjanjian, sebab Musa hanyalah jurubicara dari Allah, yang perintah-perintah-Nya diteruskan oleh Musa. Melanggar hukum Taurat berarti melanggar kehendak Allah.  Ketika Musa selesai berbicara dengan Allah, maka dia membentangkan Firman yang didengarkannya dari Allah melalui pertemuan di atas gunung, kepada tua-tua bangsa Israel, dan secara aklamasi mereka ‘meyakinkan’ Allah untuk menaati segala Firman yang  teruskan oleh Musa. 

Allah menginginkan setiap aspek dari kehidupan umat-Nya memilik ciri kekudusan, kemurnian, keadilan dan kesehatan. Bukan hanya itu  Allah menginginkan umat-Nya yang kudus menjadi teladan, terang, bagi semua bangsa  sehingga semua orang di muka bumi diberkati. 


Mereka adalah umat Allah maka Allah juga menuntut sebuah hidup yang berkenan kepada-Nya. Allah memberika Hukum-Nya kepada Israel supaya mereka mengetahui standar dan tatanan hidup yang berkenan kepada-Nya.  Allah adalah Allah yang kudus (Kel. 15:11; Im. 11:44-45; 21:6) maka Dia juga menuntut hal ini dari umat-Nya bukan dengan paksaan namun dengan pengertian yang benar mengenai identitas Allah.

0 Response to "TUJUAN HUKUM TAURAT DIBERIKAN KEPADA ISRAEL"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel