GARAM YANG TIDAK ASIN
"UCAPAN YESUS YANG SULIT"
Markus 9:50 (TB)
Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."
Mark 9:50 (KJV)
Salt is good: but if the salt have lost his saltness, wherewith will ye season it? Have salt in yourselves, and have peace one with another.
Markus 9:50 (TOBA)
Na marguna do sira i. Alai molo tung hambar sira i, aha ma bahenon paansimhonsa? Sai marsira ma hamu huhut mardame sama hamu!
Mark 9:50 (NKJV)
Salt is good, but if the salt loses its flavor, how will you season it? Have salt in yourselves, and have peace with one another."
Hidup Kristen - Seseorang bisa menggunakan garam untuk mengasinkan daging atau roti, tetapi jika garam yang bisa dipakai untuk tujuan ini kehilangan rasa asinnya, maka apa yang bisa digunakan untuk mengasinkannya?
Tetapi bagaimana mungkin garam kehilangan rasa asinnya? Jika itu benar-benar garam , tentunya akan tetap asin dan bisa mempertahankan ekasinannya.
Tetapi mungkin dalam pengalaman hidup sehari-hari orang Galilea, jarang ditemukan garam yang murni. Kenyataannya garam dicampur dengan bahan-bahan lain, dengan beragam bentuk tanah.
Selama perbandingan garam dalam campuran itu cukup tinggi, maka campuran itu bisa memenuhi tujuan sebagai garam yang sesungguhnya. Tetapi jika karena terkena udara yang lembab atau karena sebab-sebab yang lain semua garam dalam campuran itu merembes keluar, maka apa yang ditinggal sama sekali tidak berguna.
Seperti yang laporan Lukas, dalam tulisannya lebih terinci dalam perkataan ini :
Terjemahan KJV : "Tidak ada gunanya baik untuk ladang maupun untuk ditaruh di tumpukan kotoran binatang (pupuk kandang)" – dunghill. Orang mungkin mengira bahwa tumpukan kotoran binatang adalah tempat yang paling cocok untuk itu, namun garam yang tak berguna itu fungsinya lebih rendah dari "kotoran binatang" yang bisa berguna untuk pupuk. Garam yang kehilangan fungsinya sama sekali tidak berguna, perhatikan ayat ini :
Artinya, jika garam itu tidak bisa memberikan fungsinya, maka orang akan membuang barang yang tidak berguna itu di jalan (sehingga diinjak-injak orang). Bentuk dari garam yang hambar dalam perkataan para rabbi yang mengacu (begitu kelihatannya) pada peran Israel sebagai garam atau alat penyucian di antara bangsa-bangsa.
Tulisan Matius mengenai perkataan Tuhan Yesus ini dimulai dengan kata-kata "Kamu adalah garam dunia" (Matius 5:13) yang ditujukan kepada murid-murid Tuhan Yesus, yang mempunyai fungsi khusus di bumi. Bila mereka gagal melakukannya, itu sama saja seperti mereka tidak ada (tidak eksis), apapun yang mereka lakukan.
Dalam hal bagaimana mereka itu dikatakan sebagai garam tidak dirinci, sehingga sifat dari fungsi mereka harus disimpulkan dari konteksnya dan dari apa yang kita ketahui tentang pengaruh garam.
Pengaruh yang mereka maksudkan agar bisa menyelamatkan dan menyucikan sesama mereka, atau guna menambah gairah dalam kehidupan masyarakat, atau menjadi suatu daya bagi perdamaian.
Gambaran seorang kristen yang hambar kelihatan dari apa yang ia katakan. Salah satu cara untuk mengetahui ketidak-asinan seorang ialah dari 'bahasa' yang ia gunakan, perhatikan ayat ini :
"Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh berkat – diasinkan dengan garam (seasoned with salt)" supaya jangan hambar, demikian tulisan Paulus kepada Jemaat di Kolose.
Dengan ini kita mulai mengerti maksud "garam" ini, yaitu hikmat dari orang-orang percaya yang siap sedia (terutama siap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai iman) yang jauh berbeda dengan kata-kata fitnah dan kata-kata cela yang sebelumnya dibahas dalam surat yang sama (Kolose 3:7).
Karena murid-murid Tuhan disebut sebagai "Garam Dunia", di konteks yang sama dari Khotbah di Bukit, dimana mereka juga disebut sebagai "Terang Dunia" dan sebagai "Kota yang terletak diatas gunung (Matius 5:14), maka nyatalah bahwa yang dimaksud Tuhan Yesus ialah kehidupan mereka dalam masyarakat.
Mereka harus dipanang oleh orang lain sebagai teladan hidup dari Kuasa dan Kasih karunia Allah, teladan yang menggairahkan orang lain untuk mengikuti jejak mereka.
Markus menambahkan beberapa perkataan lain yang menunjukkan peran garam. Perkataan-perkataan "garam" ini muncul setelah peringatan bahwa lebih baik masuk dalam hidup dengan tangan kudung daripada dengan utuh kedua tangan dibuang ke dalam neraka (Markus 9:43-48)
Sebuah transisi antara peringatan ini dengan perkataan-perkataan "garam" Kita dapatkan dalam kalimat, "karena setiap orang Akan digarami dengan api" (Mrk. 9:49) Api yang selalu menyala dalam neraka atau tempat yang disebut "Gehena" yang terdapat di sebelah selatan Yerusalem yang berguna untuk mengurangi risiko penyakit yang mungkin timbul dari pembusukan bahan-bahan organik. Api menghasilkan penyucian sama seperti garam.
Maksud dari kata-kata Tuhan Yesus dalam kalimat 'transisi' ini bisa jadi adalah api penganiayaan yang menghasilkan penyucian atau pemurnian dalam kehidupan para murid (band. 1 Petrus 1:6-7) beberapa ayat dari Markus di sini menambahkan kutipan dari Imamat 2:13 (di mana acuannya lebih dikhususkan kepada Korban sajian)
"Dan tiap-tiap persembahanmu yang berupa korban sajian haruslah kaububuhi garam".
Mungkin kalimat ini bukanlah kalimat asli dalam konteks ini tetapi mereka yang bertanggungjawab atas penyisihan kalimat ini (digerakkan untuk melakukan itu bisa jadi karena tema yang sama tentang garam) mungkin bermaksud mengatakan demikian "Setiap orang Kristen, dengan menanggung penganiayaan, Akan disucikan oleh penganiayaan itu dan dengan demikian menjadi Korban yang lebih berkenan kepada Allah."
Markus berusaha menyimpulkan dengan "Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu Dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain" Kembali di sini kita bisa mengerti perintah ini dengan lebih baik, kalau kita mengetahui bagaimana situasi saat perkataan ini mula-mula diucapkan.
"Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu" bisa bermakna "Hendaklah kamu selalu mempunyai garam diantaramu" yang bisa mengacu kepada memakan garam bersama yang pada saat itu merupakan suatu pernyataan tentang rasa persaudaraan di meja makan dan karenanya merupakan hubungan yang penuh damai dan sejahtera.
Jika demikian halnya maka, "selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain" adalah penjelasan dalam arti yang sebenarnya dari "Hendaklah kamu selalu mempunyai garam diantaramu".
Sumber :
FF Bruce, Ucapan Yesus yang Sulit, LITERATUR SAAT hal 19-22
0 Response to "GARAM YANG TIDAK ASIN"
Post a Comment